Alex, Iqbal Latief dan Gagah Pribadi. Kisah 3 Sahabat di Tragedi Pendakian Gunung Slamet, 1985

a thread
Sebelum memulai ini, gw mau menyampaikan.. Cerita ini diangkat dari kisah nyata yang diceritakan langsung oleh narasumber. Harap hormati setiap keputusan dan sikap yang diambil dalam jalannya cerita nantinya dan jangan menyalah nyalahkan.
Narasumber sudah bersedia dan mengizinkan mwv mystic menyebarkan cerita ini berupa naskah atas apa yang beliau sampaikan. Bagi teman2 yg sudah membaca/menonton di portal lain, harap ditahan dulu share linknya dan mohon hormati kami yang sudah membuat tulisan cerita ini-
-agar seluruh pembaca dapat meresapi cerita ini dan membacanya bersama sama. Jika ada yg melanggar, entah membagikan link, atau memancing orang untuk menghubungi via dm, maka dgn terpaksa kami akan hapus commentnya/kami blokir demi menjaga kondusifitas cerita.
Tragedi Pendakian Gunung Slamet, 1985

Narasumber : "Alex" Poedji Winarto
Kisah ini membawa lagi kita ke masa lalu pada tahun 1985 saat pendakian gunung masih menjadi suatu hal belum ladzim dilakukan dan cenderung dianggap sebagai kegiatan illegal.
Pendakian ini dilakukan oleh tiga orang sahabat yang ketiganya merupakan mahasiswa IKIP Semarang, atau yang kini telah berubah namanya menjadi UNNES.
Ketiga nama mahasiswa itu adalah Poedji Winarto atau biasa dipanggil “Alex”, sebutan yang diberikan kepada Puji dikarenakan sifatnya yang sering serampangan. Diantara yang lain, dia adalah yang paling keras dan paling berpengalaman.
Pendakian ke Gunung Slamet ini akan menjadi pendakian gunungnya yang ke 13 kali. Ia adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan sastra Inggris yang dikenal sering melakukan pendakian bersama kelompoknya.
Yang kedua adalah Iqbal Latief, seorang pria berkacamata tebal yang sama dengan Alex merupakan mahasiswa jurusan Bahasa Inggris. Ia dan Alex sangat dekat. Selain karena satu jurusan dan satu kelas, hobi mendaki menyatukan keduanya dalam beberapa perjalanan bersama.
Dirinya sudah berpengalaman mendaki sebanyak 8 kali dan merupakan anggota pendakian yang paling bijaksana dan sifatnya 180 derajat dari sahabatnya, Alex.
Iqbal Latief dikenal sebagai pria yang tenang dan berpikir matang serta setia kawan. Selain itu ia juga seorang Pembina pramuka yang mengerti cara survival di hutan, mencari jejak, tali temali dan sebagainya.
Anggota ketiga ialah Gagah Pribadi, mahasiswa IKIP Semarqng dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diantara yang lainnya, Gagah memiliki pengalaman mendaki paling sedikit yaitu 4 kali pendakian.
Awalnya, Gagah tergabung dengan organisasi Mapala jurusannya, namun organisasi ini sangat jarang mengadakan acara pendakian gunung dan lebih sering melakukan latihan fisik dengan memanjat pohon.
Alex selaku ‘pentolan’ dari komunitas pendaki saat itu sempat mengejek organisasi mapala ini. Tidak disangka, ejekan ini begitu mengena kepada Gagah yang saat itu sudah sangat ingin meraskan sensasi pendakian gunung yang ia idam idamkan.
Setelah menunggu 1 semester, Gagah kemudian memberanikan dirinya untuk bergabung dengan komunitas Alex dan keluar dari organisasi mapala jurusannya. Walaupun sempat dicap sebagai anak mami karena semua yg Gagah ingin selalu dibelikan keluarganya dan fisiknya tidak sekuat Alex-
-dan Iqbal, tekad kuat Gagah dan kemauannya untuk berlatih fisik akhirnya mengantarkan Gagah pada pendakian pendakiannya bersama Alex.

Cerita yang akan pembaca simak ini, berasal dari penuturan langsung Poedji Winarto atau Alex, leader dari rombongan ini.
Cerita dimulai saat ketiganya berencana mendaki Gunung Slamet untuk pertama kalinya via Bambangan.

Ketiganya tiba di Serang, Purbalingga, lalu melanjutkan berjalan kaki untuk mencapai desa Bambangan.
Perjalanan melalui jalan tapak berlumpur yang masih sangat minim pemukiman penduduk dan akses jalan yang belum baik. Ketiganya baru tiba di desa Bambangan menjelang Maghrib.
Saat itu ketiganya mendaki Gunung Slamet dengan status pendaki liar. Pada era tersebut, untuk mendapatkan akses dan izin mendaki gunung memang sangat sulit. Tidak seperti sekarang, dimana pendakian gunung sudah menjadi hobi banyak orang dan perizinannya sudah dipermudah.
Alex dan kedua sahabatnya hanya meminta izin kepada penduduk sekitar saja dan tidak melapor ke petugas perhutani di Serang.
Ketika memasuki Desa Bambangan, ketiganya bertemu dengan rombongan pendaki lain yang berasal dari Club UPL (Unit Pandu Lingkungan) Universitas Jenderal Soedirman dan sempat bertegur sapa.
Mereka sempat terlibat obrolan, salah satunya mengenai kasus meninggalnya seorang pendaki di Gunung Slamet satu minggu lalu akibat hipotermia, nama korban tersebut adalah Hartoyo.
Slamet sendiri memang dikenal cukup berbahaya dengan bagian batas vegetasi yang curam serta bebatuan karang yang tajam serta udara dingin di puncaknya yang bisa berada dibawah 0 derajat Celsius. Menjadikan Slamet salah satu Gunung yang beresiko tinggi untuk dilakukan pendakian.
Setelah sholat Isya, Alex, Iqbal dan Gagah memulai pendakiannya ke Gunung Slamet. Saat itu pos 1 terletak di Samarantu (Saat ini, Samarantu adalah pos 4). Jarak Samarantu yang cukup jauh, ditambah lagi hujan gerimis mengguyur jalur pendakian kala itu membuat pendakian ketiganya-
-terasa sangat terjal dan berat. Beruntung, dengan pengalaman mendaki gunung yang dimiliki oleh Alex dan Iqbal, ketiganya mampu meneruskan perjalanan ditengah hutan belantara yang lebat itu.
Namun berbeda dgn Gagah, ia cukup kepayahan hingga harus dibantu oleh Iqbal. Ketiganya berjalan beriringan, Alex memimpin jalan dan Iqbal membantu Gagah di belakang. Nasib baik, gerimis mereda & langit menjadi cerah dgn cahaya bulan yg menyinari pepohonan jalur pendakian mlm itu.
Perjalanan mereka menuju pos 1 mengharuskan mereka melewati sebuah “terowongan alam” yg terbuat dari dedaunan dan semak belukar yg melengkung membentuk terowongan. Alex yg berada di depan masuk terowongan itu terlebih dahulu, sementara Iqbal dan Gagah mengikutinya dari belakang.
Alex yg pertama keluar dari terowongan tersebut mendapati 2 bangunan permanen berwarna putih dgn desain menyerupai cungkup (atap yg biasa ada di atas pemakaman).
Karena baru pertama kali mendaki Slamet dan tidak tau bagaimana wujud pos Samarantu, Alex mengira bangunan yang ia lihat didepannya ini adalah pos satu Samarantu.
“Bal, Gah, cepat, kita udah mau sampai, ini aku ketemu pos Samarantu” panggil Alex ke teman temannya.

