Kepemimpinan di NU itu sangat unik, tidak bisa ditebak. Mari perhatikan perjalanannya:
1. Saat Kiai Wahab sudah sepuh para Muktamirin memilih KH Bisri Syansuri, namun beliau
mengundurkan diri dan tidak mau menjadi Rais Am selama Kiai Wahab masih sugeng (hidup).
2. Pada Muktamar 27 di Situbondo sebenarnya pr kiai sepuh sudah saling tunjuk antara Kiai As'ad, Kiai Mahrus & lainnya. Semua saling menolak sambil bercanda dengan membawa2 Malaikat segala.
Para kiai sudah menghendaki Kiai Sahal Mahfudz sebagai Rais Am, tetapi Kiai As'ad lebih condong kepada Kiai Ahmad Siddiq, akhirnya beliau terpilih bersama Gus Dur pada tahun 1984.
3. Muktamar di Cipasung 1994 yang paling 'menegangkan',
lagi-lagi Kiai Sahal digadang-gadang menjadi Rais Am, tapi beliau mengalah dan mendahulukan Kiai Ilyas Ruhiyat menjadi Rais Am. Baru pada Muktamar NU di Lirboyo, 1999, para kiai aklamasi memilih Kiai Sahal.
4. Muktamar di Jombang menggunakan sistem baru,
yaitu AHWA (Ahlul Halli wal Aqdi) yang terdiri dari para kiai sepuh berwenang menunjuk Rais Am. Sy mendengar sendiri dari Syuriah PWNU Jatim bahwa dari sistem AHWA ini yang dikehendaki menjadi Rais Am adalah KH Maimun Zubair. Saat AHWA berkumpul justru Kiai Maimun tidak berkenan.
Akhirnya disepakati Kiai Mustofa Bisri dan wakilnya KH Ma'ruf Amin.
Di luar dugaan Gus Mus mengajukan surat pengunduran diri. Kiai Ma'ruf Amin mau tdk mau harus mau. Sebab kalau beliau ikut mundur maka terjadi kekosongan di organisasi Ahlusunah wal Jamaah terbesar di dunia ini.
Beliau kemudian bercanda: "Saya ini Rais Am min Haitsu La Yahtasib", terpilih karena diluar dugaan.
5. 2015 Kiai Miftah sedang menjadi Rais Syuriah PWNU Jatim. Utusan Kiai Ma'ruf Amin datang agar Kiai Miftah menjadi Wakil Rais Am. Kiai Miftah menolak.
Sampai pada akhirnya Kiai Ma'ruf Amin akan mundur jika Kiai Miftah terus menolak. Akhirnya Kiai Miftah menjadi Wakil Rais Am.
Ketika Kiai Ma'ruf Amin "dipinang" menjadi Wapres, Kiai Miftah sudah tidak keluaran rumah, beliau lebih banyak berdiam diri di pondok kawasan
Kedungtarukan Surabaya ini. Kiai Miftah tidak berkenan menjadi Pejabat Rais Am sampai Muktamar berikutnya.
Namun karena peraturan organisasi mengharuskan, apalagi ada dawuh dari Kiai Maimun Zubair dan Kiai Nawawi Sidogiri, maka Kiai Miftah tidak bisa mengelak.
Beliau sering dawuh: "Saya menjadi Rais Am ini karena Dharuri bi Syabkah", darurat karena peraturan organisasi (Syabkah plesetan dari Syaukah: Kekuasaan).
Para Kiai itu memiliki keluasan hati dan pikiran, kita saja yang selalu tegang kurang candaan karena terbawa situasi serba online. (Oleh Kiai Ma'ruf Khozin)
1. “Apabila kalian ingin agar anak2 kalian menjadi anak yg cerdas dalam berfikir (tangkas), maka lazimkan agar banyak bergerak.” 2. “Apabila kalian ingin agar mereka menjadi anak yg sehat maka lazimkan agar bangun akhir malam.”
3. “Apabila kalian ingin agar mereka bercahaya hatinya dan pemahamannya terbuka, maka lazimkan agar sedikit makan dan rasa lapar.” 4. “Apabila kalian ingin agar mereka berakhlaq bagus maka lazimkan untuk berteman dgn teman yg bagus serta kalian jaga dari teman2 yg jahat.”
5. Apabila kalian ingin agar mereka memiliki rasa kasih sayang, maka lazimkan mereka untuk mencari ilmu di selain kampungnya dan carikanlah guru selain kalian.” 6. Apabila kalian ingin agar mereka menjadi anak yg shaleh, maka jgn kalian agungkan urusan dunia di hadapan mereka.”
