Hari ini, om kembali menemui seseorang di sebuah desa yang ada di kalimantan, Desa yang cukup terpencil dan jauh dari keramaian kota.
Butuh beberapa jam untuk sampai kesana.
Itu pun om rasth untung2an dan berpacu dengan waktu. karena seorang teman yang om kenal melalui media sosial fb tersebut juga mempunyai kesibukan dan katanya kemungkinan kalau om rasth datang pada waktu yang telah kami sepakati sebelumnya, kemungkinan
Dia sudah tidak ada di rumah. Maka dari itu om rasth langsung pergi setelah mengantar paket pada waktu yang lebih awal dari kesepakatan.
Dan untungnya, dia masih ada walaupin sudah terlihat bersiap2 mau pergi, akhirnya om rasth pun diantarkan kesebuah rumah lagi
Rumah yang pemiliknya memiliki sebuah kisah perjalanan hidup yang bisa di bilang ngeri.
Di depan halaman rumahnya om memarkirkan kendaraan, dan kami langsung di sambut dengan ramah oleh beberapa bapak2 di depan rumah.
Tidak lupa om membawa oleh2 dari hasil saweran ponakan2 disini.
Saat kami mengobrol2 di teras rumah, teman om ini langsung mengutarakan maksud kedatangan om kesana untuk apa.
Awalnya bapak2 itu terlihat langsung berubah sikap, yang awalnya ramah tiba2 dingin dan mulai curiga.
Beliau merebut tas tempat paket milik om mengira bahwa di tas itu ada kamera.
Dan om pun menjelaskan, kalau om tidak punya kamera selain kamera butut dari hp tua milik om ini.
"Tidak ada kamera mang, saya cuma bawa hp. Itupun kamera nya tidak jernih." Ucap om saat itu
Teman om tadi juga berusaha membela om rasth, dia meyakinkan kalau om benar2 tidak akan membongkar identitas asli dari orang2 disana, (dalam kata lain tidak akan mendokumentasikan melalui rekaman video)
Setelah melewati saat2 yang cukup rumit, om dan teman om pun akhirnya bisa dipersilahkan masuk kedalam rumah, waktu itu orang yang akan kami datangi ternyata masih tertidur di dalam kamarnya.
Seorang gadis cantik berusia sekitar 17 tahunan di suruh untuk membangunkan neneknya.
Dan tidak berapa lama, keluarlah seorang wanita tua dari sebuah kamar, rambutnya yang masih hitam walau di usia yang sudah tidak lagi muda.
Wajahnya teduh dan masih terlihat jelas sisa2 kecantikan di wajahnya.
Dan seiring beliau duduk, muncul gadis kecil dari arah dapur membawa 2 gelas kopi dan sepiring kue patah (wadai patah)
yang lalu di suguhkan kepada kami (om dan teman nya om)
Om lalu berkenalan dengan wanita tua itu yang ternyata bernama Nurbaidah.
Beliau sangat ramah sekali. Sampai akhirnya om pun langsung meminta izin dari beliau untuk mendengarkan ceritanya.
Awalnya beliau nampak enggan, namun sesaat kemudian. Beliau tersenyum dan berkata.
"Waktunya sudah tiba, ku ijinkan kalian mendengarkan ceritaku. Dan tolong jadikan ini sebagai contoh." Ucapnya seraya berusaha meraih tangan om
Setelah berhasil memegang tanganmu, om merasa tangannya dingin dan gemetar.
"Mataku ini sudah tidak jelas lagi melihat orang2 dan dari sentuhanlah aku bisa merasakan orang2 yang baik dan buruk. Hehehe." Lanjut beliau diakhiri dengan tawa
Tidak lupa om juga meminta izin untuk merekam suara beliau, jaga2 kalau nanti alur ceritanya om lupa di jalan.
Cerita pun dimulai....
Dulu, Saat desa itu masih dikelilingi hutan.
Dan rumah2 juga tidak sebanyak sekarang. Ada seorang gadis bernama Nurbaidah, gadis cantik yang merupakan buah cinta dari seorang lelaki keturunan belanda (ayahnya cuma keturunan bukan asli) dan wanita pribumi.
