Banyak orang hanya menilai orang dari outlook dan kesantunan yang dikemas demi pencitraan.
Di balik gaya bicara kasar dan penampilan garangnya ketika bicara tentang intoleransi depan kamera, ada desir kelembutan hati dan belur derita besar yang mengiringi setiap detak jantungnya.
Beberapa tahun lalu saya pernah menulis sebuah artikel singkat tentang teman saya ini, tapi karena saat itu dia belum setenar sekarang tak banyak yang membacanya.
Zen Assegaf adalah satu dari beberapa yang amat berjasa kepada saya sejak pulang ke Tanah Air dan punya saham dalam kehidupan saya sejak menginjakkan kaki di Cililitan Kecil sekitar 20 tahun silam. Saya takkan mampu menebus kedermawanan pria yang dikenal pemberani ini.
Saat menjalani profesi akuntan di beberapa perusahaan asing dan sukses dalam karir di usia muda, ...
...rumahnya menjadi hotel bintang 5 gratis bagi siapapun dari luar Jakarta yang singgah dan bermalam bahkan tak jarang menjadi tamu lebih dari sebulan tanpa perubahan dalam kualitas pelayanan dan kehangatan.
Beberapa tokoh dan mubalig yang datang dari luar Jakarta menjadi pelanggan rutin rumahya yang terbilang nyaman dan di ujung gang buntu dataran tinggi kampung Cililitan yang berbatas sungai Ciliwung.
Tak heran tupai dan musang masih bebas beraktivitas di semak dedaunan lebat aneka pohon di sekitarnya. Meski harus kerja meninggalkan rumah, para tamu dipersilakan menikmati setengah bagian rumah yang dikhususkan untuk mereka.
Isterinya tak bosan memadati meja tamu dengan aneka menu kue dan minuman. Usai pulang kerja Zen menghadap khusuk monitot PC dan langsung aktif menentang ekstremisme di miling list google.
Ketika FB masuk Indonesia dia langsung aktif memposting pandangan tentang toleransi dan moderasi. Banyak kalangan nasionalis dan non Muslim yang semula tercengang dengan sikap moderatnya menjadi fansnya.
Mungkin akibat hantaman badai ekonomi krisis moneter, Zen kehilangan klien-klien perusahaannya.
Karena terbiasa berderma, Zen tak pernah mengeluhkan keadaan meski perlahan tapi pasti situasi finansialnya tak juga membaik sementara kebutuhan hidup, termasuk membiayai studi tiga puteranya juga beberapa anggota keluarganya,
dia menjual satu demi satu asetnya hingga menjual setengah rumahnya yang semula punya dua halaman muka dari dua gang berbeda.
Rumahnya mulai sepi pengunjung. Zen berusaha bertahan dengan memulai mencoba usaha kecil-kecilan demi bertahan hidup.
Namun ternyata episode ujian belum berakhir. Sisa setengah rumahpun dilepasnya demi memenuhi janjinya memberikan pendidikan berkualitas kpd tiga puteranya. Zen resmi miskin. Ia meninggalkan kampung halaman yg telah dinikmatinya sejak remaja hingga sukses sebagai profesional muda.
Tanpa gengsi, ia mengontrak apartemen bulanan sambil berjuang menjual nasi kebuli di sekitar parkiran
apartemen.
Meski hidupnya makin sulit, Zen tetap konsisten menentang intoleransi dan semua pandangan diskriminatif. Tulisan-tulisan pendukung kuat Ahok ini mulai menyebar dan menarik perhatian sejumlah tokoh aktivis toleransi dan penentang khilafah.
Zen diajak tampil sebagai mitra talkhsow dalam konten di sebuah channel youtube tokoh nasional.
Karena dalam video itu Zen menyampaikan secara blak blakan pendangan-pandangan anti intoleransi dengan gaya spontan, ditawarkan kepada channel khusus dan digarap oleh tim ahli media. Tampillah dia dengan brand baru Habib Kribo.
Mungkin sebagian orang, terutama para jelata pendukung habib residivis, mengira HK sengaja membuat konten² video demi menciptakan kehebohan yg mendapatkan uang dari addanse . Faktanya dia malah tak mengerti urusan itu, karena yg membuat personal dan mempromoskannya adalah tim.
