Nyata Profile picture
Sep 4, 2021 229 tweets >60 min read Read on X
Kamu Harus Mati
*TELUH*

#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor #Penikmathorror #threadhorror #horor #Thread

Gas tipis tipis lagi ketika senja mulai menyapa.
Salam Hi.Hi.Hi.. Image
Saya terima Nikah nya Karina bin Yustria dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 1 juta rupiah.

Sah..

Sah....

Alhamdulilah....
Riuh suara tamu undangan memberikan selamat kepada ku dan suami ku pada pagi hari itu.

Oiya..

Perkenalkan saya Karina Yustika, orang yg akan menjadi korban pesakitan dalam cerita kali ini.
Hari ini saya dinikahi oleh seorang pria baik bernama Wanto. Walaupun ini bukan pernikahan pertama yg saya jalani, tapi rasa bahagia lebih bersinar di hati saya.
Bagaimana tidak ditengah status saya sebagai seorang janda beranak 1, masih ada pria yg mau menerima keadaan ini, dan mau untuk menyayangi, menafkahi saya dan anak saya.
Belum lagi prilaku mas wanto yg dapat dikatagorikan pria alim yg selalu dekat dengan agama, begitulah hati saya mendeskripsikan tentang dia.
Ya setidaknya pikiran itu trs terjaga, sebelum saya mengetahui kebenaran kelam akan sisi lain mas Wanto, sisi yg mengantarkan saya menuju pintu gerbang kesesatan.
Selang seminggu dari pernikahan, Mas Wanto harus kembali ke Jakarta karna masa cuti nya sudah habis, untuk sementara aku dititip kan dirumah orang tua ku, dia berjanji akan menjemput diriku beserta putri semata wayang ku Lena di akhir bulan nanti.
Sedikit kisah tentang pertemuan kami yg bisa dibilang seperti mie, sangat instan. Berawal dari sodmed kami berkenalan dan saling tukara nomer, Mas wanto sendiri hanya 2 x menemui ku, dan selebihnya hanya berkomunikasi via Telephone.
Namun pertemuan ke 2 dengan beliaulah yg melululantahkan hati ku, aku seperti tidak dapat menolak lamarannya.
Dia layak disebut pria karna langsung membawa ibunda nya dan beberapa perwakilan keluarga untuk melamar ku, hanya berselang 5 bulan perkenalan itu dan kami memantapkan diri naik ke pelaminan.
Mas Wanto hanya memiliki seorang ibu, sementara ayahnya sudah berpulang sewaktu dia SMP, sementara aku hanya memiliki Ayah yg masih setia menjaga diri ku dan adik lelaki ku. Ibunda ku sudah lama berpulang, sesaat setalah melahirkan adik semata wayang ku.
Akhir bulan tiba, Mas Wanto datang memenuhi janji, dibawanya kami pergi guna menempuh kehidupan baru.
Rasa cinta ku kian bertambah, semula aku mengira akan tinggal bersama ibu mertua, namun Mas Wanto rupanya sudah menyiapkan tempat untuk kami bernaung, lokasinya berada disalah satu kotamadya yg menyanga Kota Jakarta.
Keadaannya cukup asri, hanya saja masih tergolong sepi, walau sudah banyak rumah yg berdiri disana, hanya beberapa kepala keluarga yg mendiami, sisanya bangunan sepi yg sepertinya hanya sebagai inves bagi pemiliknya.
Sebagai gambaran saja, untuk blok di rumah itu ada 15 rumah lain, dan hanya 4 rumah yg sudah terisi, dengan kata lain 11 rumah masih kosong, selain itu ada 5-6 rumah yg kondisinya sangat memprihatinkan, hampir sebagain besar bagiannya rubuh dan dipenuhi oleh ilalang ilalang liar.
Untuk rumah yg kami tempati terdiri dari 3 kamar tidur, 2 berada di bagian depan, sementata dapur dan kamar mandi berada di bagian belakang, cukup aneh karna 1 kamar tidur lagi berposisi di sebelah kamar mandi dan dapur.
Kamar itu terlihat penuh misteri, dimana bagian pintu nya tergembok mengunakan rantai, belum lagi posisi pintu nya yg menghadap kamar mandi, hal itu cukup membuat bulu kuduk ku merinding.
Aku sempat menanyakan ke Mas Wanto prihal kamar itu, dan dia berkata dulu waktu bangun salah konsep, dan akhirnya menjadikan kamar itu sebagai gudang hingga saat ini.
Dari penuturan mas Wanto, aku juga mengetahui bawasannya rumah itu sudah dari 5 tahun lalu dibeli olehnya, dan lebih konyol lg Mas Wanto malah mengoda aku, dengan menceritakan kisah horor yg sering terjadi di daerah itu.
Aku sempat kesal melihat tawa Mas Wanto, yg senang akan rasa takut ku, dia puas tertawa melihat betapa penakutnya diri ku.
Kehidupan kami berjalan mesra, selayak nya kehidupan pengantin baru yg lagi hangat hangatnya. Mas Wanto juga memperlakukan Lena seperti anak kandungnya sendiri.
Hingga 3 bulan berlalu, bersamaan dengan hujan deras yg turun membasahi daratan di senja yg mulai menyapa.
Jam Sudah menunjukan pukul 6, namun Mas Wanto belum tiba dirumah.
Seperti biasa ku habiskan aktivitas ku sebagaimana ibu rumah tangga lazim nya, selang aku menidurkan lena dikamar.

Trengk.. treng.. trengg..

Terdengar bunyi benturan benda besi dari arah depan.

Mas Wanto pulang pikir ku saat itu.
Bergegas ku ambilkan payung dan kunci gerbang, mengingat hujan yg masih turun dengan derasnya.

Langkah ku sigap, dengan tangan yg sudah mengengam sebuah payung.

Ku buka pintu depan, sontak aku berteriak.

Hei.... Siapa kamu?
Seorang wanita ditengah hujan deras mencoba membuka gembok pagar itu.

Sontak dia menghentikan aktivitasnya, dan menatap sinis ke arah ku.

Takut wanita itu berniat jahat, atau mungkin dia tidak sendiri.

Aku langsung berteriak.

Tolong... Tolong.....
Wanita itu gugup, seiring dengan teriakan minta tolong yg terus aku lakukan.

Tatapannya menoleh ke berbagai arah, seolah memastikan tidak ada yg memergoki aksinya saat itu.
Samar terdengar ucapannya di tengah suara hujan yg masih menambah horor suasana.

*Awas Lo Ban*sat*
Katanya sembari berlari pergi meninggalkan ku.
Darah seakan turun melepaskan seluruh sendi di tubuh, tanpa sadar aku merintikan air mata. Pikiran ku buyar, kosong, hanyut dalam rasa takut akan pristiwa gila yg baru saja trjadi.
Saat itu aku tidak tau harus berbuat apa, selain hanya berjaga didepan pintu sembari berharap wanita jalang itu tidak kembali lagi dan Mas Wanto segera pulang ke rumah.
Lama aku menanti, Mas Wanto tak kunjung kembali, Konsentrasi ku terpecah kala terdengar panggilan memangil, panggilan itu seperti menangis.
*Nda.. hikss..hikss
Bunda dimana?*

*Iya nak, bunda di depan*
Jawab ku sembari bergegas, masuk ke dalam rumah.
Ku gendong lena, berusaha menenangkan diri nya yg masih terisak tangis terbangun dari tidurnya. Lena sendiri saat ini sudah berusia 4 tahun.