Dulu hubungan ayah dan ibunya itu di kecam warga, dan di cap sebagai penghianat. Namun keduanya tidak terlalu mengambil pusing apa pendapat orang tentang mereka. Yang pasti ayahnya Nurbaidah sudah bukan lagi dari bagian orang2 yang menjajah. Beliau hanya keturunan
Yang tercipta bukan dari kesengajaan ataupun cinta.
Saat indonesia merdeka, mereka pun menikah dan hidup selayaknya orang2 disana, hingga memiliki anak.
Dan seiring berjalan nya waktu, Nurbaidah dan keluarganya pun akhirnya bisa diterima keberadaan nya oleh warga. Meski beliau tidak pernah sekalipun keluar dari desa tempat ia di lahirkan itu dari dulu sampai sekarang.
Ia tumbuh menjadi menjadi gadis yang periang, dan selalu ramah pada siapapun.
Hari hari terus berjalan, dan saat usianya sudah genap 17 tahun, banyak sekali pemuda2 yang melamarnya dan tak terkecuali para duda.
Mereka sangat mengagumi sosok Nurbaidah waktu itu.
Apalagi beliau ini pandai dalam segala hal yang membuatnya semakin menjadi idola kaum laki2.
Namun pada saat itu pula lah, kebahagiaan nya di renggut oleh takdir, Ayahnya meninggal dunia.
Yang membuat separuh dari keceriaan nya menghilang bagai di telan bumi.
Bulan demi bulan berlalu, dan tahun pun berganti.
Menginjak di usia 20 tahun, Barulah Nurbaidah menikah dengan seorang laki2 yang berasal dari keluarga biasa, tidak seperti pelamar2 sebelumnya yang kebanyakan orang2 kaya.
Beliau hidup bahagia bersama suaminya.
Dan kebahagiaan semakin bertambah dengan kelahiran seorang bayi perempuan yang cantik.
Namun kebahagiaan tidak berlangsung lama,
Saat usaha suaminya semakin maju, Nurbaidah tiba2 sakit yang menyebabkan dia tidak bisa merawat anaknya.
Bentol2 merah yang tumbuh disekujur tubuhnya semakin membesar dan di dalam nya juga ada semacam nanah. Mirip seperti cacar, tapi bukan cacar.
Di obati kesana kemari pun juga tidak ada hasilnya.
Akhirnya beliau pasrah dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.
Beliau percaya jika Tuhan sudah mentakdirkan sesuatu, itu pasti akan indah pada akhirnya.
Penyakit mirip cacar tersebut, mulai pecah dan mengeluarkan nanah juga darah saat tergesek2 dengan kain. Namun itu tidak membuat ibadah Nurbaidah berkurang, semua waktunya dia habiskan untuk beribadah. Sholat dan mengaji.
Dan anehnya itu disini, rasa sakit nya semacam berhenti pada saat beliau ini sholat.
Bahkan walau tergesek2 dengan mukena, darah tidak keluar dari lukanya tersebut.
Waktu berlalu kian cepat, suami nurbaidah yang semakin sibuk dengan pekerjaan, akhirnya membayar seorang gadis untuk mengasuh anak mereka.
Awalnya nurbaidah setuju2 saja.
Namun keanehan demi keanehan mulai terasa saat si gadis pengasuh sudh tinggal disana selama beberapa hari. Penyakit Nurbaidah semakin parah, ia juga tak lagi bisa menelan makanan nya. Karena rasa sakit yang teramat sangat pada tenggorokan nya.
Hingga pada suatu malam, Nirbaidah sudah pasrah. Dan merasa kalau itu adalah waktu terakhirnya. Ia pun meminta sang suami untuk memberikan kesempatan untuk memeluk dan mecium juga mengucapkan selamat tinggal pada anaknya.
Namun si gadis pengasuh menghasut, kalau borok yang ada di tubuh nurbaidah akan menular pada anakmya kalau tersentuh. Dan akhirnya suaminya pun tidak memberikan kesempatan sama sekali.
