Bang Beben Profile picture
Jun 14, 2022 42 tweets 8 min read Read on X
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 18 : Palas Mandui

Bantu Retweet dan Quotetweet ya. Selamat membaca.

@IDN_Horor @P_C_HORROR @ceritaht
#ceritaserem #ceritahoror #bacahoror #threadhorror #santet #dayak #kalimantan #banjar Image
Aku tertegun mendengar ucapan pak Salundik. Aku bahkan tidak berani menatap matanya yang menyala-nyala disulut amarah.

"Maksud bapak, bapak akan membalas perbuatan Dehen?" tanyaku.

Pak Salundik hanya menghela nafas dan menatap kosong ke arah lain. Matanya redup menahan tangis.
"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang ayah, apapun resikonya," balasnya dengan suara bergetar.

Kata-kata pak Salundik membuat yang lain saling lirik. Semua bungkam antara setuju atau tidak.
Bagaimana pun juga, belum ada bukti bahwa pambakal Dehen yang hendak mencelakaiku dan juga kedua anaknya.

Setelah hening beberapa saat, aku meminta maaf pada pak Salundik.

"Pak, saya minta maaf atas perbuatanku tempo hari di telaga jimat" ucapku penuh penyesalan.
Pak Salundik hanya tersenyum. Tidak ada dendam di sorot matanya, membuatku tidak lagi merasa bersalah.

"Sudahlah, yang penting kau sembuh dulu. Bagaimana lukamu?"

Aku melirik ke arah perut, ternyata lukaku sudah rapat meski meninggalkan bekas.
"Alhamdulillah, pak. Sepertinya sudah pulih. Gak enak badanku juga sudah mendingan."

"Nanti malam, selepas matahari terbenam, datanglah ke tempatku," pinta pak Salundik.

Aku mengangguk, "iya pak. Insha Allah saya datang."
Setelah membungkus potongan kayu ulin menggunakan kain hitam pemberian istri pambakal, pak Salundik kemudian pamit pulang.

"Akan kubakar dengan sabut kelapa," ucap pak Salundik seraya melangkah keluar rumah.

*****
Usai sholat isya, aku dan pambakal Bahat bergegas ke rumah pak Salundik. Ternyata di sana ada beberapa orang tetangga dan kerabat yang tengah berkumpul. Yang lelaki berjaga, sedangkan yang perempuan membantu merawat Sarunai dan Agau.
Di ruang tengah, tampak ada dua sangkai kurik yang berdampingan. Sangkai kurik adalah semacam panggung kecil dengan atap dari tapih bahalai atau kain jarik. Sangkai itu digantungi kembang mayang, janur kuning dan daun sawang.
Di sangkai itulah terbaring Sarunai dan Agau dengan alas tikar purun. Kedua badan mereka ditindih menggunakan alu penumbuk padi dan kakinya terikat tali haduk.

Melihatku dan pambakal di depan pintu, pak Salundik mempersilahkan masuk.
Aku pun diijinkan untuk melihat kondisi Sarunai dan Agau.

Hatiku miris melihat keadaan Sarunai. Tubuhnya kurus kering bak orang tidak makan bertahun-tahun. Kulitnya bergelayut hingga tulang-tulangnya menonjol.
Terkulai tidak berdaya, dia menoleh dan tersenyum melihatku ada di samping.

Dia mengucapkan sesuatu tapi tidak terdengar karena sangat lirih. Suara orang-orang mengobrol membuat apa yang ia sampaikan semakin tidak terdengar.

