1. “Apabila kalian ingin agar anak2 kalian menjadi anak yg cerdas dalam berfikir (tangkas), maka lazimkan agar banyak bergerak.” 2. “Apabila kalian ingin agar mereka menjadi anak yg sehat maka lazimkan agar bangun akhir malam.”
3. “Apabila kalian ingin agar mereka bercahaya hatinya dan pemahamannya terbuka, maka lazimkan agar sedikit makan dan rasa lapar.” 4. “Apabila kalian ingin agar mereka berakhlaq bagus maka lazimkan untuk berteman dgn teman yg bagus serta kalian jaga dari teman2 yg jahat.”
5. Apabila kalian ingin agar mereka memiliki rasa kasih sayang, maka lazimkan mereka untuk mencari ilmu di selain kampungnya dan carikanlah guru selain kalian.” 6. Apabila kalian ingin agar mereka menjadi anak yg shaleh, maka jgn kalian agungkan urusan dunia di hadapan mereka.”
7. “Apabila kalian ingin agar mereka menjadi waliyullah dan selalu dalam hidayah, maka lazimkan mereka untuk makan makanan halal, serta kalian jaga dgn sungguh2 dari perkara syubhat.” 8. “Apabila kalian ingin agar mereka mempunyai sifat dari sifat2nya orang mulia,
maka pilihlah baginya ibu dari keluarga yg mulia.” 9. “Apabila kalian ingin agar mereka menghormati dan memuliakan kalian, maka jangan banyak berkata kasar yg memberatkan mereka dan jangan banyak berkata lembut yg membuat mereka meremehkannya.
Akan tetapi berkatalah kepada mereka seperlunya saja.” 10. “Apabila kalian ingin agar urusan mereka selau dipegang oleh Allah Swt., maka jangan memperbanyak lemah lembut/kasihan kepada mereka.” 11. “Apabila kalian ingin agar mereka selalu beruntung dlam urusan agama dan dunianya,
maka wajib untuk kalian selalu ikhlas dalam segala amal dan jauhilah perkara haram dan syubhat.” 12. Apabila kalian ingin agar mereka menjadi pemberani, maka lazimkan kepada mereka untuk dermawan.” 13. “Apabila kalian ingin agar mereka bebas dari sifat2 munafik,
maka lazimkan mereka untuk shalat berjamaah di masjid pada awal waktu.” 14. “Apabila kalian ingin agar mereka selalu khusyuk dan takut kepada Allah Swt., maka lazimkanlah kepada mereka al-Quran di waktu sahur.”
15. “Apabila kalian ingin agar mereka dijaga dari setiap bencana, maka lazimkan mereka untuk beristighfar di waktu sahur (sebelum Shubuh).” 16. “Apabila kalian ingin agar mereka kaya (kaya hati),
tercapai segala cita2 dan dijaga dari segala bencana, maka lazimkanlah mereka agar selau membaca shalawat kepada Nabi Saw. dengan cara dibaca waktu malam 92 kali dan siang 92 kali, yakni shalawat Thibbil Qulub:
17. “Apabila kalian ingin agar mereka mendapatkan husnul khatimah ketika meninggal, maka lazimkan mereka membaca 41 kali:
(Yaa Hayyu Yaa Qayyuumu Laa Ilaaha Illa Anta). Dibaca di antara shalat Qabliyah Shubuh dan shalat Shubuh.”
18. “Apabila kalian ingin agar mereka panjang umur, maka bersedekahlah untuk mereka, dan ajarkan kepada mereka hal tersebut agar mereka mengerjakannya setelah kalian.” 19. “Apabila kalian ingin agar mereka menjadi kuat dan penyabar,
maka jauhkan mereka dari kampung halaman untuk menziarahi orang2 shaleh yg masih hidup ataupun yg sudah meninggal untuk mendapatkan keberkahan dari mereka.” 20. “Apabila kalian ingin agar mereka selalu berprasangka baik kepada orang2 pilihan Allah Swt.,
dan jauh dari berprasangka buruk, maka larang mereka untuk duduk dengan orang-orang bodoh yang tidak peduli dengan perkara agama mereka.” 21. “Apabila kalian ingin agar mereka menjadi seorang pemimpin kaum (orang terpandang),
maka jauhkan mereka dari orang2 bodoh yg tidak peduli dgn perkara agama mereka.” 22. “Apabila kalian menghendaki mereka menjadi pemuka agama (tokoh agama dan masyarakat) maka cegahlah mereka dari pada berkumpul atau bergaul dgn perempuan dan
orang tua dan lazimkan bagi mereka berkata benar atau jujur serta tawadhu’ (merendah).”
Itulah beberapa nasehat al-Habib Abdullah bin Alwi Alatas dalam mendidik anak dan juga untuk kita amalkan agar kita mendapatkan manfaat seperti nasehat tersebut di atas.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mbah Dullah (KH Abdullah Salam) Sewaktu akan memberi sambutan, tiba2 turun dari panggung, padahal didepan panggung sudah duduk para kiai, pejabat pusat maupun daerah dan ribuan santri maupun tamu undangan,
Mbah Dullah turun dan ngeloyor pergi menemui penjual dawet dipinggir jalan. Mbah Dullah dg ta’dzim menyapa penjual dawet dan mencium tangannya.