Keadaan Nurbaidah semakin melemah, rasa sakit yang teramat sangat mulai ia rasakan.
Dan untum beberapa saat kemudian akhirnya Nurbaidah meninggal dunia.
Berita kematian nya di sebar luaskan kepada warga.
(Beberapa detailnya tidak om ceritakan disini karena merupakan privasi. Jadi harap maklumππ)
Tetangga dan juga warga mulai berdatangan untuk membantu.
Lalu keesokan harinya, saat jenazah Nurbaidah dimandikan, beberapa orang yang memandikan nya melihat seperti ada sesuatu yang keluar dari lubang2 koreng di tubuh nurbaidah.
Tapi mereka hanya mendiamkan nya saja. Lalu bergegas memandikan.
Setelah selesai, berlanjut mengkafani.
Keanehan kembali terlihat saat beberapa orang mulai membuka penutup tubuh mayat tadi, koreng yang sebelumnya terlihat menganga, tiba2 rapat dan mulai hilang dengan sendirinya.
Membuat mereka semua saling tatap dengan wajah bingung.
Namun hal itu kembali di diamkan, hingga proses pengkafanan selesai.
Singkatnya, orang2 sudah berjalan ke area pemakaman dengan keranda yang berisi Jenazah Nurbaidah yang siap untuk di makamkan.
Tiba2 terdengar suara dari dalam keranda yang berusaha mendorong tutup keranda tersebut.
Awalnya orang2 biasa saja, namun saat lama kelamaan mereka mulai merinding. Apalagi mulai terdengar suara2 dari dalam.
Salah seorang warga memberanikan diri untuk mengintip ke dalam keranda yang ternyata tepat dengan itu terlihat olehnya kepala jenazah berpaling menatapnya.
Tanpa sempat memberitahukan apa yang sudah ia lihat pada orang2 tiba2 orang tersebut jatuh pingsan.
Mereka yang mengangkat keranda langsung bergegas berjalan menuju area pemakaman, dan saat membuka penutup keranda, mereka semua kaget dan ketakutan melihat
Jenazah yang sudah di kafani itu ternyata bergerak2 berusaha melepaskan diri dari ikatan kain kafan.
Orang2 yang berada di sana lari terbirit2 meninggalkan Keranda yang berisi Nurbaidah itu sendirian.
Gosip menyebar dengan sangat cepat mengatakan Nurbaidah kena azab sehingga jadi hantu saat akan di makamkan.
Sementara di pemakaman, Nurbaidah yang baru saja hidup dari kematian itu berusaha melepaskan diri dari kain kafan.
Saat sudah berhasil bebas, ia memakai kain kafan itu untuk menutupi tubuhnya dan berjalan kearah desa.
Pengalaman mati suri nya benar2 membuat Nurbaidah gemetar takut, tak henti2 nya ia beristigfar dan memohon ampun kepada Allah swt.
Desa itu mendadak sepi, dan dirumah nya pun sepi tidak ada orang.
Ia masuk kedalam rumah dan langsung mencari pakaian. Setelah itu ia berwudhu dan langsung sholat taubat, berjam2 ia berdoa dan tak berpindah sedikitpun dari sajadahnya. Ia terus memohon ampun dan berdoa.
Hingga dari luar terdengar suara tangisan bayi.
Nurbaidah yang mendengar itu langsung keluar.
Ia mengira kalau suara bayi itu adalah suara anaknya. Tapi ternyata bukan.
Di luar sana terlihat seorang wanita berwajah pucat yang memiliki luka di kepalanya sedang duduk di teras rumah. Bayi nya terus2an menangis.
Nurbaidah menyeka air matanya dan berjalan menghampiri si ibu muda tersebut.
"Maaf, kamu siapa.?" Tanya Nur
"Kamu bisa melihatku.?" Tanya wanita tersebut
Nurbaidah mengangguk, ia tak mengerti arti pertanyaan si wanita itu.
"Ya, tentu saja." Jawab Nur singkat
"Anakku.. Tolong anakku." Isak si wanita
"Anakmu kenapa.?" Tanya Nur
Saat ia membuka penutup bayi tersebut, ternyata bayi itu memiliki luka dimana2. Tangisan nya terdengar menyayat hati.