“Iya, tunggu, ini aku sama Gagah” jawab Iqbal yang masih di dalam lorong tadi.
“Tapi aneh ini, posnya gaada pintunya” kata Alex lagi setelah sadar bangunan di depannya total ditembok putih, tidak seperti pos pendakian gunung lain yang pernah ia daki berupa gubuk terbuka dengan atap ranting serta dedaunan.
Maklum, tidak ada medsos dan informasi bagaimana pos Samarantu saat itu.

“yaudah coba kamu lihat dulu aja” kata Iqbal lagi masih dari dalam terowongan. Sepertinya ia kesulitan karena harus mengikuti kecepatan berjalan Gagah yg melambat.
Karena merasa kedua temannya masih lama, Alex lantas mendekati bangunan pos tersebut untuk mencari pintu masuknya. Dia menyalakan senter yang ia pegang dan … tek! Saat lampu senter dinyalakan, bangunan yang tadi ada 5 meter di hadapannya itu tiba tiba saja hilang!
Alex berdiri mematung dalam keterkejutannya sendiri. Bangunan kokoh yang tadi jelas jelas ia lihat dibawah terang bulan 5 meter dihadapannya tiba tiba saja menghilang dan kembali menjadi pepohonan rimba.
Iqbal dan Gagah akhirnya keluar dari terowongan tadi dan mendapati Alex masih berdiri dengan senter yang diarahkan ke pepohonan.

“Loh? Mana pos yang kamu bilang?” tanya Iqbal.

“Sumpah! Tadi saya liat disini!” jawab Alex.

“ya mana? Disebelah mana?” tanya Iqbal lagi.
“ya disini. Tempat saya berdiri ini tadi ada posnya!” jawab Alex dengan yakin.

Ketiganya terdiam untuk beberapa saat, lalu Iqbal akhirnya berkata “udah, ayo kita lanjut jalan. Kamu paling Cuma halusinasi”ajak Iqbal.
“saya gak halusinasi! Orang saya sehat kok. Yang gak sehat itu kalian! Saya jalan paling depan karena saya yang paling sehat!” bantah Alex yang terbawa emosi. Ia juga mengumpat karena kesal.
Sempat terjadi adu pendapat antara Iqbal dan Alex apakah akan melanjutkan pendakian atau tidak. Alex bersikeras untuk menetap dulu di lokasi tersebut untuk membuktikan perkataannya sekaligus mencari tau apa yang ia lihat apakah karena halusinasi akibat ia kelelahan, atau--
--ada alasan lain. Mereka bertiga bertahan di lokasi tersebut. Namun hingga jam 2 dini hari, bangunan itu tak lagi muncul. Siapa sangka, 2 bangunan berbentuk cungkup makam itu sepertinya adalah tanda awal sesuatu yang buruk akan terjadi kedepannya.
Ketika sedang menunggu ini, rombongan UPL UnSoed yg tadi bertemu mereka di bawah menyusul ketiganya. Melihat rombongan ini lewat, Iqbal kemudian bertanya pada rombongan tersebut, yg memang sudah lebih berpengalaman mendaki Slamet sebagai bagian dari acara pelantikan organisasi.
“Pos 1 nya masih jauh toh mas?” tanya Iqbal

“Sudah deket kok mas. Ini juga udah area Samarantu” jawab salah satu anggota rombongan.

Akhirnya, setelah mendengar itu, Alex menyetujui melanjutkan perjalanan.
Benar saja, hanya 100m dari sana mereka menemukan pos samarantu yg sebenarnya. Sebuah gubuk sederhana dgn plat bertuliskan “POS 1 SAMARANTU” dan rombongan UnSoed tadi beristirahat didalamnya.

“loh kok berhenti di pos mas?” tanya Alex saat itu kepada salah satu anggota rombongan.
“iya ini ada anggota cewek yang kram perut. Kalo ga sembuh sembuh, kita paling nunggu pagi aja terus turun” jelasnya.

“oo okelah mas, kita duluan lanjut keatas ya” jawab Alex lagi sekaligus berpamitan

