Alangkah indahnya jika generasi mileneal bersedia kembali kepada ajaran Leluhur sendiri tentu akan dapat menciptakan kehidupan yang harmony dan untuk kesuksesan dirinya sebagai individu.
Ajaran tersebut Tertulis dalam Wulang Reh, "Pupuh Pangkur":
"Kang Sekar Pangkur kang Winarno, Lelabuhan kang kanggo Wong Aurip,
Ala lan Becik Puniku,
Prayoga kawruhana,
Adat Waton Puniku Dipun Kadulu, Miwah Ingkang Tata krama,
Den Kaesti Siang-Ratri..."
Artinya: Dalam Tembang Pangkur Yang Indah (Sekar pangkur winarno), dikatakan bahwa sudah menjadi kodratnya bahwa manusia hidup ini akan menjalani Kehidupan didalam lingkungan sosial yang luas (Bebrayan Agung) yang manusia tidak akan dapat menolaknya (Lelabuhan wong urip).
Oleh karena itu dalam hidup ini, manusia harus dapat memahami apa arti Baik dan Buruk (Ala lan Becik dipun kadulu). Jika orang hidup tidak paham Baik dan Buruk tentu hidupnya tidak memiliki Rem, tidak ada kendali.
Sehingga hidupnya akan mengumbar hawa nafsu angkara murka yang tentu dapat berakhir dengan kegagalan, bahkan penderitaan.
Lirik berikutnya (Adat Waton puniku....) artinya harus menghormati ADAT setempat untuk menjaga HARMONY kehidupan antar umat manusia yang beda tempat beda adat, tidak boleh memaksakan adat dirinya kepada lingkungan setempat dimana tanah DIPIJAK.
Apabila memaksakan adat dirinya sendiri tentu akan mengganggu harmony, mengganggu ketenteraman kehidupan sosial masyarakat setempat..
Selsnjutnya, "Miwah Ingkang Tatakrama", artinya begitu juga Tatakrama, harus dijaga dan dijalankan siang dan malam (Den Kaesti Siang Ratri).
Begitulah Nasihat Leluhur, yang pasti dapat dibuktikan akibatnya. Mengapa kita berpaling dengan ajaran Luar yang tentu tidak akan sesuai dengan Adat setempat sehingga dapat berakhir dengan kegagalan hidup.
Tidak perlu menjadi exclusive (berbeda, mbedani), Kembali saja kepada ajaran Leluhur sendiri yang luhur, Sejuk, Damai penuh welas asih kepada sesama yang membawa Kesuksesan hidup anak cucumu kelak.
Kain lurik merupakan salah satu dari kain Nusantara yang syarat akan makna. Kain ini berasal dari daerah solo dan jogja. Lurik tidak dapat dipisahkan dengan adat, filosofi ataupun makna dari pemakainya.
Filosofi dan makna kain lurik tercermin dari motif dan warna lurik. Motif dan warna tersebut mengandung nasehat, petunjuk, harapan, permohonan, dan bahkan kekuatan spiritual dalam kepercayaan tradisi Adat Jawa. Motif atau corak dari kain lurik beserta filosofinya sebagai berikut;
1. Corak Kluwung, Corak ini adalah berupa corak pelangi, yakni corak dengan beberapa perpaduan garis-garis lebar warna warni. Sebagaimana pelangi merupakan kejadian alam yang indah dan merupaka kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta.