Pulung gantung ini berbeda dengan santet, jadi pulung gantung ini mencari korbannya sendiri tanpa bisa dihalangi. Mbah menceritakan pula salah satu kejadian yang dulu pernah dialami oleh keluarganya,
jadi waktu itu lek marni mempunyai saudara sudah janda, nah suatu ketika ada salah satu tetangganya yang melihat bola api yang terbang diatas rumah warga disaat malam hari. Sontak ia pun berteriak
Gunung kidul, sebuah tempat di daerah Yogyakarta bagian selatan yang pada tahun 2019 kemarin menjadi tempatku mengabdi pada masyarakat yak benar Kuliah Kerja Nyata atau biasa disebut KKN.
Namaku Asep, aku adalah mahasiswa dari salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta, tahun 2019 merupakan tahun yak tak akan kulupakan kenangannya, tahun dimana covid-19 belum merajalela dan juga kenangan masa indah ketika KKN tentunya.
Ngomongin soal KKN di gunungkidul, aku jadi ingat salah satu fenomena di gunungkidul yang mungkin kalian tidak asing ketika mendengarnya, yak benar sekali, Pulung gantung.
Pulung gantung menurut sekelumit informasi yang kudapatkan dari internet, pulung gantung adalah sosok yang menyerupai bola api dan katanya ketika si pulung gantung ini jatuh di salah satu rumah warga maka disanalah akan ada yang meninggal dengan cara gantung diri.
Oleh sebab itu sosok ini disebut sebagai pulung gantung.
Sebelum memasuki ceritanya, saya harap teman-teman berdo’a terlebih dahulu dikarenakan siapa tau nantinya mereka yang tak terlihat tertarik untuk ikutan membaca cerita ini bareng kalian. Oke langsung saja masuk ke ceritanya..
Hujan malam itu membuatku pulang sedikit lebih malam yang akibatnya akupun diteror oleh teman-teman KKN untuk segera pulang ke posko, malam itu memang temanku yang laki-laki sedang berada diluar desa dan akibatnya hanya anak perempuan yang ada disana.
Oh iya, malam itu aku berkunjung ke rumah mbahku yang berada di daerah Nglipar tentu saja bersama kawanku, sebut saja namanya apip. Kami berangkat dari posko sekitar selepas isya dengan menggunakan kuda besiku kami menembus gelapnya hutan di daerah Gunungkidul.
Selama diperjalanan kami berbincang membahas yang salah satu mitos yang sudah sangat terkenal di Gunungkidul yang tadinya sempat disampaikan oleh simbah ketika kami berkunjung kerumahnya.
Namanya adalah Pulung Gantung, ternyata di era modern seperti ini masih ada kepercayaan yang masih dipercaya oleh masyarakat luas.
Namun kamipun tak bisa menyalahkan atas kepercayaan mereka namun jika dilihat dari sisi yang lain, mungkin kejadian bunuh diri ini disebabkan oleh depresi atas masalah yang sedang dihadapi oleh para korban semasa hidupnya.
Tak terasa saking asyiknya kami membahas kisah pulung gantung diatas motor, tak terasa kami sudah tiba di depan posko KKN. Pada akhirnya kami menutup hari itu dengan kisah mistis tentang Pulung gantung seperti yang diceritakan sibahku.
Yah walau dengan posisi semakin penasaran dengan apa itu pulung gantung yang membuat tidurku tidak nyenyak malam itu.
Jalanan kering dan berdebu menjadi pemandangan yang sudah lumrah ketika berada di tempat KKN kami, bukan tanpa sebab yah memang seperti inilah keadanya. Dilanda kekeringan ketika musim kemarau panjang menjadi momok warga.
Air adalah sumber kehidupan, begitulah kalimat yang sering sekali aku dengar jadi bagaimanakah hidup ini jika sedang dilanda kekeringan? Jangankan untuk mandi sekali sehari, untuk konsumsi air rumah tangga pun harus berhemat dan benar-benar hemat.
Siang itu aku berkunjunglah ke salah satu rumah pemuda yang sebut saja namanya mas putra. Jadi memang ketika kami KKN, setiap hari memang aku suka bermain kerumah warga dan berbincang dengan mereka, yah itung-itung menambah persaudaraan.
“assalamualaikum, kulonuwun budhe, mas putra wonten?” tanyaku pada ibuknya putra
“walaikumsalam, monggo mas kkn, itu putra lagi dihalaman belakang rumah, kayaknya barusan nyabut ketela. Disusul aja”
“ohh iya buk, permisi ngihh” ucapku sembari berjalan kehalaman belakang
Sebelum aku menyapa terlihat beberapa meter sebelum aku sampai di posisi mas putra, aku melihatnya seolah sedang memikirkan sesuatu dengan posisi kepala melihat ketas.
“mas kenapa e” ucapku sambil menepuk pundaknya
“pulungg gantung pulung gantungg” ucapnya kaget
“hah kenapa dengan pulung gantung mas?” tanyaku
“astagfirullah, ngak ada apa-apa mas, tadi aku cuma bengong aja hehehe” ucap mas putra sambil melanjutkan memisahkan ketela dari pohonnya
Aku tak semudah itu percaya denga napa yang disampaikan oleh mas putra, lantas akupun menanyakannya sekali lagi padanya sambil aku membantu memisahkan ketela dengan pohonnya.
“udah mas santai aja, sebenarnya tadi mas mikirn apa e kok muka e sampai pucat begini?”
“nganu mas..”
“nganu itu apa mas?”
“pulung gantung, kemaren ada korban pulung gantung di desa sebelah. Kok aku jadi takut nanti aku ataupun orang tuaku meninggal dengan cara seperti itu ya mas? Bukannya meninggal sebelum waktunya itu nantinya masuk neraka ya mas? Aku takut masuk neraka mas” jelas mas putra padaku
“emangnya jaman sekarang masih pada percaya dengan mitos seperti itu ya mas?” tanyaku
“woo ya jelas no” ucapnya singkat
“ini Cuma berlaku di gunung kidul atau di daerah sekitar sini juga mas?”
“wah kalau itu kayaknya Cuma berlaku di daerah gunungkidul aja deh mas, besok malam mas kalau ada waktu tak anter ke rumah e mbah sonto. Kebetulan beliau belum lama pulang dari rantau mas. Beliau luamayan paham dengan ap aitu pulung gantung”
“wahh boleh mas, besok malam kamu datang aja ke posko ya, kita berangkat selepas isya, biar nanti akua jak apip juga” ucapku
“oh iya mas, ini tolong bantu bawa ketela ini kerumah ya mas, mamak mau buatkan cemplon buat mas dan kawan-kawan diposko KKN”
“wah ngak usah repot-repot mas”
“udah mas, santai aja. Tolong ambilkan liri itu mas buat bawa ketela ini” ucapnya
“yak oke oke”
Akupun membantu membawa ketela it uke rumah mas putra dan langsung kami kupas dan selanjutnya diserahkan ke budhe untuk diparut dan diolah menjadi cemplon. Tak terasa hari sudah sorop aku pamit untuk kembali ke posko dikarenakan nanti harus holat berjamaah di masjid.
Keesokan malamnya dimana malam ini aku sudah janjian dengan mas putra untuk berkunjung ke rumahnya mbah sonto yang letaknya ada di desa sebelah. Tak lupa aku mengajak apip dan mas putra berboncengan dengan kawannya sebut saja namanya narko,
dia adalah anak dari salah satu warga desa tempatku KKN dan bapakya adalah pengrajin gamelan yang sangat terkenal di daerah Gunungkidul.