"Ya Allah. Kenapa bisa begini.? Jatuh atau bagaimana.?" Tanya Nur kaget
Belum lagi sempat menjawab, tiba2 dari halaman rumah mereka terlihat suaminya Nurbaidah sedang berlari kearahnya bersama tetua desa.
"Assalamualaikum ya ahli kubur." Ucap suaminya saat berada di hadapan Nur, yang tentu saja membuat nurbaidah mengerutkan keningnya.
"Istrimu mati suri, ini asli. Bukan hantu." Ujar Tetua desa seraya menampar lengan suaminya Nur
"Nur, tolong ceritakan tentang perjalananmu di sana." Ujar tetua desa
Mendengar itu, Nurbaidah terdiam, air matanya mulai mengalir keluar.
Mulutnya tak sanggup menceritakan apa yang dia lihat dan alami saat ia mati suri.
"Aku.. Aku." Ucap Nur seraya menutup mulutnya dan menggeleng
"Ya sudah, tidak apa2 jika kau tidak ingin menceritakan nya saat ini. Ku mungkin masih sangat syok." Ujar tetua desa sambil tersenyum, dan saat ia akan pergi, nur mengatakan.
"Jangan tinggalkan sholatmu. Bertaubatlah dan memohon ampun pada Allah." Ucap Nur
Si tetua desa berbalik Dan menatap nur sambil tersenyum.
"Terima kasih. Terima kasih." Ucap si tetua desa
Suaminya Nur yang tadi ketakutan, kini mulai sedikit demi sedikit berani.
Dan saat mereka akan masuk rumah, Nur baru sadar bahwa si wanita tadi sudah pergi tanpa sempat menjawab pertanyaan nya.
Hari hari berlalu... Kini Nurbaidah sudah 100 persen sehat dan sembuh dari penyakitnya.
Tubuhnya pun tak pernah kering dari air wudhu.
Tiada hari tanpa berdoa dan beribadah.
Ia kembali mengasuh anaknya, melayani suaminya. Dan di waktu istirahatnya dia akan habiskan
Untuk mengaji.
Tapi dari pandangan orang2 Nurbaidah di bilang aneh, karena kerap terlihat sedang berbicara sendiri. Di jalan maupun di halaman rumahnya.
Bahkan setiap perkataan nya bisa saja menjadi kenyataan, seperti saat ia menegur tetangganya.
Ia melarang pak ijal pergi mencari ikan malam2. Dan mengatakan ada sesuatu yang akan terjadi jika pak ijal tetap memaksakan pergi.
Dan benar saja, ternyata pak ijal di serang oleh buaya di sungai, untungnya beliau bisa berenang ke tepi dengan cepat dan selamat.
Orang2 di desa itu mulai menghindari Nurbaidah, karena takut kalau nur akan mengatakan yang tidak2 pada mereka. Berbeda dengan tetua adat
Yang selalu meminta pendapat Nur saat ia akan pergi kemana2.
Dan Nur sendiri jika bertemu orang2 pasti akan mengingatkan untuk selalu beribadah sebelum terlambat. Yng tentu membuat orang2 jafi tak nyaman berada di dekatnya.
Sampai pada suatu malam, saat Nur tengah mengaji sementara anak dan suaminya sudah tidur.
Ia mendengar ada sesuatu yang jatuh di atapnya, dan beberapa saat setelahnya terdengar kembali suara seperti orang yang sedang menarik benda berat dan panjang di atap rumahnya.
Lalu beberapa saat kemudian terlihat ada sesosok bayangan putih berjalan menuju ke arah suaminya.
Nur berteriak, membuat sosok itu berhenti dan menatap kearahnya.
Nur langsung berdoa dan anehnya, sosok itu malah seperti terbakar lalu untuk beberapa saat menghilang.
Nurbaidah langsung menghentikan ngajinya, dan melihat anak juga suaminya.