“iya mas. Nanti kalau dia sembuh, kita juga ketemu kok di puncak” jawabnya.
Alex Iqbal dan Gagah melanjutkan perjalanan dan meninggalkan rombongan UPL Unsoed tadi di pos Samarantu. Ketiganya memang mengincar matahari terbit di puncak gunung sehingga perjalanan harus dikejar sebelum kelewatan momen tersebut.
Keadaan Gagah juga sudah mulai membaik kala itu sehingga perjalanan jadi lebih lancar. Sayang, ketika matahari terbit, ketiganya belum mencapai puncak. Saat matahari terbit, mereka masih berada di batas vegetasi Plawangan.
Kondisi di jalur batas vegetasi saat itu masih “abu abu”. Selain karena jumlah pendaki gunung slamet yg masih minim, jalur yang dilalui juga hanya ditandai dgn batu batu yang dicat putih setiap bbrp meter sebagai tanda arah ke puncak.
Singkat cerita, ketiganya berhasil sampai di puncak mengikuti tanda. Disini mereka merasakan apa yg membuat Hartoyo meninggal di puncak seminggu lalub: suhu udara yang amat sangat dingin dan membeku.
Untuk menggambarkan rasa dingin yang dirasakan ketiganya, di puncak tersebut mereka tidak boleh diam, mereka harus menggerakan tubuh mereka agar tetap hangat. Sebentar saja mereka diam, seketika badan mereka terasa kaku.
Masalah suhu yang sangat rendah juga menyulitkan mereka untuk makan. Jika mulut mereka menganga terlalu lama, maka rahang mereka akan sulit mengatup, dan sebaliknya saat mereka menutup mulut, bibir dan mulutnya akan membeku dan sulit untuk dibuka.
Mereka harus memakan kentang rebus yang mereka bawa sebagai bekal di puncak Slamet dengan bantuan tangan. Mereka menarik dan dorong rahang mereka sendiri agar bisa mengunyah kentang kentang itu.
Setelah makan dan mengambil beberapa dokumentasi foto, ketiganya sepakat untuk segera turun mengingat kondisi yang berbahaya tersebut. Apalagi di puncak saat ini hanya ada mereka, karena para mahasiswa Unsoed sepertinya tidak melanjutkan perjalanannya ke atas.
Sayang, baru saja akan turun, tiba tiba kabut tebal datang. Kabut tertebal yang pernah dilihat alex yang sudah berpengalaman mendaki belasan kali. Saking tebalnya kabut itu, cahaya matahari benar benar tertutup.
Ketika alex selaku pemimpin jalan menyenter kearah depan, cahaya senter tersebut seperti bertemu dinding putih. Senter yg ia bawa tidak bisa menembus kabut tebal itu lebih dari 2 meter.
Akibatnya, ketiganya kehilangan orientasi jalur pendakian karena sulitnya menemukan susunan batu berwarna putih di kawasan batas vegetasi.

Meraba raba dalam kabut, ketiganya mencoba percaya dengan insting mereka.
Kondisi batuan yang sudah terkena embun dari kabut membuat Iqbal saat itu tergelincir di jalur yang cukup curam. Iqbal sempat menahan tubuhnya dengan tangan agar tidak terperosok kebawah.
Cara itu berhasil menghentikan tubuhnya dari tergelincir lebih jauh namun mengakibatkan telapak tangannya sobek dari ujung jari hingga pergelangan tangan dgn luka sayatan yg menganga. Tapi akibat suhu yg benar benar membeku, tidak ada darah yg mengalir dari luka di tangan Iqbal.
Darah tersebut membeku dan hanya memperlihatkan daging putih di telapak tangannya.

Perjalanan diteruskan hingga akhirnya bertemu batas vegetasi namun yg mereka temukan bukanlah pintu Plawangan, melainkan hutan rimba biasa yang masih perawan.
Alex dan Iqbal kembali berdebat mengenai jalur mana yang mereka tempuh. Alex berpendapat bahwa mereka berjalan terlalu ke kanan, sementara Iqbal berpendapat mereka terlalu kearah kiri sehingga tidak menemukan pintu Plawangan. Sementara kabut benar2 menghilangkan orientasi mereka.
Akhirnya diputuskan untuk memecah rombongan menjadi 2. Masing masing berjalan ke sisi kanan dan kiri selama 15 menit. Lalu kembali ke titik kumpul lagi 15 menit kemudian.
Namun hasilnya nihil. Jalur di sebelah kanan dan kiri sama sama berakhir pada sebuah jurang dan mereka tidak menemukan jalur Plawangan.

Tidak menemukan pilihan yang lebih aman, Alex memutuskan membelah hutan belantara yang masih perawan itu.
perawan : hutan tersebut belum terbentuk jalur pendakian dan masih alami). Pilihan ini menjadi salah satu kesalahan fatal yang memulai rentetan peristiwa berikutnya.

Sebenarnya saat itu ketiganya tidak membawa peralatan yang cukup untuk membelah hutan dan membuat jalur baru.
Mereka tidak membawa pisau, tali, bahkan korek api yang mereka bawa adalah korek api batang yang sudah basah terkena hujan. Ketiganya masuk ke hutan itu dengan Alex dan Iqbal bergantian sebagai penentu arah.
Iqbal yang memiliki basic pramuka bisa dimanfaatkan dalam mengidentifikasi jejak hewan buas yang saat itu masih sangat banyak di Gunung Slamet.

Di hari pertama sejak menyusuri hutan tersebut, Alex mengalami insiden yang cukup berbahaya.
Ia terperosok pada sebuah lubang terjal dan untuk beberapa saat tidak sadarkan diri. Iqbal yang melihat hal tersebut lantas berteriak dan memanggil nama Alex berkali kali lalu refleks ikut melompat menyelamatkan sahabatnya tersebut.
Ketika melompat ini, tanpa sengaja kacamata yang dipakai Iqbal membentur kepala belakang Alex hingga pecah kearah dalam hingga pecahannya menusuk mata kanan Iqbal.
Ketika sadar dan melihat mata Iqbal sudah berdarah darah akibat pecahan kacamatanya sendiri, Alex cukup menyesal sekaligus terharu atas apa yang dilakukan sahabatnya itu untuknya. Ia kemudian mencabuti satu demi satu pecahan kaca di kelopak mata sahabatnya itu.
Iqbal memiliki gangguan pengelihatan yg cukup parah sehingga mengharuskannya menggunakan kacamata tebal. Kini tanpa kacamata jelas semakin mempersulit pengelihatannya dan orientasinya dalam berjalan.
Gagah yang masih berada di atas lubang lantas mencari akar jalar dan dibentuk menjadi tali untuk menarik kedua sahabatnya itu dari dalam lubang. Setelah percobaan berkali kali, akhirnya keduanya dapat keluar dengan selamat dan melanjutkan perjalanan.
Di hari kedua sejak masuk ke hutan, ketiganya terus berjalan menembus rimbunnya pohon dan semak belukar. Korek api yang sebelumnya basah sudah kering dan dapat digunakan. Alex kemudian membakar rokok yang ia bawa dan menghisapnya sepanjang perjalanan.
Setelah seharian berjalan dan masih belum menemukan titik terang, Alex menemukan suatu keganjilan. Di tengah jalan, ia menemukan puntung rokok miliknya yang tadi sudah ia buang.
Ini adalah hutan perawan yang belum disentuh oleh orang dan tidak mungkin ada sampah rokok ditengah hutan ini selain dari yang ia buang sebelumnya. Ketiganya sadar, perjalanan yang mereka lakukan sejak pagi hingga petang hanya berputar putar di satu area saja.
Alex kemudian menghentikan perjalanan, ia adalah orang yang percaya jin dapat memainkan pikiran manusia yg sedang gundah dan tidak fit, salah satunya dengan membuat orang tersebut bingung dan hilang arah.
Alex memerintahkan kedua temannya untuk beristirahat dan tidur dulu dan menyudahi perjalanan mereka dihari kedua itu. Ketiganya membuat bivak sederhana dan tidur beralaskan jaket dan jas hujan.
Malam harinya, Alex yg sedang buang air kecil melihat cahaya dari rumah penduduk yang masih sangat jauh dari ketinggian. Saat itu malam memang cerah dan bulan bersinar cukup terang sehingga Alex juga bisa melihat kontur gunung slamet--
--dan perkiraan jalur yg dapat mereka lalui untuk sampai ke perkampungan penduduk terdekat.

