Sebagian orang keburu sinis bila tema kompetensi dan otoritas diketengahkan karena keburu menuduhnya sebagai pembatasan hak dan pengekangan kreativitas atau menuduhnya sebagai dominasi.
Padahal kompetensi dan otoritas dalam bidang-bidang pengetahuan bisa diperoleh oleh siapa saja yang mau bekerja keras untuk memperolehnya.
Kompetensi dan otoritas (legitimasi) dalam bidang agama yang meniscayakan kepatuhan tak didasarkan pada penerimaan umat.
Kewenangan seorang nabi terbentuk dan diperoleh karena penunjukan Tuhan meski publik tak mengakui bahkan menolaknya.
Tanpa dasar pemahaman rasional sebagai hasil dari usaha inteleksi sendiri tentang kewenangan (Ketuhanan), pengamalan agama menjadi sia-sia.
Umumnya, perintah dan anjuran serta nasihat juga teguran yang kerap diulang-ulang para narator info agama tak direspon secara aktual karena publik tidak (tidak pernah) diberi premis-premis rasional yang dapat dijadikan sebagai bahan ...
...atau data fundamental tentang prinsip-prinsip logis kemestian kebertuhanan (dengan prinsip-prinsip turunannya yang integral, kewenangan dan kebangkitan) yang meniscayakan kepatuhan. Karenanya, ajaran bukan ilmu rembukan.
Hanya orang-orang yang secara faktual diketahui kualifikasi dan keahliannya yang berhak menjelaskannya dari sumber-sumber utamanya.
Andai pengetahuan tentang apapun bisa diperoleh oleh setiap orang tanpa belajar (tanpa melakukan serangkaian inteleksi dan mengesampingkan ego, kesenangan dan lain-lain), tentu kompetensi dan otoritas tak diperlukan, ...
...bahkan tak perlu sistem, struktur dan hierarki bahkan tak perlu agama, juga tak perlu lagi pakar, dokter, ahli hukum dan tak presiden, tak perlu imam faqih, ulama juga, masyarakat dan umat yang sebagian besarnya adalah awam.
Menjadi awam atau menyadari batas kemampuan dengan mengambil posisi penerima atau penyimak atau murid atau awam bukanlah kehinaan. Menjadi narasumber juga bukan kemuliaan.
Kehinaan dan kemuliaan ditentukan oleh keikhlasan dan kerendahan hati serta komitmen mengamalkan apa yang diketahui.
Awam adalh kata serapan Arab “Al-awam” (عوام) berasal dari kata am (عام) yg berarti umum (mayoritas). Pasangannya adalh khawash (خواص) berasal kata khas (خاص) yg berarti khusus (minoritas). Ringkasnya, awam adalh sbagian besar masyarakat, sdangkan khawash adalh sbagian kecilnya
Yang perlu diketahui adalah hal-hal sebagai berikut:
*1.* Sekadar dipanggil ustadz, ulama, alim, kyai dan sebutan lainnya atau digemari atau diikuti oleh banyak orang atau mengklaimnya tidak berarti memang kompeten dalam pengetahuan agama.
*2.* Seseorang yang memang kompeten di sebuah bidang agama tak serta merta kompeten di semua bidang agama, apalagi tak terbukti punya kompetensi dalam sebuah bidang.
*3.* Semua ahli agama (yang kompeten) bisa disebut ahli agama atau alim juga ulama (jamak alim) dan dipanggil dengan aneka sebutan. Tapi hanya yang kompeten dalam bidang fikih (disebut faqih) yang punya kompetensi dalam penyimpulkan hukum atau mujthid.
*4.* Tak semua faqih (kompeten) punya otoritas dan kewenangan untuk dipatuhi. Sebagian faqih adalah rujukan dalam penyimpulan hukum agama karena memenuhi syarat kompetensi dan kualifikasi.
Tapi hanya seorang faqih di antara seluruh faqih yang punya kompetensi plus otoritas untuk dipatuhi.
*5.* Tak semua masalah hukum harus diambil dari ahli fikih yg kompeten. Hanya hukum-hukum zhanni (spekulatif) yg harus didasarkan pada hasil penyimpulan ahli fikih yg kompeten.
