Penalaran deduktif adalah proses menarik kesimpulan di mana kesimpulannya gak boleh melenceng dari premis-premisnya.
Jadi, dalam bernalar secara deduktif, kesimpulan yang dihasilkan haruslah konsisten terhadap premis-premis yang telah diuraikan.
Untuk bisa memahami apa itu Penalaran Deduktif dan bagaimana cara bernalar secara deduktif, kita mesti paham dulu mengenai 3 hal, yaitu 1) argumen 2) kesimpulan 3) premis
Apa itu argumen, kesimpulan, dan premis telah diuraikan melalui flowchart berikut:
Argumen adalah kumpulan pernyataan yang terdiri dari kesimpulan dan premis (alasan yang menjadi dasar kenapa kesimpulan tersebut dapat diterima/dipertahankan).
Jadi, komponen penyusun suatu argumen ada 2, yaitu (1) kesimpulan (2) premis
Nah, dalam bernalar secara deduktif, kita berusaha menarik suatu kesimpulan dari premis-premis yang tersedia di mana kesimpulannya tidak boleh keluar dari premis-premis tersebut.
Kayak kita lagi berjalan di suatu jembatan, tapi kita gak boleh keluar dari jembatan tersebut.
Dengan perumpamaan jembatan tadi, penalaran deduktif itu kayak kita bebas mau jalan di bagian manapun di suatu jembatan, tapi kita harus tetap dalam jalur jembatannya, gak boleh keluar/terjun.
Intinya, harus tetap dalam jalur jembatan tadi, gak boleh keluar.
Contoh penalaran deduktif 1
Premis 1: Jika nilai kekuatan struktur gedung X lebih besar daripada nilai bebannya, maka gedung X mampu menopang bebannya.
Premis 2: Nilai kekuatan struktur gedung X lebih besar dari nilai bebannya.
Kesimpulan: Gedung X mampu menopang bebannya.
Contoh penalaran deduktif 2
Premis 1: Jika seluruh volume air hujan diserap oleh tanah, maka tidak ada genangan.
Premis 2: Ada genangan.
Kesimpulan: Ada volume air hujan yang tidak diserap oleh tanah.
Contoh penalaran deduktif 3
Premis 1: Semua penderita COVID-19 tidak bisa mencium bau cat.
Premis 2: Pak Mamat adalah seorang tukang cat dan sedang mencat dan beliau tidak mencium bau cat.
Kesimpulan: Gak bisa ditarik kesimpulan
Untuk contoh 3, setidaknya ada 2 kemungkinan, yaitu
a) Pak Mamat penderita COVID-19, sehingga gak bisa mencium bau cat.
b) Pak Mamat bukan penderita COVID-19 dan gak bisa mencium bau cat (bisa jadi mungkin karena catnya emang gak berbau, bisa jadi karena hidung tersumbat, dll).
Rangkuman dari beberapa contoh penalaran deduktif tadi begini:
(2) Browne, M.N., & Keeley, S.M. 2007. Asking the Right Questions: A Guide to Critical Thinking. 8th Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
Infrastruktur Publik adalah fasilitas dasar yang dibutuhkan dalam aktivitas sosial-ekonomi masyarakat (contoh: jalan, jembatan, bangunan, dll).
INFRASTRUKTUR PIKIRAN adalah fasilitas dasar yang dibutuhkan dalam aktivitas berpikir.
Infrastruktur Pikiran yang utama adalah LOGIKA.
Kebanyakan orang mendefinisikan infrastruktur sebagai sistem fisik, sih.
Misalnya Grigg (1988), menurutnya, infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi (Grigg dalam Kodoatie, 2005:8).
Latar belakang cuitan:
(1) Sedang belajar pengembangan infrastruktur terpadu untuk pembangunan suatu wilayah. (2) Beberapa literaturnya adalah buku Infrastructure Engineering and Management-nya Neil Grigg dan buku Pengantar Manajemen Infrastruktur-nya Robert Kodoatie.
Karena Berpikir Kritis sangat erat kaitannya dengan memahami, membangun, dan mengevaluasi suatu argumen, berarti memahami apa itu argumen merupakan hal yang paling dasar yang harus dikuasai (supaya bisa ngebedain mana yang argumen dan mana yang bukan).
Nah, argumen itu apa, sih?
(1) Argumen adalah kumpulan pernyataan yang terdiri dari kesimpulan dan alasan-alasan yang menjadi dasar kenapa kesimpulan tersebut dapat diterima/dipertahankan.
(2) Pernyataan adalah kalimat yang dapat dinilai benar atau salah.
(3) Mengacu pada definisi pada poin 1, maka dapat diuraikan bahwa komponen-komponen yang menyusun suatu argumen dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kategori, yaitu
a. kesimpulan; dan
b. alasan-alasan yang menjadi dasar kenapa kesimpulan tersebut dapat diterima/dipertahankan.
Tujuan penelitian (dalam skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah lainnya) itu sesederhana menjawab/menyelesaikan masalah. That's it and that's all.
Yang membedakan suatu penelitian dengan penelitian yang lain itu hanyalah masalah yang diupayakan untuk terjawab/terselesaikan.
Twit ini merupakan arsip kumpulan twit mengenai perencanaan, perancangan, pelaksanaan, pengawasan, pengoperasian, dan perawatan suatu konstruksi ketekniksipilan di bidang rekayasa struktur, geoteknik, hidroteknik, transportasi, dan manajemen konstruksi.
Sebelumnya, cuitan-cuitan seputar dunia ketekniksipilan yang terbentang mulai dari bidang rekayasa struktur, geoteknik, hidroteknik, transportasi, hingga manajemen konstruksi telah terarsip dalam utas "Civil Engineering" berikut:
Cuitan-cuitan selanjutnya mengenai perencanaan, perancangan, pelaksanaan, pengawasan, pengoperasian, dan perawatan konstruksi ketekniksipilan (struktur, geoteknik, hidroteknik, transportasi, dan manajemen konstruksi) tidak lagi diarsip pada utas "Civil Engineering" tersebut.
Q: "Apakah kalo kita ngambil keahlian spesifik hidroteknik, kita bisa kerja di pekerjaan desain gedung?"
A: "Sangat bisa. Yang penting mampu mendesain gedung sesuai dengan standard/code perancangan gedung dan mampu menuangkannya ke dalam laporan perhitungan dan gambar kerja."
Jadi, kita mesti pelajarin laporan perhitungan dan pada saat yang bersamaan juga pelajarin gambar kerjanya.
Jadi, kuliah-kuliah yang akan kita pelajari pada saat pendidikan ketekniksipilan itu terdiri dari 3 kategori, yaitu (1) Kuliah penunjang (2) Kuliah keahlian (3) Kuliah keahlian spesifik
Sederhananya, konsep dalam mendesain struktur bangunan tuh dapat diringkas ke dalam 4 langkah, yaitu (1) Tentukan beban struktur. (2) Tentukan desain struktur. (3) Analisis kekuatan desain struktur terhadap beban struktur. (4) Jika desain strukturnya gagal, ubah sampai berhasil.
Intinya sederhana, kok.
(1) Jika suatu desain struktur kuat dalam menerima beban-bebannya, maka desain tersebut layak untuk direalisasikan.
(2) Jika suatu desain struktur tidak kuat dalam menerima beban-bebannya, maka desain tersebut tidak layak untuk direalisasikan.