halo readers payung hitam!
Cerita yang aku bawain kali ini berasal dari teman dekat admin sendiri. Teman semasa SMK dulu, kita sudah kenal lama, sering main bareng bahkan orang tua kita pun dekat,
tapi dia baru cerita sekarang soalnya ini menyangkut aib dan juga rasa bersalah dan penyesalan orang tua dari narasumber.
MOHON untuk gak spill disini siapapun yang tau lokasi yang admin maksud dan siapa2 saja yang terlibat yaa. Tanpa harus panjang, ini ceritanya
***
[Sudut pandang narasumber, Rumi]
Waktu itu di tahun 2011, tepat waktu aku lulus SD di umurku yang ke 12 tahun, aku sempat ga lanjut sekolah selama 1 tahun karena sakit, tapi sakitku bukan yang seperti gak bisa berktifitas, aku tetap bisa bantu orang tuaku berjualan.
Sebetulnya aku sakit gak full 1 tahun, Cuma beberapa bulan aja, tapi waktunya sudah telat buat masuk ke tahun ajaran baru.
Oiya, aku adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, aku punya kakak perempuan dan adik laki2. Adik laki2ku disini masih kecil jadi jarang ikut orang tuaku berjualan, Cuma aku dan kakakku saja yang bantu orang tuaku. Itu juga kakakku gak selalu bantu jualan, karena dia juga kerja.
pada saat itu kami tinggal di rumah yang gak jauh dari rumah nenek dari ibuku, Cuma beda RT. Bentuk lokasi dari rumah nenekku ada di gang kecil buntu dan rumah nenekku ada diujung gang.
didepan rumah nenekku ada rumah kecil tingkat yang dimanfaatkan keluargaku untuk dapur tempat masak makanan yang kita jual nantinya.
Orang tuaku jualan makanan matang dan juga minuman siap seduh di kantin proyek pembangunan sebuah hotel di daerah Jakarta Timur. Biasanya yang beli dan makan di warung orang tuaku adalah pekerja kuli bangunan disana, security, dll.
Bangunannya saat itu baru setengah jadi tapi kami jualan di lantai 3 bangunannya. Disana Cuma ada warung orang tuaku. Gambaran denahnya juga tanpa sekat antara warung dan tempat duduk makan pembeli, etalasenya juga gak besar,
pokoknya lantai 3 itu keliatan lowong atau luas banget karena gaada sekat. Lalu ditengahnya diletakan meja makan dan juga bangku2nya.
Kegiatan kami selama berjualan yaitu pagi pergi ke dapur tempat kami masak di depan rumah nenekku, setelah selesai semuanya barulah kami set warung di Gedung hotel tersebut.
Jarak antara rumah nenekku dan hotel betul2 dibelakangnya, nempel dengan pagar tembok pembatas pemisah hotel dan pemukiman warga.
Hanya saja kami harus memutar ke jalan besar supaya bisa masuk ke hotelnya, ya kira2 perjalanannya kalau naik motor 5 menit dengan jarak 150 meter. Dekat kan, mangkanya kami bisa sekalian berangkat dan bawa panci2 berat berisi makanan matang.
Kami saat itu punya motor 1, jadi gak bisa sekali jalan, biasanya bapak dan ibuku pergi duluan sekaligus bawa peralatan jualan, kemudian bapak balik lagi jemput aku atau kakakku. Selalu ada 1 orang yang jaga di dapur untuk membantu nenekku masak.
Oh iya, saat itu nenekku masih bisa bantu2 masak jualan kami, tapi karena ini terlalu berat karena makanan yang kami jual banyak kadang kita mempekerjakan pembantu rumah tangga untuk membantu segalanya, mulai dari urusan rumah sampai membantu kami jualan.
Singkat cerita pada saat itu keanehan pertama yang aku rasakan saat berjualan disini, posisinya siang hari, Cuma aku dan ibuku yang ada di warung, tempat duduk didepan nampak sepi belum ada yang istriahat karena belum masuk waktunya makan siang.
Tiba2 waktu aku lagi sibuk dengan hpku, ada yang bilang didepan tempat orang biasa pesan, dia bilang,
“mbak, kopi item satu ya” kata pembeli itu
“iya” sahut aku segera sambil cepat2 juga menoleh, tapi gak ada siapapun.
