Nonton film, ada yang kampanye LGBT.
Buka medsos, pada bangga jadi agnostik.
Baca berita, publik figur kena narkoba.
Jadi generasi muda zaman sekarang makin berat ya, godaannya sampai ke dalam kamar, ke saku baju, nyaris 24 jam sehari semalam.
Komedi makin lama makin menggampangkan agama, persatuan umat belum kelihatan akan jalan ke mana, sementara anak-anak muda digebyur dan dibombardir dengan terang-terangannya orang mengumbar dosa.
Sharing di akunnya udah zina sama siapa, posting miras dan hina ulama dengan bangga.
Emang pinter sih mereka bikin anak-anak muda muslimin hilang arah. Alus banget.
Awalnya dibuat jatuh cinta dengan satu dua sinema, lama-lama ada konten yang isinya homo, lama-lama superhero biseksual, nanti pangeran nikah sama pangeran. Habis itu entah sengeri apa lagi.
Awal-awalnya diberi lagu artis barat yang isinya cinta monyet ala anak kecil, lalu upgrade jadi lirik yang penuh skandal seksual seiring dewasa.
Mulanya orang anti agama mingkem dan tak punya ruang. Seiring dark comedy merebak mengkritik agama, awalnya bercanda jadi menista.
Awalnya semua damai ketika yang didengarkan hanyalah ahli ilmu. Makin ke sini pendapat vlogger pun dijadikan highlight di berita, padahal bukan bidangnya.
Dan semua itu, ngerinya ada nyaris 24 jam di saku baju, terdengar via headset dan terlihat di layar terang sebelum tidur.
Pada akhirnya, ada doa yang perlu makin sering kita ucap; Ya Allah, perlihatkan pada kami bahwa yang benar adalah benar, dan anugerahi kami kemampuan untuk mengikutinya.
Dan perlihatkan pada kami bahwa yang batil adalah batil. Dan anugerahi kami kemampuan untuk menjauhinya.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Satu ayat Al Qashash yang punya segudang hikmah untuk ditadabburi
Mengawali hari ini dengan tadabbur, "carilah akhirat, jangan lupa dunia", ketika hari-hari ini banyak orang justru terperangkap di kalimat yang terbalik.
Iya, terbalik. "Carilah dunia, tapi jangan lupa akhirat", jadinya kelihatan orientasi utamanya cari duit tanpa niat ibadah.
Menyuguhkan niat yang lebih segar untuk berbuat baik pada orang lain; bukan karena ingin dibalas budinya atau dihargai, namun karena Allah memang sudah sangat banyak berbuat baik pada kita, maka kita membagikan cinta-Nya untuk makhluk-makhluk-Nya
Bukanlah membuang waktu kalau kita belajar dari peristiwa itu.
Yang sia-sia adalah berjalannya hari-hari, kita merasa aman; ternyata kita tak bergerak.
Yang harusnya disesali paling serius bukanlah ketika kita sadar banyak waktu yang terbuang sia-sia. Iya, memang tak baik, tapi setidaknya kita menyesal.
Karena ada yang lebih ngeri: ketika setelah sesal, yang dilakukan masihlah mengulang kesalahan bahkan terbiasa dengannya.
"... hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok..." (Al Hasyr 18)
Kita memang tempatnya salah dan lupa. Tapi salah yang dilakukan sekian kali bukanlah kesalahan lagi. Ia sudah jadi pilihan hidup. Maka selama ada waktu, mari bermuhasabah.
Sebenarnya kita sudah banyak yang tahu, bahwa agama Islam sangat melindungi wanita dari zina, dan mendidik laki-lakinya agar menjaga hati dan mata.
Tapi ya, kita ini sering berontak. Menganggap perlindungan dan pendidikan dari Allah itu sebagai kekang. Padahal kan, "Inna lillah"
Iya, "Inna lillahi", kita ini miliknya Allah, "wa Inna ilaihi raji'un", kita pun pada akhirnya akan kembali pada Allah.
Rasulullah sejak 14 abad lalu sudah berpesan, yang halal itu sudah jelas; yang haram pun sudah jelas, di antaranya ada perkara syubhat yang lebih baik dijauhi.
"Sungguh, Allah tak perintahkan hamba untuk melakukan sesuatu karena Allah butuh mereka", kata Qatadah rahimahullah.
"Allah tak pula melarang hamba dari sesuatu karena Dia pelit. Ketika diperintahkan, itu pasti terbaik buat hamba. Ketika dilarang, pasti untuk selamatkan hamba."
"Lihat apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan", begitu katanya. Iya saya setuju, hikmah ada dimana saja, siapa saja.
Tapi beda urusannya jika perkara agama. Seorang guru bilang, "ilmu agama menentukan hidupmu jadi apa, maka lihatlah dari siapa kamu mengambilnya."
Lebih spesifik lagi, sebenarnya ribuan tahun lalu Tabi'in Muhammad bin Sirin rahimahullah menasihati, "sesungguhnya ilmu merupakan bagian dari agama, maka perhatikanlah dari mana engkau mendapatkannya." (Termaktub dalam Shahih Muslim)
Kalau hikmah tentang pengalaman, manajemen, spesialisasi dan profesionalisme kita tidak dilarang untuk belajar pada yang lebih muda, atau bahkan mereka yang beda keyakinan.
Namun perhatikan kawan, tidak mungkin kita mengambil ilmu dari mereka yang bukan ahlinya; apalagi agama.
Mau ngajak teman-teman mereview dari manakah asal muasal kalimat "nikah membuka pintu rezeki"?
Salah satu jawabannya adalah QS An Nur ayat 32, dan redaksi yang mengilhami ungkapan itu ada di "...Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.."
Nah, masalah kita adalah suka banget mendefinisikan rezeki sebagai materi/uang. Padahal para ahli tafsir tidak memandangnya sesempit itu.
Maksudnya "dimampukan", kata Imam Al Qurthubi adalah "dicukupkan dengan yang halal agar tak macam-macam dengan zina." (Tafsir Al Qurthubi)
Ada juga Ulama yang menafsirkan kekayaan di ayat tersebut bukan kaya harta, tapi kaya hati, alias "qana'ah."
Qana'ah? Imam As Suyuthi menjelaskan, "Ridha atas apa yang dirasa kurang, tak membahas apa yang telah berlalu dan hilang, dan merasa cukup dengan apa yang ada."
Jika kamu merasa suaramu di media sosial tak bermakna untuk Palestina, kamu salah.
Bayangkan ketika seorang pejuang di sana lelah, lalu ia berniat mundur dan menyerah; tapi ia melihat di gawai dan berita lokalnya bahwa dunia Islam mendukung perjuangannya. Itulah napas barunya!
Hashtag, tweet, caption, story Instagram; meskipun kita bukan influencer dengan berjuta followers, tapi jika kita lakukan bersama-sama ia akan jadi gelombang yang membuat dunia sadar dari sihir media zionis.
Perasaanmu bahwa suaramu tak akan didengar, adalah harapan musuh.
Salah satu fakta nyata zionis adalah anggaran besar mereka untuk media. Selain untuk menutup yang terjadi di Palestina, mereka ingin perjuangan bebaskan Al Aqsha hilang dari pikiran bangsa Arab serta Umat Islam.
Dan diammu, pesimismu, punya saham buat keberhasilan mereka.