Debus, Ilmu Kebal di Tanah Jawara untuk Melawan Kolonial Belanda
Kata debus berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘Senjata Tajam’ yang terbuat dari besi dan memiliki ujung yang runcing dan sedikit bundar. #Legenda
📷: Shutterstock
Debus mulai populer di Banten sejak abad ke-16 sebagai media pengenalan Islam di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570).
Saat itu masyarakat setempat masih memercayai kebiasaan nenek moyang sebagai agama mereka.
Saat itu Nurrudin Ar-Raniry dari tarikat Rifaiah--seorang tokoh memperkenalkan tradisi tersebut--berupaya mengenalkan Islam melalui atraksi melukai diri, sambil membaca doa-doa dari Al Qur’an sebagai upaya memohon keselamatan.
"Praktik magis dalam permainan debus merupakan campuran eklektik dari agama Islam, khususnya dari tradisi tarekat, dan dari tradisi yang telah berkembang di masyarakat pra-Islam di Banten.
(Cont)
Kekebalan dan kesaktian sejak masa pra-Islam memang dipentingkan dan dicari orang banyak di Nusantara," ucap Syarifaeni Fahdiah, Ketua Umum Forum Silaturahmi Alumni Madrasah Masyariqul Anwar (FORSAMMA), dalam Republika.
Menurut Rohman, peneliti Bantenologi dan pengajar di IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, keinginan menguasai ilmu kebal telah turun temurun dari generasi ke generasi di Nusantara.
Sebelum Islam masuk, orang-orang menggunakan mantra dari tradisi Hindu dan Buddha untuk melindungi diri dari bahaya. Ketika Islam datang, hal itu diwakili oleh tarekat.
“Meskipun tujuan tarekat adalah untuk mendekatkan para pelakon kepada Tuhan, banyak muslim lokal selama fase pertama penyebaran Islam bergabung dengan tarekat karena ritualnya mirip dengan praktik pra-Islam,” tulis Rohman
Zikir dan wirid dianggap seperti mantra. Ajaran meditasi dan asketisme yang dipraktikkan oleh guru tarekat dibandingkan dengan ritual tapa (meditasi) pada masa pra-Islam.
Keahlian debus berdasarkan ajaran tarekat pun mempercepat penyebaran Islam, terutama yang terjadi di Kesultanan Banten.
"Banyak orang yang masuk tarekat bukan karena untuk meningkatkan kesadaran spiritual mereka dengan mensucikan jiwanya, tetapi mereka mengharapkan mendapat “ilmu” yang kuat, yakni kesaktian dan kedigdayaan," beber Syarifaeni.
Praktik ilmu kekebalan tak hanya dilakukan oleh tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, tetapi juga oleh tarekat Sammaniyah, Rifa’iyah, dan Shadziliyah.
Menurut Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, mencatat bahwa tarekat Rifa’iyah yang paling berpengaruh dalam debus. Jejaknya jelas ada di Banten.
Tarekat Rifai’yah menyebar dari lingkungan istana dan elite kepada penduduk pada masa Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliyuddin (1773–1799).
Menurut Van Bruinessen, Sang Raja mengajarkan tentaranya berbagai doa dan teknik yang dengan berkah Syekh Ahmad Rifa’i dan wali lainnya akan membuat mereka kebal terhadap besi, api, dan racun.
Di Banten, pada awalnya kesenian ini berfungsi untuk menyebarkan ajaran Islam. Namun, pada masa penjajahan Belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat Banten untuk melawan Belanda.
Fase berikutnya, debus sempat menghilang seiring dengan melemahnya Kasultanan Banten di bawah kekuasaan Sultan Rafiudin. Kesenian debus muncul lagi pada tahun dekade 1960-an
Yuk yang mau tahu kisah debus di Tanah Jawara, klik artikelnya yaaa
"Tugas saya sebagai putra asli Pulau Komodo yang tentu tidak ingin ras dan suku Ata Modo dihilangkan nilai-nilai eksistensi secara kebudayaan dan secara warga negara," tegasnya saat dihubungi oleh GNFI, Kamis (19/8/2021)
Akbar memang melihat ada kepentingan negara untuk mengeksplotasi satwa komodo. Hal ini terlihat dari terbukanya negara terhadap investor untuk membangun wisata di Pulau Komodo.
Di tengah kondisi yang menuntut bekerja lebih ekstra saat ini, tidak menghalangi usaha pemerintah melakukan pembangunan dari segi infrastruktur untuk kepentingan mobilitas dan transportasi berupa bandara
📷: Shutterstock
Saat ini, Indonesia memiliki ratusan bandara yang diperuntukkan bagi penerbangan domestik ataupun internasional yang tersebar di seluruh 34 provinsi.
Rencana pembangunan sejumlah bandara baru ini pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato Nota Keuangan dan RUU APBN yang berlokasi di DPR RI, Senin (16/8/2021).
Jgn lupa Kawan bisa melakukan kebaikan dgn cara yg paling sederhana: Cukup dgn mengunggah konten kebaikan di media sosial masing2, yg akan dikonversikan jadi satu paket bantuan bagi saudara2 kita yg membutuhkan di berbagai daerah di Indonesia.
Caranya, setiap unggahan cukup disertai tagar #SemangatSalingBantu#LestarikanKebaikan serta mention @satu_indonesia & @gnfi di IG Feed, Twitter, serta Semangat Astra Terpadu di Facebook. Ajak 3 orang teman lain melalui mention agar lebih banyak lagi pesan kebaikan ini tersebar.
Dengan #SemangatSalingBantu ini, kita berharap lebih banyak semangat kebaikan yang ditampilkan di lini masa media sosial. Sekaligus, lebih banyak orang yang dapat menerima paket bantuan.
Salip Brio, Xpander Rebut Takhta Mobil Terlaris di Indonesia Juli 2021
Gaikindo mencatat, penjualan wholesales pada bulan lalu sebanyak 66.639 unit, turun 8,4 persen jika dibandingkan dengan penjualan bulan Juni yang membukukan 72.720 unit.
📷: Shutterstock
Dengan raihan tersebut, total kumulatif penjualan wholesales sepanjang Januari–Juli 2021 tercatat sebanyak 460.106 unit. Realisasi ini tumbuh 60,8 persen year on year (yoy).
Mitsubishi Xpander (termasuk Xpander Cross) kembali merebut titel mobil terlaris sepanjang bulan Juli dengan raihan penjualan 6.974 unit. Jumlah tersebut menggeser capaian Honda Brio, yang sebelumnya menjadi model terlaris.
Kalau kalian bersih-bersih rumah, dapet tugas bagian apa, Kawan?
Jgn lupa Kawan bisa melakukan kebaikan dgn cara yg paling sederhana: Cukup dgn mengunggah konten kebaikan di media sosial masing2, yg akan dikonversikan jadi satu paket bantuan bagi saudara2 kita yg membutuhkan di berbagai daerah di Indonesia.
Ayam Betutu, Kuliner Warisan Budaya Tak Benda di Indonesia
Ayam Betutu ialah salah satu kuliner khas Bali yang paling terkenal, dan tidak dimiliki oleh daerah lain.
📷: Shutterstock
Betutu tidak hanya menjadi makanan untuk masyarakatnya saja. Secara religius, Betutu diperuntukkan bagi para dewa-dewi bagi kepercayaan yang mereka anut.
Biasanya, Ayam Betutu akan dituang dalam lontar Indik Maligia, sedangkan jika untuk manusia Bali, Ayam Betutu tertuang dalam lontar Dharma Caruban.