Thread by @BakarSmith

NAK, JANGAN LUPA BERSHALAWAT

✍Mbah @CandraMalik
❣🙏
Tidak satu hari pun dalam hidupku sejak mengenal sosok Muhammad SAW kubiarkan berlalu tanpa sekali saja menyebutnya. Sejak terbuka mata hingga tertutup, dialah yang aku puja seketika tatkala memuji Allah yang mengutusnya.

https://twitter.com/BakarSmith/status/1436836443532365825

Jika Allah dan malaikat saja memuji Sang Nabi, tak perlu dalil apa pun untuk memuliakan Sang Insan Kamil sepanjang hayat.

Bahkan jika boleh berharap, tiada harapan terbaik dari hatiku selain mengharapkan Muhammad SAW dilahirkan setiap hari. Sangat ingin jika bertemu siapa saja, manusia terbaik inilah yang memenuhi dua mataku yang penuh dosa.

Yakin seyakin-yakinnya aku bahwa jika memandang wajahnya, gugurlah dosa hamba yang mencintainya.

Anakku empat, dan yang setia aku wasiatkan kepada setiap dari mereka adalah jangan lupa bershalawat.

Tiap pagi ketika berkesempatan melepas mereka di gerbang sekolah, kuusap kepala anak-anak seraya mengucap salam dan Shalawat Nabi, sesudah berseru,"Ayah mencintaimu, Nak." Tiap berpamitan selalu aku berseru," Allahumma shalli 'ala Muhammad."

Bahkan tiap Bima, Manik, Cyra, dan Sunda yang belum genap tiga tahun hendak berenang, seperti hari-hari ini ketika menemani mereka berlibur, aku senantiasa mengingatkan,"Shalawat dulu ya."

Tidak perlu menunggu tiba Maulid Nabi, bagi kami Muhammad SAW dilahirkan tiap saat melalui tata krama dan perilaku baik umat terbaik. Bukankah kita termasuk umatnya?

Keluarga kami sangat mencintai Nabi dan Rasul Allah: Muhammad SAW. Memang, masih sangat jauh kami dari Sang Suri Teladan. Jauh dalam arti yang sesungguh-sungguhnya. Tapi, kami terus berusaha mendekat. Terus berusaha mendekati.

Jika pun masih sebatas dengan mengucapkan Shalawat, itulah ikhtiar kami untuk selalu memuji dan menghadirkannya.

Jelas-jelas saya sampaikan kepada anak-anak kami bahwa Allah dan Rasulullah mencintai kita.

"Jika pun Ayah dan Ibu tak selalu bisa hadir untuk menjaga kalian, sesungguhnya Allah dan Rasulullah selalu menjaga kita," tuturku kepada anak-anak. Tak ada yang bisa kuajarkan secara lebih baik dari itu pada anak-anak karena amat terbatasnya pengetahuanku.

Menghormati, memuliakan, memuji, dan mengagungkan Muhammad SAW, menurutku, tidak memerlukan dalil apa pun. Aku manusia yang masih sangat jauh dari sempurna dan Beliau manusia paripurna.

Atas dasar apa aku merasa perlu dalil untuk tidak menghormati, memuliakan, memuji, dan mengagungkan putra Abdullah dan Siti Aminah tersebut?

Bagiku, 12 Rabi'ul Awal adalah satu di antara waktu paling baik dalam almanak kemanusiaan. Telah Allah datangkan ke bumi ini seorang anak manusia yang hingga ajalnya tidak berhenti memikirkan umatnya.

Aku umatnya, dan dosa sangat besar jika aku berhenti memikirkannya. Wajib bagiku menghormati, memuliakan, memuji, dan mengagungkannya.

Muhammad SAW adalah hamba pertama yang menerima Rahmat dari Allah, dan Muhammad SAW adalah satu-satunya hamba Allah yang kelak memberikan Syafaat pada sesama manusia. Cukup bagiku Allah saja sebagai Penolong dan Rasulullah sebagai Pemandu menuju RidhaNya.

Tak perlu aku terlibat dalam debat dan bantah tentang Maulid Nabi.

Terlalu banyak contoh kebaikan dan kemuliaan yang telah Muhammad SAW kekalkan dalam riwayat alam semesta ini. Terlalu sedikit yang bisa kucontoh dari adab, tatakrama, dan perilakunya.

Bahkan untuk meniru diamnya saja aku tak mampu. Lalu, buat apa aku banyak bicara? Pada anak-anak kami, wasiat untuk selalu bershalawat adalah pengabdianku.

Candra Malik
Denpasar, 21 Desember 2015