Setelah kampanye gencar penyesatan Syiah para agen bayaran Saudi mengira masyarakat umum sudah terpengaruh dan membenci Syiah tanpa perlu berdialog.
Langkah berikutnya adalah menguatkan kebencian yang tertanam dengan membagi manusia dalam dua kelompok,
yaitu Syiah dan yang mengkafirkan Syiah dengan harapan tak ada yang berani mengambil risiko membela kemusliman Syiah.
Langkah selanjutnya adalah mengunci gerak setiap tokoh yang mendukung toleransi dan memblokade opininya dengan menganggapnya Syiah.
Hampir semua tokoh intelektual, pejabat dan ulama juga pegiat media sosial yang dikenal sebagai penentang khilafah dan radikalisme pernah di-syi'ah-kan, termasuk Ketua Umum PBNU yang kini sudah digantikan, ...
...ahli tafsir terkemuka, mantan ketua umum Muhammadiyah bahkan kandidat presiden yang kini jadi presiden.
Kini seorang aktivis anti radikalisme yang mendadak tenar dicap Syiah oleh para radikalis demi membendung sebaran pengaruhnya yang kian meluas. Padahal dia hanya mewakili pandangannya sendiri dan tidak menyatakan diri sebagai penganutnya.
Berkat stigmatisasi Syiah terhadapnya masyarakat dan Pemerintah sadar bahwa setiap orang yang menentang intoleransi dituduh Syiah, sekaligus sadar bahwa setiap penganut Syiah dan yang dicap Syiah adalah orang yang berjiwa nasionalis, mengimani kesetaraan, ...
...menentang khilafah dan memegang teguh Pancasila.
Kalau memperhatikan banyaknya orang yang dicap Syiah oleh komplotan penyensor basmalah dalam Quran ini, jumlah Syiah mungkin mendekati mayoritas.
Banyak orang hanya menilai orang dari outlook dan kesantunan yang dikemas demi pencitraan.
Di balik gaya bicara kasar dan penampilan garangnya ketika bicara tentang intoleransi depan kamera, ada desir kelembutan hati dan belur derita besar yang mengiringi setiap detak jantungnya.
Beberapa tahun lalu saya pernah menulis sebuah artikel singkat tentang teman saya ini, tapi karena saat itu dia belum setenar sekarang tak banyak yang membacanya.
Boom! HK menggebrak media sosial. Kemasan visualnya biasa-biasa saja. Narasinya pun kadang hanya kalimat-kalimat yang diulang-ulang.
Tapi gaya ceplas ceplos dan pernyataan vulgar tanpa sensor itu justru menjadi magnit melejitkan nama dan channelnya, terutama bagi warganet yang sepemikiran. Begitulah rezim algoritma.
Karena mengandalkan spontanitas dan otensitas, tentu terlihat tidak santun tidak rapi. Sebagian yang menentang para habib penggerak umat intoleran dan sepemikiran dengannya menyesalkan blunder yang kerap terlontar dari mulutnya.
*ANTARA GONDRONG DAN KRIBO*
✍Ustad @muhsinlabib
Belakangan ini berita seputar habib gondrong makin deras dan ulahnya selalu bertengger di headline seluruh situs berita dan menguasai peringkat atas trending topic bahkan masuk di wikipedia bersama tokoh-tokoh besar di Indonesia.
Ia mungkin sekarang mengungguli ketenaran habib yang dibelanya itu.
Video-video ceramahnya yang hampir semuanya berisikan teriak seruannya dan sahutan massa mengundang banyak penonton dan disebar dengan caption dukungan oleh yang menyukainya dan dibincangkan dengan caption...
..kecaman oleh yang menentangnya.
Kontroversi di era sosmed selalu berhasil membelah opini publik menjadi dua antara kubu pro dan kubu kontra. Karena memajang gelar habib, dia pun punya pemuja yang memandangnya suci atau punya hak istimewa di atas standar norma umum
✍10 April 2016
Berbicara tentang habib, Haidar Bagir, CEO Mizan Group, dalam akun twitternya yang kemudian ramai beredar dalam bentuk meme, menyatakan: “Habib bukan maqam kemuliaan, tapi maqam tanggung jawab terhadap terciptanya Islam yang rahmatan lil ‘alamin.”
Tapi, dari mana sesungguhnya habib berasal? Habib merupakan kata dalam bahasa Arab Hubb, ahabba–yuhibbu–hubban. Menurut Kamus Arab-Inggris-Indonesia terbitan Al-Maarif, Bandung (1983), kata itu berarti cinta atau mencintai. Dari kata ini pula mahabbah berasal, yaitu cinta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2005) mengartikan habib sebagai yang dicintai atau kekasih. Bisa juga panggilan kepada orang Arab yang artinya tuan atau panggilan kepada orang yang bergelar sayyid.
Kenapa Kiai Cenderung ‘Menghindari’ Bab Jihad? Ini Kata Gus Baha’
Khoiron, NU Online | Selasa, 26 Maret 2019 07:30
Kita tidak bisa menutup mata bahwa sebagian belahan dunia Timur Tengah habis dilanda konflik secara bergantian. Bahkan, di antara tokoh Timur Tengah,
ada yang menyerukan jihad melalui jalur perang. Di Indonesia hanya ada sekelompok kecil saja dari orang yang suka membahas tema-tema perang, jihad dan lain sebagainya. Rata-rata, yang suka mengutak-atik dan berfatwa berkaitan jihad melalui jalur keras itu bersumber
dari mereka yang ilmu dasar agama mereka minim. Selebihnya, apalagi para kiai yang ilmunya mendalam secara akademik berusaha menghindari fatwa-fatwa konflik.
Di kitab-kitab salaf (klasik) yang dikaji di berbagai pesantren Indonesia, dalam urusan membahas hukum,