Disengaja atau tidak, gaya bicara dan gesturnya dengan semua yang kita sepakati maupun tidak, HK sukses mengorbankan diri sebagai tumbal untuk tampil mewakili hal yang tidak punya umat, tidak suka disanjung, ....
...miskin, tidak sopan, tidak rapi dan sebagainya. Dengan kata lain, HK membuyarkan framing negatif yang mencemooh semua habib, keturunan Arab, keturunan Yaman dan narasi rasial lainnya.
Zen punya kisah sedih yang tersimpan rapi di balik gaya bicaranya yang meletup-letup. Pria kelahiran Solo ini sejak beberapa bulan lalu rutin menemani isterinya menjalani kemoterapi.
Boom! HK menggebrak media sosial. Kemasan visualnya biasa-biasa saja. Narasinya pun kadang hanya kalimat-kalimat yang diulang-ulang.
Tapi gaya ceplas ceplos dan pernyataan vulgar tanpa sensor itu justru menjadi magnit melejitkan nama dan channelnya, terutama bagi warganet yang sepemikiran. Begitulah rezim algoritma.
Karena mengandalkan spontanitas dan otensitas, tentu terlihat tidak santun tidak rapi. Sebagian yang menentang para habib penggerak umat intoleran dan sepemikiran dengannya menyesalkan blunder yang kerap terlontar dari mulutnya.
*ANTARA GONDRONG DAN KRIBO*
✍Ustad @muhsinlabib
Belakangan ini berita seputar habib gondrong makin deras dan ulahnya selalu bertengger di headline seluruh situs berita dan menguasai peringkat atas trending topic bahkan masuk di wikipedia bersama tokoh-tokoh besar di Indonesia.
Ia mungkin sekarang mengungguli ketenaran habib yang dibelanya itu.
Video-video ceramahnya yang hampir semuanya berisikan teriak seruannya dan sahutan massa mengundang banyak penonton dan disebar dengan caption dukungan oleh yang menyukainya dan dibincangkan dengan caption...
..kecaman oleh yang menentangnya.
Kontroversi di era sosmed selalu berhasil membelah opini publik menjadi dua antara kubu pro dan kubu kontra. Karena memajang gelar habib, dia pun punya pemuja yang memandangnya suci atau punya hak istimewa di atas standar norma umum
✍10 April 2016
Berbicara tentang habib, Haidar Bagir, CEO Mizan Group, dalam akun twitternya yang kemudian ramai beredar dalam bentuk meme, menyatakan: “Habib bukan maqam kemuliaan, tapi maqam tanggung jawab terhadap terciptanya Islam yang rahmatan lil ‘alamin.”
Tapi, dari mana sesungguhnya habib berasal? Habib merupakan kata dalam bahasa Arab Hubb, ahabba–yuhibbu–hubban. Menurut Kamus Arab-Inggris-Indonesia terbitan Al-Maarif, Bandung (1983), kata itu berarti cinta atau mencintai. Dari kata ini pula mahabbah berasal, yaitu cinta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2005) mengartikan habib sebagai yang dicintai atau kekasih. Bisa juga panggilan kepada orang Arab yang artinya tuan atau panggilan kepada orang yang bergelar sayyid.
Kenapa Kiai Cenderung ‘Menghindari’ Bab Jihad? Ini Kata Gus Baha’
Khoiron, NU Online | Selasa, 26 Maret 2019 07:30
Kita tidak bisa menutup mata bahwa sebagian belahan dunia Timur Tengah habis dilanda konflik secara bergantian. Bahkan, di antara tokoh Timur Tengah,
ada yang menyerukan jihad melalui jalur perang. Di Indonesia hanya ada sekelompok kecil saja dari orang yang suka membahas tema-tema perang, jihad dan lain sebagainya. Rata-rata, yang suka mengutak-atik dan berfatwa berkaitan jihad melalui jalur keras itu bersumber
dari mereka yang ilmu dasar agama mereka minim. Selebihnya, apalagi para kiai yang ilmunya mendalam secara akademik berusaha menghindari fatwa-fatwa konflik.
Di kitab-kitab salaf (klasik) yang dikaji di berbagai pesantren Indonesia, dalam urusan membahas hukum,