Ku bawa serta dia kedapur, tuk membuatkan susu sesuai keinginannya.
*Sebentar ya sayang*
Kata ku sembari meletakan dilantai, tepat disampingku. Tangan ku mulai membuat susu.
Dooor.. Dooer.. Dooor..
Suara gedoran terdengar kencang, memaksa untuk mendobrak pintu.

*Astagfirullah*

Spontan aku berkata, Aku lupa akan kejadian yg baru ku alami, dan aku pun lupa untuk menutup pintu depan.
*Siapa di dalam nda?*
Kata lena sembari menunjuk ke arah kamar yg dijadikan gudang oleh Mas Wanto.
Brak.. brakk.. brakk...

Suara gedoran dari dalam pintu semakin intens dan kasar terdengar, entah siapa yg bersembunyi didalam sana?

Ku gengam sebilah pisau, sembari langkah ku pelan berjalan menuju arah gedoran itu.
Aku bukanlah manusia yg peka pada kehadiran mereka, dan tidak sekalipun pernah mengalami ganguan mistis nan mengerikan seperti ini.
Namun malam itu sesaat setelah kuletakan telapak tangan ku menyentuh pintu, aku merasa sesuatu yg teramat hitam penuh dengan kekelaman seperti bersemayam di dalam sana. Kekuatan itu seolah ingin melepaskan diri.
Akal sehat sepertinya sudah tidak dapat mentoleri pristiwa sinting. Otak ku hanya dapat mengisyaratkan agar aku lari... pergi dari sini. Hanya itu yg terlintas dibenak ku saat ini.
Badan ku bergerak alamiah, spontan ku angkat lena, ku peluk erat dia, sembari berlari keluar rumah.
Hujan lebat yg tak kunjung reda, bahkan tak dapat memendung niat ku untuk keluar dari rumah ini, dan hanya sekejap baju kami sudah basah kuyup.
Baru beberapa langkah kaki ku berlari kecil keluar dari pagar rumah, 2 tangan dengan sigap menangkap tubuh ku.
*Kamu mau kemana hujan hujanan dek?*
kata pria yg tak lain adalah mas Wanto.

*Ta.. Takut mas, aku takut*
kata ku singkat padanya.
Diambilnya lena dari peluk ku, sembari memegang tanganku, dibawanya kami kembali ke dalam rumah biadab itu.
Ku tuturkan kejadian itu kepada mas wanto, terutama tentang wanita sinting yg mencoba masuk ke rumah. Aneh nya Mas Wanto hanya menunjukan expresi datar akan pristiwa itu.

*O.. Dia keseni tadi*
Katanya kepada ku dengan enteng.
Emosi ku kian memuncak, saat ku katakan tentang gedoran di kamar belakang.

Mas Wanto hanya berkata
*Lupakan, kamu itu kecapean*

Aku sempat marah akan sikap nya, pertengkaran kecil terjadi tak kala ku paksa dia untuk memberitau tentang wanita itu dan kenapa kamar itu dikunci.
Namun bukan jawaban yg ku terima, kali pertama kurasakan sisi lain dari Mas Wanto, Dia memarahi ku, perkataan nya sungguh sangat kasar dan mulai menunjukan watak aslinya.
*Bukan urusan mu, kalau kamu masih mau tau, mending kita cerai*
Bentak nya kepada ku.
Rentetan petaka mulai silih berdatangan selang dari kejadian itu, hampir setiap hari pintu kamar belakang menunjukan exsistensinya. Acap kali juga aku mendengar suara genteng yg berbunyi.
Preng.. Preng..Preng...

Seperti ada seseorang yg sedang berjalan diatasnya, pernah sekali ku coba memberanikan diri melihat apa yg ada diatas sana.
Ku berdiri di depan rumah sembari menyenteri kearah atap rumah, tak khayal bulu kuduk ku naik, wajah ku memucat, kala cahaya dari senter itu seperti menyorot sosok makhluk besar sedang berdiri diatas sana.
Dilain waktu, suara itu tak hanya seperti orang berjalan, tetapi lebih ke suara seperti jatuhan atau lemparan pasir yg menyentuh genting.

Suara itu acap kali terdengar bila senja mulai menyapa, dan kalian sudah paham kan?
Walau aku tidak memahami dunia klenik, namun sudah menjadi rahasia umum dikampung halaman ku, bawasannya adanya suara seperti lemparan pasir atau tanah yg sering terdengar di atap rumah, merupakan petanda Teluh yg sedang dikrimkan seseorang.
Beberapa kali ku sampaikan hal itu secara halus dan sopan kepada Mas Wanto, tapi Mas Wanto tidak mengubris, malah mengatakan aku sudah gila. Hal ini juga yg membuat hubungan rumah tangga kami kian menjadi panas hari lepas hari.
Perubahan sikap drastis Mas Wanto untungnya tidak merambat ke Lena, sekalipun sikapnya dingin pada ku, namun dia masih memperlakukan Lena layak nya darah daging nya sendiri.
Dikisah lain nya, Aku hampir saja kehilangan Lena, seminggu lamanya Lena mengalami demam yang tak lazim, awal nya kami mengira Lena terkena DBD, Karna hanya diwaktu malam saja dia mengalami demam, kami sudah membawa berobat, malah Lena sempat dirawat inap.
Lena sempat terlihat membaik, pasca kepulangan nya dari RS, namun semenjak saat itu Lena mulai bertingkah aneh, dimana sering ku pergoki dia berbicara sendiri, dan bila malam tiba, dia kembali demam.
Mulutnya mengerang seperti mnahan rsa sakit.

*Akit.. akit..
Tlongi ena nda*
Sakitnya Lena tidak sepenuhnya membawa bencana, layaknya seorang Ayah, Mas Wanto sigap merawat Lena, malah bisa dikatakan sikap nya melunak kepada ku, dan kami bahu membahu dalam merawat Lena, dengan kata lain hubungan kami yg sedang diujung tanduk, dapat berangsur membaik.
Mas Wanto yg sebelumnya malas untuk membicarakan hal hal mistis, malah meminta izin pada ku untuk membawa Lena menemui salah seorang ustad di daerah itu.
Malam itu juga kami membawa Lena menjumpai ustad itu (sebut saja namanya Maliq). Mas Wanto menjelaskan maksud dan tujuan kami menjumpai Ustad Maliq secara detail, termasuk hal hal ganjil yg terjadi kepada kami.
Singkat cerita Lena dibawa masuk ke dalam salah satu ruangan yg ada di rumah Ustad Maliq, Ustad Maliq hanya membolehkan pria saja yg masuk untuk menemani Lena, Alhasil aku hanya menunggu mereka di teras depan dengan ditemani oleh bu Marni istri dari Ustad Maliq.
Lama menanti Mas Wanto akhir nya keluar bersama Ustad Maliq. Aku yg sedari tadi kwatir akan keadan Lena, langsung melayangkan pertanyaan ke Mas Wanto.

