Tentu masih segar dalam ingatan kita, kehebohan seputar kawin kontrak. Entah bagaimana awalnya, isu dan praktiknya seketika mengundang badai pro kontra.
Sinisme hingga cemoohan pun berseliweran tanpa interupsi di banyak media.
Frasa "kawin kontrak" terlanjur dipahami khalayak umum, termasuk sebagian kalangan yang dianggap sebagai agamawan dan ulama, sebagai nikah sementara,
pernikahan berjangka, atau menikah dengan niat cerai (bergantung persepsi masing-masing mazhab).
Namun, bila diperhatikan lebih seksama, pernikahan sementara sama sekali tidak identik dengan kawin kontrak.
Tak hanya itu, predikat "kontrak" pada kata "nikah atau kawin", disengaja atau tidak, merupakan sebentuk salah kaprah yang menyesatkan.
*Semantik Kawin dan Nikah*
Etimologi kawin adalah perpaduan.
Sementara terminologinya dipahami beragam sesuai perspektif tertentu. Umumnya, "kawin" dianggap sebagai aktivitas biologis berupa proses pemaduan dan penggabungan sifat-sifat genetik untuk mewariskan ciri-ciri suatu spesies agar tetap lestari (disebut reproduksi).
Proses ini acapkali menghasilkan dimorfisme seksual dalam suatu spesies sehingga dikenal adanya jenis kelamin jantan dan betina.
Karena dalam perkembangannya terbentuk pula sel-sel yang terspesialisasi berdasarkan tipe seksual,
kemudian dikenalkan istilah sel kelamin (gametosit). Pada jantan biasanya disebut sel sperma (spermatozoid), dan pada betina disebut sel telur (ovum). Perkawinan sebagai peristiwa natural ini terjadi dalam dunia tumbuhan, hewan, dan manusia.
Di tengah masyarakat manusia, perkawinan bersifat natural juga konvensional atau konstruktif. Sebagai aktivitas natural dalam kehidupan hewan juga manusia, 'kawin" lebih dipahami sebagai interaksi seksual (intercourse) di antara dua individu.
Namun secara konstruktif dan konvensional, kawin juga bermakna "nikah" lantaran berupa kontrak sosial administratif yang mengikat dua individu dengan menerima hak dan kewajiban secara mutual demi pemenuhan kebutuhan seksual, emosional, dan sosial.
Kawin natural dalam spesies hewan juga manusia dan kawin konvensional berupa nikah yang hanya dilakukan manusia, secara umum disebut dalam bahasa Arab sebagai zawaj.
Intinya, "kawin" dalam pengertian hubungan yang dikontruksi oleh suatu perjanjian dan kontrak dengan persyaratan khusus berdasarkan ajaran agama Islam disebut "nikah".
*Semantik Kontrak*
Kata "kontrak" merupakan unsur serapan dari bahasa Inggris, contract. Menurut KBBI, artinya adalah kesepakatan di antara dua orang atau lebih mengenai hal tertentu yang disetujui mereka.
Sebagai nomina (kata benda), "kontrak" memiliki dua arti:
*1.* Perjanjian (tertulis) di antara dua pihak dalam perdagangan, sewa-menyewa, dan sebagainya
Persetujuan dengan sanksi hukum di antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan.
*2.* Persetujuan dengan sanksi hukum di antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan.
*Semantik Akad*
Baik dalam bahasa agama maupum bahasa Arab secara umum, "kontrak" diartikan sebagai عقد ('aqd).
Etimologi عقد adalah ikatan erat yang kuat dengan dua simpul berupa benang atau lainnya.
Terminologisnya adalah perjanjian dua pihak dengan ikatan agama yang disebut kontrak hukum keagamaan (عقد شرعى) yang di Indonesia lazim disebut akad nikah, akad jual beli, atau dalam fikih mu'amalah dan ikatan administratif disebut aqd idari (عقد ادارى).
Kata akta atau akte juga diduga merupakan serapan dari aqd dan akad. Dalam KBBI, kata ak·ta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan, keputusan, dan sebagainya) tentang peristiwa hukum yang dibuat menurut peraturan yang berlaku,
disaksikan, dan disahkan oleh pejabat resmi, baik berupa kelahiran, perkawinan, atau lainnya.
Atas dasar etimologi dan terminologi kata kontrak, maka frasa nikah kontrak, juga aqd dan kawin kontrak, lebih tepat dibalik menjadi kontrak nikah
, yang dalam bahasa Arab disebut aqdun-nikah, bukan nikahul-aqd.
*Kontrak Nikah bukan Nikah Kontrak*
Akibat penggunaan salah kaprah ini, banyak pihak yang bertendensi intoleran dan sektarian terhadap Muslim Syiah menganggap semua pernikahan yang justru dilakukan non Syiah ....
(terutama wisatawan Arab dari Saudi yang hampir pasti bermazhab Sunni dan tidak mengimani kemubahan atau kehalan nikah mut'ah) sebagai nikah mut'ah yang kemudian secara serampangan dilabeli "nikah kontrak".
Padahal
*1.* Semua nikah harus dilakukan dengan aqad (akad) alias kontrak. Semua nikah adalah buah kontrak.
*2.* Nikah dengan kesepakatan cerai (yang dibenarkan salah satu mazhab Sunni dan kerap dilakukan pasangan sunni yang tak mengimani kehalalan nikah mut'ah atau nikah mu'aqqat) bukanlah nikah mut'ah.