"Syukurlah kalian tidak kenapa2." Ucap Nur
Keesokan harinya pagi2 sekali terlihat seseorang yang sedang berdiri mondar mandir di teras rumah. Orang itu ternyata adlah gadis yang dulu sempat mengasuh anaknya Nur saat nur sakit.
Yang pada saat pintu terbuka langsung berlari masuk kedalam rumah.
Didalam rumah dia berteriak2 memanggil2 nama suaminya nur, yang tentu saja membuat nur garuk2 kepala tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
Saat suaminya Nur keluar dari arah kamar, si gadis itu langsung memeluknya.
"Astagfirullah.... Apa apaan ini." Ujar Nur
Suaminya Nurbaidah pun juga tak kalah kagetnya, dia langsung mendorong tubuh gadis tersebut hingga terjatuh.
"Ada apa ini hah.??" Ujar Nurbaidah lagi bertanya dengan wajah yang penuh kebingungan
"Aku juga tidak tau, kenapa dia begini." Jawab suaminya nur sambil menggeleng
"Nikahi aku. Ku mohon." Isak si gadis
Mendengar perkataan gadis tersebut, Nur terlihat kecewa pada suaminya.
"Sumpah. Aku tidak ada hubungan apa2 dengan dia." Ujar suaminya
Tanpa sepatah katapun Nurbaidah pergi keluar dari rumahnya. Ia tak menyangka lelaki yang begitu ia cintai malah seperti itu.
Di tengah jalan, ia kembali bertemu dengan ibu muda yang beberapa waktu lalu pernah singgah di rumah nya.
Nur mencoba mengejar si ibu muda, namun ketika beberapa orang anak kecil sedang bermain kejar2an berlari kearah ibu dan anak tersebut hingga....
"Haaahhh.."
Nur melotot dan terlihat tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan. Tubuh si ibu muda ditembus oleh anak2.
"A. Ap. Apa itu." Gumam Nur ketakutan
Si ibu muda yang menyadari keberadaan Nur langsung berlari kearahnya.
Tentu saja Nur langsung lari terbirit2 sambil berteriak histeris sepanjang jalan. Orang2 yan berpapasan dengan nya nampak bingung dan saling kode dengan menyilangkan jari telunjuk mereka di dahi.
Sementara Nur, terus berlari ketakutan. dan si ibu muda yang nyatanya adalah arwah penasaran itupun terus saja mengejarnya. Hingga sampailah mereka di tepi sungai.
"Tolong, tolong jangan makan aku. Aku tidak berniat mengganggumu. Aku mohon tolong." Ucap Nur gemetar sambil menutup kedua matanya rapat2
"Aku pun tidak berniat mengganggumu. Malah aku ingin meminta tolong padamu." Ujar si ibu muda
Mendengar jawaban itu, Nur malah menangis makin keras, ia menampar2 kepalanya dengan sekuat tenaganya.
"Aku benar2 sudah gila. Aku gila..." Teriak Nur
Beberapa saat kemudian, saat keadaan dirinya mulai tenang, dan suara dari arwah ibu muda itu juga sudah tidak terdengar lagi. nur perlahan lahan membuka matanya.
Tapi ternyata, arwah ibu muda tersebut masih berdiri di hadapan nya.
Mata Nur berkaca2, lalu ia berdiri dengan kaki yang gemetar hebat.
"Aku tidak melihat apa2. Aku tidak melihat apa2." Gumam Nur sambil terus berjalan maju
Dan ternyata arwah ibu muda itu juga ikut maju tepat berada di hadapan nya. Dengan keberanian yang masih tersisa, Nur menghindari arwah tersebut dan terus bergumam "aku tidak melihat apa2" Berkali2 hingga ia sampai kembali di desa.
Dan arwah itu masih ada. Masih berada sangat dekat dengan nya.
Saat sampai di rumahnya, Nur langsung berwudhu.
Di dalam doanya, nur memohon ampun karena sudah takut dengan hantu.
Setelah keadaan hati kembali tenang, dan Nur mencoba untuk berani.
Akhirnya Nur mendekati arwah ibu muda yang masih mengikutinya sampai kerumah.
Bahkan kini ia berdiri di depan pintu kamar nur.
