Candi borobudur, candi umat Buddha terbesar di Indonesia yang berdiri megah di Magelang dengan banyak pengunjung setiap waktunya. Tidak memandang agama maupun ras, sekarang Borobudur menjadi objek wisata yang diminati orang2 lintas generasi.
Namun banyak dari orang orang yang belum tau, bahwa dalam sejarahnya Borobudur pernah mengalami peristiwa pengeboman yang dijuluki sebagai "tragedi kepurbakalaan terburuk yang pernah ada".
21 Januari 1985
Pukul 01.30 dini hari, 10 menit setelah satpam Borobudur atas nama Suyono dan Triyanto berpatroli kawasan, tiba2 sebuah ledakan keras terdengar dari arah candi. Mereka berdua beserta ke 54 satpam lainnya terhenyak dan panik.
Kondisi kawasan yang gelap membuat semua satpam tidak mengetahui asalnya. Selang satu menit kemudian, masih ditengah kepanikan dan kebingungan para petugas satpam, ledakan kedua terdengar dan kali ini asap putih membumbung dari sisi timur candi.
Bergegas kedua orang itu lari melapor ke pos induk. Secara beruntun, kemudian terdengar beberapa ledakan lagi sepanjang dini hari itu.
Tidak banyak yang bisa mereka lakukan dalam suasana yang gelap gulita itu, ditambah, mereka masih belum diketahui apa yg sebenarnya terjadi.
Petugas Garnisun Magelang tiba di lokasi sekitar pukul 04.30 WIB dan langsung menyisir kawasan candi yang terkena ledakan. Mereka menyaksikan bahwa batu-batu Candi Borobudur sudah berserakan. Terlihat dengan jelas kalau kejadian ini memang disengaja.
Ledakan bom ternyata telah merusak 9 stupa berlubang. 3 stupa yang berada di sisi timur batur pertama Arupadhatu, 2 stupa lagi yang terdapat di batur kedua dan 4 stupa lainnya di batur ketiga.
Namun, muncul kabar kalau belum semua bom yang dipasang meledak. Masih ada yang bom lainnya yang terpasang dan menunggu waktu untuk diledakkan.
Sekitar pukul 05.00 WIB pagi, seorang personel Satuan Brimob Polda Jawa Tengah diperintahkan Dansat Brimob Kolonel Pranoto yang menjabat Kasat Brimob waktu itu, untuk mendatangi Candi Borobudur dan juga bertugas untuk menjinakkan bom. Anggota itu bernama Serka Sugiyanto.
Bersama dengan tim Jihandak atau Penjinak Bahan Peledak dari Kompi 5155 Brimob Yogyakarta, team menemukan 2 buah bom yang dipasang dan siap meledak. Ternyata, pelaku teror berencana akan meledakkan 11 bom di Candi Borobudur dan pukul 08.00 WIB adalah waktu bom terakhir.
Dari 11 buah bom, ada 9 bom yang meledak dan 2 bom dapat dijinakkan oleh Serka Sugiyanto seorang diri.
Dalam proses penjinakan bom itu, Sugiyanto hanya membawa sebuah tool kit standar operator penjinak, selimut bom, dan sebuah metal detector. Tidak ada X-ray seperti saat ini.
Dua bom yang berhasil dijinakkannya berupa dinamit yang masing-masing beratnya sekitar 1 kg. Dinamit itu dilengkapi dengan sebuah inisiator, 2 baterai dan sebuah timer.
Setelah melakukan penyelidikan, Polri akhirnya menangkap pelaku peledakan bom, dua bersaudara, yang bernama : Abdulkadir bin Ali Al-Habsyi dan Husein bin Ali Al-Habsyi yang didakwa sebagai pelaku dari peledakan Candi Borobudur ini.
Dalam persidangan kasus ini, jaksa menduga tindakan pengeboman terhadap Candi Borobudur merupakan aksi balas dendam dari Abdulkadir dan kawan-kawannya itu adalah pembalasan atas peristiwa Tanjung Priok pada tahun 1984 yang menewaskan puluhan nyawa.
Abdulkadir membenarkan motivasi peledakan itu sebagai ungkapan ketidakpuasannya atas peristiwa berdarah tersebut.
Namun otak dari rencana tersebut bukanlah keduanya. Melainkan seseorang bernama Ibrahim atau Mohammad Jawad yang disebut dalam persidangan.
Namun keterangan itu juga diragukan, karena sosok Mohammad Jawad atau yang disebut Husein sebagai dalangnya kemudian tidak pernah ditemukan oleh kepolisian hingga hari ini.
Menurut pengakuannya, Abdulkadir mengaku dia tidak mengetahui rencana pengeboman tersebut. Abdulkadir dan ketiga org lainnya pada awalnya sekedar diajak oleh Mohammad Jawad untuk "berkemah" ke Candi Borobudur sebelum kemudian dibujuk oleh Mohammad Jawad untuk mengebom candi itu.
