Dirinya pun menghabiskan waktunya untuk surat-menyurat dan berinteraksi dengan sahabat pena Eropanya.
Ia menyampaikan kritiknya terhadap adat Jawa juga agamanya, Islam.
Salah satunya isi suratnya, dirinya kirim kepada Walikota Semarang pada masa itu, Piet Sijthoff.
Saat itu Sijthoff merupakan orang yang bertugas mengurus akses pendidikan bahasa Belanda untuk pria Jawa terpilih.
Perjuangan panjang korespodensi antara Kartini dan Sijthoff menghasilkan sebuah memorandum.
Sijthoff setuju bahwa pendidikan secara umum akan berkembang apabila pendidikan perempuannya telah baik.
Keseriusan Kartini untuk mendirikan sekolah khusus perempuan karena kasus kebijakan candu pemerintah Hindia Belanda yang memonopoli perdagangan opium.
Kemarau dan gagal panen yang memiskinkan rakyat Jawa makin menambah penderitaan karena mereka kecanduan opium.
"Bagi yang punya uang tak jadi masalah, bagi yang tidak, mereka akan mencuri, merampok, dan membunuh," ucapnya dalam korespondensinya dengan Stella.
Bagi Kartini, pendidikan kepada perempuan salah satu cara agar masyarakat tidak terjerumus dalam candu dan kemiskinan
"Lagipula, bagaimana mungkin aku mencintai agamaku, jika aku saja tidak mengetahui apa isi ajaran ini? al-Qur’an terlalu suci untuk diterjemahkan.
Aku pikir ini lucu-mengajari orang cara membaca Qur’an tanpa memahami apa yang diajarkannya...”
Merupakan sepotong surat Kartini kepada Stella di tahun 1898 yang berisi keresahannya kepada Islam.
Baginya sebagai manusia yang 'lahir' sebagai orang Islam, Ia tetap tidak memahami kandungan ajarannya.
Sebelum abad ke-19, penerjemahan Al-Qur'an memang telah dilarang oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Kebijakan ini menjadi lebih keras, pasca perang Diponegoro 1825-1830.
"...Kami berpuasa, menahan lapar, mengerjakan hal-hal yang dititahkan kepada kami. Kemudian muncul pertanyaan dalam benak kami, mengapa, untuk apa, untuk siapa, agar apa?
"Kami ingin tahu apa makna dari ayat-ayat Al-Qur’an yang kami baca, apa arti bacaan shalat kami,"
Kartini pernah menulis surat kepada Stella, dengan nada yang berapi-api, ia menentang poligami.
“...Meskipun seribu kali orang mengatakan, beristri empat itu bukan dosa menurut hukum Islam, tetapi aku, tetap selama-lamanya aku mengatakan itu dosa...''
Kartini juga pernah menulis surat kepada istri Tn. Abendanon di tahun 1900,
Yang isinya menekankan pandangan Kartini bahwa kezaliman ini (poligami-pen) bernaung di bawah hukum Islam.
...Dan dalam keputusasaan, dalam kesedihan, aku menggenggam tanganku - aku - satu-satunya yang kesepian, seorang diri menghadapi monster besar -
oh.. menyeramkan! - ini (poligami) di bawah ajaran agama Islam, dan wanita adalah korbannya! Oh
Sebelum tutup usia, Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Djojodiningrat sebagai istri keempat pada 8 November 1903.
Ia tidak pernah mengungkapkan alasan sesungguhnya mengapa ia mau menempuh pernikahan poligami tersebut.
Mau baca lebih lengkap soal Kartini dan gagasan-gagasannya, yuk baca artikelnya
Kardinah dan Roekmini: Pahlawan Perempuan yang terlupakan
Mereka adalah RA. Kardinah dan RA. Roekmini. Dua perempuan adik dari Kartini. Mereka bertiga, dijuluki “Daun Semanggi” atau “Het Klaverblad” dalam bahasa Belanda karena kekompakannya.
Perjuangan istri bupati Tegal, Reksonegoro IX ini tak bisa dianggap remeh. Mungkin jika beliau tidak peduli dengan keadaan Tegal, tak ada yang namanya RSUD Kardinah, SMKK 1 Tegal, batik Tegalan, dan masih banyak lagi jasa-jasa beliau.
Kardinah
Beliau juga menerbitkan buku membatik dan resep masakan keluarga Jepara. Yang unik di dalam salah satu buku resep tersebut adalah resep "ayam glepung". Kalau sekarang namanya "fried Chicken".
Berikut kami sajikan beberapa data mulai dari produk terlaris dan top e-commerce di tahu 2020, layanan yang disukai konsumen, hingga fakta rahasia berlanja online.
Semoga bermanfaat.
1. Preferensi belanja online menurut generasi di tahun 2019
Terlihat Milenial mendominasi dengan 46,7 juta pengguna internet di Indonesia.
2. Produk terlaris E-commerce di tahun 2020
Produk makanan dan minuman masih menjadi pilihan dominan.
7 Film Indonesia yang Kurang Mendapat Apresiasi, Tapi Moncer di Luar Negeri
Sayangnya, beberapa film produksi sineas Indonesia, tak semua mendapat apresiasi penonton Indonesia, alias kurang laku di layar bioskop, atau dibredel (gagal tayang).
Sudah pernah menonton yang mana?
1. Kucumbu Tubuh Indahku (2018) karya Garin Nugroho
Film ini mengangkat kisah tentang perjalanan hidup seorang penari di sebuah desa kecil di Jawa.
2. Marlina Si Pembunuh Empat Babak (2017) disutradarai Mouly Surya
Bercerita tentang janda bernama Marlina (Marsha Timothy) yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba.
Disajikan dalam empat babak, yakni Perampokan, Perjalanan, Pengakuan Dosa, dan Kelahiran.