Reaksi anafilaksis merupakan gejala alergi berat dan gawat darurat karena dapat mengancam nyawa. Reaksi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang mengenali paparan suatu zat sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh.
Pada reaksi anafilaksis, muncul gejala-gejala alergi yang melibatkan sistem pernafasan, jantung, dan pembuluh darah. Bila melibatkan organ-organ penting tersebut, sudah tentu reaksi anafilaksis dapat menimbulkan kematian bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat.
Reaksi anafilaksis biasanya akan didahului dengan gejala alergi ringan, seperti bengkak pada wajah, bibir dan mata, hidung tersumbat, mata berair, gatal pada kulit, sakit kepala, ruam pada kulit, atau mual muntah.
Setelah beberapa saat, gejala akan makin memberat dan menyebabkan sesak nafas, kesulitan bicara, suara serak, mengi dan batuk terus menerus, pucat, berkeringat dingin, dan dapat berujung pada pingsan atau penurunan kesadaran.
Apa saja penanganan awal yang harus dilakukan apabila terjadi reaksi anafilaktik?
Hal pertama yang harus selalu dilakukan adalah JANGAN PANIK.
Segera hubungi ambulan atau bawa pasien ke unit gawat darurat terdekat karena reaksi anafilaksis dapat mengancam nyawa.
Bila pasien kesulitan bernafas, posisikan pasien tersebut dalam posisi duduk. Bila pasien dalam kondisi tidak sadar , pucat, dan tangan teraba dingin, posisikan pasien berbaring dengan kaki diangkat 45 derajat diatas kepala.
Bila pasien muntah, miringkan kepala pasien, agar cairan tersebut tidak menyumbat saluran pernafasan pasien.
Jangan beri minum pasien. Pasien dengan sesak nafas beresiko besar tersedak, apalagi ketika diberi cairan. Meskipun sahabat sekalian memiliki obat anti alergi yang bisa diminum, sebaiknya tidak memberikan obat tersebut pada kondisi reaksi anafilaksis.
Setelah tertangani di rumah sakit, barulah sahabat sekalian mengingat-ingat hal-hal apa saja yang dicurigai dengan alergen. Konsultasikan dengan cermat dengan dokter imunologi, karena bila pasien terpapar alergen serupa di kemudian hari, reaksi anafilaksis bisa terulang kembali.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sedang baca Mosaic of Autoimmunity oleh Prof. Y. Schoenfeld, salah satu ahli bidang #autoimunitas. Dalam thread ini saya akan share apa yang saya pelajari, semoga bermanfaat bagi para penyintas dan dokter yang merawat ODAI (Orang Dengan Auto-Imun). amazon.com/Mosaic-Autoimm…
Kenapa dikatakan mozaik, karena dalam autoimunitas ada banyak faktor memainkan peranan, seperti genetik, diet, lingkungan, gaya hidup, mikrobiom, toksin, hormonal, stres psikologis dan infeksi yang dapat mencetuskan munculnya #autoimun pada seorang penyintas.
Dinamakan mozaik juga karena autoimunitas merupakan gangguan sistem imun yg dapat berikan gambaran berbeda tergantung organ dan jaringan yang terlibat. Sehingga dikatakan, dibandingkan fokus pada organnya seperti selama ini, lebih baik fokus pada sistem imun yang terganggu.
Vaksin Covid-19 sudah ada, persiapan telah diusahakan oleh pemerintahan pak @jokowi. Namun bagaimana kesiapan masyarakat kita? Studi oleh WHO, thd 115rb masyarakat Indonesia pada September 2020, menunjukkan sebagian besar bersedia divaksin (64,8%), namun 27,6% masih ragu.
Sebagian besar keraguan dan penolakan muncul akibat pertanyaan masalah keamanan, efektivitas dan efek samping vaksin. Namun 13% diantaranya tidak percaya akan vaksinasi, kabar baiknya hanya 8% yang mendasarkan pada isu agama. Tugas kita adalah edukasi isu2 ini. @ProfesorZubairi
Masalah pembayaran vaksin juga menjadi isu penting, sebagian besar masyarakat mengharapkan gratis, terutama gol. ekonomi lemah, masuk diakal mereka pihak yg paling terdampak secara ekonomi. Mudah2an kemenkes @BudiGSadikin bisa usahakan vaksin gratis bagi sebagian besar rakyat.