Saat itulah Alex mendapatkan sebuah ide bahwa besok ia akan menyusuri sungai sebagai jalur mereka. Menurut Alex, mustahil sungai bisa berbalik ke atas.
Ketika mengikuti hutan masih ada kemungkinan salah jalur dan kembali menanjak ke atas, tapi dengan mengikuti sungai mereka akan terus bergerak ke bawah.
Sebuah logika masuk akal dari alex ini sayangnya dieksekusi dengan cara yang salah.

Paginya di hari ketiga sejak mereka masuk ke hutan, Alex menyampaikan pendapatnya ke kedua sahabatnya
“Daripada kita masuk hutan dan putar putar lagi, hari ini kita susuri sungai. Sungai bakal bawa kita ke bawah” kata Alex yang kemudian disetujui oleh Gagah dan Iqbal.
Sungai yg berada di gunung slamet hanya memiliki sedikit debit air saat tidak hujan. Ketiganya menyusuri tepat di tengah sungai tersebut yang belakangan diketahui bernama sungai Lemberang.
Hingga di suatu lokasi terdapat sebuah genangan dengan batu yang berwarna kehijauan tanda berlumut, dan didepannya ada sebuah jurang yang cukup tinggi. Alex yang menyadari pijakan di depan tidak aman, lantas meminta Iqbal dan Gagah berhenti dahulu.
Iqbal yang penasaran dengan batu berlumut yang dikatakan Alex lantas melangkah ke depan untuk berdiri di samping alex, namun saying, karena pengelihatannya yang juga sudah sulit, ia tidak sadar batu yang ia pijak ternyata juga licin dan membuatnya tergelincir.
Iqbal lalu terguling kearah jurang. Alex dan Gagah berteriak teriak memanggil namanya namun Iqbal sepertnya sudah tidak sadar akbat benturan saat ia jatuh pertama tadi. Di hadapan Alex dan Gagah, Iqbal jatuh ke dalam jurang.
Lokasi jatuhnya Iqbal berada sekitat 100 meter diatas Curug Minger dengan ketinggian jurang 10 meter.

Alex dan Gagah lalu mencari jalan turun dengan perasaan campur aduk akan keselamatan sahabat mereka itu. Mereka mendapati tubuh Iqbal terbaring di dasar jurang.
Beruntung, saat didekati Iqbal masih hidup namun masih pingsan. Setelah beberapa waktu berlalu dan dengan usaha dari Alex dan Gagah, Iqbal akhirnya sadar.

Ketika melihat Iqbal sadar, Alex lantas bertanya “Apa yang sakit di badanmu bal?”
Iqbal lalu mencoba menggerakan tangannya, tubuh bagian atasnya, dan mencoba menggerakan kakinya. Ketiganya sakit, kaku dan sangat sulit di gerakkan. Kata Iqbal, yang paling sakit ia rasakan adalah di bagian punggung.
Sedikit saja gerakan di tubuhnya akan membuat punggungnya sakit dan disana Iqbal sadar dia sudah tidak bisa lagi berdiri dan hanya bisa terbaring.
Alex sadar temannya ini tidak mungkin lagi melanjutkan perjalanan dan membutuhkan bantuan sesegera mungkin. Alex kemudian mengajak gagah berdiskusi..
“Gah, harus ada satu yang tinggal menunggui teman kita, dan ada 1 lagi yang terus merintis jalan dan lapor ke kepala desa kalua terjadi kecelakaan” ucap Alex.

Keduanya berdebat siapa yang akan turun dan siapa yang akan menemani Iqbal.
Gagah tidak yakin dirinya mampu membelah hutan belantara seorang diri mengingat pengalaman pendakiannya yang masih minim dan dia tidak memahami ilmu ilmu survivor. Namun disisi lain, ia juga tidak sanggup jika harus ditinggal berdua dengan Iqbal.
Gagah khawatir akan binatang buas yang bisa kapan saja datang, terlebih selama perjalanan ada anjing hutan yang terus mengikuti mereka sejak hari kedua perjalanan.
Gagah yang tertekan dan pasrah melihat kondisi mereka sekarang, lalu bertanya kepada Alex..

“lex, kenapa kita tidak mati Bersama aja?.. kita temani Iqbal sampai kita bertiga mati disini..”
Alex lantas menolak ajakan menyerah Gagah ini. Baginya, jika masih ada peluang untuk ketiganya hidup, maka harus diusahakan bagaimanapun caranya.
Setelah berdiskusi cukup panjang, Gagah akhirnya memilih bahwa dirinyalah yang akan turun membuka jalan dan menemukan pemukiman warga, sementara Alex menemani Iqbal hingga bantuan datang.
Namun sebelum berangkat, gagah mengucapkan suatu syarat “kalau nanti saya bertemu jurang, hewan buas dan saya tidak berhasil menemukan jalan ke bawah, saya akan kembali kesini lagi dan kita bertiga akan mati bersama ya Alex..”
Karena tidak ada acara lain untuk membuat Gagah mau turun, walaupun tidak setuju dengan statement mati bersama yang disebutkan gagah, Alex dengan terpaksa mengiyakan dulu.
Gagah kemudian mulai berjalan sendirian menyusuri sungai dengan ransel merahnya itu sesuai rencana awal, sementara Alex berada di sisi Iqbal menemaninya.
Iqbal dan Alex, keduanya memang sahabat dekat yang sudah bagaikan keluarga. Selama menunggu bantuan, Alex dan Iqbal terlibat banyak percakapan dar hati ke hati dan memalui banyak peristiwa.
Salah satu obrolan mereka adalah mengenai gunung tertinggi impian seorang pendaki.
Salah satu obrolan mereka adalah mengenai gunung tertinggi impian seorang pendaki. Bagi seorang pendaki, gunung impian dan tertinggi yang ingin mereka daki biasanya menjadi gunung terakhir atau bahkan lokasi sang pendaki itu meninggal.
Saat itu Iqbal ditengah rasa sakit yg ia tahan berkata “gunung tertinggi yang mau saya daki, Gunung Slamet lex, setelah Slamet saya cukup gamau mendaki lagi..”.

