Imam Ali as t'lah berkata : "Semalam s'blm trjadi perang Badar, saya mimpi berjumpa dg
Nabi Khidir as,
saya bilang pdnya:
'Ajarkan kpdku s'suatu
yg dgnya saya beroleh kemenangan atas musuh.'
Dia berkata kepadaku : 'Ucapkanlah Yâ Huwa yâ man lâ Huwa illa Huwa'
[Wahai Dia, wahai yg tdk Dia slain Dia].
Saat pagi dtg saya cerita mimpi tsb kpd Rasulullah Saw, lalu beliau berkata: 'Wahai Ali, engkau tlah diajari nama yg agung.'
Nama Allah Yang Agung, tiada tauhid selain Dia
Huwa (Dia). Huwa adalah sebuah nama yang ditujukan kepada yang gaib, huruf 'Ha' yang ada pada 'Huwa' adalah
'tanbih' atau peringatan atas makna yang tetap, wawunya isyarat kepada yang gaib yang tidak dapat dijangkau oleh indra, ...
berbeda
dg ucapan Anda "ini" yg menunjukkan kpd yg tampak (syahid) yg dpt dijangkau oleh indra, dan yg demikian itu bhw orang² kafir tlah mengingatkan orang lain tentang tuhan-tuhan mereka dengan kata tunjuk yang mengisyaratkan kpd yg tampak yang dapat dijangkau oleh indra, ...
mereka berkata : Inilah tuhan-tuhan kami yang bisa disembah yang dapat dicapai dengan penglihatan, maka tunjukkanlah olehmu kepada kami wahai Muhammad kepada tuhan kamu yang kamu menyeru (manusia) kepada-Nya sehingga kami melihat-Nya, ...
...mendapatkanNya dan tidak merasa lemah untuk memperolehNya', ...
kemudian Allah Yang Mahaberkah dan Mahatinggi menurunkan Qul Huwallâhu ahad..., maka 'Ha' mengingatkan kepada yang tetap dan "wa" isyarat kepada yang gaib yang tidak dapat dicapai oleh penglihatan dan yang tidak bisa disentuh oleh indra dan bahwa Dia Mahatinggi dari yg demikian.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Apakah Muhammad SAW manusia biasa atau manusia luar biasa? Pertanyaan ini mungkin klise bagi sebagian orang, namun meniscayakan dua konsekuensi teologis yang sangat krusial.
Bila biasa disepakati sebagai kata bermakna "tak bebas kesalahan, kelupaan dan keburukan", maka ada lima asumsi jawaban sebagai berikut :
*Jawaban pertama:*
Dia adalah manusia biasa.* Karena biasa (bisa salah dan lupa), maka ajarannya biasa ( dan lupa). Karena ajarannya (biasa) bisa salah dan lupa, maka ajaran Tuhan yang benar tidak bisa disampaikan.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka kembali ke jalan yang benar.
[2:18]
Pandangan seorang Sufi terhadap orang-orang yang menganiaya dirinya,
selalu dalam bingkai pandangan Ilahi.
Aniaya yang dilakukan orang jahat
padanya, akan mengantarkannya berpikir pada kuasa Ilahi, tak kan berpikir
tentang alat yang digunakan si orang jahat itu.
Seperti kata Bayazid Basthami, “Sudah tiga puluh tahun saya bercakap-cakap
dengan Tuhan, dan mendengarkan sesuatu dariNya. Namun orang-orang
menyangka saya berbicara dengan mereka dan mendengarkan mereka.”
Agus adalah tipe orang yang berpikir simple dan cenderung meremehkan teori bahkan tak jarang mencemooh analisa dan segala pernyataan ilmiah dengan menyebutnya ruwet, lebay, sok ilmiah, sok filosofis, tidak aplikatif, tidak praktis dan ucapan-ucapan senada.
Suatu hari setelah menerima gaji awal bulan Agus mengambil keputusan membeli sebuah alat elektronik merek ternama yang belakangan ini diiklankan secara gencar di televisi.
Kisah Bule Australia Masuk Islam karena Maulid Nabi
✍Gus Nadirsyah Hosen
Tanggal 5 Februari 2000, Mr. Ian Cameron Robertson saya bimbing mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid UNE (University of New England).
Ini salah satu peristiwa unik dalam hidup saya bertemu dengan Robo, begitu ia biasa dipanggil.
Robo merupakan kawan lama Mr Ian Lewis (Pak Usman), yang terlebih dahulu memeluk agama Islam dengan menikahi Mbak Ratna Wijayanti (Rina).
Suatu saat Robo berkunjung ke kediaman Pak Usman dan Mbak Rina di Uralla satu kota kecil di dekat Armidale, NSW. Karena merupakan sahabat lama, Robo sudah hafal betul sikap dan sifat Pak Usman dulunya.
Ada seorang pemuda datang menemui salah satu seorang Waliyullah yang hidup fakir miskin.
Pemuda itu bertanya:
"Wahai tuanku, tolong beritahu aku bagaimana caranya agar aku bisa mengetahui bahwa diriku tergolong orang yang beruntung atau orang yang celaka?"
Beliau menjawab:
"Wahai putraku, tanda yang membedakan antara kelompok orang yang beruntung dan orang yang celaka adalah shalawatnya kepada Baginda Nabi SAW."
"Koreksilah dirimu sendiri, jika engkau istiqamah bershalawat kepada Nabi SAW, ketahuilah bahwa engkau tergolong orang yang beruntung di dunia dan akhirat.