Coba perhatiin deh, 10th lalu, kerjaan di sektor migas & batubara itu primadona bgt, makanya byk anak SMA yg berlomba2 masuk Fakultas Teknik Pertambangan, biar bisa merealisasikan impian menjadi menantu idaman non-PNS
Tapi, apakah skrg kerja di sektor migas & batubara msh seksi?
Temen2 gw anak tambang malah skrg kerja di consulting firm
Temen2 yng dulu ortunya tajir melintir kerja di sektor migas malah skrg udah pensiun dini, soalnya perusahaan multinasionalnya udh tutup operasi di Indonesia
Ada temen kalian yg gini juga?
Tanpa disadari, fenomena ini adalah konsekuensi dr transformasi global Green Economy yg mengutamakan sustainability dan renewable energy
Jadi, sektor energi fosil udah makin lama makin ditinggalin, dan ini berdampak ke sektor ketenagakerjaan juga
Laporan ILO 2018 mengestimasikan sekitar 6 juta lapangan pekerjaan sektor migas & batubara yg akan hilang di 2030 akibat transformasi Green Economy
Namun, jika tdk transformasi, malah ada 72 juta pekerjaan yg akan hilang di 2030 akibat perubahan iklim
Sbg antitesis, transformasi Green Economy, ILO memprediksi ada 24 juta lapangan pekerjaan baru di 2030 dari sektor pekerjaan ramah lingkungan (re: Green Jobs)
Penciptaan lapangan kerja baru tentunya dapat membantu pertumbuhan ekonomi pasca COVID-19
Tetapi, kondisi pemulihan ekonomi maksimal hanya bisa dicapai dgn penerapan kebijakan yg tepat dan sesuai di sektor hijau
Transformasi ke Green Jobs udah gak bisa di-deny, skrg gmn cara kita mastiin kalo transisinya smooth dan minim risiko
Di 2030, Inggris nargetin ada 694 ribu Green Jobs sektor renewable energy & low-carbon, bahkan di 2050 jumlahnya diprediksi naik 2x ke 1,18 juta
Diantisipasikan pertumbuhan Green Jobs dan Green Economy bs membantu pemulihan ekonomi Inggris pasca COVID-19
good idea, udah ada kan fakultas ketenaganukliran, sayang di para pengamat renewable energy masih saling berdebat mengenai penggunaan energi nuklir ini
w mau share pengalaman pribadi w mengenai hal ini, mudah2an bisa menambah diskursus mengenai "badmouthing bos di belakang" dan apa aja tindakan yg dihindari dan yg dilakukan
w sendiri sih ga peduli bgt ya sama atasan waktu jadi kroco, karena gw ada di posisi paling bawah, jd yg gw manage kan performa pribadi, bukan tim, kolega atau bawahan
so far, dulu sih pas di level entry kerjaan lancar jaya, bisa memenuhi ekspektasi atasan dan company, sehingga aman2 aja, life's good
pertanyaan sederhana aja, jika si anak miskin ini diberikan akses ke pendidikan tinggi dan sukses, apakah ia pasti akan membantu teman2nya yg underprivileged?
kita semua sudah bisa mengidentifikasi ada masalah dengan gap privilege, tapi tidak ada yg mem-propose sistem baru untuk bisa mendistribusikan privilege
yang miskin bisa aja teriak2 ga dapet privilege, tp ketika diberikan akses dan privilege agar bs sukses, belum tentu ia akan membantu teman2nya untuk mempunyai akses ke privilege tersebut
jadi, w sendiri sudah memerangi bad temper w sendiri sejak 2015 [hampir 5 tahun], yea 2015 was a shitty year, sampai akhirnya w memutuskan untuk mengubah diri sedikit demi sedikit, sampai akhirnya ke titik sekarang yang ...
menurut gw sendiri sih udah lebih chill ya, but idk
terkadang diri sendiri tidak bisa menilai bagaimana diri ini, maka dari itu, memang harus dari orang lain, tapi setidaknya udah lebih nggak marah2 yang meledak [seharusnya]