Kadang, output dari pernah tinggal di pondok pesantren bukan cuma ilmu agama.

Ada kerikil-kerikil hikmah selain ilmu agama semata.

Misal, menu makanan harian di pesantren ditentukan oleh pondok. Dari ribuan santri, pasti punya selera makan berbeda-beda.
Ada yang gak suka ikan, ada yang gak doyan sayur. Beragam. Mereka yang gak minat dengan lauk di hari itu, pasti akan jajan. Lama-lama mereka mikir, kalo begini terus, bakalan boros. Akhirnya mereka dipaksa oleh keadaan buat melawan ketidaksukaan terhadap lauk.
Hikmahnya, yang tadinya makannya susah, milih-milih, jadinya makan apa aja doyan. Yang gak suka, jadi suka. Yang pernah trauma ketulangan pas makan ikan, jadi berusaha buat bisa gak ketulangan lagi. Itu dilawan demi menghemat uang jajan bulanan.
Contoh laen. Di pesantren, semua orang dipaksa tinggal ramai-ramai dalam satu kawasan. Di situ, bener-bener diuji watak masing-masing. Ada yang berwatak pelit, sok jago, beneran jago, kang adu domba, suka ngambil barang tanpa ijin, soleh, bossy, cringe, lucu, wah! Macem-macem.
Santri dipaksa beradaptasi, dipaksa berpikir gmn tetap bisa berteman dgn orang yg gak disukai. Kenapa harus tetep berteman? Krn mereka tinggal di tempat yg sama untuk waktu yg lama. Mau gak mau, mereka harus menyelesaikan masalah dgn orang yg bermasalah tanpa tambahan masalah.
Berpikir kreatif. Ini mungkin sedikit nakal. He he. Di beberapa pondok, ada larangan merokok untuk santri. Untuk menghindari itu, santri dipaksa berpikir kreatif agar gak ketauan saat merokok.

Begitu juga dengan hiburan santri yang sangat terbatas.
Mereka dipaksa memutar otak agar bisa menghibur diri dari padat dan penatnya aktivitas yang itu-itu saja selama menahun.

Ada beberapa kisah teman. Mereka membuat kartu gaplek sendiri dari kardus Aqua, dipotong seukuran kartunya, dan dadunya ditulis dengan spidol.
Contoh lain, ada beberapa penerapan hukuman; satu orang salah, semua kena.

Misal, ada jadwal piket kebersihan kamar. Dalam sehari, ada 3 orang. 2 dari 3 orang udah membersihkan, 1 ngebossy. Lalu, kamar dinilai kotor. Maka, semua piket di hari itu kena hukuman.
Hikmahnya, santri dituntut gak ngandelin dan ngarepin bantuan orang lain. Daripada dia udah kerja, tapi tetep disanksi, dan dianggap gak kerja. Mending dia ngerjain semuanya aja sekalian.
Terus yang ngebossy gimana? Tegantung. Ada yang diingetin sekali, cukup. Biasanya yang kaya gitu tipikal jagoan. Kalo kasusnya begitu, ajakin ribut aja. Biar tau seberapa gede nyalinya udah sok sok ngebos.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Aziz Baskoro (Abas)

Aziz Baskoro (Abas) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Nuhinainuinainu

26 Nov
"PERCUMA SOLAT, TAPI MASIH SERING MAKSIAT!"

Adagium di atas sangat familiar, seolah-olah itu benar. Maka, dgn tulisan ini, saya ingin menyodorkan sudut pandang lain dari adagium itu, berdasarkan pengetahuan yang saya dapat dari guru-guru saya hingga detik ini.
Saya memulai dari konteks yang membingkai adagium tersebut.

Di satu sisi, adagium itu sangat luhur bila ditempatkan untuk diri sendiri sebagai bahan pengingat. Karena, maksiat secara hakikat merupakan undangan murka Sang Pencipta.
Mengutip dari kitab Naso'ihul Ibad, karya Imam Nawawi Banten, bab tiga, makalah ke-22.

Dalam hadits qudsi, Allah memberi wahyu kepada Nabi Uzair.

Wahai Uzair. Jika engkau hendak berbuat dosa, maka jgn melihat kecilnya dosa itu. Melainkan, lihatlah siapa Dzat yg engkau murkai. Image
Read 14 tweets
15 Nov 20
Sayyidina Ali berkata, “Jadilah sebaik-baiknya manusia di hadapan Allah. Dan jadilah seburuk-buruknya manusia di hadapan manusia.”

Lalu, Syeikh Abdul Qodir Jilani (Jaelani) menerangkan rahasia di balik perkataan Sayyidina Ali:
1) Jika bertemu dgn seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu, “Mungkin kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku.”
2) Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu, "Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku."
Read 8 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(