Lena bagaimana mas?
Mas Wanto mengangkat tangan nya sembari memberikan isyarat agar aku tidak bertanya dulu kepada dia atau kepada Ustad Maliq.
Mereka dduk di tempat yg brbeda, saat itu sudah tengah mlam, dan akupun sudah ditingal oleh bu Marni, dengan nada bicara yg bisa diktakan pelan, ku lihat mereka serius berbicara, Ustad Maliq tampak memberikan wejengan. Tak lama berselang Ustad maliq berdiri dan masuk kedalam rmh.
Kesempatan itu langsung ku gunakan untuk membrodol Mas Wanto dengan pertanyaan yg sama.

Mas Wanto hanya berkata singkat,
*Nanti ku jelaskan dirumah*
Ustad Maliq kembali keluar dengan membawakan sebotol air, diberikannya botol itu ke Mas Wanto, dan setelah menerima botol itu Mas Wanto pun berpamitan pulang.
Loh... Lena bagaimana? tanya ku kepada mereka.

Biar lena istrahat disini, bsk kalian jemput dia, kata Ustad Maliq menjawab pertanyaan ku.
*Dek, nanti sampai rumah kamu kemas keperluan kita ya, besok Mas antar kamu dan Lena pulang dulu ke rumah Bapak*
Kata Mas Wanto pada ku.
Lebih jauh dia melanjutkan perkataannya.

*Kamu ga usah banyak tanya dulu, nanti kalau akar masalahnya sudah selesai Mas janji pasti akan jemput kalian*
Sesampainya dirumah, aku tidak mau berdebat dan hanya menuruti apa yg sudah diamanahkan Mas Wanto, Ku ambil beberapa potong baju dan mulai menatanya ditas yg akan kami bawa pulang.
Tidak ada pembicaraan lanjutan pada malam itu, terlebih Mas Wanto langsung terkapar diranjang, raut lelah terpampang di wajahnya.
Ku cium kening nya.

*Terima kasih untuk semua ya mas*

Kata ku padanya.
Tepat di jam 8 pagi, kami sudah menyantroni rumah Ustad Maliq, tanpa banyak berbasa basi kami langsung membawa Lena dan berpamitan kepada beliau.
Mas Wanto turut serta mengantarkan kami kembali, selama di perjalanan dia mulai menjelaskan apa yg sebenarnya terjadi.
*Teluh*
Katanya pada ku.
Di tuturkannya apa yg disampaikan Ustad Maliq, bawasaanya saat ini ada orang yg tdk suka dengan kami, dan mengirimkan Teluh kepada keluarga kecil kami.
Aku shock mendengar penjelasanya Mas Wanto, sempat ku tanya apa wanita sinting itu ada hubungan dengan semua ini.
Mas Wanto tampak diam sejenak.
*Tidak baik berprasangka buruk*
Jawabnya pada ku.
Mas Wanto mengatakan wanita itu memiliki kelainan alias org gila dan merupakan warga sekitar kampung sekitar. Cukup aneh mendengar penuturan Mas Wanto, belum lagi saat aku menanya soal kamar dan kejadian yg ku alami.
Hanya gudang biasa, tdk ada apa apa, dia memperbolehkan aku melihatnya apabila masalah ini sudah terselesaikan.

*Prihal kejadian mistis yg kamu alami.
Wallahualam.
Hanya Tuhan yg Maha Mengetahui*.
Kata nya kembali melanjutkan percakapan kami.
Matahari yg bersinar mundur terganti pekatnya malam, kabut sesekali tampak menghalagi perjalanan.
Dibangku belakang ku lihat Lena pulas tertidur, dia tampak baikan, tak terdengar lagi suara mengerang kesakitan dari mulutnya seperti beberapa hari lalu.
Bahasan seputar permasalahan klenik yg sudah tdk dapat kami cernah dengan akal sehat, perlahan berubah menjadi obrolan ringan tentang rencana indah Mas Wanto tentang kehidupan kami.
Menjelang subuh kami sampai dirumah, kehadiran kami yg tiba tiba, membuat Bapak dan adik ku kaget, belum lagi tradisi masyarakat kampung, bila ada yg kembali, maka warga lain jua akan datang bertamu.
Seperti saat itu, beberapa warga yg masih berjaga di pos ronda, datang ke rumah, menyalami kami dan menanyakan prihal kepulangan kami yg dadakan.
Mas Wanto menjawab singkat
*Biar suprise pak*
Jawabnya kepada ayahanda dan beberapa warga yg ada disana.
Aku tidak menyalahkan Mas Wanto, mungkin dalam hatinya tidak mau permasalahan ini menjadi besar yg mungkin bisa menjadi Aib bagi keluarga kecil kami.
Mas Wanto hanya 2 hari menginap di rumah, perkataanya seolah membuat aku de javu, dia berjanji akan kembali menjemput kami, tapi kali ini tidak ada kata akhir bulan.
*Setelah semua normal nanti Mas jemput ya*
Katanya pada ku.
Malam sebelum Mas Wanto berencana pulang, keganjilan serta firasat tidak menyenangkan hadir dalam pikiran ku.

Bagaimana tidak?
Sdari magrib menjelang, wajah nya trlihat pucat, dia seperti linglung, mata nya jelatan menilik ke berbagai arah, keringat dingin menyucur di dhinya.
*Kamu kenapa mas*
Sempat ku bertanya.

*e.. he.. ee... nda.
Endak apapah dek *
Jawab nya seperti org yg tdak fokus.
Sedih itu ketika melihat yg suka dan retwet lebih banyak dari yg follow, hihihi...

#intermezzo dikit.
#mongodifollow

Lanjut lagi ketika senja menyapa ya. mau kerja dl.

*skip*gajlas*abaikan*
Sebotol air pemberian Ust Maliq, diberikan Mas Wanto kepada ku sebelum kepulangannya di pagi itu.
*Kalau Lena kambuh lagi, minumkan air ini ya dek, ingat kalau penyakit nya kambuh saja* Pesan nya kepada ku.
Berat bagi ku melepas kepergiannya, apalagi mengingat akar permasalah ini baru memasuki babak baru. Sebentar ku peluk dia, mencoba menenangkan hati ku.