Ribuan pasang mata menyaksikan peristiwa itu, mereka bertanya-tanya siapakah penjual dawet ini, sampai mbah Dullah seorang kiai sepuh
dan kesohor waliyullah dari Kajen-Margoyoso, Pati, Jwa Tengah ini mencium tangannya. Setelah mencium tangan penjual dawet, mbah Dullah kembali lagi ke panggung dan berpidato dg singkat :
” Tawasul itu penting untuk nggandengkan taline gusti Allah,” sembari mensitir ayat .
G u s , adalah istilah Pesantren untuk menyebut anak kiai yang belum pantas dipanggil k i a i (walau sudah tua sekalipun, seperti halnya gus mus).
Boleh jadi setelah fenomena Gus Mik (KH. Hamim Jazuli) dan Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid), rahimahumãLlãh,
istilah/ sebutan itu menjadi berubah atau kacau. G u s menjadi semacam gelar yang sering dianggap lebih tinggi ketimbang k i a i . Maka hingga dukun pun --yang dulu suka menyebut diri sebagai Kiai atau Ki-- kemudian lebih suka dipanggil Gus. 😅
Dalam gambar: gus mus sedang nggedobos, membual, di hadapan putra-putra kiai yang mulai 'membingungkan' panggilan mereka (dipanggil g u s atau k i a i): Yahya Cholil Staquf bin KH. Cholil Bisri (PP. Leteh Rembang); Ahmad Sa'id bin KH. Asrori Ahmad (PP. Wonosari Magelang);
Kepemimpinan di NU itu sangat unik, tidak bisa ditebak. Mari perhatikan perjalanannya:
1. Saat Kiai Wahab sudah sepuh para Muktamirin memilih KH Bisri Syansuri, namun beliau
mengundurkan diri dan tidak mau menjadi Rais Am selama Kiai Wahab masih sugeng (hidup).
2. Pada Muktamar 27 di Situbondo sebenarnya pr kiai sepuh sudah saling tunjuk antara Kiai As'ad, Kiai Mahrus & lainnya. Semua saling menolak sambil bercanda dengan membawa2 Malaikat segala.
Para kiai sudah menghendaki Kiai Sahal Mahfudz sebagai Rais Am, tetapi Kiai As'ad lebih condong kepada Kiai Ahmad Siddiq, akhirnya beliau terpilih bersama Gus Dur pada tahun 1984.
3. Muktamar di Cipasung 1994 yang paling 'menegangkan',
Wanita hebat di balik suksesnya Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri.
KH. Abdul Karim atau Mbah Manab lahir di desa Diyangan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada tahun 1856, dan wafat di Lirboyo Kediri tahun 1954. Beliau belajar ilmu Agama atau Ngaji di banyak Pesantren,
dan yang paling lama ngaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan Madura kurang lebih selama 23 tahun.
Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim di suruh keluar/boyong oleh Mbah kyai Kholil untuk - meneruskan pencarian ilmu di Pondok lain.
Karena Mbah Kholil merasa ilmu yang ia miliki sudah habis di ambil oleh Mbah kyai Manab atau mbah kyai Abdul Karim.
Kemudian Mbah Manab pergi ke Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jatim, yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, yaitu KH. Hasyim Asy’ari.
[utas] AMALAN BARANG YANG HILANG AGAR BISA KEMBALI
(Ijazah Kyai Ma'shum Ahmad Lasem)
Jika kehilangan barang lekaslah membaca amalan dari mbah ma'shum ahmad yang insyaa Allah mujarab, Sudah banyak orang yang membuktikannya.
Buktikan sendri keajaiban dalam hidupmu setelah mengamalkan amalan dari beliau.
Barang yang hilang entah sekian lama sekian bulan atas izin Allah SWT tiba2 kembali.
Dengan membaca penggalan ayat dari surat ad'dhuha.
"WA WAJADAKA DHOOOLAN FA HADAA."
(Dan dia mendapatimu seseorang yg bingung lalu DIA memberikan petunjuk).
Ayat tersebut dibaca 8x.
Dengan membaca surah ayat tsb insyaa Allah barang kita yg hilang akan kembali, setidaknya Allah SWT akan mengganti barang yang sesuai persis dengan barang yang hilang.
Cara Gus Dur Merangkul Papua
.
Cara K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menangani Papua saat jadi presiden ke-4 RI kerap dipuji banyak pihak bahkan warga Papua sendiri. Pada masanya, tak ada gejolak berarti di bumi cenderawasih.
Lanjut...
Dinukil dari buku berjudul Gus Durku, Gus Durmu, Gus Dur Kita karya Muhammad AS Hikam, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Wiranto melaporkan pada Gus Dur tentang pengibaran bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM) Bintang Kejora.
.
Gus Dur saat itu kemudian bertanya pada Wiranto, apakah dalam pengibaran tersebut, juga ada Bendera Merah Putih yang dikibarkan? “Ada hanya satu, tinggi,” sebut Wiranto. Gus Dur kemudian meminta Wiranto untuk membiarkan saja bendera Bintang Kejora berkibar.