Pada th 1963 PKI merubah garis perjuangannya dari poros Moskow ke arah poros Peking (penggunaan kekerasan revolusioner berskala besar utk mendirikan diktator proletar), (Lihat Victor, M. Fic, Kudeta 1 Okt 1965: Sebuah Studi Konspirasi, JKT:Yayasan Obor, 2005, hlm 54-57).
Implikasi pergeseran poros itu Aidit memperoleh fasilitas2 yang luas dan penuh dari penduduk Cina perantauan yg ada di Indonesia. Biaya operasi organisasi dan propaganda PKI sebagian besar atau bahkan hampir seluruhnya diterima dari Hoakiau, selain droping pendanaan dari Peking.
Pada saat pra G30S-PKI, setiap warung (toko) Cina —yang dimiliki penduduk Cina berkewarganegaraan RRT— yang ada di Indonesia, mempunyai kewajiban menyumbang dana pengembangan Komunis di Indonesia.
PKI paling sedikit mendapat Rp. 100,- dari warung2 kecil di kampung2 (Rosamona, Matinja Aidit: Marsekal Lubang Buaja, Djakarta: Inkopak-Hazera, 1967, hlm 15). Sedangkan dukungan finansial dari RRC disalurkan melalui Kedutaan Besar RRC di Jakarta lewat Bank of Cina Cabang Jakarta.
Pada pertengahan tahun 1964, bank tersebut dihibahkan kepada pemerintah Indonesia & sebagai kompensasinya Presiden Soekarno menempatkan Jusuf Muda Dalam (pelaku kerusuhan bersenjata Merbabu-Merapi Complex pasca pemberontakan Madiun) sbg Menteri Bank Central (Julius Pour: hlm 39).
Pada tahun 1964, selain meningkatkan tuduhan “kontra revolusi” terhadap lawan2 politiknya, Aidit juga berusaha mengubur Pancasila untuk diganti dengan Nasakom. Pada bulan Oktober 1965, melalui pidato di depan para peserta Pendidikan Kader Revolusi (Pekarev), Aidit menyatakan:
"dan disinilah betulnya Pancasila sebagai alat pemersatu. Sebab kalau sudah ‘satu’ semua… Pancasila ndak perlu lagi, sebab Pancasila alat pemersatu”.
Dalam ceramah yang lain Aidit menyatakan: “Landasan idiil Pancasila yang lahir tahun 1945 adalah Nasakom, dan Pancasila merupakan falsafah persatuan dari Nasion Indonesia”.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Semua negara Komunis di dunia ini melakukan pembantaian& penyembelihan kepada rakyatnya sendiri. Dari penelitian Chang & Halliday (2006), Courtois (2000), Nihan (1991), Ratanachaya (1996), dan Rummel (1993),
.., didapatkan data ideologi Komunisme ini telah membantai 120 juta manusia di 75 Negara, sepanjang 1917-1991. Jika hendak dibuat rata-rata, terjadi pembantaian 1.621.621 ORANG SETAHUN, 4.504 SEHARI, 3 ORANG PER MENIT, 20 DETIK PER ORANG, selama 74 TAHUN DI 75 NEGARA. #AntiKOM
Tercatat, 500.000 rakyat Rusia dibantai Lenin (1917-1923), 6.000.000 petani Kulak Rusia dibantai Stalin (1929), 40.000.000 dibantai Stalin (1925-1953), 50.000.000 penduduk Rakyat Cina dibantai Mao Tsetung (1947-1976), 2.500.000 rakyat Kamboja dibantai Pol Pot (1975-1979),
Di Praha, Cekoslowakia, Eropa, pada Mei 1947, Musso, Soeripno, dan Paul de Groot (Ketua Communistische Partij Nederland di Parlemen Belanda), bertemu secara rahasia di Praha Cheko untuk membahas Rencana Kudeta Revolusioner Komunis di Indonesia.
Berbagai strategi, uang, persenjataan, disiapkan oleh golongan komunis Eropa Belanda yg tergabung dalam Partai Komunis Internasional (KOMINTERN). Tidak heran pada 10 Agustus 1948, Musso mendarat di Tulungagung menggunakan Pesawat Catalina Royal Dutch Airforce 1941 milik Belanda.
