MENGAIS ASA TERTINGGAL
.
.
.
.
Petiklah Bintang Dan Bawalah Pulang
.
.
Bila benar, alam semesta ini diciptakan HANYA untuk manusia, bukankah itu sia-sia?
Dalam kitab agama, ungkapan bahwa itu diciptakan bagi manusia tertulis. Dengan iman kita percaya. Lantas, bagaimanakah caranya agar hal itu tak pernah sia-sia?
Bukankah frase "diciptakan untuk manusia" juga berarti berguna dan seharusnya dapat digunakan untuk kepentingan umat manusia?
Bukankah sesuatu yang dikatakan berguna bagi kita namun di sisi lain itu juga tak terjangkau benar adanya hanya sia-sia belaka?
Pernah nonton film layar lebar Avatar? Konon tempat bernama Alpha Centauri itu adalah semacam tata surya seperti kita miliki dimana matahari sebagai bintang adalah pusatnya.
Sama seperti tata surya kita, dia juga berada di dalam galaxi Bima sakti. Dan sistem tata surya Alpha Centauri ini adalah tetangga paling dekat yang pantas kita kunjungi kelak.
Ada planet dengan "mataharinya" yang diperkirakan mirip banget dengan keadaan bumi kita.
Menurut para peneliti, bukan hal mustahil itu adalah salah satu tempat ideal dapat menopang kehidupan kita kelak atau saat harus mengungsi bila bumi sudah tak lagi bersahabat.
Tahukah berapa jarak harus kita tempuh bila kita ingin bersilaturahmi ke sana? Dia berjarak 4,3 tahun cahaya.
" Bagaimana cara membayangkan jarak sejauh 4,3 tahun cahaya itu?"
Bila jarak Jakarta-Semarang anda mampu tempuh dengan hanya 4,5 jam saja, anda termasuk golongan hell driver. Kecepatan rata-rata anda adalah 100km/jam.
Itu ngebut banget dan itu pun dijamin baru bisa terjadi pada kondisi jalan yang sangat sepi plus anda benar-benar harus dalam kondisi sedang dikejar setoran. Pernah?🙄
Bila kecepatan itu kita anggap hebat dan dengan kecepatan semacam itu kita ingin pergi ke matahari, kita butuh waktu 171 tahun. Untuk sampai Alpha Centauri kita butuh waktu 45 miliar tahun. Keduanya tak mungkin kita lakukan. Jatah umur kita tak sampai pada angka itu.
Bagaimana bila kita memakai ukuran kecepatan pesawat terbang yang biasa kita pakai dari Jakarta ke Jogja dan lebih cepat dari mobil dan hanya butuh waktu kurang dari 1 jam?
Bahkan bila menggunakan tolok ukur kecepatan pesawat tempur tercanggih di dunia yang kabarnya memiliki kecepatan 5 mach, (hampir 7 - 8 kali kecepatan pesawat komersial Jakarta - Jogja kita itu)
pun kita masih harus butuh waktu 2 tahun 9 bulan untuk mencapai matahari dan mencapai Alpha Centauri butuh lebih dari 740 ribu tahun.
.
.
Sama, itu mustahil bagi jatah umur kita. Kita butuh reinkarnasi lebih dari 10.000 kali hanya untuk sampai ke tetangga terdekat. Bagaimana ke tempat yang lebih jauh? Padahal, ada milyaran tempat di luar sana menunggu kita bukan?
"Berarti, benar dong sia-sia?"
Seharusnya ini tentang makna tafsir. Dalam Islam nabi pernah berkata, "belajar lah sampai ke negeri China!". Dalam kitab Kristen, Yesus juga pernah berkata, "bila kalian punya iman sebesar biji sesawi, kamu akan dapat memindahkan gunung."
Dalam pernyataan Yesus umat meyakini bahwa dengan beriman padaNya, manusia akan mampu melawan segala kemustahilan. Percayalah..!
Melalui nabi Muhammad, anugerah paling sempurna yakni akal sebagai milik melekat manusia yang tak dimiliki
dan diberikan pada ciptaan yang lain harus digunakan semaksimal mungkin, maka BELAJARLAH...!
.
.
Bukankah itu perintah yang sangat jelas?