“loh kamu gamau ngedaki Merbabu bal?” tanya Alex.
“engga, saya cukup Gunung Slamet aja” jawab Iqbal masih dengan terbaring. Alex menjawabnya dengan berseloroh “kalau Gunung tertinggi yang mau saya daki, itu puncak Carstensz, tapi saya gaakan pergi kesana karena saya gamau meninggal disana”
Selain itu Iqbal berpesan, kalau nanti ternyata ia ternyata meninggal, ia mau sepatunya dikubur di Gunung Sumbing, Gunung terfavorit bagi Iqbal yang pernah ia daki.
Ketika sedang menjaga Iqbal dengan kondisi yang sudah sama sama tak berdaya tiba tiba saja dari arah hutan datang seekor harimau kearah keduanya. Iqbal yang saat itu masih menahan sakit luar biasa di punggungnya meminta untuk diberdirikan meski dipapah oleh Alex-
-agar harimau itu tidak menerkam keduanya. Usaha keduanya berhasil dan harimau (yang entah asli atau jadi jadian) itu pergi kembali ke rerimbunan hutan.

Menjelang hari keempat sejak Gagah pergi, kondisi Iqbal terus melemah. Saat itu sepertinya ia tau waktunya tidak lama lagi.
Ia kemudian berpesan kepada Alex yang ada disisinya
“Lex, kalau kamu nanti pulang, kamu harus siap, batin kamu harus siap, kalau ketemu dengan mayat yang lain dibawah.. Gagah..". Dan tepat pada hari keempat, Iqbal akhirnya meninggal dunia disisi Alex, sahabatnya.
Ada rasa kecewa dan kehilangan yang dirasakan Alex. Besar harapannya agar ada bantuan yang datang dibawa oleh Gagah dan akan menyelamatkan sahabatnya, Iqbal. Namun hingga Iqbal meninggal, bantuan maupun Gagah tidak juga datang.
Jika saat itu Gagah adalah yang menemani Iqbal, mungkin Gagah akan memilih mati Bersama. Namun tidak bagi Alex, ia bertekad akan pulang hidup hidup dari pendakiannya kali ini.
Merasa tidak ada lagi alasan untuk bertahan karena Iqbal telah tiada, Alex memutuskan turun. Sebelumnya, ia mengeluarkan isi tasnya dan membuat jejak menggunakan pakaian pakaiannya.
Harapannya, jika nanti dilakukan pencarian melalui udara, maka koordinat keberadaannya dapat dengan mudah diketahui team rescue.

Alex turun dengan hanya membawa pakaian yang ia kenakan. Sedangkan tas, kamera dan peralatan lain ditinggalkan di lokasi jasad Iqbal berada.
Alex meneruskan perjalanan seorang diri menyusul Gagah yang entah sudah ada dimana, dan entah masih hidup atau tidak. Perjalanan Alex terhenti saat ia mendapati jalur aliran sungai itu terputus pada 2 buah jurang air terjun yang salah satunya adalah Curug Minger.
Alex melihat ke sisi kanan dan kirinya, tidak ada jalan lain untuk memutar. Satu satunya cara adalah merayap turun di tebing curam ini, namun itu sangat beresiko tinggi.
Alex kemudian duduk di pinggiran jurang sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ingatan Alex terpotong saat itu dan tiba tiba saja ketika sadar, ia sudah ada di bawah kedua jurang itu.
Alex menatap keatas dan terheran heran sejak kapan dia sudah ada dibawah dan bagaimana caranya, namun fokusnya sekarang adalah mencari Gagah dan menemukan jalur pemukiman penduduk secepatnya.
Alex kembali menyusuri aliran sungai sebagaimana rencana awal yang ia sampaikan kepada Gagah. Setidaknya, akan ada kemungkinan mereka bertemu di jalur tersebut. Selama perjalanan ini, Alex mempergunakan dengan baik ilmu survival yang ia miliki.
Ia makan buah buahan dan dedaunan hutan untuk bertahan hidup. Alex sebenarnya juga mengkhawatirkan Gagah. Sejak bahan makanan habis, Gagah menolak untuk makan makanan darurat berupa buah dan dedaunan yang ditemukan Alex di hutan.
Alex khawatir, Gagah yang kekurangan makanan dan energi, ditambah lagi tubuhnya tidak bisa menerima makanan asing akan membuatnya tidak dapat bertahan lama.

Saat masih menyusuri sungai ini, tiba tiba alex mendengar suara teriakan seseorang..
“Toloooongg.. Saya Gagah Pribadiiii Mahasiswa IKIP Semaraaangg. Saya mendaki tiga oraaangg, yang satu jatuuuhh, tolooonggg” Alex sangat mengenali suara itu.. suara Gagah Pribadi.
Alex menjawab teriakan itu “Gagah! Terus teriak biar saya bisa ke tempatmu!”

“Siapa itu? Itu Kamu Lex?” jawab Gagah.

“Iyaa ini saya. Kamu teriak terus Gah! Aku samperin kamu kesana!”

“Alex.. kenapa kamu turun?? Iqbal bagaimana? Kamu tinggalkan Iqbal diatas sendirian??”
“udah nanti dulu! Sekarang kamu ngomong terus aja biar saya yg kesana!”

Gagah terus berteriak ditengah guyuran hujan yang turun di Gunung Slamet saat itu. Hingga akhirnua Alex berhasil menemukan posisi Gagah. Saat saling bertemu, posisi mereka berada di ketinggian yang berbeda.
Gagah berada diatas jurang, sedangkan Alex berada dibawahnya.

