"PERCUMA SOLAT, TAPI MASIH SERING MAKSIAT!"

Adagium di atas sangat familiar, seolah-olah itu benar. Maka, dgn tulisan ini, saya ingin menyodorkan sudut pandang lain dari adagium itu, berdasarkan pengetahuan yang saya dapat dari guru-guru saya hingga detik ini.
Saya memulai dari konteks yang membingkai adagium tersebut.

Di satu sisi, adagium itu sangat luhur bila ditempatkan untuk diri sendiri sebagai bahan pengingat. Karena, maksiat secara hakikat merupakan undangan murka Sang Pencipta.
Mengutip dari kitab Naso'ihul Ibad, karya Imam Nawawi Banten, bab tiga, makalah ke-22.

Dalam hadits qudsi, Allah memberi wahyu kepada Nabi Uzair.

Wahai Uzair. Jika engkau hendak berbuat dosa, maka jgn melihat kecilnya dosa itu. Melainkan, lihatlah siapa Dzat yg engkau murkai. Image
Pada sisi yg lain, adagium itu kerap dilempar dari mulut seseorang terhadap orang yang salat, tapi sering bermaksiat. Jadi, pada konteks yang kedua ini, adagium tsb bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk bahan judgement terhadap org lain.
Nah, pada sisi kedua ini, saya ingin menyajikan menu perspektif lain.

Pertama, tidak ada kebaikan yang percuma. Sekali pun keburukan, itu juga tidak ada yang percuma. Sebagaimana perkataan para guru, segala sesuatu pasti ada hikmahnya.
Termasuk kebaikan dari salat. Dalam hal ini, guru saya pernah menceritakan kisah seorang murid yg bertanya kepada gurunya.

"Guru, mana yg lebih baik? Orang yang sering solat, tapi kerap bermaksiat? Atau orang yg baik kepada orang lain, tapi tidak pernah solat?" tanya si Murid.
"Keduanya baik," jawab Guru.

"Kok, bisa?" Si murid heran.

"Org yg solat, meski masih bermaksiat, semoga sholat2nya dapat mengurangi maksiatnya. & org yg sering berbuat baik kepada sesama, namun belum pernah solat, semoga kebaikan2nya bisa menuntunnya untuk solat," jawab Guru.
Kedua, tentang derajat hukum antara solat dan kebaikan. Anggap saja kebaikan di sini adalah sedekah. Sedekah, memang dapat menghasilkan ganjaran yang amat besar. Namun, sebesar-besarnya ganjaran sedekah, sedekah tetap berstatus Sunnah. Sementara solat berstatus Wajib.
Secara kaidah Fiqih, Wajib berada satu tingkat di atas Sunnah. Jadi, tidak ada yang percuma dari mengerjakan salat.

Keduanya tidak berarti buruk; menjalankan Wajib tanpa Sunnah, atau menjalankan Sunnah tanpa Wajib. Karena tiap orang memiliki perjalanan hati masing-masing.
Ketiga, salat merupakan satu-satunya media untuk mengahadap Sang Maha Agung secara mantap. Rentetannya jelas dan ketat, bukan untuk mempersulit, melainkan di situ letak sakralnya.
Ketika seseorang hendak salat, ia harus suci dari najis dengan tata cara yang dikupas pada Bab Toharoh (bersuci). Kemudian, ia juga harus berwudu, dengan tata cara yang dikupas pada Bab Wudu (biasanya sepaket dengan Bab Tayamum).
Ditambah pemenuhan syarat solat seperti menutup aurat, dll, serta rukun solat seperti membaca Al-Fatihah, yang semuanya dikupas pada Bab Salat. Rentetan itu memberi bukti, bahwa ada keseriusan saat hendak menghadap Allah.
Keempat, tiap perbuatan akan menghasilkan ganjaran dan penilaian dari Allah. Salat, ada ganjarannya. Maksiat, ada ganjarannya. Kebaikan, ada ganjarannya. Tidak salat pun ada ganjarannya. Cukup meyakini hal itu, karena Allah Maha Adil dari segala sang pengadil.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Aziz Baskoro (Abas)

Aziz Baskoro (Abas) Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Nuhinainuinainu

24 Nov
Kadang, output dari pernah tinggal di pondok pesantren bukan cuma ilmu agama.

Ada kerikil-kerikil hikmah selain ilmu agama semata.

Misal, menu makanan harian di pesantren ditentukan oleh pondok. Dari ribuan santri, pasti punya selera makan berbeda-beda.
Ada yang gak suka ikan, ada yang gak doyan sayur. Beragam. Mereka yang gak minat dengan lauk di hari itu, pasti akan jajan. Lama-lama mereka mikir, kalo begini terus, bakalan boros. Akhirnya mereka dipaksa oleh keadaan buat melawan ketidaksukaan terhadap lauk.
Hikmahnya, yang tadinya makannya susah, milih-milih, jadinya makan apa aja doyan. Yang gak suka, jadi suka. Yang pernah trauma ketulangan pas makan ikan, jadi berusaha buat bisa gak ketulangan lagi. Itu dilawan demi menghemat uang jajan bulanan.
Read 10 tweets
15 Nov 20
Sayyidina Ali berkata, “Jadilah sebaik-baiknya manusia di hadapan Allah. Dan jadilah seburuk-buruknya manusia di hadapan manusia.”

Lalu, Syeikh Abdul Qodir Jilani (Jaelani) menerangkan rahasia di balik perkataan Sayyidina Ali:
1) Jika bertemu dgn seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu, “Mungkin kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku.”
2) Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu, "Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku."
Read 8 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(