"Istirahatlah, kau pasti akan sembuh," ujarku.
Sarunai mengangguk lemah. Dia berusaha tersenyum meski keadaannya benar-benar tidak berdaya. Aku tahu, gadis ini berusaha tegar meski dalam keadaan tersulit. Kegelisahan tampak jelas di sepasang matanya yang bening.
Tanpa terasa air mataku mengalir. Hatiku rasanya remuk redam melihat kekasihku menderita sakit parah. Saat menggenggam jemarinya, aku seperti memegang es batu. Tubuhnya sangat dingin dan wajahnya pucat seperti mayat. Hanya tarikan nafas lah yang menandakan ia masih bernyawa.
"Mereka berdua sudah palas mandui dua kali. Aku tidak berani ambil resiko untuk yang ketiga kali. Tubuh mereka sepertinya tidak akan kuat," tutur pak Salundik yang sudah di samping.

Aku hanya mengangguk saja, tidak tahu harus merespon apa.
Palas mandui adalah salah satu ritual untuk menyembuhkan orang yang terkena parang maya, guna-guna atau diganggu mahluk halus. Ritual ini lumrah dilakukan di kampung-kampung dengan adat masing-masing.
Orang yang jadi korban, disembuhkan dengan cara dimandikan di atas lesung tunggal. Kepalanya ditutup menggunakan kain hitam atau putih dan disiram air berbagai macam bunga dan dedaunan yang telah didoakan. Bila penyakitnya ringan, biasanya akan sembuh dalam sekali ritual.
Namun, bila berat, bisa tiga sampai lima kali ritual hingga benar-benar sembuh.

"Kasno, apakah kau serius mencintai anakku?"

Pertanyaan pak Salundik yang mendadak membuatku jadi salah tingkah.

"I-iya pak. Memangnya kenapa pak?" balasku grogi.
"Apa yang akan kau lakukan demi Sarunai?"

"Apapun, pak. Apapun akan kulakukan demi Saranai."

"Termasuk nyawamu?"

"Hah!?"

"Apakah kau siap berkorban nyawa demi Sarunai?" buru pak Salundik.
"Apapun akan kulakukan demi kesembuhan Sarunai dan Agau. Bila perlu, nyawaku," balasku penuh keyakinan.

Pak Salundik menatapku tajam, lalu menepuk-nepuk pundakku.

"Bagus, kau memang lelaki sejati."
Pak Salundik lantas melangkah ke dalam kamar, kemudian kembali lagi dengan sebuah tas rotan.

"Kasno, aku memanggilmu bukan tanpa alasan. Aku ingin meminta bantuanmu. Karena kamu yang punya tanda Kamiyak, maka hanya kamu yang bisa melakukan ini."
Pak Salundik mengeluarkan isi tas rotan, tampaklah tiga buntalan daun pisang yang diikat menggunakan daun kelapa. Isinya ternyata potongan kayu ulin yang keluar dari tubuhku, Sarunai dan Agau.
"Aku sudah berusaha membakarnya menggunakan sabut kelapa, tapi tidak berhasil. Karena itu, aku ingin kau membuang benda terkutuk ini ke telaga jimat. Kau bersedia?"

"Bersedia, pak," jawabku sambil menganguk.
"Tapi tidak asal membuang. Ada mantra yang harus kau ucapkan sebelum membuangnya ke tengah telaga."

"Mantra? Aku tidak bisa kalau harus pakai mantra, pak," jawabku gugup.

Pak Salundik menghela nafas.
"Akan kuajarkan. Tidak terlalu panjang. Andaikan bisa, pasti akan kulakukan sendiri. Tapi, hanya kamulah harapan Sarunai dan Agau. Mereka akan sembuh tanpa pertumpahan darah."
Setelah menimbang-nimbang ditambah dorongan dari pambakal Bahat, akhirnya kuiyakan permintaan pak Salundik. Aku mengikuti apa yang ia ucapkan, menghafal empat bait mantra dalam bahasa Dayak.
Ternyata tidak terlalu sulit, karena mirip puisi yang mempunyai rima. Aku pun mengulang-ulang sampai 10 kali hingga akhirnya benar-benar hafal. Selain itu, pak Salundik juga menuliskan mantra itu pada secarik kertas dan ia serahkan padaku untuk jaga-jaga apabila aku lupa.
"Kasno, jangan sampai ada kesalahan. Salah sedikit saja, penghuni telaga jimat akan berkeliaran dan menyebabkan bencana. Akan ada wabah penyakit dan orang-orang akan saling membunuh, hingga mahluk-mahluk itu menemukan tuan baru.
Bisa juga mereka akan membalas dendam pada bekas majikan yang telah membuang mereka. Kamu mengerti?" terang pak Salundik dengan ekpresi serius.