*Jaga diri ya Mas*
kata ku kepadanya
Beberapa hari berselang keadaan berlangsung membaik, Lena tidak lagi memunculkan glagat aneh, Komunikasi ku dengan Mas Wanto pun berjalan lancar.
Untuk keadaan rumah berangsunr kondusif, Ust Maliq yg diundang ke rumah berhasil menemukan tempat dimana Teluh itu ditanam.
Benda berbentuk seperti boneka, terbungkus kain putih, terdapat tusukan mengunakan jarum hampir diseluruh bagian,
yg di sematkan dengan tanah dan tetesan darah, begitulah penuturan Mas Wanto kepada ku.
Malah Mas Wanto juga sdh mengisyaratkan akan menjemput ku dalam kurun 1-2 minggu kedepan, ketika kerjaan nya lenggang.
Baru seminggu informasi itu ku terima, kabar baik seketika berubah tragis, 3 hari lamanya aku lost kontak dengan Mas Wanto, nomornya mati dan tdk ada kabar sama sekali.
Terlihat tidak sopan, ku beranikan diri menghubungi ibu mertua, guna mendapatkan kabar Mas Wanto.
Firasat ku semakin tidak karuan, kala ku dengar bawasannya Mas Wanto sendiri sudah 3 minggu tidak berkunjung atau menghubungi beliau.
Dengan berat hati ku titipkan Lena ke ayah kandungnya, mengingat dirumah hanya ada bapak yg harus berkerja, sementara adik ku, masih bersekolah. Keputusan yg berat yg dikemudian hari nanti menjadi penyesalan terberat dihidupku.
Bermodal kan uang seadannya aku nekat kembali ke Jakarta, guna mencari tau apa yg terjadi dengan Mas Wanto.
Jalan nekat yg ku pilih merupakan keputusan tepat, bila mana aku tidak kembali ke Jakarta, mungkin Mas Wanto hanya tinggal kenangan.
Ku dapati Mas Wanto tergeletak lemah di salah 1 kamar, tubuhnya kering, dengan wajah pucat, dia tergulai lemas tak berdaya, pelipis matamya tampak menghitam, belum lagi sekujur tubuhnya memar berwarna biru lebam, di bagian bawah pahanya basah, terciprat kotoran yg mulai mengering
Bahkan kotoran itu tercecer hampir diseluruh bagian bawah kasur, bau busuk yg teramat pesing terasa menyengat didalam kamar itu.
Aku menangis melihat kondisi Mas Wanto,

*Kamu kenapa Mas *
Kata ku sambil memegang tangannya.

Mas Wanto tampak seperti sudah kehilangan kesadarannya dan tidak mampu menjawab pertanyaan ku.

Namun air mata juga tetiba mengalir dari matanya, seolah menyadari kehadiran ku.
Saat itu juga aku berlari, pergi menuju ke rumah beberapa tetangga, memohon pada mereka untuk membantu ku bergegas membawa Mas Wanto menuju Rumah Sakit.
Setibanya kami di RS Mas Wanto langsung mendapatkan penanganan khusus, dia dirawat dikamar icu.
Buntu, itulah hal yg ku alami, aku tidak tau harus berbuat apa. Hanya ibu mertua yg dapat ku harapkan menjadi tempat ku berbagi kesedihan saat ini.
Sehari suntuk ku jaga Mas Wanto, ku pijitin kaki, tanga nya dan berbicara apa saja yg aku bisa, berharap hal kecil itu dapat direspon oleh Mas Wanto dan memberikan semangat kepadanya untuk sembuh.
Keesokan paginya, ibu mertua ku baru tiba di RS, Kehadiran beliau bersamaan dengan jadwal kontrol dokter yg menangani Mas Wanto. Dokter itu menginformasikan hasil lab dan ronsen dari Mas Wanto.
Transient Ischemic Attak, lebih dikenal dengan istilah Stroke, begitulah vonis yg dijatuhkan padanya.
*Buk, suami ibu terkena stroke ringan, dan ada kemungkinan sementara waktu ini beliau akan lumpuh, saat ini kita sama sama berdoa agar pasien cpat diberikan kesembuhan* terang dokter itu secara detail kepada Kami.
Tak khayal pnjelasan itu hanya kami balas dengan isak tangis yg alami menetes.
Ku coba tegar, menenangkan ibu mertua yg sepertinya tidak dapat memendung perasaanya lagi.

Ku peluk dia.
*Sbar buk, Mas Wanto pasti sembuh*

kataku mnenangkan, walau sbenarnya aku jauh lebih terpukul.
Sekitar jam 11 kurang, aku meminta izin untuk meningalkan mereka berdua, rencananya aku akan pulang sebentar kerumah, ketempat yg mungkin menjadi sarang dari segala permasalahan yg ada.
Berada sendiri di rumah terkutuk itu sungguh sangat tidak menyenangkan, belum lama aku masuk ke dalam, suara gedoran sudah menyapa dari bagain dapur.
Belum lagi aroma busuk yg berasal dari dalam kamar, dimana kasur itupun masih bercecer kotoran yg sudah dihinggapi oleh lalat dan serangga lain.
Apa daya, aku harus bertanggung jawab terhadap kondisi rumah, belum lagi persedian baju ganti Mas Wanto memang sudah habis. Ku buang jauh rasa takut itu dan memulai pengabdian menjadi istri yg baik.
Hari mulai sore, dan aku masih tertahan, beragam pekerjaan masih menumpuk, seolah menunggu untuk dieksekusi. Extra ku kerahkan tenaga dengan harapan sebelum senja aku sudah menyelesaikan semua dan bisa bergegas kembali ke Rumah sakit.
Retorika awal yg kurancang kenyataannya berbanding terbalik dengan realita. Aku seperti tersihir larut pada aktivitas. Setelah menyelesaikan masakan yg nanti akan kami makan di RS, mata ku menilik singkat ke jam dinding yg telah berada diangka 6.
Seketika itu juga Nyali besar yg entah dari mana datangnya kini hilang bak menghianati diri ku, tetiba aku merinding bahkan sebelum rumah itu kembali terbangun tuk menakuti.
Aku merasa canggung dengan rumah sendiri, apalagi saat ku lihat pintu itu. Hawa panas seperti terpancar dari dalam sana,
seolah ingin menunjukan sesuatu yg teramat hitam.
Rasanya belum sampai semenit rasa takut ini muncul, raungan sudah kembali terdengar dari dalam kamar itu,

Argg... Arg......

Pintu itu juga mulai bergetar,
Brakk... Brak... Brak..

Terlihat jelas pegangan pintu itu naik turun, seakan ada org yg ingin memaksa membuka nya.
Baru saja ku balikan badan, bersiap mengambil ancang ancang kabur, langkah ku malah mundur, dan membuat ku jatuh terpingkal.
Hari itu kali pertama mata ku menyaksikan langsung sosok putih terbalut kain kafan yg teramat jorok, wajahnya hitam dipenuhi borok dan nanah.

*Pocong*
teriak ku.
*Tenang.. Tenang.. Rin*
Kata ku dalam hati mencoba melawan rasa takut.
Bau teramat busuk kental tercium dari sosok itu.
Mata kami lama saling beradu pandang, bukan karna keberanian, tubuh ku serasa kaku, bahkan lisan ayat suci yg ku ucapkan seperti tersangkut di tengorokan dan tak mampu keluar dari mulut ini.
Belum juga sosok pocong musnah dari hadapan ku, kini kurasakan sepasang tangan menyentuh leher ku, entah siapa sosok yg ada disana, tangan itu merambat pelan sebelum akhirnya mengencangkan cengkraman nya. Nafas ku terengah menahan rasa ssak dan sakit atas cekikan itu
Sosok itu menempelkan kepala nya tepat di telinga ku, sembari tertawa bahagia atas rasa sakit yg ku rasakan.

Sayup dia berbisik kepada ku

* KAMU HARUS MATI*
Suara Adzan Isya mulai berkumandang, seketika itu juga ke 2 sosok goib itu musnah,

*Astagfirullah.. Astagfirullah..*

Lisan ku tak berhenti mengucap, aku berterima kasih atas perlindungan yg masih diberikan pada ku.
Segera ku berdiri, mengambil perlangkapan yg akan ku bawa ke Rumah sakit. Langkah ku sigap mematikan semua listrik dan langsung mengunci rumah, sambil menunggu ojek online yg telah ku pesan, sengaja aku menyamperi salah 1 tetangga dengan alasan menitipkan kunci.
Padahal jujur aku sudah tdk memiliki keberanian walau hanya berdiri di depan gerbang rumah itu.