“eh mas put, sebenarnya pulung gantung itu apasi?” tanya apip
“Jadi gini mas digunungkidul tuh setau saya ada 2 pulung, yang pulung pertama tuh pulung berkah, kalau ada pilihan lurah tuh pasti warga pada ronda liat pulung jatuhnya dimana dan pasti itu yang akan menang Nah yang satunya pulung gantung,
pulung gantung ini warnanya lebih merah dan lebih gede bulatannya, dan untuk waktu pulung gantung ini bisa sewaktu waktu bisa sore atau malem, setelah pulung gantung ini turun dirumah warga pasti paginya atau langsung ada anggota yang gantung diri,
dulu pernah ada deket rumahku, kata temenku yang melihat pulungnya itu sekitar surup sebelum magrib, nah paginya tuh ada yang gantung diri didalem rumah yang kejatuhan pulung itu, Dari bentuknya pulung tuh seperti bola api mas, pas jatuhnya tuh meledak” ucap mas putra
“wah lha kok ngeri mas” jawab apip
“mbah sonto tau banyak ngak mas soal pulung gantung ini?” tanyaku
“ya kayaknya tau mas walaupun ngak banyak, setidaknya semoga saja beliau punya beberapa kisah tentang pulung gantung ini, dan sedikit mengobati rasa penasaran kalian”
Sepanjang perjalanan menuju rumah mbah sonto kami seperti merasakan beberapa kejanggalan dijalan, bagaimana tidak, kami berangkat selepas isya namun jalanan sangat sepi bahkan hampir tidak ada lalu Lalang kendaraan.
Malam itu udara terasa sangat dingin yang seolah menusuk ke kulit kami, dengan ditemani cahaya rembulan kami menerobos jalanan berbatu dan sesekali melewati hutan jati.
Kreek..krekk…kreekk..
Tiba-tiba aku mendengar suara dari hutan jati sebelah kanan, bagaimana aku bisa mendengar suara itu dengan jelas? Padahal kami menggunakan sepeda motor? Entahlah akupun sampai sekarang heran dengan kejadian itu.
“pipp kamu denger ngak suara tadi?” tanyaku
“hoooh”
“coba kamu sambil nengok ke kanan ya, aku takut ada macan” ucapku
Konon katanya di daerah Gunungkidul masih ada harimau yang menghuni hutan jati, oleh sebab itu aku takut jikalau yang kami dengar saat itu adalah harimau yanhg siap menerkam kami malam itu.
bismillah, yok lanjut..
"yen wedi ojo wani - wani, yen wani rasah wedi-wedi"
Tak berselang lama mulailah kami memasuki pemukiman warga dan akhirnya kami melihat rumah limasan tua yang terletak diatas balai dusun. Oh iya jadi maksud rumah diatas balai dusun itu tidak serta merta rumah itu tersusun diatasnya ya,
jadi memang karena kondisi geografis gunungkidul hal itu mengakibatkan rumah terkadang ada di dataran yang lebih tinggi dari rumah warga lainnya.
Tibalah kami di sebuah rumah limasan khas daerah gunung kidul, rumahnya tidak terlalu besar namun entah mengapa rumah ini terasa begitu luas dan nyaman ketika kami memasukinya.
Rumah ini terletak diatas balai dusun dengan temboknya yang masih menggunakan kayu jati murni dan terdapat 2 tiang penyangga didalam rumah yang semakin membuat rumah ini semakin klasik.
“assalamualaikum, kulonuwun mbah” ucap mas putra sambil mengetuk pintu rumah tua itu
“ngihh sekedap (ya sebentar)” terdengar sahutan suara dari dalam rumah
“eeh itu suara mbah sonto kok tumben beda ya? Sekarang lebih terdengar seperti lebih serak” ucap narko
“heh jangan bilang gitu, ngak baik ngomongin orang” kata mas putra
“halahh mbah sonto juga ngak denger, aman-aman” balas narko
“simbah denger lee” ucap mbah sonto yang tiba-tiba menyahuti obrolan kami sembari membuka pintu
“ngapunten mbah (maaf mbah) kami hanya bercanda” ucap narko
Kamipun dipersilahkan masuk dan ternyata didalam sudah tersaji ubi rebus yang masih tampak hangat yang menandakan bahwa itu baru masak.