Baik burung dan ikan disebut dalam kisah penciptaan. Pun matahari, bulan, bintang dan bumi ada di sana.
Kenapa penyebutan itu tak kita tafsirkan sebagai logis perintahnya untuk manusia pelajari? Bukankah akal sebagai pondasi telah diberikan? Bukankah nalar tentang akal adalah selalu ingin tahu dan maka menjadi makin pintar adalah benderang sebagai keharusan bagi perintahNya?
Maka, logiskah tanpa ciptaan dalam rupa burung yang punya sayap dan dapat terbang membuat manusia berhasrat untuk itu? Masuk akalkah tanpa ikan di laut manusia punya kesempatan berkhayal dan kemudian dapat menciptakan kapal Selam? Seperti inikah tafsir mendapat tempat?
Kini manusia sudah dapat terbang jauh melebihi kemampuan burung ciptaanNya yang mana pun juga. Manusia juga sudah bisa menyelam dan mengembara di kedalaman selama berbulan-bulan di mana itu mustahil bahkan bagi ikan paus maupun ikan hiu.
Apakah itu melanggar kodrat? Tafsir sempit memang pernah membuat Galileo menjadi korban. Dia dihukum dan dipenjara karena menjalankan perintah atas akal sebagai anugerah dan dia kembangkan. Bumi mengitari matahari tak sesuai tafsir sempit para ahli tafsir saat itu.
Apakah hari ini para ahli tafsir itu masih percaya bahwa matahari adalah objek yang mengelilingi bumi sesuai tafsir masa lalu mereka? Bahwa masih ada segelintir orang yang mempercayai bumi datar hingga babi ngepet, itu cerita berbeda.
Itu bukan mereka bodoh, (maaf) itu mabuk atau sangat mungkin sudah masuk kategori sakit jiwa.
.
.
"Tapi masih sia-sia juga kan semesta yang demikian luas bila hanya untuk manusia?"
Pengetahuan kita tentang kehidupan lain di luar bumi masih tetap sama. Kita belum tahu dan maka subyektif manusia atas perintah kitab agama masih tak berubah.
Bukankah menurut kitab usia Adam adalah 950 atau 1000 tahun? Bila hari ini manusia telah sanggup terbang lebih tinggi dan lebih jauh dibanding pemilik kodrat mereka yang bersayap, bila manusia mampu menyelam lebih dalam,
lama dan lebih jauh dibanding kodrat mereka yang bersirip, kenapa kita ragu bahwa contoh usia Adam adalah juga merupakan perintahNya untuk manusia pelajari?
.
.
Bukan 100, 200 atau 500 tahun jarak waktu akan manusia butuhkan untuk membuktikan bahwa Alpha Centauri adalah salah satu dari pemberianNya, dunia di luar galaxi kita pun menunggu kita dan itu butuh kita mencapai usia sangat panjang demi menjangkaunya.
Adakah Itu tafsir berlebihan kita tentang makna kenapa usia Adam juga disebut? Di sana, iman yang seharusnya mampu mengalahkan kemustahilan mendapat tantangannya.
Cahaya yang merambat dengan sangat cepat adalah bukti lain di mana kecepatan yang ada dan hadir itu juga Tuhan telah berikan sebagai contoh dalam kehidupan manusia. Tak masuk akal kah manusia mencapai kecepatan itu?
Bila benar suatu saat nanti manusia mampu memiliki teknologi bagi kecepatan tersebut, untuk mencapai matahari hanya butuh 8 menit dan ke Alpha Centauri kita tak lagi harus ratusan tahun. Hanya perlu waktu 4,3 tahun saja.
Dan ini adalah sebuah revolusi bagi cara manusia bersilaturahmi ke ruang antar galaxi, ke tempat yang lebih jauh lagi yang juga bagian dari ciptaanNya.
.
.
Itu sebuah keharusan. Pada waktunya, bumi pasti akan terlalu sempit untuk menampung ras manusia. Di sisi lain, bumi juga memiliki usia pakai sangat terbatas. Haruskah ras manusia punah bersamaan dengan bumi yang menua?
"Itu sih tafsir bebas dong? Suka-suka!"