Sebagai pelaku di lapangan, diketahui bahwa Abdulkadir bukanlah seorang yang profesional. Dirinya mengaku bahwa tidak mengetahui seluk-beluk teknikal sebuah bom dan hanya mengiyakan bujukan dari "Ibrahim", rekannya.
Setelah menyetujui bujukan Ibrahim, mereka kemudian diberikan beberapa bom yang sudah dirakit.
Menurut pengakuannya, Ibrahim adalah orang yang merakit bom-bom tersebut. Bahan bom terbuat dari trinitrotoluena (TNT) tipe batangan PE 808 / tipe produksi Dahana.
Setiap bom rakitan ini terdiri dari dua batang dinamit yang dipilin dengan selotip. Abdulkadir dan pelaku yang lainnya hanya tinggal memasangnya di dalam stupa dan menekan tombol berupa tombol arloji untuk mengaktifkan bom waktu yang dimaksudkan menghancurkan Candi itu.
Abdulkadir bin Ali Al-Habsyi kemudian divonis oleh Pengadilan Negeri Malang dengan vonis hukuman penjara selama 20 tahun setelah dinyatakan terbukti sbg pelaku peledakan bom itu. Kakak dari Abdulkadir, Husein bin Ali Al-Habsyi kemudian mendapat vonis hukuman penjara seumur hidup.
Keduanya dipenjara di Lapas Kelas I Lowokwaru, Malang.
Abdulkadir bin Ali Al-Habsyi pada kemudian hari mendapat remisi dari Presiden setelah menjalani masa hukuman selama 10 tahun, dan Husein bin Ali Al-Habsyi mendapat grasi dari Presiden B.J. Habibie tanggal 23 Maret 1999.
Namun sampai sekarang Husein bin Ali Al-Habsyi menolak tuduhan atas keterlibatannya dalam peledakan Borobudur dan menuding Mohammad Jawad, sosok misterius yg belum ditemukan hingga kini sebagai dalang peristiwa pemboman itu.
Tidak ada korban jiwa dalam kasus pengeboman ini.
Atas jasanya, Serka Sugiyanto selaku penjinak 2 bom yg belum meledak di Borobudur mendapatkan penghargaan dari Kapolri dan juga mendapat kesempatan untuk melanjutkan jenjang kariernya menjadi perwira Polri.
ASTANA RATU ANJANI
Sebuah Catatan Pendakian Rinjani, 2013
based on true story
a thread
Halo semuanya, ketika mwvers membaca ini, saya harap kalian sudah membaca kisah "Rimbun" sebelumnya yang menjadi awal berubahnya seluruh perjalanan pendakian saya. Selain itu latar belakang dan kisah hidup pribadi saya juga sudah saya sampaikan di cerita tersebut.
Bagi yang belum mengenal Rimbun dan saya, bisa baca dulu ini.
Cerita ini sengaja gw drop krn cerita berikutnya yg akan gw bahas adalah Astana Ratu Anjani.. Disana ada keterlibatan sosok Rimbun dalam alur ceritanya.
Sosok Rimbun mungkin sudah dikenal banyak pembaca lama dari IG, tapi untuk yg baru tau mwv dari twitter, inilah kisah Rimbun
Bulan Mei tahun 2017..
Hari itu, seperti biasa selama perjalanan Bogor ke Jakarta via kereta, gue selalu habisin waktu dengan main handphone. Scroll scroll timeline Instagram sambil dengerin musik dari spotify.
Cerita akan dimulai malam ini, jam 20.00 wib, berbarengan dengan di Instagram. Silahkan like atau bookmark dulu agar nanti malam tidak ketinggalan yaa
Assalamualaikum pembaca mwv.mystic semua, perkenalkan aku Putri, sekarang aku sudah berkeluarga dan tinggal di salah satu kota di Pulau Jawa. Cerita yang akan kubagikan kali ini, adalah kisahku saat masih tinggal dengan orang tuaku dulu di awal awal tahun 2000an.
Hai, perkenalkan gue Agni Patricia, sebelumnya gue pernah muncul di cerita Asrama Paskibraka (belum diup di twitter), dan untuk kesekian kalinya gue nggak bosen untuk sharing pengalaman mistik gue disini..
Sejujurnya kali ini bukan sekedar pengalaman mistik sih, lebih ke arah sesuatu yang bener-bener membuat hidup gue berubah, dan menjadi tahapan awal gue sah sebagai anak Indihome.
Perjalanan hidup manusia benar benar sebuah misteri yang tidak dapat di duga duga. Mereka yang selama hidupnya kita lihat baik, bukan tidak mungkin di akhir kehidupannya membuat suatu hal yang tidak kita duga duga.
Sebuah pelajaran berharga ini terjadi kurang dari seabad yang lalu, dan akan terus menjadi pengingat bagi siapapun di masa depan.