10 menit berselang ojek pesanan ku telah datang, dan kami langsung menuju ke RS.
Sebelum kluar dari komplek menuju ke arah jalan raya, pandangan ku tidak sengaja menatap sosok seorang wanita, dia berdiri pas disamping gapura komplek, bulu kuduk ku merinding, kala ku sadari sosok wanita itu merupakan perempuan sinting yg dulu pernah mengedor gerbang rumah.
Sekilas ku lihat dia tersenyum padaku, dan tatapan matanya tajam mengikuti arah lajur kendaraan kami.

Tatapan yg penuh dengan Dendam, itulah yg ku rasa kala menatap wajahnya.
Suara langkah mengema di sepinya malam, seorang wanita berjalan menelusuri lorong panjang yg akan mengantarkan nya kebangsal, tempat bagi mereka para penginap.
Mata tajam menatap lurus ke ujung lorong itu, tangannya terlihat penuh menenteng beberapa tas, dia berjalan agak sedikit berlari, melangkah cepat menelusuri lorong yg sedari tadi ingin menelannya dalam kesesatan.
Sesaat berlalu dia merasa tenang karna sudah berada di depan pintu tempat dimana suami nya sedang dirawat.
*Assalamwualaikum*
Kata wanita yg bernama Karina itu masuk ke dalam ruangan.

*Maaf buk, Aku telat*
Kata ku kepada Ibu mertua yg masih setia menemani Mas Wanto disana.

*Kamu ngapain aja? kok lama? Ibu jadi kwatir*
Balasnya
Raut wajah wanita tua itu sunguh memelas, terlihat lelah. Enggan ku ceritakan apa yg terjadi hari ini, mengingat kondisi Mas Wanto yg blm membaik, tak ingin ku menambah beban pikiran diantara kami pada malam ini.
*Bersihin rumah Buk, sama buatin makanan*
Ku gelar tikar kecil dan langsung ku sajikan masakan yg telah ku persiapkan.

*Ibu makan dlu ya, trs istrahat, biar saya yg jaga Mas Wanto*
Seru ku padanya.

Tiada bantahan, ibu terlihat lahap memakan masakan ku.
Tak lama berselang ibu mertua ku terlihat sudah tertidur, hanya beralaskan tikar tipis. ruangan ini bukan ruangan Vip, ada 2 kasur lain yg mengangur, sempat ku memita agar beliau tidur disalah 1 kasur itu, namun ditolak olehnya.
Sejenak aku memijatin Mas Wanto, sembari membacakan doa, dan tak berselang lama
mata ku pun sudah tdk dapat menahan rasa kantuk, belum lagi rasa nyeri masih terasa di leher ku, ada bekas biru memar menjadi saksi perlakuan jahanam yg tadi ku alami.
Karna tidak enak dengan ibu, ku urungkan niat untuk tidur di ranjang kosong yg ada, ku gelar tikar disamping beliau dan turut serta tidur disitu.
Bayangan fatamorgana hadir saat aku mulai merebahkan badan, bak dogeng pengantar tidur, aku bergedik saat mengingat bagaimana pocong itu menampakan diri, belum lagi sosok biadab yg berusaha membunuhku.
Ku ingat juga saat aku berlari di lorong Rumah sakit ini, Aku merasa mereka mengikuti aku, seperti ada mata yg terus memengikuti setiap gerak gerik ku, dan dalam fatamorgana itu juga, mata ku mulai tertutup terasa lelah akan semua ini.
Tok.. Tok..Tok...
Samar suara ketukan pintu, membangunkan ku dari tidur.
Tok.. Tok..Tok...
Ketukan itu kembali berbunyi, Ku buka mata, dari tidur singkat yg baru ku jalani. Aku tidak langsung berdiri kearah pintu, rasa kantuk yg teramat sangat membuat aku masih duduk sembari mengumpulkan nyawa untuk beranjak ke arah suara.
Baru juga aku mau berdiri, ibu mertua menangkap cepat tangan ku, dia menatap ku dengan serius.

*Ibu juga dengar*
Katanya, sembari menarik dan meyakinkan aku agar kembali dalam posisi tidur.

*Lebih baik kita biarkan suara itu*
pungkasnya lagi
Cukup lama aku terdiam, binggung akan perkataan ibu, sebelum aku menyadari , bawasannya sesuatu yg konyol ketika ada org yg berkunjung ditengah malam. Sekalipun itu petugas medis, tentunya dia akan masuk cukup dengan 1-2 x ketukan.
Suara langkah pelan berjalan kearah kami, diiringi tarikan nafas satu.. satu.. seperti orang yg teramat sesak. Mata ku sedikit menoleh kesumber suara, samar bayang sosok itu sudah berdiri ditengah posisi ku dan ranjang Mas Wanto.
Bayang nya terlihat besar menutupi tubuh kami yg berada dilantai, dari dinding ku lihat bentuk uzudnya yg tak lazim, kakinya lurus menyatu dengan bagian bdan layaknya manusia.
Seketika jemari ibu terasa kencang memegang tangan ku, seperti memberitau dia lebih memahami sosok apa yg bertamu malam itu, tanganya basah dan sangat dingin.
Pelan ku berbisik
*Ibu sakit ?*

Yg hanya dijawab oleh nya dengan isyarat
menempelkan tangannya di mulut.
*Ssttt..... *
Dahinya mengkerut, memaksa matanya agar ttap tertutup.
Pagi tiba, dan kami terbangun dengan perasaan yg tdk nyaman, belum juga aku sempat menghirup udara pagi.

Ibu sudah menyodorkan berjuta pertanyaan pada ku.

Apa yg sebenarnya terjadi dengan kalian?
Tanya nya.
Singkat cerita, aku menjelaskan segala kejadian mistis yg menimpa rumah tangga kami, ku mulai dari keganjilan yg ada di rumah itu, sakit nya Lena dan Ustad Maliq.

Benar.. Kenapa aku sangat lupa.

*Ustad Maliq buk*
Kata ku spontan yg membuat wajah beliau semakin heran.
Ku Bongkar tas yg ku bawa, tak ku hirau kan pertanyaan Ibu yg masih terlihat bingung, tangan ku sibuk mencari Hp Mas Wanto, ku charger Hp itu, jemari ku langsung menekan tombol On.
Saat itu juga aku mencari nama Ust Maliq di kotak Hp Mas Wanto, ku tlp beliau dan memohon kesediannya agar dapat berkunjung melihat keadaan Mas Wanto.

Smenjak kejadian biadab yg kami alami, jujur, ku tidak yakin penyakit Mas Wanto alamiah terjadi, Aku berpikir dia terkena Teluh.
Allhamdullilah.

Ust Maliq sudi untuk menjeguk Mas Wanto, dan dia berjanji akan sesegera mungkin berkunjung, selang urusan ku dengan Ust Maliq selesai.

Aku kembali melanjutkan cerita kepada ibu dan menjelaskan segalanya, termasuk kepulangan kami ke kampung halaman ku.
Ibu hanya bisa mengelengkan kepala, seolah sedikit ragu dengan apa yg ku jelaskan. Malah dia mewanti agar kami tdk percaya dengan dukun dan sebagainya.