"Maaf, maaf sebelumnya. Tapi sungguh aku belum. Ee. Maksudku aku tidak mengenalmu. Dan kau tau, sekarang aku juga berada pada masalah yang dimana suamiku akan kawin lagi. Jadi, jadi maaf, aku benar2 tidak bisa menolongmu." Ucap Nur terbata2
Dan anehnya setelah Nur berkata seperti itu, arwah tersebut menghilang dengan sekejab.
Nur menghela nafas lega.
"Kenapa aku bisa melihat hantu.? Apakah aku juga hantu.? Tidak. Aku masih hidup. Lalu apa.?" Gumam Nur
Saat anaknya terbangun, Nur membawa anaknya untuk pergi kerumah tetua desa.
Sementara suaminya, sudah puluhan kali bolak balik mengantar gadis yang minta di nikahi tersebut.
Sesampainya di rumah tetua desa, Nur mulai bercerita.
Dan tetua desa itu mendengarkan cerita Nur dengan seksama.
"Mungkin, setelah kau mengalami mati suri, kain penutup mata batin mu terbuka. Makanya bagimu tidak ada batasan penglihatan. Menjadikan Semuanya bisa kau lihat."
Kata tetua desa
"Itu adalah amanah dari tuhan, yang harus kau syukuri Nur." Lanjut tetua desa
"Hah. Tapi jujur saya belum terbiasa. Bahkan semuanya terlihat begitu nyata. Dan kalau begini terus kemungkinan saya bisa gila." Ucap Nur
"Mereka memang nyata dan ada Nur." Ujar tetua desa
"Maksud saya, mereka yang tidak bisa di lihat oleh orang lain. Mereka semuanya terlihat sama dengan orang2 lain nya."
Obrolan mereka terhenti saat Arwah si ibu muda datang membawa sesosok mahluk berbulu.
"A. Apa lagi ini.?" Tanya Nur terbata2
"Aku sudah membantumu menyingkirkan penganggu ini. Jadi sekarang aku meminta tolong, bantu aku mengatakan pesan terakhir pada keluargaku." Ujar si ibu muda
Nur mengerjap2kan matanya, ia benar2 bingung.
Dan untuk beberapa saat kemudian, terlihat juga suaminya datang kesana dengan wajah yang nampak lelah.
"Tolong." Ucap arwah si ibu muda seraya menghilang dari pandangan
"Ah."
---------
Sudah 3 hari sejak saat itu, Nur semkin di ganggu oleh arwah si ibu muda.
Dan Nur yang awalnya takut, kini mulai berani membentak dan marah2 pada hantu2 yang kerap kali menganggunya.
"Katakan. Apa yang harus ku sampaikan.?!!!" Bentak Nur
-------------------
Kini kehidupan Nur menjadi sangat sibuk dengan kedatangan2 hantu2 yang meminta tolong padanya atau hanya ingin sekedar mengganggunya saja.
Setiap hari, saat ia sendiri, atau bersama keluarga dan melakukan aktivitas2 rumah, hantu2 itu selalu ada.
Kehidupan setelah mati suri itu benar2 membuatnya berbeda.
Bahkan keluarganya sendiri pun hampir tidak bisa ia urus dengan baik.
Sampai suatu ketika, suaminya kecelakaan karena ulah dari beberapa hantu yang usil.
Mendorongnya saat suami Nur sedang memperbaiki atap rumah.
Bahkan anak Nur yang masih kecil itu juga di ganggu oleh hantu2, dan membuat anaknya jatuh sakit.
Namun teror dari hantu2 yang entah dari mana datangnya itu, mulai menyebar ke warga2 desa.
Mereka semua menyalahkan Nur, Nur dianggap pembawa sial di desa tersebut.
Dan parahnya lagi, disaat suami dan anaknya sedang sakit seperti itu, dia malah diasingkan dari keluarganya ke tengah ladang. Kaki nya balok, dan tangan nya diikat.
Tetua desa sudah mencoba melindungi Nur, tapi warga desa yang menginginkan nya diasingkan lebih banyak.