Bila benar kita sepakat bahwa akal budi sebagai anugerah paling besar dan itu sebagai pembeda dibanding ciptaan yang lain, seharusnya tak lagi kita perdebatkan. Bukan lagi sebagai hal mustahil, adalah keharusan logis.
Sesuatu yang akan dengan sendirinya terjadi apalagi bila manusia memaknainya sebagai perintah dari Tuhannya. Itu booster sebagai cara kita makin cepat melompat.
.
.
Bila si atheis saja yang tanpa memiliki booster semacam itu mampu, seharusnya mereka yang beragama, lebih memiliki alasan kuat bagi proses tersebut. Itu seperti berlomba untuk memberi bukti bahwa kita layak menerima kepercayaan besar dari Dia yang sangat kita muliakan.
Bukan justru menarik mundur dengan mitos sebagai tafsir kuno kita angkat kembali.
"Itu pasti lagi sindir Indonesia kan?"
Ratusan tahun yang lalu, seorang pelaut terkenal dari Portugis bernama Alfonso de Albuquerque menulis surat pada raja Manuel I dari Portugal pada April 1512.
Dalam suratnya Alfonso memberitahu pada rajanya bahwa selama di Malaka dia mendapat sebuah peta besar dari seorang pelaut lokal.
Peta yang dibawa oleh seorang Nahkoda Jawa tersebut berisi informasi lengkap jalur menuju Tanjung Harapan, Portugal, tanah Brazil, Laut Merah dan Laut Persia.
Disana juga ada tautan jelas tentang letak kepulauan Cengkeh, jalur navigasi orang Cina hingga rujukan bagi rute langsung yang bisa ditempuh oleh kapal dari dataran gigir (Hinterland), dan keterangan bagaimana kerajaan berbatasan satu dengan yang lain.
Mungkinkah pengetahuan saat itu tentang jalur pelayaran tak menggunakan ilmu perbintangan sebagai acuan? Dengan kata lain, ilmu dan teori perbintangan leluhur kita sudah matang sejak dahulu kala.
Pernah dengar apa itu Wulanjarngirim? Itu adalah rasi bintang yang terlihat di selatan dan terutama pada bulan April hingga Mei yang dalam film Avatar disebut dengan Alpha Centauri.
Ratusan tahun yang lalu leluhur kita telah melihat dan memberinya nama. Artinya, pada suatu masa dulu kita memang pernah menjadi bangsa lebih pintar dibanding dengan bangsa lain.
Bagaimana sekarang?
Mungkin benar adanya bila saat ini sebagai bangsa, kita seperti sedang bingung ingin berjalan ke arah mana. Banyak ahli tafsir agama yang kita jumpai akhir-akhir ini senang dengan langkah mundur. Mengajak dan membuat negara ini berjalan terbalik.
Tugas kita bersama untuk menolaknya. Pulang dan kembali pada fitrah kita sebagai manusia yang memiliki kodrat berpikir harus menjadi tafsir kita bersama.
Bukankah anak seringkali menjadi tolok ukur sekaligus adalah cerminan siapa orang tuanya?
Manusia yang semakin beradab dan mampu menjangkau seluruh sudut semesta pun seharusnya adalah cermin siapa yang menciptakannya.
Renaissance, sebuah fase perubahan budaya hidup bangsa Eropa yang pernah terpuruk oleh dogma dan tafsir sempit agama di masa lalu, sepertinya sudah sangat mendesak bagi bangsa ini.
Ruang diskusi bagi nalar kita berbicara harus segera kita buat. Menciptakan komunitas melék dan peduli teknologi atas tanggung jawab kita sebagai satu-satunya ciptaan yang diberi akal sebagai bentuk tafsir harus kita buat lebih masif.
Morowali sebagai pusat nikel dan inovasi baterai mobil listrik berskala dunia kita jadikan mercusuar. Bukit Algoritma dengan komunitas ilmiah di dalamnya kita tetapkan demi wajah paradigma baru bangsa ini.
Bukan 5 atau 10 tahun ke depan kita sudah harus menjadi leader kita targetkan, komunitas ramah kemajuan demi masa depan lebih pasti bagi bangsa ini kita capai. Sisanya, hanya akan tampak seperti bola salju.
Pada titik seperti itu, siapakah yang akan mampu menghentikan laju dari bola salju yang semakin membesar?