“monggo silahkan duduk dulu” ucap mbah sonto
Sembari mempersilahkan kami untuk duduk beliau meneguk air dan lanjut menanyakan kenapa kami datang malam-malam begini, dan tiba-tiba
“lohh mbah kok suaranya beda sama yang tadi? Tadi simbah kesurupan kah?” tanya narko ketika kaget mendengar suara mbah sonto yang berbeda dengan tadi ketika kami masih diluar
“kesurupan gundulmuu, simbah tadi suaranya serak gara-gara habis makan ubi rebus belum sempet minum malah denger kalian teriak-teriak dari luar” jelasnya
“pantesan tak kirain kenapa tadi mbah hehehe” ucap narko sambil cengingisan
“ealah leee.lee. kenapa kok tumben malam-malam gini main kesini koe put” tanya mbah sonto pada mas putra
“jadi gini mbah, ini ada mas KKN kemaren dia tanya-tanya soal pulung gantung nah daripada aku salah menjelaskan mendingan tak ajakin aja kesini” ucap mas putra
“owalahh ini mas yang KKN di desamu itu to, wah salam kenal ngih mas sebut saja namaku mbah sonto”
“ngih maturnuwun mbah, saya asep dan ini temanku namanya apip” jawabku
“kenapa kok kalian penasaran banget dengan pulung gantung? Jarang banget ada mahasiswa yang tanya soal seperti ini soalnya”
“hehe iya mbah, kemaren soalnya saya berkunjung ke rumah simbahku di daerah nglipar dan disana sempet mendengar istilah itu, makanya saya semakin penasaran” jelasku
“Jadi ngene le, pulung gantung iku adalah semacam bola api yang akan jatuh di suatu rumah dan nantinya dimana bola api ini terjatuh maka disitulah akan ada anggota keluarga yang akan meninggal dengan cara gantung diri”
“Jadi ngene le, pulung gantung iku adalah semacam bola api yang akan jatuh di suatu rumah dan nantinya dimana bola api ini terjatuh maka disitulah akan ada anggota keluarga yang akan meninggal dengan cara gantung diri”
Dari situ mulailah mbah sonto menceritakan tentang kejadian pulung gantung yang pernah ia dengar dan ternyata kejadiannya belum lama, salah satu kejadian terbaru adalah di tahun kemaren yang dimana sedang ramai adanya covid-19.
Jadi mbah sonto ini merupakan warga asli gunung kidul yang merantau ke kota, nah pada tahun kemarin beliau memutuskan untuk pulang ke gunungkidul dikarenakan mau mengadakan sebuah kegiatan.
Acara berlangsung seperti biasa namun ketika setelah acara mbah sonto berkumpul dengan keluarga yang ada disana, dan darisanalah beliau mendapatkan cerita ini, cerita tentang PULUNG GANTUNG.
Singkat cerita ada salah satu keluarga mbah sonto, sebut saja namanya lek marni yang menceritakan pengalamannya ketika menjumpai fenomena puilung gantung ini.
Beliau menceritakan kisah tentang pulung gantung, jadi pulung gantung ini adalah salah satu fenomena yang sudah menjadi kepercayaan masyarakat gunungkidul dari mulai anak-anak sampai dengan orang tua.
Menurut sejarahnya pulung gantung awal kisahnya dijaman dahulu tepatnya di kerajaan majapahit yang dipimpin oleh prabu brawijaya. Singkat cerita prabu brawijaya ini moksa
dan kondisi kerajaan majapahit sedang ada seteru dengan kerajaan lain dan prajurit dari prabu brawijaya ini melarikan diri ke daerah Gunungkidul.
Sesampainya para prajurit dari prabu brawijaya ini di daerah gunungkidul, mereka baru mengetahui bahwasanya rajanya telah Moksa.
Akhirnya mereka seperti putus asa dan memutuskan untuk Moksa juga dengan cara bunuh diri, namun dikarenakan kadar ilmu mereka berbeda dengan sang raja maka dari itu mereka benar-benar pure bunuh diri.
Dikarenakan arwah dari manusia yang bunuh diri itu tidak diterima oleh tuhan dan tidak pula diterima oleh bumi, sehingga arwah mereka bergentayangan dan pada akhirnya mereka menyesali perbuatan itu.
menurut mitosnya mereka menjelma menjadi semacam bola-bola api yang dimanamereka pula memberikan kutukan bahwa merekia akan mengajak orang gunungkidul untuk menemani mereka.
Setelah kejadian itu mulailah muncul fenomena pulung gantung ini di daerah gunung kidul, namun fenomena ini hanya dialami oleh warga masyarakat asli dari gunung kidul jadi untuk teman-teman yang pendatang dan menetap di gunungkidul tak usah khawatir akan mengalami fenomena ini.