*3.* Istilah nikah kontrak karenanya tidak tepat. Justru yang tepat adalah kontrak nikah atau aqdun-nikah.
Tulisan ini tidak dilanjutkan dengan memaparkan dalil kemubahan nikah mut'ah karena tujuan penulis adalah meluruskan kesalahkaprahan frase kawin kontrak atau nikah kontrak.
Mudah-mudahan klarifikasi ini sedikitnya memberi kita wawasan dan sikap yang jelas agar tidak lagi terseret dalam ombang-ambing isu hingga fitnah murahan yang terkait dengannya.
Kaum Muslimin diajarkan mengawali segala aktivitasnya dengan menyebut nama Allah. Itulah yang membuat mereka sepakat tentang kemuliaan Basmalah. Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahmanirrahim, perbuatan mubah menjadi ibadah dan pelakunya pun beroleh pahala.
Basmalah bukan hanya kalimat yang diucapkan tapi sekaligus deklarasi kesadaran bahwa Kasih Tuhan adalah dasar bagi semua aktivitas manusia.
Tapi sadarkah kita ada yang sengaja membuang Bismillah, (password semua perbuatan baik) dari Alfatihah seraya menganggapnya bukan bagian dari wahyu suci dan memasukkan kata dari luar Alfatihah ke dalamnya?
Seorang Arif selama 30 tahun selalu membaca dzikir Astagfirullah!
Seseorang murid yang memperhatikannya berkata kepadanya:
"mengapa anda begitu banyak beristighfar, padahal kami tidak pernah melihat anda bermaksiat.?"
Beliau menjawab: "30 tahun istighfarku untuk ucapan "Alhamdulillah" yang tidak pada tempatnya!! ."
"suatu hari diberitakan bahwa pasar Bashrah telah terbakar. Kemudian saya bertanya: "bagaimana dengan ruanganku?"
Mereka menjawab: "milikmu tidak terbakar"
Saya pun berkata: "Alhamdulillah"
"Artinya yang penting milikku tidak terbakar, adapun milik masyarakat maka tidak penting.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata nyaman adalah segar. Arti lainnya dari nyaman adalah sehat. Contoh: badannya berasa nyaman disinari matahari pagi.
Rasa nyaman seringkali menyebabkan kita berusaha sangat keras untuk mendapatkannya, pengorbanan terus dilakukan karena sebagian besar manusia sudah menetapkan bahwa rasa nyaman ini adalah tujuan utama hidup kita semua, sehingga setiap fokus pikiran dan langkah kita,
kita arahkan untuk mendapatkan tujuan ini, tetapi kita tetap perlu berhati-hati karena rasa nyaman ini justru bisa menjerumuskan kita bila kita tidak menyikapi rasa nyaman ini dengan bijak dan tegas.
Pesan Penting Dalai Lama di Hadapan Muslim Suni dan Syiah
20Jun 2019
“Semua agama menyerukan pesan cinta,” kata Dalai Lama. “Seorang imam di Turtuk, desa paling utara di India, mengatakan kepada saya bahwa seorang muslim harus mencintai setiap makhluk Allah.”
Ucapan itu disampaikan Dalai Lama XIV di hadapan 350 muslim suni dan Syiah dalam konferensi bertajuk Celebrating Diversity in the Muslim World pada medio Juni 2019 di New Delhi, India.
Meski tidak pernah mendengar perselisihan antara muslim suni dan Syiah di India,
Dalai Lama tahu bahwa di belahan bumi lain pengikut kedua kelompok ini saling membunuh. Dalai Lama merasa terpukul bagaimana hal itu bisa terjadi di antara orang-orang beriman, menyembah Tuhan, membaca kitab suci, dan menjalankan salat lima waktu yang sama.
Ketika para pemuka Syiah sibuk melakukan klarifikasi dan dikepung oleh para takfiris di hampir seluruh negara di dunia Islam, segerombolan pemuda berbakat direkrut dan dibekali beragam pengetahuan agama dan aneka keterampilan ...
termasuk kemahiran berkomunikasi secara prima banyak bahasa, penguasaan teknologi informasi dan jaringan serta semua sarana VIP demi menciptakan figur-figur mempesona yang menampilkan diri sebagai tokoh-tokoh yang terlalu Syiah atau paling Syiah.
Saat polemik-polemik sektarian makin memanas dan konflik di arena umat makin sering terjadi, norma dan etika agama bahkan yang paling asasi pun kerap diterjang. Akibatnya, muncullah fanatisme dan ekstremisme pada lapisan awam bahkan ulama dalam dua kelompok tersebut.
Saya slalu bingung dengan orang² yg mengaku beragama, tapi sibuk mengurusi “kesesatan” orang lain. Orang - orang yg mengaku mendapat petunjuk, tapi ketakutan hingga paranoid terhadap orang² yang (katanya) tidak mendapat petunjuk
Pengikut syiah yang jumlahnya super minoritas dinegeri ini, begitu ditakuti oleh orang-orang paranoid ini seakan mereka adalah setan demit yang ada dimana-mana dan bisa mencekik sewak-waktu.
Kampanye - kampanye dan slogan-slogan penyesatan Anti - Syiah oleh mereka di propagandakan diseluruh penjuru. Mulai dari membuat parade besar - besaran hingga bungkus roti.