Karena aku bingung, aku tanya ibuku,
“bu, denger ga tadi ada yg beli? Atau liat ga ? ” tanya aku ke ibu
”ngga ah, gada orang” kata ibuku
“yang bener, tadi barusan ada yg pesen bu!” kata aku yang akhirnya berdebat
“gausah aneh2 ah kamu, orang gaada!” kata ibuku, ia memang seorang yang penakut,
padahal aku Cuma minta kejelasan aja. Tapi memang lama2 merinding karena secepat itu pembelinya pergi dan langsung tak terlihat sejauh mataku memandang.
Yang aku dengar suaranya seperti transpuan/banci, karena suaranya ngebas tapi agak melengking. Akhirnya takut aku yang memang gak ngeh, aku tetap buatkan kopi hitam itu.
Betul saja sampai sore kopi hitam itu gaada pemiliknya, karena aku berharap mungkin yang pesan tadi bakal balik lagi.
Semenjak itu, aku sering sekali merasa diawasi, tapi waktu saat di warung aja. Aku bingung, tapi yang aku rasa yang mengawasiku ada di tangga arah naik ke lantai 4. Dan sekelibat juga aku melihat, itu seorang perempuan, perempuan biasa, rambutnya se bahu, tapi keliatannya nunduk,
mungkin main hp. Karena takut keliatan ga sopan ngeliatin orang tanpa sebab, aku berusaha buat cuek.
Selama kami berjualan disana, kakak perempuanku sesekali membatu kami jualan, panggil saja nama kakakku Utari. yang juga pada akhirnya memikat hati seorang arsitek disana, sebut saja Namanya Mas Dewa.
Mas Dewa jadi sering ke warung kami karena adanya kak Utari, sesekali dia datang Cuma mau tanya kabar kak Utari, ngajak dia jalan, dan kami sampai hafal kalau mas Dewa ini suka kopi hitam.
Pada saat itu kakakku punya pacar, yang akhirnya kak Utari gak bisa selalu mengiyakan ajakan mas Dewa. Padahal menurutku dan ibuku, mas Dewa ini orang yang berwibawa dan juga sopan, ketimbang pacarnya yang sekarang. Tapi kak Utari sudah kelewat bucin.
Tapi yasudahlah, itu urusan kakakku, kami gak banyak ikut campur, paling Cuma suka ngeledek aja.
Oiya, kak Utari disini sebetulnya udah ga tinggal dengan kami, dia ngekost di dekat tempat kerjanya tapi tempat kerjanya juga masih di Jakarta.
Tapi karena ia adalah orang yang sayang dengan keluarganya, mau sesibuk apapun dia, dia selalu nyempetin untuk pulang kerumah dan bantu kami jualan.
Singkat cerita karena dagangan kami laris dan gak bisa selalu mengandalkan nenekku untuk membantu kami, akhirnya kami mempekerjakan PRT (pembantu rumah tangga) lagi, karena sebelumnya kami pernah punya, dan sudah berenti karena menikah, atau punya usaha di desanya, dll.
PRT kami ini kami datangkan langsung dari kampungnya di Purwokerto. Panggil saja Namanya mbak Uli. Mbak Uli akhirnya datang ke Jakarta dan pada saat hari kedatangannya langsung kami ajak bekerja, jadi kami belum sediakan tempat tinggal/kosan untuk mbak Uli.
Rumah kami terlalu penuh jika mbak Uli tinggal bersama kami.
Rencananya selang lagi jualan, ibuku nyariin kosan. dan akhirnya siang itu dapet, Cuma mbak Uli belum tau dimana kosannya, niatnya nanti sore sepulang kerja, kak Utari bakal anter mbak Uli ke kosan pilihan ibuku.
Sore itu setelah kerja, kak Utari memakirkan motornya di basement (Bawah) bangunan hotel, disini kakakku menjemput mbak Uli dan langsung otw bonceng mbak Uli pergi liat kosan.
tiba2 kakakku merasa melindas sesuatu saat keluar dari tanjakan basementnya yang akhirnya mereka berdua jatuh dari motor, kemudian kakakku pingsan dengan luka ringan di kakinya, sementara PRT ku, mbak Uli kesurupan.