Pulung gantung itu sebenarnya jika dilihat secara fisik terlihat seperti banas pati namun tidak bisa berubah wujud, dan ketika si pulung gantung ini jatuh di salah satu rumah warga maka di rumah itulah akan ada orang yang meninggal dengan cara gantung diri.
Pulung gantung ini berbeda dengan santet, jadi pulung gantung ini mencari korbannya sendiri tanpa bisa dihalangi. Mbah menceritakan pula salah satu kejadian yang dulu pernah dialami oleh keluarganya,
jadi waktu itu lek marni mempunyai saudara sudah janda, nah suatu ketika ada salah satu tetangganya yang melihat bola api yang terbang diatas rumah warga disaat malam hari. Sontak ia pun berteriak
“pulung gantung kuiii pulung gantung kui!!”
Akibat dari adanya penampakan pulung gantung itu, warga menjadi panik dan langsung menghampiri rumah lek marni. Mereka berkumpul mempunyai tujuan supaya tidak ada anggota keluarga yang menjadi korban pulung gantung saat itu.
malam itu warga menjaga kediaman dari lek marni selama semalam suntuk, namun tanpa diduga ternyata warga tetap saja kecolongan.
Jadi saudara dari lek marni ternyata sudah ditemukan tewas gantung diri di dapur dengan menggunakan tali dadung (tali yang dipakai untuk mengikat lembu) dan di ikatkan dengan posisi lidah sudah menjulur keluar.
Mbah sonto menjelaskan bahwasanya ketika si korban pulung gantung ini meninggalnya menghadap kearah mana, maka disanalah akan ada korban berikutnya.
Singkat cerita simbah diturunkanlah dari posisi gantung diri itu dan dibaringkan. Lek marni menceritakan bahwasanya pada jaman dulu itu juga sudah ada otopsi.
Otopsi jaman dulu masih bersifat tradisional yang dimana mayat itu ditidurkan lalu ada orang yang dituakan di daerah tersebut sebut saja namanya mbah mangun.
Setelah orang yang itu berdoa, si mayat itu diajak bicara dan anehnya mayat itu seolah mengucapkan kalimat dengan mengeluarkan kalimat pelan.
“lha simbah sedo ne kenging nopo? (lha simbah meninggalnya kenapa?)” tanya mbah mangun
“aku isin le, aku meteng ning aku radue bojo (aku malu nak, aku malu karena aku hamil sedangkan sekarang aku tidak punya suami)” ucap mayat simbah
“lha simbah niki hamil kalih sinten? (lha simbah ini hamil dengan siapa?)”
“eneng le, tonggo sebelah, wingi metengi aku, sak durunge aku ngene ono bisikan nang kupingku
“MATENI DEWE WAE, MATENI DEWE WAE (ada nak, tetangga sebelah kemarin menghamiliku dan sebelum aku menjadi seperti ini ada bisikan “bunuh diri saja, bunuh diri saja)” ucapnya lirih
Dari percakapan itu simbah sempat menyampaikan bahwa ia sangat menyesal mengapa dia bisa meninggal dengan cara seperti ini. Simbah juga menyampaikan bahwa bisikan yang menyuruh untuk bunuh diri itu sangatlah kuat dan terdengar setiap malam di telingannya.
Ciri-ciri orang gantung diri dan itu merupakan korban dari pulung gantung ialah, dimana orang ini gantung diri, dibawahnya akan ditemukan gelu atau semacam bulatan tanah yang berjumlah ganjil.
Kalian boleh percaya boleh tidak namun kenyataan yang terjadi memang seperti itu adanya. Setelah kejadian itu salah satu warga langsung mencari dan menanyakan perihal apa yang disampaikan simbah itu dan benar saja,
orang yang bersangkutan mengakui dan meminta maaf atas kejadian yang sudah ia perbuat selama ini.
Akhirnya dikuburkanlah simbah ini, dan setelah ada kejadian pulung gantung ini, diadakanlah upacara “ruwatan desa” dan mengadakan pertunjukan wayang. Adanya ruwatan des aini masyarakat berharap supaya kejadian pulung gantung ini tidak menyebar luas lagi.
Namun mbah sonto tadi sempat bilang bahwasanya pulung gantung ini tidak bisa berhenti, jadi terus berlanjut dari rumah ke rumah. Menurut penjelasan mbah sonto, rumah yang pernah menjadi tempat orang terkena pulung gantung ini akan ditinggalkan oleh pemilik atau penghuninya.
