Reportase Fadiyah Alaidrus ini memuat cerita dan testimoni korban penangkapan dan kekerasan polisi. Anak-anak muda ini ditangkap saat mengikuti aksi massa dan dituding sebagai anarko dengan alasan sepele seperti warna baju. #PolisiBukanPremanprojectmultatuli.org/berburu-anarko…
Seorang temannya yang pakai baju "ACAB" jadi bulan-bulanan polisi, dipukul dan ditendang. Kejadian itu teringat jelas oleh Amel.
“Aku juga pertama kali kan lihat, dan itu depan mataku, sampai berdarah-darah," katanya. #PolisiBukanPreman
“Menurut saya, ini lagu lama ya, mencoba menciptakan musuh bersama. Ini mirip lah seperti narasi Taliban,” kata Direktur YLBHI, Asfinawati, mengomentari stigma anarko yang diembuskan oleh polisi.
Pandemi tak terkendali. Masyarakat miskin kota terpaksa tanggung imbas. Mereka tak kebagian fasilitas kesehatan, obat, dan oksigen. Bantuan sosial selama pembatasan juga belum tiba.
Seorang sopir bajaj ambuk saat memarkir bajaj lalu ditemukan tak bernyawa. Seorang ibu tengah mencuci baju ketika tiba-tiba jatuh dan meninggal.
“Setiap harinya, saya dapat kabar kematian tiga sampai empat orang,” kata Erny Rochayati, Koordinator JRMK. projectmultatuli.org/kami-sesak-nap…
Bagi masyarakat miskin kota nyaris mustahil melakukan isolasi mandiri dengan optimal. Tentu sulit membayangkan isoman dalam hunian sempit (4x4 meter atau 4x6 meter) yang dihuni 4-6 orang.
Akhir pekan lalu berlalu pilu; 63 orang meninggal dunia di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta. Keterlambatan pasokan oksigen disebut jadi salah satu penyebabnya.
Sulitnya membela buruh perempuan di masa pandemi.
Cerita Dian Septi Trisnanti menghadapi COVID-19. Ia merupakan Ketua Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia (FSBPI).
Sebulan terakhir, kami mencatat pelbagai stori pengalaman masyarakat adat menghadapi pandemi. Kearifan mereka tampak kontras dengan sikap dan kebijakan para pejabat modern di pusat-pusat pemerintahan.
Para pemuka adat gerak lekas. Terapkan karantina wilayah. Pertimbangan utamanya: kesehatan.
Sebaliknya, dari Istana, kebijakan PPKM Mikro diambil dengan pertimbangan kondisi "ekonomi, sosial, politik, dan pengalaman negara lain". Sama sekali tak menyebut soal kesehatan.
Dari tepian Nusantara, masyarakat adat juga mengajarkan solidaritas.
Sedulur Sikep di Kendeng, misal, menyuplai beras yang dijual dengan harga bersahabat untuk warga miskin kota di Jakarta.
Sedangkan di pusat negara seorang menteri korupsi bantuan sosial.
“Tidak perlu dibantu, negara tidak perlu pusing dengan desa Boti," kata Kepala Desa Boti, Balsasar O.I Benu.
Masyarakat adat Boti di Timor Tengah Selatan, NTT, gerak cepat saat Covid-19 mengancam. Alam dan adat jadi pelindung. Simak liputan dari Boti di projectmultatuli.org/boti-covid-19-…
Warga Boti setengah geram lantaran kecenderungan pemerintah melihat mereka dari kacamata urban: Mereka dianggap miskin, dan perlu bantuan.
Padahal mereka berkecukupan saat berdampingan dengan alam. Pun ihwal pandemi, mereka sudah bikin kebijakan menutup desa sejak April 2020.
Raja Boti, Namah Benu, langsung menerapkan penutupan akses masuk desa begitu dengar kabar pandemi.
Praktik ala masyarakat adat itu, kontras dengan gaya pemerintah yang buka pintu bagi warga yang pulang dari luar negeri. Imbasnya varian baru Covid-19 gentayangan di Indonesia.