*Berserah ya pada Allah, jgn smpai kalian salah, malah kalian yg nanti jadi pelaku kesesatan*
Katanya
Menjelang sore, ibu berpamit pulang, selain memang dia belum menganti baju sedari kemarin, Ibu mertua jua harus membuat dan mengantarkan jamu pesanan.
Berdagang Jamu merupakan mata pencarian beliau semenjak ditinggal oleh suami tercinta, dengan cara itu juga dia membesarkan Mas Wanto seorang diri.
Disisi lain, blm ada tanda kehadiran Ust Maliq akan datang, sempat ku krim kan foto keadaan Mas Wanto, brharap keibaannya, namun hingga Magrib tidak ada balasan lanjutan yg ku terima.
Ku berwudhu, bergegas menunaikan kewajiban pada Sang Maha Pencipta, khusyuk ku berdoa memohom ampun dan pertolongan pada Nya.
Seketika itu juga Allah mengirim pertolongan, tak lama dari sujud ku usai Ust Maliq tiba disana.
Tak banyak dia berbicara pada ku,
hanya sekedar salam, dan dia meminta izin untuk melihat Mas Wanto.
Ust Maliq berdoa, membacakan ayat ayat suci. Dia mengusap kaki Mas Wanto, tangan nya seolah menangkap sesuatu.
Mas Wanto mengerang hebat, tubuhnya menglinjang, bergerak seperti membrontak, darah seger termuntah dari mulutnya.
*Astagfirullah.
Ini sudah sangat keterlaluan*

Tujuan nya memang ingin menghabisi kalian.
Kata Ust Maliq melihat bagaimana tubuh Mas Wanto merespon pengobatan yg dilakukannya.
Ust Maliq melanjutkan pengobatannya, diambilnya botol kecil yg ada disakunya, botol itu berisi minyak, dituangkan minyak itu sembari mulutnya masih trs berdoa.

Perlahan dia mengusap tubuh Mas Wamto dari Ujung kaki hingga kepala Mas Wanto.
Lagi lagi hal diluar nalar terpaksa ku lihat, tubuh Mas Wanto mengeluarkan asap, setiap tangan Ust Maliq mulai memijat tubuhnya.

Baju Putih Ust Maliq tampak trnoda dengan sedikit darah yg mnetes dari telapak tanganya.

Bantal yg digunakan Mas Wanto pun tidak lagi berwarna putih
Mulutnya terus memuntahkan darah, darah merah kehitaman yg sangat amis dan busuk. dan baru ku sadari tangan Ust Maliq seperti mengangkat benda benda tajam, yg membuat telapak tangannya berdarah.
Setiap Paku dan Jarum yg berhasil ditarik Ust Maliq keluar dari tubuh Mas Wanto, Maka Mas Wanto pasti memuntahkan cairan hitam.
Hampir 20 menit Ust Maliq melakukan nya, sbelum akhirnya dia berhenti. Cukup untuk hari ini, dia tidak akan sanggup bila semua diselesaikan.

Diambilmya kain putih, diletaknya paku dan jarum itu, mungkin lebih dari 20 pasang benda itu ditanam pada tubuhnya.
Ust Maliq terlihat kaku bila harus berkomunikasi berdua dengan Wanita, sesaat setelah selesai tidak banyak wejengan yg diberikannya.

Dia hanya berkata
*Tolong dibersihkan, dia akan baik baik saja*
Seraya pergi meningalkan kami.
Langsung ku pangil suster yg berjaga malam itu, dengan meminta bantuannya, ku ganti baju dan sprei yg penuh dengan Muntahan darah Mas Wanto.

Ada pertnyaan dari suster itu akan apa yg terjadi, aku tidak dapat berkata apa apa selain mencoba meyakinkannya bahwa semua baik adanya.
Singkat cerita keesokan harinya Mas Wanto sudah dapat berbicara bahkan secara ajaib dia sudah bisa duduk sendiri, walau kondisinya masih sangat lemah.

Ust Maliq pun kmbali datang pada saat itu, beliau datang dengan membawakan kami oleh oleh batang daun kelor.
Tak banyak yg ku ketahui, karna Ust Maliq meminta aku dan ibu untuk meningalkan mereka berdua, obrolan itu hanya 4 mata dan berlangsung singkat.

Namun aku tak perduli apa yg dibahas mereka, melihat Mas Wanto sudah mulai sembuh, lebih dari cukup untuk diri ku.
Setelah 8 hari lamanya menginap disana, Mas Wanto akhirnya diperbolehkan pulang.

Harapan semua sudah berakhir ternyata hanya ada diangan.

Kepulangan kami pada saat itu nyatanya menjadi babak terakir dimana akulah yg akan menjadi pesakitannya.
Berawal dari ke isengan ku akan isi yg ada di Hp Mas Wanto.

Tabir kegelapan itu perlahan memberikan jawaban atas segala kekonyolan yg terjadi.

Wanita yg dikatakanya Gila itu merupakan Wanita yg sampai sekarang masih menyandang status sebagai Istri Sah Mas Wanto.
Dan yg lebih menyakitkan hati ku lagi, sewaktu Ust Maliq berkunjung untuk melakukan pembersihan di rumah itu. Teluh utama berada dikamar tertutup itu, dimana didalam kamar itu berisi foto, pakaian dan lain sebagainya dari wanita yg akhirnya ku ketahui bernama Wijayanti.
Tubuh ku lebih merinding melihat foto foto kemesraan mereka, dibanding pembakaran jimat yg didapat Ust Maliq dari dalam kamar itu.

Aku menangis memikirkan bagaimana bisa pria yg sebenarnya sudah tau akan hal aneh itu tapi membiarkan aku dan anak ku dalam bahaya.
Apakah dia masih mencintai Wanita itu? Hingga dia membiarkan wanita itu menyakiti kami.

Belum lagi aku juga merasa hina dengan diri ku sendiri.

Aku memang Janda, tapi aku bukan pelakor. Haram bagi ku menerima dirinya bila sedari awal ku ketahui dia masih memiliki istri.
Detik itu juga Ku kemas barang ku, walau mulut manis nya tak henti memohon maaf, namun hati ku seperti terkunci, engan terbujuk oleh omongan busuk nya.

dan Malam itu aku pulang dengan hati yg sangat hancur.
*bsk malam dilanjut finally ceritanya*

dan dipastikan tamat

Puncak dari kisah yg akan penuh dengan darah.

Selamat malam.
Jgn lupa follow.
Hatur tq

#Salam hi..hi...hi...
Kepulangan ke kerumah untuk kali ke 2 tanpa ditemani Mas Wanto, sudah pasti membuat ku menjadi buah bibir warga disana, banyak kabar burung ku dengar prihal desas desus cerita miring yg mengarah tajam kepada ku.
Rumor aku dicerai, KDRT, bahkan sampai ada kabar yg mengatakan aku dicampakan karna keganjenan menjadi gosip sampah yg mereka perbincangkan disetiap harinya.
Sudah pasti sebagai manusia biasa, ada batasan dalam kesabaran ku, kabar miring yg semula tidak ku gubris, sudah tidak dapat tuk ku tolerin.
Bagaimana tidak, Aku yg berniat belanja ke salah 1 warung, harus mendengar pedasnya omongan tentang diri ku, mereka tidak lagi berbicara dibelakang, tanpa ada rasa tidak enak terhadap ku, salah 1 wanita yg ada di sana sebut saja Bu Eni memantik pertikaian berdarah itu.
Dia menanyakan langsung prihal kabar sampah mengenai rumah Tangga ku, tapi dengan nada bicara yg bisa dikatakan memvonis, bukan menanya.