Karena sebelum menganut mazhab Ahlulbait, terbiasa menjalani hidup dalam keberagamaan yang longgar, tak sedikit individu Syiah belum memahami posisi penting fikih sebagai pasangan iman atau akidah.
Akibatnya, bnyk produk hkm fikih dlm ibadah (vertikal) dan muamalah (horisontal) yg dilaksanakan scara salah atau bahkan diabaikan.
Atas dasar itu, penting bagi awam memahami logika fikih sbagai pedoman mengidentifikasi taklif individual dan komunalnya.
✍Mbah @CandraMalik
❣🙏
Tidak satu hari pun dalam hidupku sejak mengenal sosok Muhammad SAW kubiarkan berlalu tanpa sekali saja menyebutnya. Sejak terbuka mata hingga tertutup, dialah yang aku puja seketika tatkala memuji Allah yang mengutusnya.
Jika Allah dan malaikat saja memuji Sang Nabi, tak perlu dalil apa pun untuk memuliakan Sang Insan Kamil sepanjang hayat.
Bahkan jika boleh berharap, tiada harapan terbaik dari hatiku selain mengharapkan Muhammad SAW dilahirkan setiap hari. Sangat ingin jika bertemu siapa saja, manusia terbaik inilah yang memenuhi dua mataku yang penuh dosa.
Banyak orang menjadikan enam rukun iman sebagai salah satu kriteria pembeda antara mukmin dan sesat. _Benarkah itu sudah final?_ Bila tidak alergi terhadap kristisisme, mari mengamati substansi dan sistematika enam rukun tersebut.
✍ Az-Zuhri meriwayatkan
dari Sa’id bin Musayyab, Ia berkata: orang banyak tidak keluar dari Makkah sebelum Ali bin Husayn sayyidul ‘Abidin keluar. Saat Ia keluar aku pun keluar bersamanya. Ia turun pada satu tempat dan salat dua rakaat.
Kemudian, dalam sujudnya ia bertasbih dengan tasbih ini tidak satu pun pohon dan tidak ada bongkah bumi kecuali bertasbih bersamanya. Kami terkejut dan ia mengangkat kepalanya.
Ia berkata: Ya Sa’id, apakah Engkau terkejut? Aku berkata: Betul, wahai putra Rasulullah. Ia berkata: Inilah tasbih yang agung.
Subuh adalah waktu dimulainya aktivitas setan, siapapun yang di waktu itu mendirikan shalat ia akan berada dalam belaian Tuhan dan aman dari gangguan setan.
2. Kenapa kita hrs shalat zuhur?
Zuhur adalh wkt di mana sgala ssuatu yg berada di alam smesta bertasbih. Sungguh tercela, jk umatku tdk bertasbih. Zuhur jg wkt digiringnya para penghuni neraka, ole krn siapa pun yg menyibukkan diri dgn ibadah di wkt ini, slamat dari neraka.
3. Kenapa kita harus shalat Ashar?
Ashar adalah waktu di mana Adam dan Hawa melakukan kesalahan, dan kita diharuskan shalat di waktu ini serta mengikuti perintah Tuhan.
Mengenai orang bodoh,
imam Ali bin Abi Thalib as
memiliki perkataan yg menarik.
Beliau menuturkan:
اثبات الحجّة على الجاهل سهل، ولكن اقرا ره بها صعب
“Membuktikan kebenaran
kepada orang bodoh itu mudah,
tetapi membuatnya
menerima kebenaran itu susah.”
Konon pernah dua orang Baduwi,
Amr dan Zaid, berselisih tentang
sesosok benda yang mereka lihat
di kejauhan. Amr memastikan bahwa
sosok itu adalah kambing, sedang Zaid memastikan bahwa sosok itu adlh burung.
Merasa yakin dengan pendapatnya masing-masing, kedua orang ini akhirnya bersepakat untuk mendekati makhluk itu.
Begitu sudah cukup dekat,
Amr berteriak bahwa sosok itu
pasti adalah burung elang.
Zaid tetap bergeming,
menegaskan bahwa itu adalah
kambing pandang pasir.