KECAMAN AL QUR’AN BAGI YANG TAK MAU MENGGUNAKAN AKALNYA
(BAGIAN I)
Al Qur’an mencemooh dan mengecam keras orang-orang yang tidak mau bernalar atau tak mau menggunakan akalnya.
Akal adalah karunia Allah SWT yang menjadikan seseorang disebut sebagai manusia.
Akal merupakan ciri khas manusia.
Aristoteles jauh hari sebelumnya mendefinisikan manusia sebagai hewan yang berakal.
Artinya hewan ini disebut manusia karena punya potensi akal, dan menjadi seorang manusia ketika menggunakan akalnya –حيوان ناطق .
Al Qur’an mencap orang yang tak mau menggunakan akalnya sebagai mahluk yang hina dina.
Al Qur’an juga mengecam keras orang yang melakukan taklid buta kepada para pendahulunya tanpa mengikuti tuntunan akalnya.
Rangkaian pelajaran dalam Al Qur’an merupakan sumber pelajaran kaya dan bermanfaat.
Kitab ini tidak hanya mengarahkan manusia untuk semata-mata beribadah.
Namun Al Qur’an juga menyuguhkan berbagai argumentasi rasional (dapat dinalar).
Al Qur’an juga mengajarkan manusia untuk menggunakan akalnya ketika berinteraksi dengan Al Qur’an dan
ketika berinteraksi dengan segala sesuatu yang berada di luar dirinya atau bukan dirinya.
Dosa utama yang menjerumuskan manusia pada kesengsaraan abadi adalah keengganan mengikuti tuntunan akal.
Dengan mengabaikan tuntunan akal, sungguh manusia telah menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam neraka.
Al Qur’an menerangkan sebab penyesalan penghuni neraka.
قوله تعالى: وقالوا لو كنا نسمع أو نعقل ما كنا في أصحاب السعير
Dan mereka berkata: “Kalau sekiranya kami mendengarkan dan menggunakan akal kami, tidaklah kami akan menjadi penghuni neraka (api yang menyala-nyala)” (QS Al-Mulk [67]: 10).
گان النبي صلی الله عليه وسلم يطوف فی الگعبة_ فرأی أعرابيا يطوف بها ويقول : يا گريم
Suatu saat Nabi SAW melakukan Thowwaf mengelilingi Ka’bah. Tiba-tiba beliau melihat seorang Arab Badui juga sedang Thowwaf sambil menyeru :
“Ya Kariim!”
فقال النبي صلی الله عليه وسلم وراءه : ياگريم_ فأنتقل الأعرابي إلی رکن الثاني وقال : ياگريم ، فقال النبي صلی الله عليه وسلم – فقال الحبيب صلی الله عليه وسلم- وراءه : ياگريم
Maka Nabi pun dibelakangnya mengucapkan “Ya Kaariim”.
Maka Arab Badui itupun berpindah ke Rukun Tsani dan berdo’a :
"Yaa Kariim".
Maka Nabi, Sang Kekasihpun menirukan “Yaa Kariim”.
يطلق السمع ويراد به إدراك الصوت والقول بالجارحة وربما يراد به ما هو الغاية منه عند العقلاء وهو الالتزام بمقتضاه من الفعل والترك، ويطلق العقل على تمييز الخير من الشر والنافع من الضار، وربما يراد به ما هو الغاية منه وهو الالتزام بمقتضاه من طلب الخير والنفع واجتناب الشر والضر،
Sayyid Muhammad menyatakan bhw aktivitas mendengar adalh keniscayaan yg perlu dilakukan manusia.
Tujuan mendengar boleh jadi terkait dgn persyaratan yg melazimkan dilakukannya suatu tindakan, alih-alih (drpd) suatu kelalaian tanpa melakukan apapun (krn tdk mau mendengar).
Tuntunan akal melazimkan kemampuan untuk membedakan suatu kebaikan dari kejahatan atau sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk, dan sesuatu yang bermanfaat dari sesuatu yang berbahaya.
Allah, kami mohon padaMu demi hak s'gala pujian, agar Kau ampuni kami, Kau lampaui kesalahan kami, sehatkan jasad dan ruhani kami, Engkau selamatkan agama kami.
Sungguh kami bermohon padaMu, dan yakin Engkau akan mengabulkannya,
kami menyeru padaMu dan itu Engkau mengetahui
juga mendengar permohonan kami ini. Maka, kabulkanlah...🤲
Jangan putuskan harapan kami ya Allah, jangan pula Engkau tolak pujian kami, jangan juga pupuskan doa munajah ini, kami membutuhkan ridhaMu, perlu ampunanMu. Kami bermohon padaMu dengan tiada
berputus asa
dari rahmatMu.
"..... “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih.” (Surat Al-Munafiqun (63) Ayat 10)
Dia tidak mengatakan : "(jika bisa kembali ke dunia ini) saya akan melakukan haji ... atau mendirikan shalat ... atau berpuasa ..."
Di Basrah ada Seorang Wanita Berbudi luhur yang bekerja sebagai Guru Sekolah .....Namanya Khalida Turki 'Imrân (Ummu Mu'tadhar) .....Dia sedang mengemudikan mobilnya ke tempat kerjanya ..
Pada tanggal 4 April 2016 dan ketika dia berhenti, sebuah bom mobil meledak di dekatnya .. dan mobilnya terbakar .. Jadi dia keluar dari mobil dalam keadaan Tubuhnya terbakar.
Dan ketika dia melihat api telah membakar pakaiannya .. Rasa Malu dan kecemburuan diri (tdk terima tubuhnya dilihat masyarakat umum) timbul ....
Perbaiki Diri Sendiri sebelum Memperbaiki Masyarakat
Di antara kalian, pasti ada yang punya cita-cita untuk memperbaiki keadaan masyarakat, dengan menjadi tokoh, figur, atau pemimpin. Tapi, siapa saja yang memperbaiki dunia, harus terlebih dahulu memperbaiki dirinya sendiri.
Dan, sekali lagi, waktu untuk memperbaiki diri sendiri itu adalah sekarang, bukan waktu yang akan datang.
Jika kalian terjebak, kalian akan terjebak dalam situasi mana yang terlanjur menjadi panutan masyarakat.
Di saat itu, masyarakat mengagumi dan menjadikan kalian sebagai orang yang terpercaya. Padahal, diri kalian sendiri belumlah benar. Kalau itu sampai terjadi, kalian akan terlena dan kehilangan kontrol.