Dibantu beberapa orang yang sedang ada di TKP, kakakku dibopong pulang kerumah nenek oleh ibuku, sedangkan mbak Uli dibawa ke mushola yang letaknya juga di lantai 3 hotel tersebut. Ya, lantai kantin tempat kita jualan disana juga.
Akhirnya kakakku diobati lukanya di rumah nenek, sedangkan mbak Uli diinterogasi dengan beberapa orang, didoain, dengan beberapa doa yang ujungnya gak mempan juga, akhirnya datang lah seorang ahli agama,
awalnya 1 orang, dia membacakan ayat kursi, tapi mbak Uli dengan medok jawanya bilang,
“kalian ngapain si? Kalian ngomong apa? Kok Cuma komat kamit?” kata mbak Uli yang kerasukan. Jinyang ada di tubuhnya gak mendengar sama sekali doa yang dibacakan oleh ahli agama tersebut.
Kewalahan akhirnya sang ahli agama tersebut, termasuk orang2 yang menanganinya saat itu. Waktu itu aku di lokasi dan betul2 mengikuti prosesinya yang terasa sangat lama. Mbak Uli gak mengamuk2, hanya saja perkataannya yang membandel dan jinnya gak mau disuruh keluar.
Pada akhirnya orang pintar yang ke-2 datang. Pertanyaan demi pertanyaan ditanyaka, sebetulnya mau dari jin ini apa, ternyata ia Cuma mau bertemu dengan mas Dewa, Cuma mas Dewa yang bisa menjanjikan jin ini keluar dari tubuh mbak Uli.
Ditelpon lah mas Dewa yang apesnya saat itu dia lagi di Bogor dan hari sudah menjelang malam (maghrib saat itu).
Karena keadaan yang darurat akhirnya mas Dewa mengiyakan paksaan dari orang pintar tersebut. Sembari nunggu mas Dewa datang, orang pintar itu bertanya pada jin yang merasuki mbak Uli.
”kenapa kamu mau ketemu mas Dewa ?” kata orang pintar
”saya suka sama mas Dewa, berwibawa, baik, tapi mas Dewa Sukanya sama Utari” kata jin tersebut dengan nada yang selalu lenjeh/genit setiap ditanya yang bersangkutan dengan mas Dewa.
“jadi kamu iri sama Utari ? ” tanya orang pintar itu lagi
”saya mau merasa jadi Utari, yang disayangi mas Dewa” kata jin itu
”kalo kamu mau jadi Utari, kenapa masuknya ke badannya mbak Uli ? ” kata orang pinter itu bingung, yang kami juga sedari tadi bingung
”saya maunya ikut Utari, tapi kenapa saya kesini sih ?! ” kata jin tersebut.
Intinya setelah introgasi panjang dan muter2, disitu aja jawabannya, disimpulkan kalau jin perempuan yang merasuki mbak Uli rencananya merasuki kakakku,
tapi pengakuan bapakku ia selalu ngajiin kakakku sebelum tidur, dan kakakku rajin ibadah 5 waktu.
”bapak, sekarang bawa anak bapak jauh2 dari sini, diusahakan perginya kena angin ya pak, jangan naik mobil ” kata orang pintar tersebut menyuruh bapakku.
Awalnya disitu aku yang disuruh pergi sama bapakku,
”anak perempuanmu yang satunya lagi pak yg harus pergi.
Yg ini gak usah” kata orang pintar itu lagi ke bapakku. Aku diminta tetap disini saja karena aku gak begitu bermasalah.
Setelah itu bapakku menelfon keluargaku yang ada dirumah untuk mengantarkan kakakku pergi sejauh2nya. Kakakku akhirnya dibawa pergi ke Cilandak dari Jakarta Timur menggunakan sepeda motor, diantar om ku kerumah saudara ku yang ada disana.