Beberapa minggu setelah diadakannya acara ruwatan desa, ternyata di desa sebelah ada yang mengalami fenomena pulung gantung juga. Namun seperti yang tadi diawal sudah dijelaskan,
dimana ketika arah si korban pulung gantung ini menghadap, disitulah aka nada korban berkutnya, dan benar saja arahnya tepat mengarah ke desa sebelah ini.
Untuk kejadian yang menimpa warga desa sebelah ini pun sama dengan yang terjadi didesa mbah sonto ini. Jadi semalam sebelum si korban ini gantung diri, warga juga melihat bola api yang terbang dan terjatuh di rumah si korban ini,
alhasil dijagalah rumah warga ini namun sayangnya tetap saja kecolongan dan pada akhirnya tetap ada korban.
“jadi sebenarnya simbah waktu gantung diri posisi ikatan di lehernya itu tidak terlalu kencang, karena begini mas yang namanya pulung gantung ini mau dihadangi seperti apapun akan tetap akan memakan korbannya” ucap mbah sonto
“wah berarti bahaya banget ini yam bah pulung gantung itu?” tanyaku
“iya mas, tapi mas tenang aja, pulung gantung hanya akan mencari korban yang dimana mereka adalah warga asli dari Gunungkidul dan tidak berpengaruh dengan pendatag apalagi masnya yang cuma KKN” jelas mbah sonto
Mbah sonto juga menceritakan bahwasanya setelah desa sebelah ada warganya yang mendapati pulung gantung, mereka juga mengadakan acara Ruwat desa.
Setelah itu mbah sonto juga menceritakan bahwa ketika sedang kumpul keluarga itu beliau juga bertanya,
“memang sebenarnya pulung gantung itu masih ada ngak sampai sekarang?”
“woo ya masih to le, 2 bulan yang lalu ada korban pulung gantung juga” ucap lek marni
Jadi kasus 2 bulan yang lalu itu menimpa (panggil saja) lek sukar, jadi kala itu rumah lek sukar sudah dijaga selama semalam suntuk oleh warga dan alhamdulillahnya tidak ada warga yang gantung diri malam itu.
Namun seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, “yen wis wancine pulung gantung teko, korban e mesti ono” yang artinya apabila sudah Nampak pulung gantung pasti akan ada korban yang gantung diri.
Dan benar saja, keesokan harinya ketika lek sukar hendak pergi ngarit (mencari rumput untuk pakan ternak) dan ketika ditengah siang bolong beliau ditemukan meninggal dibawah jembatan dengan posisi leher terikat.
Pada kasus pulung gantung ini yang membuat aneh adalah dimana lehernya lek sukar ini diikat dengan tali rafia yang terikat dengan pohon dibelakangnya dan posisinya pun tidak mengantung.
Lantas bagaimana warga bisa menyimpulkan bahwa ini adalah kejadian pulung gantung?
Benar sekali, dibawah tubuh lek sukar ditemukan gelu (bola yang terbuat dari tanah dan sama seperti yang dijelaskan sebelumnya yang dimana jumlah gelu ini ganjil).
“jadi mas, mau bagaimanapun alasannya cara meninggalnya tetap gantung diri. Tidak mesti gantung diri dari ketinggian, kasus yang meni mpa lek sukar salah satu buktinya” ucap mbah sonto
Jadi menurut penjelasan barusan, korban pulung gantung itu memang cara meninggalnya dengan leher terikat, namun tidak mesti tergantung dari ketinggian.
Lek sukar meninggal dengan posisi leher terikat dan talinya diikatkan pada pohon jati dibelakangnya dan tidak menggantung. Jadi menurut kalian apakah itu bisa disebut gantung diri?
Setelah kejadian pulung gantung yang menimpa lek sukar, dikarenakan keadaan saat itu masih dalam kondisi pandemic covid-19 jadi tidak diadakan acara ruwatan desa.
Sebagai Langkah antisipasi lainnya, menurut pada himbauan kepala desa setempat, warga diharap lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.