Karena memang tujuan sejak awal adalah turun dari gunung dan kondisi jurang yang licin akibat hujan, Alex meminta gagah untuk meluncur turun dari atas dengan berpegangan pada pepohonan yang merambat disisi jurang.
“Ayo Gah turun, kita lanjut ke bawah cari jalan, hari keburu malam” perintah Alex kepada Gagah dari bawah.

Gagah saat itu sudah terlihat berdiri di tepian jurang dan melihat juga kearah Alex.
Namun bukan melakukan apa yang diperintah oleh Alex, Gagah kembali menanyakan pertanyaan yg sejak awal tadi ia tanyakan..

“Alex.. kenapa kamu ada di bawah? Iqbal mana? Kamu tinggalkan dia diatas sendirian?”. Alex masih enggan menjawab dan terus meminta Gagah untuk turun dahulu.
Namun Gagah terus menanyakan hal yg sama berulang2 hingga akhirnya Alex jujur..

“..Iqbal udah mati Gah..”

Gagah seketika terduduk lemas di atas jurang. Pandangannya kosong menatap Alex dibawah. Harapannya seketika putus dan semangatnya untuk hidup sepertinya telah redup.
“Udahlah Lex.. Gak ada gunanya kita turun.. Iqbal udah gaada, lebih baik kita mati disini aja..” ujar Gagah.

Tentu saja Alex menolak itu dan tetap bersikeras untuk turun dan pulang dengan selamat. Namun Gagah memang sudah mencapai batas dirinya saat itu.
Malam pun datang. Gagah menolak untuk turun dan memilih bertahan diatas. Sepanjang malam hingga pukul 3 dini hari gagah terus meraung dan berteriak teriak. Depresi, putus asa, takut, lapar dan kehilangan seorang sahabat membuat pikirannya tak lagi jernih..
Gagah terus berteriak teriak hingga suaranya serak. Teriakan Gagah mulai membuat Alex dibawah emosi. Dengan lantang, Alex mengancam gagah dengan tujuan agar Gagah diam dan dapat menyimpan energinya untuk melanjutkan perjalanan esok hari.
Karena mereka berdua sudah benar benar dalam kondisi payah dan kelaparan, terlebih Gagah yang entah sudah sejak kapan terakhir kali ia makan.

“Gagah! Kamu pilih diam atau saya tinggal kamu diatas sendirian?!” ancam Alex.
Setelah diteriaki seperti itu, Gagah akhirnya diam. Alex mengira gagah akhirnya tertidur karena kelelahan dan memang Gagah membutuhkan tidur yang cukup agar dapat melanjutkan perjalanan. Alex akhirnya tidur di lokasinya saat itu.
Saat matahari terbit, Alex Kembali mengajak gagah untuk turun dan melanjutkan perjalanan

“Hei Gagah! Ayo turun! Kita lanjut cari jalan sama sama” panggil Alex
Namun hening, tidak ada suara jawaban dari Gagah
Alex mencoba memanggil Gagah berkali kali namun tidak ada jawaban.
Akhirnya dengan sisa tenaga yang ia miliki, Alex memanjat tebing untuk naik ke posisi dimana Gagah berada. Namun setibanya di atas, Gagah sudah tidak ada di tempat.
Alex terus menyusuri hulu sungai dan kehilangan jejak Gagah. Alex menduga, Gagah diam2 turun saat ia tidur dan melanjutkan perjalanan sendirian ke bawah krn emosi dibentak. Selain itu Alex mendapati pepohonan dan jurang di arah hulu sungai tidak ada tanda bekas dilalui orang.
Percaya bahwa Gagah telah lebih dahulu meneruskan perjalanan ke bawah, Alex juga melakukan hal yang sama. Alex melanjutkan perjalanan dan melalui banyak kejadian diluar nalar.. Namun Alex menolak menjelaskan hal ini lebih dalam.
Singkat cerita, Alex melanjutkan perjalanan hingga bertemu desa Limpak Tepus. Orang pertama yg Alex temui adalah seorang ibu yg sedang berkebun. Alex segera menanyakan posisi rumah Kepala Dusun disana guna meminta bantuan evakuasi terhadap jasad Iqbal dan mencari keberadaan Gagah
Sebelum menemui Kepala Dusun, yang harus dicari Alex pertama kali adalah makanan. Ia menanyakan posisi warung kepada ibu tadi, setelah ditunjukkan, ia makan mie dengan tempe serta sayuran sayuran demi menambah sedikit tenaganya.
Setelah makan, masih dengan berjalan kaki dan penampilan yang sudah tidak karuan, Alex pergi menuju rumah kepala desa dan melaporkan apa yang terjadi.