Setelah penantian mas Dewa yang cukup lama, akhirnya beberapa jam stelah ditelfon ia datang. Langsung disambut dengan genitnya tingkah mbak Uli yang tengah kerasukan. Interogasi dilanjutkan,
”mas, kok ga pernah dateng ke warung lagi sih, biasanya pesan kopi hitam ?” kata jinnya
”saya keluar kota dek” kata mas Dewa yang gak keliatan ketakutan
”kan saya mau ketemu mas Dewa, saya kangen” kata jinnya sambil membetulkan rambutnya berulang kali, mas Dewa Cuma diam dan mengangguk2.
”mas Dewa janjinya juga mau nonton bola sama saya, mau ngajak ngopi, ayoo” ajak jin tersebut
Mas Dewa memang suka mengajak kakakku pergi nonton bola dan ngopi di suatu mall, tapi kakakku anggap itu Cuma godaan saja dan gak pernah diiyakan, karena kakakku sudah punya pacar kan.
Sebetulnya dari tadi aku kaget, tapi disini aku bener2 makin kaget karena mbak Uli yang baru kerja sehari bisa tau kebiasaan mas Dewa. Bahkan mbak Uli gak kenal mas Dewa sama sekali. Yang artinya mbak Uli betul2 kerasukan, iya, awalnya aku agak ga percaya soal kerasukan.
”saya mau pergi dulu, tolong jangan ganggu Utari lagi, kamu tolong balik aja, jangan ganggu kami ya, saya mohon dek” ucap mas Dewa yang sedari tadi keliatan tenang.
Sambil keliatan agak marah ekspresi mbak Uli, akhirnya orang pintar tersebut mengolesi semacam minyak di tubuh mbak Uli yang membuat jinnya kebauan, meronta2, marah2, sudah dibaluri sedikit tetap ga mau keluar.
Dibacakanlah kalimat syahadat, tapi jin tersebut malah mengikutinya dan mengejanya perlahan,
”asyhadualla illa ha illa-llaaah, udah gitu aja ? ” betul2 bikin jengkel tingkahnya dan betul2 sulit untuk diusir.
akhirnya mau gak mau disiram minyak sebanyak2nya sampai tumpah ke karpet mushola.
Karena tumpahnya ke karpet, saking geramnya orang pintar tersebut sampai meraup karpet tersebut dan diperas supaya minyaknya keluar lagi, dioleskan lagi, akhirnya tubuh mbak Uli melemas dan pingsan.
Selepas prosesi tersebut, mbak Uli akhirnya kami rawat dirumah, setelah sadar mbak Uli nampak seperti linglung, gak lama kemudian mbak Uli sakit, yang aku sendiri sulit mendeskripsikannya itu penyakit apa, intinya ia selalu melamun, badannya yang semakin kurus,
gak jawab saat diajak bicara, pandangannya selalu kosong.
Soal kakakku yang dibawa ke Cilandak itu, ia Cuma menginap 2 hari, setelah itu kakaku pulang tp memang gak ketemu dengan mbak Uli, karena kakakku ngekost dan kerja, lagi pula kakakku diminta untuk gak nemuin mbak Uli dulu.
Karena mbak Uli dirawat beberapa hari tak kunjung sembuh, akhirnya kami telfon keluarganya yang ada di kampungnya, dan mbak Uli diminta orang tuanya untuk dibawa pulang saja dirawat keluarganya di kampung. Kerap kali bapakku menanyakan kabar lewat telfon ke keluarganya,
Jawaban keluarganya mbak Uli masih sakit dan selalu menceritakan tentang kakakku,
”mbak Utari tuh kalau ngaca suka ngeliatin matanya, ngeliatin alisnya” begitu terus yang diceritain mbak Uli pada keluarganya.
Mbak Uli gak kunjung sembuh, sudah diobati ke orang pintar dan pengobatan alternatif pun gak kunjung sembuh, kenapa gak ke medis karena keuangan keluarganya yang gak mencukupi.
Bapakku karena merasa tidak enak hati, menawarkan untuk merawat mbak Uli di Jakarta saja untuk berobat di rumah sakit, tapi keluarganya menolak. Bapakku akhirnya Cuma mengirim uang untuk keperluan mbak Uli disana.
Berbulan2 mbak Uli sakit, tepatnya di tahun 2014, mbak Uli meninggal dunia.
Keluarganya mengabarkan keluargaku lewat telepon, tapi sayangnya kabar sampai setelah mbak Uli dimakamkan.