[Utas] Jenazah Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik naik ke atas dan berjalan sendiri tanpa ada yang mengangkat
Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik adalah sosok Wali Qutub yang luar biasa. Beliau khalwat kurang lebih 15 tahun.
Haul beliau menjadi salah satu haul terbesar di Indonesia. Makamnya diziarahi para habaib sedunia. Menurut Guru Sekumpul, ada 3 orang auliya Allah yang nama dan maqomnya sama yaitu, Habib Abu Bakar bin Abdullah Alaydrus, Habib Abu Bakar bin Abdullah aL-Atthos,
Habib Abu Bakar bin Muhammad Asseghaf Gresik.
Ada cerita sangat menakjubkan tentang beliau. Saat semua penduduk Kota Gresik sepi mensholati jenazah beliau, ada seseorang bapak membeli daging kambing di Pasar Gresik. Kemudian bapak itu tanya kepada penjual daging,
Mbah Dullah (KH Abdullah Salam) Sewaktu akan memberi sambutan, tiba2 turun dari panggung, padahal didepan panggung sudah duduk para kiai, pejabat pusat maupun daerah dan ribuan santri maupun tamu undangan,
Mbah Dullah turun dan ngeloyor pergi menemui penjual dawet dipinggir jalan. Mbah Dullah dg ta’dzim menyapa penjual dawet dan mencium tangannya.
Ribuan pasang mata menyaksikan peristiwa itu, mereka bertanya-tanya siapakah penjual dawet ini, sampai mbah Dullah seorang kiai sepuh
dan kesohor waliyullah dari Kajen-Margoyoso, Pati, Jwa Tengah ini mencium tangannya. Setelah mencium tangan penjual dawet, mbah Dullah kembali lagi ke panggung dan berpidato dg singkat :
” Tawasul itu penting untuk nggandengkan taline gusti Allah,” sembari mensitir ayat .
G u s , adalah istilah Pesantren untuk menyebut anak kiai yang belum pantas dipanggil k i a i (walau sudah tua sekalipun, seperti halnya gus mus).
Boleh jadi setelah fenomena Gus Mik (KH. Hamim Jazuli) dan Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid), rahimahumãLlãh,
istilah/ sebutan itu menjadi berubah atau kacau. G u s menjadi semacam gelar yang sering dianggap lebih tinggi ketimbang k i a i . Maka hingga dukun pun --yang dulu suka menyebut diri sebagai Kiai atau Ki-- kemudian lebih suka dipanggil Gus. 😅
Dalam gambar: gus mus sedang nggedobos, membual, di hadapan putra-putra kiai yang mulai 'membingungkan' panggilan mereka (dipanggil g u s atau k i a i): Yahya Cholil Staquf bin KH. Cholil Bisri (PP. Leteh Rembang); Ahmad Sa'id bin KH. Asrori Ahmad (PP. Wonosari Magelang);
Wanita hebat di balik suksesnya Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri.
KH. Abdul Karim atau Mbah Manab lahir di desa Diyangan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada tahun 1856, dan wafat di Lirboyo Kediri tahun 1954. Beliau belajar ilmu Agama atau Ngaji di banyak Pesantren,
dan yang paling lama ngaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan Madura kurang lebih selama 23 tahun.
Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim di suruh keluar/boyong oleh Mbah kyai Kholil untuk - meneruskan pencarian ilmu di Pondok lain.
Karena Mbah Kholil merasa ilmu yang ia miliki sudah habis di ambil oleh Mbah kyai Manab atau mbah kyai Abdul Karim.
Kemudian Mbah Manab pergi ke Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jatim, yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, yaitu KH. Hasyim Asy’ari.
[utas] AMALAN BARANG YANG HILANG AGAR BISA KEMBALI
(Ijazah Kyai Ma'shum Ahmad Lasem)
Jika kehilangan barang lekaslah membaca amalan dari mbah ma'shum ahmad yang insyaa Allah mujarab, Sudah banyak orang yang membuktikannya.
Buktikan sendri keajaiban dalam hidupmu setelah mengamalkan amalan dari beliau.
Barang yang hilang entah sekian lama sekian bulan atas izin Allah SWT tiba2 kembali.
Dengan membaca penggalan ayat dari surat ad'dhuha.
"WA WAJADAKA DHOOOLAN FA HADAA."
(Dan dia mendapatimu seseorang yg bingung lalu DIA memberikan petunjuk).
Ayat tersebut dibaca 8x.
Dengan membaca surah ayat tsb insyaa Allah barang kita yg hilang akan kembali, setidaknya Allah SWT akan mengganti barang yang sesuai persis dengan barang yang hilang.