Alex melaporkan keberadaan jenazah sahabatnya di bawah jurang dan kemungkinan Gagah yang masih mencari jalan keluar dari gunung.
Namun malam itu bukan bantuan yang Alex dapat namun adalah amarah dari sang kepala dusun. Tapi karena Lelah, Alex hanya menerima itu dan izin untuk tidur, setidaknya ia telah mengabarkan 1 korban jiwa dan 1 survivor sedang berada di Gunung Slamet saat itu.
Keesokan paginya Alex ditandu ke kantor Kelurahan oleh warga. Ternyata kepala dusun yang memarahinya tidak mengetahui bahwa sedang ada pencarian 3 orang pendaki yang telah hilang selama 14 hari yang salah satu diantaranya adalah Alex.
Alex kemudian mendapat pemeriksaan kesehatan di sebuah rumah sakit di Purbalingga. Feses Alex sempat diteliti untuk memeriksa apakah Alex bertahan hidup dgn cara memakan kedua temannya atau tidak, karena sangat sulit seseorang bisa bertahan 14 hari tanpa makanan memadai.
Setelah terkonfirmasi “bersih” dan tidak ada indikasi perbuatan k*nibalisme, Alex selaku survivor membantu pencarian Gagah dan evakuasi jasad Iqbal Latief sambil mendapat perawatan di rumah sakit.
Alex mencoba menceritakan pengalaman yang ia lalui bersama kedua sahabatnya itu mulai dari mereka sampai ke puncak dan segala pengalaman lainnya yang ia alami. sayang, banyak yang hadir saat itu tidak percaya sepenuhnya dengan cerita Alex yang bagi mereka mustahil terjadi.
Berkat arahan dari Alex, team SAR berhasil mencapai lokasi dimana jasad Iqbal terakhir berada. Disana team menemukan benda2 yg sengaja ditinggalkan Alex sebelumnya berupa tas, pakaian dan kamera yang berisi foto ketiga sahabat itu saat di puncak Gunung Slamet 14 hari yang lalu.
Yang membuat Alex shock adalah laporan dari team yang mengatakan mereka menemukan pakaian Iqbal Latief, mula dari baju, celana, hingga pakaian dalamnya di lokasi tersebut, tapi tidak dengan jasad Iqbal Latief... “sesuatu” telah menelanjangi Iqbal dan membawa jasadnya pergi..
Selain itu masih di lokasi yang sama, Alex menerima laporan bahwa team kepolisian dan tim rescue menemukan sebuah ransel merah yang tidak lain adalah ransel yang dibawa Gagah saat menerobos hutan sendirian.
Itu artinya, Gagah tidak pernah melanjutkan turun ke bawah aliran sungai malam itu sebagaimana yang diperkirakan Alex, melainkan Gagah memilih kembali ke atas dan menemani jasad Iqbal seperti yang ia inginkan.
Ditemukannya pakaian dalam Iqbal Latief dan hilangnya jasad beliau membuat dokter berkesimpulan tentang kronologi logis apa yang terjadi pada Iqbal. Dokter berpendapat, bahwa saat ditinggalkan oleh Alex, Iqbal Latief mengalami mati suri.
Setelah sadar dari mati surinya, Iqbal mengalami hipotermia dan akhirnya mengalami undressing hipotermia, atau kondisi dimana hipotermia sudah parah sehingga penderitanya berhalusinasi dan justru merasa kepanasan membuka seluruh bajunya padahal suhu disekitarnya sangat dingin.
Lalu, masih menurut dugaan dokter dan team, setelah bertelanjang bulat karena hipotermia, Iqbal kemungkinan diterkam binatang buas sehingga tidak ditemukan lagi jasadnya.
Alex membantah kemungkinan mati suri yang dialami Iqbal Latief, ia yakin sebelum ditinggalkan, ia sudah memeriksa jasad sahabatnya itu dan memang sudah tidak ada satupun tanda kehidupan yang tersisa. Bahkan tubuh Iqbal saat itu sudah membiru dan pupil matanya mengecil.
Namun saat itu Alex memilih untuk mengiyakan kemungkinan yang terjadi dari rilis kepolisian dan tim dokter, walaupun dalam hati kecil alex dia menolak berita yang disebarkan itu dan yakin dengan fakta bahwa Iqbal Latief sudah tiada sebelum ia tinggalkan.
Fakta lain yang sangat mencengangkan diceritakan oleh Alex sendiri hampir 30 tahun lamanya setelah kejadian itu terjadi. Fakta yang selama ini diminta untuk dirahasiakan dan jangan dibocorkan ke publik oleh kepolisian.
namun Alex merasa orang orang harus tau apa yang sudah terjadi pada proses pencarian Iqbal dan gagah saat itu dan menyebabkan pencarian ini dihentikan...

Alex baru berani menceritakan ini melalui laman FBnya pada 2015 lalu..
Pada suatu hari saat pencarian, Alex yang berada di pos bersama komandan pasukan rescue mendapatkan kabar dari team yang sedang menyisir hutan mencari keberadaan Iqbal dan gagah.
Team yg saat itu sedang berada di tengah hutan, mengirim laporan bahwa mereka bertemu dgn sesosok makhluk bertinggi badan 2m dgn rambut hitam yang memenuhi sekujur tubuhnya. Makhluk ini melayang dgn menggendong mayat manusia telanjang yang sudah mengeluarkan bau.
Jasad yang diyakini oleh Alex adalah Iqbal.

Komandan yg berada disisi Alex saat itu langsung memerintahkan makhluk itu untuk ditembak. Suara letusan pun terdengar bahkan sampai ke pos tempat Alex saat itu berada, lalu tak lama panggilan masuk kembali dari team yang berkata..
"... tidak bisa ditembak ndan, tembus..”

kemudian sosok ini, masih dengan menggendong mayat telanjangbtadi terbang ke salah satu pohon besar dan menghilang...

Setelah temuan makhluk misterius ini, pencarian dihentikan.
Saat itu, seorang utusan dari petugas menemui Alex dan memintanya merahasiakan apa yg ia dengar tentang temuan makhluk itu. Kepolisian saat itu khawatir jika cerita ini tersebar, akan memancing ketakutan dan kehebohan masyarakat kala itu.
Sejak saat itu sosok Iqbal dan gagah menjadi banyak pembicaraan oleh para pendaki Gunung Slamet. Alex sering kali mendapat laporan dari para pendaki lain yang mengatakan bahwa mereka bertemu pendaki misterius dengan ciri ciri yang sama persis dengan Iqbal dan Gagah.
Sosok menyerupai Iqbal itu muncul dgn ciri khas kacamata tebalnya yang pecah sebelah dan menunjukkan arah bagi para pendaki yg tersesat.

Bahkan sosok ini muncul secara tiba tiba dari kabut dan biasanya mengatakan “kamu terlalu ke kanan, lewat sini, saya juga lewat sini dulu..”
lalu setelah menunjukan jalan, sosok ini menghilang. Sedangkan sosok gagah yang kerap dilihat pendaki memiliki ciri khas ransel merah sebagaimana yg terakhir ia gunakan.
Saat mendengar kabar kemunculan sosok Iqbal dan Gagah ini, jelas membuat Alex merasa sedih. Meski begitu Alex yakin keduanya adalah jin yang menyerupai kedua sahabatnya itu. Ia yakin Iqbal yang asli telah meninggal, dan dibawa oleh sosok besar itu.
Alex juga sudah memenuhi permintaan Iqbal untuk menguburkan sepatu outdoor miliknya di Gunung Sumbing, Gunung favorit Iqbal. Sementara Gagah hingga saat ini jejak dan jasadnya juga tidak pernah ditemukan. Keduanya bersemayam abadi di Gunung Slamet.
Mengutip salah satu perkataan Alex mengenai semangatnya untuk bertahan hidup dan tidak putus asa saat mengetahui Iqbal meninggal benar benar membuat siapapun yang mendengarkannya tau bagaimana keduanya memiliki ikatan yang sangat kuat..
“Harus ada yang menceritakan pengalaman Iqbal kepada orang orang. Di mata saya, Iqbal Latief adalah orang yang sungguh luar biasa. Seseorang yang tanpa pikir panjang melihat temannya jatuh, ia ikut melompat walaupun kacamatanya pecah dan matanya tertusuk..-
-Seseorang yg berjiwa sosial tinggi, ketika ia kesulitan uang, tapi ada temannya yang butuh uang, dia akan kasih uangnya. Kalau seandainya saya dgn bodohnya ikut mati disitu, siapa yg akan mengenang & menceritakan kisah bagaimana gagahnya seorang Iqbal menyongsong kematiannya?..”
Selamat Jalan, Iqbal Latief dan Gagah Pribadi. Semoga amal ibadah keduanya diterima disisi-Nya dan ditempatkan di tempat terbaik.