Kami sangat2 berduka sampai terus terpikirkan di benak kami dan bapakku sempat tanya, apa ada pesan terakhirnya yang mau disampaikan pada keluargaku ?
Kata orang tuanya, mbak Uli terakhir nanyain kak Utari dimana. Inilah yang buat kami shock, karena kami yakin separuh jiwa mbak Uli sudah dan masih dikuasai oleh jin yang pernah merasukinya.
Saat itu kak Utari yang sedang ada di kostnya sendirian kami suruh pulang malam itu juga. Karena bapakku takut terjadi apa2 pada kakakku.
-2 tahun kemudian-
Singkat cerita akhirnya kami memulai hidup seperti biasa lagi, hotelnya selesai dibangun, dan kami mendapat pembantu baru tanpa ada halangan. Aku pun masuk SMK jurusan tata boga dengan lancar dan juga mengharuskanku magang di hotel.
Ya, karena orang tuaku gak mau aku magang terlalu jauh dan menghabiskan ongkos, akhirnya aku magang di hotel yang aku ceritakan tadi, tempat orang tuaku berjualan dulu waktu masih di bangun.
aku magang di tahun 2016 yang mana hotel itu sudah beroperasi, dan orang tuaku pindah lokasi jualannya jadi di depan halte hotel tersebut.
Awal aku bekerja tanpa hambatan, sampai suatu ketika, aku masuk telat, harusnya aku masuk jam 7 pagi tapi jam stengah 8 lewat aku baru sampai. Disambutlah oleh rekan kerjaku yang hitungannya sudah staff disana, namanya bang Indra.
”neng, lu mondar mandir aja daritadi gangguin gua kerja!” katanya sambil meledek
”dihh gua baru juga masuk bang” jelas aku
”tadi lu nanya2 gua, tar pegi lagi, tar balik lagi, bantuin kek, ngerecokin aja” kata bang Indra
”apa dah gak jelas, orang gua telat bang harusnya gua masuk jam 7, ni udah stengah 8 lewat” kataku.
Aku langsung berlalu saja dari bang Indra, melanjutkan pekerjaan yang lain seperti rutinitasku di pagi hari.
Sampai akhrinya istirahat jam 12 siang, aku ketemu bang Indra yang saat itu mau pulang. Disana ia langsung tarik aku untuk ngomong serius, aku bingung,
”neng, jujur, lu masuk shift apa ? ” tanya bang Indra
”pagi bang, jam 7 harusnya, emg kenapa si ? ” disini aku baru sadar bang indra tadi pagi ngomong gak main main.
”gua shift malem neng jam 12, subuh tadi gua lagi mau ambil barang di gudang depan mushola lantai 3, ada elu disitu duduk tempat lu biasa duduk abis sholat, nanyain ke gua ‘bang belom pulang’ ‘bang lagi ngerjain apa’ gitu terus mondar mandir, akhirnya gua tanya sama lu
‘lu kok tumben udah dateng subuh2, emg lu shift jam berapa ?’ tapi lu jawab ‘gua dari semalem bang nemenin elu’ gimana gua kaga merinding ! ” jelas bang Indra yang bikin aku ingat sama kejadian kakakku 2 tahun silam.
”sumpah bang, gua shift jam 7, mana ada anak magang boleh masuk shift malem ! tanya ajak kak Pipit tuh, dia shift bareng aku, dia malah tau aku telat noh” jelas aku yang buat bang Indra udah gabisa berkata2 lagi.
Sebetulnya aku suka pake sepatu di bangku depan mushola itu, dan kadang setelah sholat aku suka main hp disana, ngobrol sama temanku di bangku itu, aku akhirnya menyimpulkan jin yang dulu merasuki alm mbak Utari masih disini, karena ia sering mengamati kakakku dan aku.
Karena kakakku gak pernah lagi ke hotel itu, jadinya akulah yang dikuntit.
Kakakku juga cerita padaku dan keluargaku, sebelum kejadian kesurupannya alm mbak Uli, ia sering kali diamati dan dikuntit sosok perempuan di tangga naik lantai 3.