*Kamu di cerai Rin!!! *
Katanya
Sementara wanita lain yg ada disana bukannya bersimpati ats kelakuan bu eni, mereka malah kompak menghakimi ku saat itu.

*Iya, sudah beberapa hari, Mana suami mu, benaran cerai?*
Kata wanita lain yg ada dsna.
Ku urungkan niat ku belanja disana, aku berbalik arah dan pergi meninggalkan mereka, Tapi Bu Eni malah membuat aku semakin jengkel.
*Yee.. Malah pergi bukannya dijawab* Seru nya kembali
Saat itu pula otak ku seperti penuh dengan darah, terasa mendidih, Aku seperti kehilangan Kontrol.

Aku berjalan ke arah nya, ku tatap wajahnya yg sangat mengesalkan itu, wanita lain seperti sudah menyadari kemarahan ku, dan berusaha menenangkan diri ku.
*Ibu mau tau soal apa?*
Teriak ku tepat di depan matanya.
Kali ini dia terlihat gugup, namun masih saja wanita sampah ini mengatakan hal yg sama. Belum sampai dia berhenti berbicara, Tangan ku spontan meraih botol beling, dan menghantamkan tepat dikepalanya.
Ibu Eni ambruk, darah bercucur hebat dari kepalanya, entah Setan apa yg merogoh jiwa, saat itu aku merasa bahwa jiwa ku telah Mati, walau tubuh ini masih hidup, melihat dia terkapar meringis kesakitan bukan nya membuat aku sadar, malah sekali lagi kuhantam kan beling itu padanya.
Alhasil buah petaka dari peristiwa itu bukan hanya menjadi beban diri ku semata, keadaan sempat heboh saat warga berbondong datang ke rumah, meminta klarivikasi kepada keluarga ku.
Beruntung aku masih memiliki pria yg selalu ada dan menjaga ku sepenuh hati, Bapak dan adik ku. Iya hanya mereka berdua yg benar tulus membela, Malah bapak sempat mengacungkan parang ketika ada beberapa warga yg memprovokasi agar masalah ini diproses ke kantor polisi.
Singkat cerita, aku akhir nya harus mendekam beberapa hari dibalik dinginnya jeruji besi, dan saat itu juga ada celah untuk Mas Wanto kembali meluluhlantahkan hati ku.
Mas Wanto datang bak pahlawan, dia menjamin diri ku, dia juga yg bernegosiasi ke rumah Bu Eni agar mencabut laporannya, dan yg paling penting, kehadirannya seolah menyelamatkan Wajah keluarga ku serta membantah omongan miring yg beredar selama ini.
Bapak hanya bisa mengelus dada mendengar kejujuran dari mulut ku, meski kecewa dengan kelakuan Mas Wanto, namun tetap dia memberikan maaf.
Dengan syarat Mas Wanto harus segera mengurus surat cerainya, selain itu aku juga blm diperbolehkan pulang ke Jakarta bersama Mas Wanto sebelum semua terselesaikan.
Mas Wanto menyangupi permintaan bapak, dan berjanji secepat mungkin merealisasikan permintaan bapak.
Disisi lain semua pristiwa itu juga ku cerita kepada mantan suami ku, dan setelah berkonsultasi dengan bapak, walau berat hati, aku menitip kan Lena lebih lama dari yg ku pikirkan.
Ada benarnya pikir ku, seandainya perceraian itu pun cepat terjadi, tapi tidak ada jaminan wanita gila itu akan berhenti meneror kehidupan kami.
Tidak sampai sebulan, Mas Wanto sudah kembali menemui ku, walau blm resmi bercerai setidaknya dia sudah menunjukan keseriusan nya.
Dibawanya tanda bukti surat berisikan permohonan cerai yg saat itu sudah masuk ke dalam proses pengadilan agama. Aku senang akan keseriusan nya menata kembali kehidupan kami, hal itu yg membuat ku memohon kepada bapak agar diberikan izin ikut kembali ke Jkt bersama Mas Wanto.
Awal nya bapak tdk setuju dengan permintaan itu, tetapi karna sedikit paksa dari ku, mau tak mau beliau ttap membeikan izin, tapi tdk dengan Lena.

*Biar Lena tetap dengan Bapaknya sampai semua selesai*
Seru Bapak kepada kami.
Kehidupan rumah tangga kami kembali hangat, butiran cinta tumbuh subur berbalut tali kasih yg dibangun oleh ikatan yg dinamakan kepercayaan.
Kisah Horor berganti dengan cerita kolor layaknya pasangan baru yg lagi kasmaran, kamar belakang sudah kosong, dari info mas wanto barang yg ada diruangan itu sudah diberikan kembali kepada yg empunya.
Fotonya mas? Aku bakar katanya sembari mengoda ku.
1 bulan berlalu, Mas Wanto pun sah bercerai, kami juga sudah berencana kembali pulang untuk menjemput Lena guna berkumpul kembali bersama kami. Dan belum lagi aku juga mempunyai kado sepesial buat Mas Wanto, pasti dia akan bahagia melihat 2 garis merah ini pikir ku.
Malam itu seperti biasa, sepulang Mas Wanto kerja aku sudah menyiapkan makan malam, ku pijat badanya.

*Mas Aku telat*
Bisik ku padanya.
*Ha..... Yakin kamu dek?*
Tanya pada ku.

*Ku tunjukan hasil tes ku, padanya.
Iniloh mas kata ku, garis 2*

Aneh, tidak ada raut wajah bahagia, dia sanga datar, senyumnya pun seperti dipaksa seolah tidak suka dengan perkataan ku.
Dan semenjak itu aku seperti mengulangi kisah yg sama. Sikap Mas Wanto kembali beringas, Rumah ini kembali panas, hampir setiap hari kami bertengkar, malah lebih parah dari kejadian terdahulu. Mas Wanto tak segan main tangan bila kami sedang bertengkar.
Menjelang usia kandungan ku 4 bulan, kehidupan ku semakin tidak berarti, belum lagi suara lemparan pasir/tanah kembali terdengar disetiap malam, dan lebih horor lg Wanita Jalang itu kembali datang kerumah.
Aku sempat bersikap ketus dengan kehadirannya, malah pikiran ku melayang jauh, apakah perubahan sikap Mas Wamto karna ulah Wanita ini lagi, bahkan sempat ku maki dia dan ku paksa mengakui perbuatannya.
Namun di hanya tertawa
*Ha.. ha..
Jgn mengatakan aku jalang, aku sudah tdk menginginkan Wanto*
Katanya
*Justru aku bahagia melihat dia termakan karmanya, meninggalkan diri ku demi P*elac*r seperti mu*

Sontak aku terdiam, gugup dengan ucapan wanita itu.
*Aku memang tdk suka pada mu, dan sempat berpikir kalian mati saja. Hanya saja, kedatangan Wanto minggu lalu kepada ku, membuat aku iba pada mu*

*Mas Wanto menemui mu? tanya ku*

*Iya, Ada Masalah? bukan hanya menemui, tapi kami. Ya taulah kalau wanita sma pria.
hahaha... *
Aku semakin binggung dengan perkataannya.