*foto Iqbal Latief tidak bisa kami tampilkan karena tidak diperkenankan pihak keluraga almarhum
Terima kasih kepada mas @/garudhamahameru selaku anak dari pak alex poerwo atas izinnya kepada mwv untuk menuliskan pengalaman luar biasa ini dalam sebuah naskah sederhana.
Bagi mwvers yg ingin mendengarkan penuturan pak Alex langsung, bisa search channel Youtube Garudha Mahameru, ada 3 part video berisi kesaksian pak Alex saat tragedi Slamet 1985 ini terjadi.
Bagi yang ingin berdonasi support kreator via Saweria, mwvers bisa klik highlight "Support Saweria" di akun ini. Terima kasih atas donasi dan supportnya. Sampai bertemu lagi di cerita lainnya

Salam lestari

saweria.co/mwvmystic

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with mwv.mystic

mwv.mystic Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @mwv_mystic

17 Sep
MISTERI GUNUNG TIDAR, PAKU PULAU JAWA

a thread Image
Sebelum thread dimulai, gw mau honorable mention dulu kepada buminusantara, kalian bisa menonton bahasan lokasi lokasi yang akan gw sebutkan disini pada video berikut :

Gunung Tidar merupakan salah satu gunung yang secara ketinggian, sebenarnya tidak begitu tinggi dan berada di Magelang. Gunung ini tidak dikenal karena pendakiannya, namun Gunung Tidar dikenal dengan sebuah gelar sebagai Paku Tanah Jawa.
Read 24 tweets
16 Sep
APAKAH NABI MUHAMMAD PERNAH MEMBUNUH LAWAN SAAT PERANG?

an islamic thread Image
Nabi Muhammad bin Abdullah shalallahu alaihi wa salam, merupakan Rasul terakhir yang dipercaya oleh umat Islam. Ibadah, sikap, tindak tanduk, dan kebiasaannya ditiru oleh pengikutnya sejak beliau masih hidup hingga ratusan tahun setelah beliau wafat.
Dari sekian banyak ajaran Islam, terdapat sebuah ibadah yang disebut jihad di jalan Allah. Banyak orang mengeneralisasikan jihad sebagai perang yg mengangkat senjata serta penumpahan darah bagi orang orang yang tidak beragama Islam. Padahal sejatinya tidak demikian.
Read 36 tweets
20 Aug
Misteri Soekarno, Kehidupan Pasca Kematian dan Hubungannya dengan Sang Ratu Samudera

a myth thread
Nama Soekarno, Sang Proklamator negara ini masih menjadi pembicaraan banyak orang hingga sekarang. Kharismanya yang luar biasa dan bagaimana ia mengukir sejarah baik hitam maupun putih membuat pengagumnya begitu banyak dari masa kemasa.
Dibalik kehidupan pribadinya yang kontroversial, Soekarno juga memiliki banyak misteri yang mengundang rasa tidak percaya, namun dipercaya oleh banyak Sukarnois. Sekarang kita akan bahas sedikit sisi yang keluar dari literatur sejarah namun juga identik dengan sosok beliau.
Read 41 tweets
18 Aug
Pernah liat kuntilanak yang mukanya meleleh manjang ke bawah gitu ga?

Posisi mata, idung, sampe mulutnya asimetris gitu dan cenderung melorot. karena mukanya meleleh, dia ngedongak terus biar daging mukanya ga meleber
Salah satu temen gw pas masih tinggal di asrama putri pondok pesantren pernah ketemu yang modelan kuntilanak begini.
Dalam kamarnya itu ada 2 kasur tingkat. Jadi 2 orang tidur di sisi kanan atas bawah, kiri atas bawah. Di sana juga ada lemari deket pintu dan ada space kosong diantara kedua kasur tingkat tadi.
Read 12 tweets
18 Aug
Jangan ngawur kak.. itu hplc, instrumen buat analisa bahan kimia dalam fasa liquid. Pemisahannya lewat kolom dan menggunakan mobile phase. Bukan liquid microchip..

Trust me, irl gw make alat itu bersama alat lain semacam GC, UHPLC, Uv Vis, ICP OES, AAS dll kok di Lab -_-
Hasil bacaannya juga bukan ngebaca kandungan chip astaghfirullah -_- cuma data sinyal yg diinterpretasikan detektor sebagai peak. Peak ini mesti dicocokan ke peak identity dari standard, atau pake library kalo pake tandem MS.

Intinya gaada hubungannya HPLC sama microchip 😭
Justru kalau org dikit2 bawa konspirasi, tapi datanya ngawur, saat ada org yg lebih paham, harus diluruskan. Bukan dibiarkan. Disini mgkn kakak dibantah krn gw paham, di luar sana kakak nyebarin hplc=liquid microchip bukan ga mungkin org awam percya

Read 12 tweets
15 Aug
Tragedi Pendakian 7 Mahasiswa UGM di Gunung Slamet, 2001

a thread
Gunung selalu menjadi spot menarik bagi banyak orang. Walaupun kondisi yang terjal, cuaca yang tak menentu dan medan yang berat, nyatanya pendakian masih menjadi hobi yang diminati.
Hal ini pula yang dilakukan oleh 7 orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada atas nama Turniadi (Dodo), Masrukhi, Dewi Priamsari, Bagus Gentur Sukanegara, Ismarilianti (Iis), Bregas Agung, dan Ahmad Fauzan.
Read 50 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(