Mungkin sebagian besar orang terutama yang berotoritas menjaga keamanan memperlakukan ekstremisme dan radikalisme sebagai fenomena konkret berupa kelompok tertentu dalam perkumpulan tertentu.
Ekstremisme dan Intoleransi bukan di kelompok ini dan organisasi itu, bukan pula di pesantren sana dan kampus sini. Ia adalah entitas abstrak yang tersimpan rapi dalam ragam teks yang telah dihadiskan.
Sebelum muncul sebagai sebuah fenomena sosial yang sistemik dan masif, ekstremisme dan radikalisme adalah aksi persekusi, intimidasi dan diskriminasi.
Sebelum aktualkan, persekusi dan intimidasi serta diskriminasi adalah buah intoleransi dalam pikiran.
Sebelum terbentuk sebagai pikiran, intoleransi (penyesatan, pengkafiran, pensyirikan dan pembid'ahan) adalah doktrin dan ajaran klaim kebenaran tunggal dan mutlak.
Sebelum diajarkan sebagai doktrin, klaim kebenaran mutlak dan tunggal adalah produk penafsiran denotatif sepihak atas sejumlah teks sebagai rujukan sepihak.
Sebelum ditetapkan sebagai rujukan doktrin, sejumlah teks ayat yang dipahami sepihak tersebut ditetapkan sebagai muhkam dan sejumlah teks riwayat yang dipilihnya ditetapkan secara sepihak sebagai sahih.
Ini hanya bisa dideteksi oleh para intelektual dari penganut teologi rasional yang sayangnya sudah keburu disesatkan, dikafirkan bahkan dihujani fitnah agar tak diberi kesempatan untuk didengar pandangan-
pandangannya.
Yang lucu, paguyuban agamawan yang sudah terbukti menjadi biang kerok ketegangan sektarian dengan fatwa penyesatan dan komentar kontraproduktif yang mengintervensi dan menginterupsi kebijakan Pemerintah malah dijadikan referensi ...
...dan diminta menghimbau umat melawan intoleransi dan menerima keragaman.
Ringkasnya, orang yang intoleran, sadar atau tidak, takkan bisa menumpas ekstremisme dan radikalisme yang merupakan anak haram intoleransi.
Heran! Hampir semua orang mengaitkan kekerasan bertajuk agama, ekstremisme dan gerakan bersenjata yang memimpikan negara Islam dengan Timur Tengah dan Arab seolah itu baru muncul setelah tragedi 9/11 sambil menyebut Suriah sebagai contoh.
Padahal lama nian di sini gerakan bersenjata domestik seperti NII/DI TII telah muncul bahkan hingga kini masih tersisa.
Heran! Hampir semua mengaitkan konflik horisontal dan segala fenomena kekerasan sosial dengan Arab seolah semua keburukan terjelma dalam satu ras dan hanya terjadi di satu wilayah.
Perlu dipahami Agama itu tidak hanya cinta dan tidak hanya damai. Kalau agama hanya cinta damai maka Karbala tidak ada, tdk ada perjuangan, tdk ada kesyahidan, semuanya pd rangkul-rangkulan krn smuanya damai.
Kita memang harus mengutamakan cinta dan damai tapi saat kita ditindas kita harus melawan. Jadi agama itu adalah keseimbangan antara damai dan perlawanan, antara cinta dan benci. Benci dalam pengertian ini adalah benci yang positif (baraah) menolak.
Kalau kita bilang A'udzubillahi, itu artinya kebencian [Baro'ah]. "Aku berlindung dari setan" itu artinya membenci. Tidak mungkin berdamai dan mencintai setan.
Perjalanan manusia menuju Tuhan adalah perjalanan yang tanpa akhir dan tanpa batas, sebab manusia berjalan menuju Tuhan yang tak terbatas dan tak terhingga. Zat Ilahi adalah hakikat yang tak terbatas dan tak terhingga.
Jika pun digambarkan ada akhir dari perjalanan manusia, batasan tersebut bukan dari sisi Tuhan namun dari sisi hamba itu sendiri. Biar bagaimana pun, Tuhan tak terbatas dan hamba terbatas.
Adapun perjalanan menuju Tuhan, bukan perjalanan ke luar diri, namun perjalanan ke dalam diri dan melalui diri.
Perjalanan ini bukan suatu perjalanan dimana manusia akan sampai di suatu tempat, lalu Tuhan dapat ditemukan di tempat tersebut.
Anggota Komisi Fatwa MUI Ditangkap Densus 88. Demikian isi berita yg bikin geger Tanah Air. Publik sontak heboh.
Sedikitnya, ada tiga kata kunci dlm berita di atas yg menarik utk dicermati. Yaitu, Majelis, Ulama, dan Fatwa.
Ketiga kata tentu sangat dikenal luas. Salah satunya karena selalu melekat sebagai cap di hampir semua benda yang dijual di warung dan super market, mulai dari terasi sampai mesin cuci.
Ketiganya seperti mantra ajaib yang dipatenkan sebagai penjamin bagi konsumen Muslim untuk lolos dari sergapan dosa dan terkaman yang haram. Apalagi kata majelis yang dirasa cukup sakti untuk membuat khalayak percaya bahwa itulah perkumpulan manusia-manusia pilihan Tuhan.
Teks Lengkap Seruan Habib Umar Bin Hafidz untuk Muslim Indonesia Tolak ‘People Power’
Focus
By Arrahmahnews
May 20, 2019 Arrahmahnews.com, JAKARTA – Sebuah video seruan Habib Umar bin Hafidz untuk umat muslim di Indonesia agar berhati-hati dengan gerakan (People Power)
dan pemberontakan yg mengatasnamakan agama.
Teks lengkap video seruan Habib Umar bin Hafidz ditranskrip dari Akun youtube Saluran Kreatif Diterbitkan pada 18 Mei 2019.
Nasihat Guru Mulia
Habib Umar Bin Hafidz
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Shalawat serta Salam semoga tercurah kepada junjungan kita, hamba yang terpilih, pemberi petunjuk, manusia yang penuh amanat, junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Semoga Shalawat serta Salam juga terlimpahkan kepada keluarganya, para sahabatnya,