Yang lumayan bikin kami tertarik di trailernya Sinkhole ini ya kehadiran Lee Kwang-So di sini. Selebihnya ya b aja sih.
Dan setelah kami kelar nonton nampaknya memang langkah yang tepat bagi kami untuk menurunkan ekspektasi sejak awal. Hmm.
Sinkhole sebenarnya dibuka dengan cukup baik. Kami beneran bisa menikmati pengenalan karakter di filmnya.
Selain Kwang-So, tektokan antara Cha Seung-Won dan Kim Sung-Kyun di sini asik juga.
Gambarin awkwardnya hubungan antar tetangga dengan lucu dan menghibur.
Sinkhole cukup oke masukin kritik sosial di filmnya. Perihal susahnya jaman sekarang untuk bisa beli rumah yang layak. Ngasih pesan ke penonton juga bahwa pentingnya memiliki kehidupan bertetangga yang rukun. karena salah satu yg bisa bantu kita di saat sulit ya tetangga.
Cuma sayang aja, beberapa hal yang menarik di awal film mendadak ambrol seiring dengan bencana Sinkhole itu tiba.
Karakter yang udah diperkenalkan dengan baik di awal nampak ga di-maintain dengan baik, terutama pasca bencana itu mulai terjadi.
Bagaimana cara para penghuni apartemen untuk bertahan hidup pun nggak digambarkan dengan cara yang menarik.
Nggak bikin kami antusias aja gitu. Semua kerasa "ya udah sih", dan serba ujug-ujug aja gitu. Ada 1 scene yang harusnya bikin sedih malah kerasa biasa aja. Ya gitu lah.
Pada intinya Sinkhole ini merupakan film disaster yang cenderung gak neko-neko dan ringan.
Ga ada yang wah banget di film ini. CGI nya pun keliatan awkward di beberapa scene. Bukan film yang bakal bikin wow, tapi buat hiburan santai di kala pandemi bolehlah ditengok.
Sinkhole (2021)
Rating: Yellow Submarine/ 10
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sejujurnya dengan hanya mengingat judulnya saja membuat kami mengingat scene demi scene "mengerikan" yang muncul di film ini.
Silenced, bukanlah film yang bisa dinikmati dan ditonton berulang kali. Butuh "tenaga ekstra" untuk bisa menyelesaikan film ini dari awal sampai akhir.
Kalo filmnya sebegitu "ngeri"nya, kenapa dibahas?
Karena film ini berhasil memberi pengaruh besar terhadap sebuah "real case" yang coba diangkatnya.
Kalian bisa baca tweet dan artikel yang dishare oleh @widysaaja berikut ini
Knives Out tuh layaknya film misteri pembunuhan pada umumnya. Ada korban, terus datanglah detektif untuk menyelesaikan dan menguak siapa pelakunya. Tebak2an deh itu pelakunya.
Namun tidak seperti film drama pembunuhan yg udah udah, Knives Out malah..... gitu deh, ntar spoiler.
Knives Out berhasil "menyetir" penonton ke arah yang tak disangka-sangka, berkali-kali.
Kalau Anda berpikir film berjalan ke arah A, filmnya bakal nampar ke jalan cerita F. Oh abis ini G, lalu disleding ke S. Begitu seterusnya beberapa kali, sampe penonton gemes sendiri.
Oke berikut review kami untuk One Piece: Stampede (2019)
One Piece: Stampede adalah film layar lebar One Piece ke-14 dan ditayangkan sebagai bagian dari perayaan 20 tahun penayangan animenya sejak 1999 (sedangkan manganya sendiri yang ditulis oleh Eiichiro Oda sudah terbit sejak 1997).
Kami berkesempatan menonton lebih awal di penayangan hari pertamanya di Jepang pada awal agustus lalu.
Ulasan kami kali ini semoga bisa menjawab pertanyaan sebagian netijen yang mempermasalahkan filmnya yang dipotong 9 menit.
Lalu dengan format seperti ini apakah Midsommar masih layak tonton di bioskop? Mari kita lanjut..
Setelah nonton filmnya kami mendapatkan kesimpulan bahwa sesungguhnya Midsommar adalah film bergenre ROMANCE.... yang dibalut horor dengan bumbu disturbing di mana-mana.
Romancenya nyempil seuprit, sisanya scene bangke semua. Itulah Midsommar. Ari Aster memang bangskuy 👌
Oke berikut review kami untuk Weathering With You (2019)
Seperti yang sempat kami infokan beberapa hari lalu, salah satu kontributor kami @chaos_in_hell berkesempatan untuk menonton karya terbaru dari Makoto Shinkai ini di hari pertama rilis di Jepang.
Weathering With You bercerita tentang pertemuan tokoh utama bernama Hodaka, anak cowok yang kabur dari rumah ke tokyo. Lalu ia bertemu dengan Hina, cewek yang kalo berdoa minta langit cerah, langsung beneran jadi cerah.