Justru kakakku pernah jelas melihat sosoknya, tapi seperti perempuan biasa dengan ciri2 yang sama seperti aku lihat, rambutnya se pundak, memakai baju terusan se lutut warna coklat krem terang.
*disini aku berasumsi sebetulnya perempuan itu pake baju putih gak si ? tapi kotor tanah jd warnanya krem terang kecoklatan :’(
Orang pintar yang pernah mengobati mbak Uli juga menjelaskan kalau jin ini sering kali ingin merasuki kakakku, atau menyerupai kakakku, tapi jin ini sering terkecoh denganku. Karena perawakanku mirip sekali dengan kak Utari.
Setelah kejadian itu semua, kakakku menikah dengan laki2 yang bukan mas Dewa atau pacarnya yang dulu, melainkan atasannya waktu ia kerja. Ia menikah dengan lancar dan suaminya pun penyayang, dikaruniai seorang anak perempuan kala itu (sekarang anaknya sudah 2).
Ada cerita lagi soal anaknya yang sampai sekarang gak bisa aku lupa, entahlah ini ada sangkut pautnya atau nggak, tapi aku masih positif thinking aja mungkin semua anak kecil bisa melihat makhluk tak kasat mata.
Anak kakakku, sebut aja namanya Salsa, saat itu umur 4 tahun, baru masuk Paud/kinder garden. Aku sering kali disuruh kak Utari mengasuh Salsa waktu kak Utari mau ada acara keluar dengan teman2nya. Oiya, setelah kakakku menikah,
kakakku tinggal bersama suaminya di rumah warisan orang tua suaminya. Lokasinya gak terlalu jauh dari rumahku, Cuma memakan waktu 15/20 menit kesana.
Salsa sering sekali ngomong sendiri, tapi lama2 aku merinding juga. Aku anggap aneh karena Salsa selalu ngomong sendiri menghadap tempat yang gelap, dalam lemari piring, atas tangga, dll.
Pernah waktu itu aku gak tahan mau buang hajat akhirnya aku suruh Salsa duduk di ruang tv, tapi pas aku selesai Salsa ga disitu lagi, Aku akhirnya mendengar suara Salsa ada di dalam kamar kakakku bicara sendiri, setelah aku dobrak pintunya, ternyata kamarnya gelap gulita,
aku marah dan menyuruh Salsa keluar dari kamar. Karena ini sering sekali terjadi, apalagi terjadinya Cuma di rumah suaminya aja, kakakku berinisiatif nanya sama anaknya.
”kakak kalo ngobrol sama siapa si ? ”tanya kak Utari (memang manggil anaknya dengan sebutan kakak)
”sama papa” jelas Salsa
”temen salsa kali? kok mama ga liat ? papa kan lagi di Lampung kak” tata kakakku
”sama papa ih orang sama papa” kata Salsa
”yang bener jawabnya ah, temen kamu kayak papa ?’’ tanya kakakku bingung
”enggaaak mama, itu papa, tapi papa jalannya begini nih” *nyontohin jalan sambil membungkuk dengan bahu agak diangkat* penjelasan Salsa disini didengar oleh nenekku yang punya sedikit ”kebisaan”
”itu yang diliat Salsa ari2 bapaknya, Utari. Ari2 itu bentuknya menyerupai yang punya, malah bajunya disamakan dengan apa yang dipakainya di hari itu, tapi sikap dan tingkahnya kayak anak kecil” jelas nenekku
Ahh aku akhirnya makin gak mau lagi ngasuh Salsa sendirian.
Gimanapun pengalaman ini betul2 aku ingat dan ga bisa aku lupain sampai kapanpun, perasaan bersalah kami sekeluarga tentang mbak Uli, ketakutan akan keselamatan kakakku dan takut ada ancaman di keluarga kami lagi setelah peristiwa itu.
Aku menceritakan ini kepada sedikit sekali orang, bahkan temanku baru aku ceritakan sekarang, 4 hari sebelum thread ini dishare. Tapi gak sedikit dari mereka yang menyimpulkan kalau mas Dewa niatnya menyantet kakakku, supaya kakakku sukain mas Dewa balik.