Menurut penjelasan dari mbah sonto, korban pulung gantung ini biasanya memiliki masalah-masalah dalam hidupnya, salah satu contohnya adalah lek sukar. Menurut informasinya lek sukar ini malu karena anak perawannya hamil diluar nikah dan pasangannya kabur.
Setelah lek marni selesai menceritakan kejadian pulung gantung yang menimpa lek sukar, mbah sonto bertanya ke lek marni,
“kalau kejadian yang paling baru kapan lek?”
“seminggu sak durunge koe bali (seminggu sebelum kamu pulang)” ucapnya
Mungkin kalian masih ingat dengan kalimat ini, “kemana arah mayat korban pulung gantung ini menghadap, maka disana aka nada korban selanjutnya” dan itu terbukti lagi.
“jadi gini mas, ngak tentu kapan pulung gantung ini mencari korban, bisa jadi 1 minggu, 1 bulan bahkan berbulan-bulan tergantung dengan pulung gantungnya” ucap mbah sonto
Dari sekian banyak kisah yang diceritakan oleh lek marni, ada salah satu kisah yang menurutku sangat aneh. Jadi pernah kejadian ada korban pulung gantung tetapi diluar kota dan kotanya juga jauh dari Gunungkidul.
Ternyata korban yang meninggal itu adalah warga asli Gunungkidul dan ternyata korban pulung gantung ini tak harus berada di lokasi (Gunungkidul) namun bisa sampai keluar kota.
Namun yang perlu dicatat adalah si pulung gantung ini memangsa korban yang itu merupakan warga asli dari Gunungkidul. Entah mereka berada dimana, selama mereka adalah warga asli dari Gunungkidul peluang mereka meninggal dan menjadi korban pulung gantung tetap ADA.
Semoga kalian yang membaca ini bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada di kisah ini, sehat selalu ngih.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Mik pie? Meh sido dilekasi kapan?” (Mik gimana? Jadinya mau dimulai kapan?)
tiba-tiba dari belakang sosok laki-laki berbadan kekar mendekat. Dia adalah Candra.
Miko menarik nafasnya dalam, sembari menajamkan telinganya, memastikan bahwa adzan sudah berkumandang..
Entah kenapa malam itu seperti tidak ada angin yg berhembus sama sekali, hal itu berimbas suara adzan dari pemukiman yang jauh dibawah bukit ini menjadi samar terdengar.
kisah viral yang menceritakan sebuah kegiatan perkemahan akhir tahun oleh salah satu SMK di Sleman. Pada umumnya perkemahan akan meninggalkan kisah menyenangkan, tapi pada cerita ini justru sebaliknya.
Sebab urusannya dengan NYAWA!
#threadhorror @bacahorror_id
dengerin ini dulu ya..
7 april 2016
Sore itu nampak tengah berbaris dengan rapi anak kelas 10 dan 11, mereka adalah siswa dari salah satu smk kenamaan yang ada di kota Jogja.
part ini adalah part terakhir dari rangkaian cerita karma, pada part ini kalian akan menemukan alasan mengapa hendra dkk mengalami gangguan yang selama ini menimpa mereka.
Tepat sekitar jam 2 dini hari, akhirnya hendra sudah sampai dirumah. Dengan mengendap-endap, hendra mencoba masuk melalui jendela kamarnya. Sebab ibunya tak tau menau perihal kepergiannya malam ini.
Ia masuk dengan mengendap, membersihkan kakinya di kain yang tergeletak di lantai lalu hendra mulai memejamkan mata dengan hati yang sudah tenang tentunya, "akhire masalah ini selesai juga" ucapnya.
(bagaimana jadinya jika tujuan kalian menginap untuk beristirahat namun karena kehadiran mereka, justru sebaliknya, kengerian, ketakutan dan kepanikan justru menyelimuti malam)
part 5 ini adalah pintu menuju ke penyelesaian masalah yang sudah dihadapi oleh hendra dkk.
bismillah..
yen wedi ojo wani-wani, yen wani rasah wedi-wedi.
Sebelumnya di part 4.
"ndra.. Nanti malam awakdewe diajak bapakku moro nang omahe mbah joyo, gelem yo" (ndra nanti malam kita diajak ke rumahe mbah joyo, mau ya) ucap andre sambil mengupas kuaci.