Nur berada di dalam sebuah gubug kecil, tempat di mana ia akan menghabiskan seluruh waktunya di dalam sana dengan keadaan kaki terpasung balok, dan tangan yang terikat.
Ia hanya di beri makan 1 kali sehari oleh warga desa.
Dan ternyata alasan mereka berbuat seperti itu adalah agar Nur cepat mati, supaya hantu2 yang meneror desa juga ikut menghilang.
Hari2 pun berlalu, Nur kini sudah terbiasa tinggal di gubug tersebut, meski pada saat hujan dia akan kebasahan dan kedinginan karena atap yang sudah tidak layak pakai.
Dan jika panas, ia akan berusaha sebisa mungkin bertahan agar rasa hausnya hilang tanpa minum,
Warga di sana benar2 tidak ada yang peduli padanya.
Bahkan saat beberapa orang memberinya makan, Nur di beritahukan kabar mengejutkan. Yakni suaminya menikah lagi dengan perempuan desa sebelah.
Tentu saja kabar itu membuat Nur menangis histeris.
Ia hampir saja melakukan bunuh diri karena sudah tak sanggup menahan derita kehidupan.
Namun lagi2 bayangan tentang alam kubur kembali terbayang di benaknya, yang akhirnya membuat dia kuat untuk bertahan.
Menjelang pada hari ke 40, setelah kabar pernikahan suaminya itu, Nur di datangi oleh suaminya, namun anehnya, tubuh sang suami tembus melewati dinding.
Yang langsung menyadarkan Nur pada kenyataan sebenarnya, bahwa suaminya tidak lah menikah seperti apa yang di katakan warga, tapi ternyata meninggal.
"Bawa aku, aku tidak ingin hidup lagi." Isak Nur putus asa
"Kuatkan dirimu, kau masih punya aku di dalam diri anak kita. Kau harus menjaganya." Ucap suaminya lalu menghilang
Tidak peduli jika itu hanya sebuah bentukan jin yang menyerupai arwah suaminya, tapi kata2nya benar2 memotivasi untuk Nur tetap bertahan.
Bulan berlalu, dan tahun pun berganti.
Kini Nur benar2 hampir putus asa untuk yang kesekian kalinya, meski di desa sudah tak ada teror hantu. Tapi warganya seperti enggan untuk melepaskan Nur.
Hingga tetua desa nekat untuk membebaskan Nur sendiri.
Pada saat warga tau mereka marah, namun dengan bijaknya tetua desa (tetua desa disini bukan berarti ketua desa ya ponakan2. Tapi orang yang paling tua di desa itu) berkata.
"Selama ini aku diam, tapi dibalik
Ke diaman ku itu, aku sama sekali tidak menyetujui kelakuan2 kalian yang seenaknya mengurung Nur. Memberitakan berita2 tidak benar dan terkesan ingin sekali membunuh Nur (menyuruhnya bunuh diri) padahal kalian ini rajin sholat rajin beribadah, seharusnya tau
Bahwa perbuatan kalian seperti ini tidak di perbolehkan oleh agama. Aku juga tidak tau apa yang terjadi pada otak kalian semua. Kalian bahkan tega memisahkan Nur dari anaknya yang bahkan masih menyusu.!"ujar tetua desa
Tubuhnya yang renta di makan usia, bergetar karena menahan amarah yang meluap2.
Semua warga desa tertunduk, lalu tanpa berkata apa2 mereka pergi meninggalkan tetua desa dan Nur.
"Terima kasih, terima kasih." Ucap Nur haru
"Maafkan aku nur, selama ini aku hanya diam. Menyaksikan perlakuan mereka padamu."
Nur menggeleng,
"Saya tidak menyalahkan bapak, atau juga warga, meski saya pernah marah pada mereka. Tapi saya benar2 tidak menyalahkan mereka.
Karena saya yakin ini semua adalah hadiah terbaik dari Allah untuk saya."ucap Nur sambil tersenyum
Namun saat ia akan berdiri, kakinya yang terpasung selama bertahun2 itu ternyata sudah mati rasa.
Sekali lagi Nur mencoba untuk kuat.