"Iya pak, aku mengerti. Serahkan pada saya, kali ini tidak akan ada kesalahan."
Sebelum berangkat, pak Salundik melakukan ritual tampung tawar untuk memberikanku perlindungan. Telapak tangan, pundak, punggung dan dahi dipercikan air doa menggunakan daun pandan yang dijalin rapi.
Kerabat dan tetangga yang berkumpul di rumah pak Salundik, mengelilingiku saat prosesi ritual berlangsung. Beberapa orang berbisik meragukan, sebagian lagi memberikan semangat.
Usai ritual, aku menjadi sedikit ragu. Ternyata aku harus melakukan pembuangan sendiri dan tidak boleh ditemani siapa pun. Pambakal Bahat pun hanya boleh mengantar sampai belokan yang ada pohon besar, setelah itu aku harus berjalan kaki sekitar 300 meter ke telaga jimat.
Namun tatkala melihat keadaan Sarunai dan Agau, keyakinanku kembali tumbuh. Penuh percaya diri, kucanting tas rotan yang berisi tiga buntalan tadi.

"Pambakal, mari kita berangkat," ajakku.

Aku dan pambakal kemudian beranjak ke luar rumah.
Sewaktu sampai pintu, pak Salundik sekali lagi mengucapkan pesan.

"Pambakal, ingat yang kusampaikan. Apapun yang terjadi, tunggulah di bawah pohon lunuk sampai Kasno menjemput. Aku akan menjaga Sarunai dan Agau di sini. Paham?"
Pambakal Bahat mengangguk, "percaya saja pada Kasno. Pemuda ini pasti bisa membuangnya tanpa masalah."

Dengan menggunakan sepeda motor, kami berdua lantas melaju ke telaga jimat di bawah cahaya bulan sabit yang redup.

*****
"Kasno, ingat, jangan ada kesalahan. Kalau mahluk itu lepas, akan ada pertumpahan darah. Apapun yang terjadi, kamu harus kembali ke pohon ini. Aku tidak akan kemana-mana sampai kamu kembali," ungkap pambakal.
Setelah mengucap bismillah dalam hati, aku mengangguk penuh keyakinan.

"Aman, pambakal. Hanya 300 meter, tidak terlalu jauh."

Kalimat kututup dengan kedipan mata dan acungan jempol, tapi pambakal hanya menghela nafas panjang.
"Kasno, di depan ada mess kosong. Hati-hati bila lewat sana. Bila ada yang memanggil, jangan sekali-sekali menoleh," tambah pambakal.

Aku mengangguk lalu melangkah menyusuri jalan di bawah pohon-pohon besar menjulang.
Setelah beberapa langkah, aku menoleh ke belakang untuk memastikan pambakal tidak kemana-mana.

Kulihat, pambakal sedang duduk di atas motor sembari menikmati sebatang rokok di bawah pohon lunuk. Aku bergidik sewaktu cahaya senter menyorot ke atas pohon.
Di situ ada beberapa pasang mata yang bersinar di antara dedaunan.

Cahaya-cahaya mata itu lantas menghilang dalam sekejap sewaktu ranting bergoyang-goyang. Selang beberapa detik muncul wajah nenek-nenek dengan rambut serba putih menjuntai di antara rimbun dedaunan.
Samar-samar, tampak wajah buruk nenek itu hanya menyeringai, menatapku dari kejauhan.