Karena buktinya mas Dewa terlihat tenang waktu dihadapkan dengan jin yang masuk ke tubuh mbak Uli. Yah bagaimanapun niat orang, aku mau minta kalian tetap berdoa meminta perlindungan dari YME. Aku mau meminta doa juga pada kalian pembaca, untuk mendoakan alm mbak Uli
Al-fatihah…
-Tamat-
*KLARIFIKASI*
barusan diinfokan sma teman dekat admin, si Rumi, dia bilang di bagian ini
org pintar tersebut ga langsung kasih tau jinnya kalau dia msuk ke tubuh yang salah. jadi itulah kenapa kak Utari disuruh pergi sejauh2nya spya gk dicari sama jin ini
jadi percakapan diatas sebetulnya jinnya gak tau dia msuk ke tubuh yang salah, mohon maaf, disini memang admin agak kemiss pas Rumi ceritain ke admin.
sebetulnya jinnya juga disuruh ucap "allahuakbar" sama ustadnya, tapi jinnya justru nanya artinya apa, kata ustadnya bilang "allah maha besar" tapi justru jin tersebut bilang
"Allah maha besar.... KATANYA SIIHH..." ucap jinnya dengan nada yang agak songong.
gondok si asli kalo aku jadi ahli agamanya
mohon maaf lagi teman2 kalo aku banyak salah sebut disini, maksudku ustad dan ahli agama sama aja ya, soalnya aku mau berbahasa indonesia dengan artian luas aja, biasanya ada yg gak tau ustad itu apa. terimakasiihh
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Cerita dari followers dan pembaca setia payung hitam ini bener2 pengalaman yang kurang enak selama kuliah. Cerita kost-kosan angker sudah jadi makanan utama anak2 rantau sih.
Lanjut saja langsung ke ceritanya, dari sudut pandang narsum sendiri kita panggil saja Meme;
Aku lulus SMK tahun 2018 dengan impian pada umumnya lulusan SMK/SMA, aku berusaha sebisa mungkin daftar ke beberapa PTN di luar kota. Tapi akhirnya mungkin belum rezeki ku, gak ada satupun PTN yang terima.
, kalo bisa sih baca dulu yang itu, karena gak panjang2 banget kok. oiya nama seluruh anggota keluarga aku samarin ya temen2.
aku bakal ceritain detailnya disini karena udah ngumpulin info dari beberapa narasumber termasuk bapakku sendiri. judul disini aku kasih nama “pawon peteng” nanti diakhir aku jelasin ada apa dengan pawon atau “dapur”
Jadi ini cerita aku dapat dari penonton @RizkaWadiono yang sudah dikirimkan file wordnya ke kami. Dan yang paling penting Kami sudah diizinkan dari pihak pengirim ceritanya ini diceritakan ulang dalam bentuk thread di payung hitam.
Oiya, untuk thread cerita pengalaman pribadi admin, aku skip dulu ya, menyusul, karena ada beberapa ralat juga, jd mohon bersabar 🌚
apa kabar semuanya nih? udah lama gak upload cerita, maafin :(
mulai jam 12 malem ya, biar kalian ada bacaan pas malem mingguannya dirumah aja hehe, yg lg keluar tetep stay safe!
tungguinn! like sama RT dulu kuy.
Langsung aja ya, ini cerita dari sepupuku sendiri , jadi kejadian ini baru banget lebaran tahun lalu sekitar bulan maret-april. Disini foto dan vidio terlampir untuk membayangkan suasananya.
Temen2 cerita yang kali ini agak berbeda, aku dapat cerita ini dari narasumber Channel Youtube Rizka Wadiono bernama mas Danu yang ngirimin ceritanya ke email bang Rizka.
Aku sama bang @rizkawadiono akhirnya sepakat buat kerjasama bawakan cerita dari masing2 narasumber kami, pastinya dengan kesepakatan narasumber.
“Cece”, atau sering familiar di telinga kita “cici”, adalah panggilan untuk kakak perempuan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Kali ini menceritakan cerita keluarga dari narasumber kami bernama Goh.
Cerita ini admin pikir cukup familiar dan mirip2 sama cerita “KELUARGA ANGKATKU TERSAYANG” karena nyeritain seorang kakak. Kalian bisa baca dulu threadnya kalo mau, atau setelah selesai baca thread ini.