Ia menyeret kakinya sampai ketanah, hingga duri2 liar menempel dan melukai tangan nya.
Yang ia gunakan untuk pengganti kaki.
Tetua desa tidak tega melihat keadaan Nur seperti itu, namun tubuhnya sudah sangat tua dan tak berdaya untuk menggendong Nur.
Tapi meski harus merayap, Nur nampak sumringah, tak ada lagi kesedihan di wajahnya, dan ia ingin sekali cepat2 bertemu anaknya.
------------------
Haru dan bahagia nampak jelas sekali terlihat saat pertemuan Nur dan anaknya.
Tak henti2nya Nur bersyukur dan berterima kasih.
----------
Tahun2 kembali berlalu, meski ingkang-ingkang (kaya jalan nya tidak benar/normal) tapi Nur sudah bisa
Berjalan dengan menggunakan kakinya kembali.
Anaknya sudah tumbuh mekar, dan sebentar lagi akan di petik oleh seorang pemuda.
Nur sangat senang, kebahagiaan demi kebahagiaan nampak terlihat jelas dimatanya.
Waktu terus berjalan, kini Nur sudah mulai tua. Dan di masa2 tuanya itu, dia di karuniai 3 orang cucu. Satu laki2 dan satu perempuan.
Dan seiring dengan itu, sebelah matanya mengalami kebutaan karena pernah tidak sengaja mengucek matanya pada saat tangannya masih ada sisa kapur.
Dan sebelahnya masih bisa melihat meski buram.
Dan dari sentuhan dan suara lah beliau mengenali seseorang.
Itu adalah kisah perjalanan hidup beliau.
Dan om pun mulai paham, kenapa mereka (bapak2 tadi) melarang untuk tidak di videokan.
Semoga dari cerita ini bisa diambil pelajaran.
----SELESAI----
Kalau mau nyawer pulsa bisa di nomor ini- 0856 5403 7262
βCapati pang ma.. Ulun kada sabaran lagi nah.. (Ayo cepat ma.. Aku sudah tidak sabar lagi..)β ujar seorang anak laki laki berusia 10 tahunan seraya menarik tangan ibunya
Ya, hari itu keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang tersebut akan pindah rumah, ke rumah baru mereka.
4 orang dalam keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan 2 anaknya. Kita panggil saja nama si ayah pak Fahri, kisaran usia 35 tahunan. Si ibu bernama Desi, kisaran usia 30 tahunan. Anak pertama mereka sebut saja namanya Vendra usia 10 tahun. Dan anak kedua mereka bernama Salsa yang
Malam minggu ini kita cerita yang ringan2 dulu ya..
(Gambar hanya ilustrasi)
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, libur panjang sekolah itu akan mereka isi dengan berbagai macam hal-hal menyenangkan di desa kakek, desa yang sudah lama tidak pernah keluarga anggi kunjungi lagi.
Kurang lebih sekitar 10 tahun anggi tidak pernah ke desa kakeknya. Terakhir ke desa saat ia masih berusia 7 tahun, dan sekarang usia anggi sudah menginjak 17 tahun.
Cerita ini diceritakan oleh salah satu ponakan disini yang pernah bekerja di rumah makan tersebut.
Nama tokoh dalam cerita ini sudah disamarkan.
_____
2018..
Kalimantan selatan.
Sebut saja namanya Hatni, saat itu dia baru saja lulus sekolah Menengah Atas. Namun karena orang tuanya tidak punya biaya, akhirnya hatni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya kebangku kuliah.
Namanya Esah. Dia adalah seorang gadis yang baru saja naik kelas 6 SD. Dia termasuk anak yang paling pintar di kelasnya. Diawal tahun pelajaran baru itu, ada murid pindahan dari sekolah lain yang masuk dikelas tersebut.
Perawakannya tinggi, lebih tinggi dari anak2 laki2 lain di kelas itu. Wajahnya juga tampan dan memiliki kulit putih namun terkesan pucat.
Matanya sayu, dan lebih sering menyendiri ketimbang berbaur dengan teman2 dikelasnya.
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.
Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.