Pada 30 hingga 50 tahun mendatang, bukan kita sebagai manusia Indonesia hanya akan sebagai penumpang menuju Mars, dari Biak roket milik dan buatan kita akan terlihat sedang diluncurkan dengan target tertuju planet yang kita ingin.
Mustahil? Ya bagi mereka yang senang dengan tafsir lama di mana melulu surga itu selalu dibicarakan.
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
KONSEKUENSI LOGIS | membawa agama untuk berpolitik adalah agama akan di perlakukan sebagai obyek. Dianalisa dan dikaji seperti orang memperlakukan partai politik sebagai sebuah kendaraan.
📸WeHearIt
Kecerdasan kolektif manusia yang terganggu dan kemudian muak dengan fenomena itu akan dengan mudah membongkar mitos mitos yg dahulu dianggap tabu. Agama akan dengan mudah ditelanjangi dengan diskusi ilmiah dan data atas hal itu tersebar dengan sangat massif.
Klik saja kata kuncinya tak perlu harus jauh pergi ke perpustakaan. Jadilah itu bahan bagi diskusi. Dan kolektif mereka akan membawa argumen dahsyat bagi penyanggahan.
M U N A R B O Y ??
.
.
.
Ini Kakap, Bung…!!
.
.
.
Siapa tak kenal Hotman Paris seorang lawyer yang bergerak di bidang hukum bisnis internasional. Dia juga dijuluki sebagai “Raja Pailit” dan pengacara selebritis Indonesia.
Dia mendapatkan julukan The Most Dangerous Lawyer’ oleh majalah SWA.
Kurang lebih, pekerjaannya adalah bertanya, dan mendengar. Dia selalu menggali pertanyaan dan kemudian mendapat info luar biasa banyak dari semua clientnya dan dia menjadi semakin menguasai banyak masalah.
Dia luar biasa pintar dan hal paling penting, dia kenal dengan banyak sekali orang penting.
DISKRIMINASI | itu memang didukung bila tak mau menggunakan kalimat diberi jalan oleh pemerintah. Universitas Telkom yang notabene milik BUMN atau perusahaan milik negara membuat asumsi ini semakin benderang dengan tindakan diskriminasi pada penerimaan beasiswa atas dasar agama.
Sudah pasti yang hafal Quran adalah kita yang muslim, artinya beasiswa ini benar berdasar atas diskriminasi agama.
Kenapa bukan juga mereka yang hafal Injil, Weda, Tripitaka, Shishu wujing dan hingga kepercayaan? Mereka bukan warga negara po?
Bila jurusan yang dibeasiswakan adalah bidang keagamaan, itu tak menjadi masalah. Ini jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang juga diminati mereka yang tak mampu dan pintar namun beragama selain yang dipersyaratkan.
S I K A T K K B..!!
.
.
.
Haruskah Dengan Militer Penuh?
.
.
Papua dengan mineral langka yang terkandung di dalam tanahnya & hingga kekayaan hutan alaminya adalah harta luar biasa bagi para kapitalis barat.
Menginginkan dan kemudian menguasai Papua adalah cara paling mudah dibanding harus bekerjasama dengan Indonesia. Terlalu berliku dan panjang jalan ditempuh.
Shortcut dan nego langsung dengan rakyat yang mendiami pulau itu merupakan mimpi yang harus terwujud.
Namun para kapitalis barat pun sangat paham bahwa ide Papua merdeka adalah mustahil. Papua adalah Indonesia dan Itu jelas tertuang dalam piagam PBB.
KRI NANGGALA 402 | yang dinyatakan tenggelam pada Sabtu 24/4/2021 ditemukan terbelah menjadi tiga bagian. Hal ini dikatakan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudho Margono
Salah satu alutsista laut canggih milik negara Singapore dikabarkan memiliki peran sangat penting.
"Kapal milik Singapore?"
MV Swift Rescue adalah jenis kapal SSRV atau Submarine Support and Rescue Vessel,
sebuah kapal yang sengaja dibangun dengan tugas atau misi utama penyelamatan kapal selam.
.
.
Ini adalah kapal buatan Singapore. Dibuat dan dibangun di galangan kapal ST Engineering Marine dan diluncurkan pada 2008.