Dalam berbagai riset dan penelisikan, ternyata diketahui pada tahun 1950, pesawat Catalina dengan merk yang sama juga digunakan Capt Raymond Westerling untuk kabur ke Singapura.
Tragedi 3 Mac 1946. ‘Ketuanan Rakyat’ Yang Menjadi Detik Hitam Sejarah Melayu
65 tahun tidak lama. Adakah kita telah lupa? Dua bulan sebelum UMNO ditubuhkan di Istana Johor, lima sultan di lima negeri Melayu di Sumatera Timur telah dibunuh dengan kejam.
Dalam satu malam sahaja, beberapa orang Sultan di beberapa negeri telah dibunuh dengan kejam oleh puak pro-komunis yang dibantu oleh kuli-kuli ladang dari keturunan pendatang luar.
Peristiwa bermula menjelang tahun 1946 di mana keadaan suhu politik di Sumatera Timur menjadi panas apabila kumpulan pro-komunis mula menguasai partai politik dan juga membentuk askar bersenjata di antaranya Laskar Buruh atau Parti Komunis Indonesia.
Mengingat sejarah PKI yang penuh dengan tindakan subversif dan pertumpahan darah maka NU pada pemilu 1955 merumuskan tema Kampanye yang dengan Tegas menempatkan PKI sebagai lawan politik yang harus dibendung perkembangannya.
1. NU hanya loyal kepada Negara Republik Indonesia Oleh Soekarno -Hatta pada tgl 17 Agustus 45 2. Loyalitas NU itu dilandasi oleh semangat menggalang kerjasama Islam - Nasional agar potensi rakyat Indonesia yg mayoritas Muslim dan Nasionalis ini tetap kompak tidak terpecah-pecah
3. Menentang paham komunisme& segala bentuk atheisme yang lain2 4. Menjaga dan membela 6 perkara yang menjadi inti hak asasi manusia
- Agama
- Keselamatan Nyawa
- Harta Benda
- Keturunan
- Akal Pikiran
- Kehormatan 5. Hal2 lain yang berhubungan dgn cita2 perjuangan NU
KH. Achmad Dasuki Siradj yg riwayat pendidikannya kuat di pesantren seperti Pondok Pesantren Djansaren ( Ibtidaiyah), Madrasah Manbaul Ulum Surakarta ( Tsanawiyah)& Pondok Pesantren Kasingan Rembang (tingkat Aliyah). Dia menjadi tokoh besar PKI era Musso maupun era Soekarno.
Ijtihad nyleneh dia pun menjadikan PKI sebagai jalan perjuangannya di jalan Allah.
“Menurut pengalaman saya yang telah 33 tahun di dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) hanya di situ itulah (baca: PKI) tempat mengamalkan hukum Allah dalam arti politik, bukan ditempat lainnya.
Apabila Saudara yang terhormat memang dengan sungguh-sungguh hati menjalankan hukum Allah dan beramal dengan ikhlas marilah bersama dengan saya di dalam lingkungan Partai Komunis Indonesia (PKI),” tegas Kiai Siradj dalam Sidang Konstituante.
Sebelum lahirnya PKI sebagai kekuatan politik Formal, suasana politik se-genting apapun dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Dalam politik PKI yg konfrontatif; hanya ada kawan dan lawan, yang bukan kawan dianggap lawan dan boleh diserang.
Sebagai contoh, pada sidang BPUPKI, berbagai perwakilan masyarakat hadir saat itu. Mulai dari kelompok Islam, Nasionalis, ada Hindu, Budha, Kristen, dst, tetapi pada saat penetapan dasar Negara serta Mukadimah UUD
Walupun sempat terdapat berbagai perbedaan dan berlangsung sengit, tetap bs dimusyawarahkan scr kekeluargaan sehingga dalam waktu singkat dapat dirumuskan Pancasila, Mukadimah UUD, serta UUD1945. Karya Monumental bangsa ini dirumuskan tanpa disertai ketegangan apalagi kekerasan.