*Tidak usah heran, aku sudah tdk ada hubungan dengan Wanto, Aku ga tau entah apa yg mengerakan hati ku menemui mu. Lebih baik kamu segera pergi, tinggalkan dia kalau kamu masih ingin hidup*
Tau untuk apa Wanto menemui ku? tanya nya pada ku.
UNTUK MEMBUNUH MU.
Wanita itu berjalan mendekati diri ku, jarak kami kini tak lebih dari 20 cm, dielusnya perut ku.
dia berkata bukan salah mu, salah kan ibu mu terlahir murahan.
Wanita sinting itu hanya tersenyum,
*ada yg kamu tidak paham*
katanya pada ku.
*Dulu aku dan wanto saling mencintai, sebelum ibu nya selalu menggangu rumah tangga kami, dan aku selalu dihina, hingga aku keluar dari rumah ini*
*Tau kenapa?
Karna aku belum memberikan Wanto anak, bukan karna aku tdk mau, tapi Wanto itu mandul*

Dan Kamu tau apa yg Wanto akan lakukan?

Menumbal diri mu serta anak haram dirahim mu.
Aku bergedik, merasakan takut yg amat sangat, takut akan kesalahan besar yg telah ku perbuat.

Wanita itu kembali melangkah kearah ku, dia berhenti tepat di hadapan ku, tangannya mengusap wajah ku sembari mendekatkan wajahnya, dia mencium pipi ku.
SEDULUR GETIH

Bisiknya, sembari melepaskan tangannya dari kepala ku, dan berlalu pergi.

* End Part 1*
Sembari menunggu update

Monggo dibaca *Gratis* kok.

jangan lupa di Vote love nya.

hatur tq, salam Hi..Hi..Hi..

karyakarsa.com/FMHoror/tantan…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nyata

Nyata Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @nyata74042956

Jul 29, 2022
"Tumbal"
Aku akan mati disini.

Berdasarkan cerita narsum, all tempat, nama disamarkan, no comot comot tanpa izin.

Jangan lupa bantu ramaikan.

Salam hi...hi ..hi ... Image
pemerintah menamai agenda Transmigrasi di era tahun 80 an, sebuah program yang
dirancang untuk meningkatkan ekonomi nasional, membuka lapangan pekerjaan seluas
mungkin dan jua untuk melakukan pemerataan populasi penduduk agar tak hanya
tersentral di pulau jawa.
Sasaran pemerintah pastinya terfokus pada penduduk di pulau jawa, karena
memang selain tingkat populasi yang sudah sesak tidak beriring sejalan dengan
lowongan pekerjaan yang masih minim, hal itu pula yang membuat banyak warga yang
hidup dibawah garis kemiskinan, ~~
Read 87 tweets
Jun 7, 2022
Jalan ke Neraka
"Dia selalu menghantui"

Nocomot comot tanpa izin.

@IDN_Horor
@karyakarsa_id
@bacahorror
#horor #susuk

Bantu RT/likes ya sahabat nyata.
Hatur tq.

Salam hi..hi..hi... Image
Kau dengar? Tidak kah kau dengar? Kisah horor dalam secarik kertas buram, goresan singkat bertintakan darah, tentang hari dimana satu kesalahan membawa malapetaka.

Ku ceritakan pada mu dalam sebuah tulisan, yang mungkin hanya engkau anggap cerita fantasi semata.
Bukan... Bukan... Itu yang ku maksud, kau tak akan pernah percaya.

"Tolong aku, dia selalu menghantui"
****
Read 92 tweets
Jun 2, 2022
100 hari (tawa Kematian)

@IDN_Horor
@bacahorror
@BacahorrorCom

Nocomot comot tanpa izin.

Hatur Tq.

Salam hi..hi..hi.. Image
100 Hari.

Sirine ambulance nyaring memohon dibukakan jalan pada lintasan protokol yang padat lalu lalang kendaraan.

Didalam ambulance terdapat sekujur tubuh pria gempal yang menanti waktu untuk disemayamkan, tidak ada seorang pun berada disana,
~selain seorang sopir yang memang memiliki kewajiban dari tempat dia bekerja untuk mengantarkan jenazah tersebut kembali pada keluarganya.

Tak lama berselang lintasan padat pun terlewati kini mobil jenajah melaju dengan sangat cepat pada jalanan yang pula mulai sepi.
Read 145 tweets
Feb 16, 2022
"WAYANG SI DALANG"

Nocomot - comot tanpa izin.

@IDN_Horor @Penikmathorror @P_C_HORROR @autojerit @ayuwidypramono @BacahorrorCom @bacahorror

Salam hi..hi..hi.. Image
Pagi itu aku berada pada titik terendah, tanpa dapat menemukan satu hal yang mungkin bisa ku jadikan semangat dalam mengayomi sisa kehidupan.

Impian yang sudah beberapa tahun ku rancang terasa sia sia, lebur bersama dengan isak tangis yang sedari tadi tak dapat ku bendung.
Walau beberapa kali sanak saudara sudah mencoba menenangkan, tetap saja kaki ini seperti engan untuk beranjak, tangan ku terus memeluk erat tubuh Mbah Wir yang sudah terbujur kaku, terbungkus kain putih itu.
Read 248 tweets
Feb 9, 2022
Preman Tarba Vol IV

"Akhir Cerita"

Nocomot comot tanpa izin,

Hatur tq.

Salam hi..hi..hi...

Desain by canvas apk Image
Hotel Darlawangsa dipenuhi oleh aparat berbaju coklat serta para pemburu berita, satu kejadian besar telah terjadi, Pembunuhan berencana wartawan senior menjadi Headline yang menghiasi halaman utama setiap media cetak.
Hasil rilis dari olah TKP yang dilakukan oleh pihak berwajib, mengindikasikan Cinta Segi 3 menjadi motif Si penguasa dunia Malam bernama Jhony untuk menghabisi Kirno.
Read 246 tweets
Jan 22, 2022
Alkisah di tahun 80 an hidup seorang Janda, umur nya sudah menginjak usia 57 tahun, dirinya memiliki 4 orang anak, anak pertama bernama Rina memiliki 1 orang anak, sementara anak ke 2 nya Mukti memiliki 6 orang anak, dan Giman dengan 5 orang anak.
Satu anak lainnya yg bernama Evi sudah berpulang terlebih dulu menghadap Sang Maha pencipta.

Ok mari kita mulai, satu ketika Si Wanita uzur tersebut mengumpulkan 3 anak nya, untuk membagikan harta, ~~
~dengan harapan ketika dia telah tiada, ke 3 anaknya tidak akan meributkan perihal hartanya yg melimpah tersebut.
Singkar cerita semua sudah dibagi rata, dan hanya menyisakan rumah yg saat ini ditempati olehnya, Si wanita sebenarnya ingin memberikan rumah itu ke cucu nya dari ~~.
Read 235 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(