...berpotato...🤭

Sampai Jumpa malam jumat yak 🙏 Image
Yang ingin sekedar mendukung ato penasaran dengan apa yang terjadi dengan Kasno, bisa mampir di mari 😇
karyakarsa.com/benbela/parang…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Feb 1
-A Thread-

"Ritual Pesugihan Sate Gagak di Makam Massal Korban Kerusuhan"

Sebuah kisah dari seorang kawan yang kini mendekam di penjara.

@IDN_Horor @bacahorror @P_C_HORROR

#bacahoror #threadhoror #ceritaserem #malamjumat Image
-Bismillah, kita mulai...

30 menit menuju pukul 12 malam, kami berlima harap-harap cemas. Sejak magrib, kami memang berkumpul di sini, di komplek kuburan massal korban peristiwa berdarah belasan tahun silam.
Semakin malam, udara terasa semakin dingin, sementara suara serangga, burung hantu dan hewan-hewan malam semakin riuh. Pohon-pohon yang mengelilingi kumpulan nisan tanpa nama ini bergoyang pelan tertiup angin, membuat suasana malam ini terasa semakin meresahkan.
Read 134 tweets
Dec 28, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 21 : Bawi Nyaring (Tamat)

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar #malamjumat Image
Braaak…!

Pak Wardoyo tersungkur bersimbah darah. Pinggangnya robek dengan luka mengangga. Ia menjerit kesakitan lalu terguling ke sungai. Ternyata Galih telah datang dengan sebuah mandau. Ia mengibas mandau ke sana kemari membuat yang lain gelabakan.
“Dibyo, lari!!!”

Galih menarik lenganku, kami berdua lantas berlompatan di atas batu, meninggalkan mereka yang terbengong di belakang. Sesampainya di pinggir sungai, kami berdua berlari sekencangnya hingga keringat membasahi tubuh.
Read 77 tweets
Dec 24, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 20 : Ganti Badan

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
---Lanjut---

“Apa yang kalian lakukan di sini?!” sentak lelaki yang membawa senapan angin.

Mina Kurik merangsek ke depan, mengeluarkan buntalan kain berisi tombak. Si lelaki meraih dengan cepat dan membuka bungkusannya.
Begitu melihat isinya, si lelaki tercenung. Ia lantas melirik para lelaki lainnya yang dibalas anggukan.

“Nenek yang kalian cari telah mati terpangang di gubuknya tiga tahun lalu.”
Read 59 tweets
Dec 21, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 19 : Rahasia Dibyo

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #malamjumat #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Sontak kami menjadi kaget mendengar apa yang diucapkan oleh Retno. Terlebih lagi bu Lastri dan Pak Wardoyo, mereka benar-benar kebingungan. Mereka bersikeras bahwa baru pertama kali ke Kalimantan dan selama ini tak tahu keberadaan Retno dimana.
Semua menjadi jelas tatkala Retno menceritakan apa yang telah terjadi sebenarnya. Kala itu baru seketar enam bulan Retno berada di pedalaman Kalimantan dan bekerja di sebuah Bank milik pemda.
Read 51 tweets
Dec 17, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 18 : Sungai Darah

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
Bilah mandau melesat di samping, menggores pelipis dan membelah kuping kananku jadi dua.

Aku menjerit sejadinya hingga suaraku serak. Rasa perih terasa menjalar ke seluruh badan. Hampir saja aku terkena serangan jantung demi melihat darah membasahi pipi, leher, dan baju.
Rupanya pak Wardoyo berhasil menarik lenganku, sepersekian detik sebelum mandau melibas kepala dan mengeluarkan isinya.

Mandau hanya menghujam tanah persis di samping kepala, mengiris kuping jadi dua. Berhasil berdiri, aku gelabakan menjauh sambil memegang kuping yang terbelah.
Read 71 tweets
Dec 10, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 17 : Kariau

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Malam terasa hening di desa ini. Hanya ada satu dua orang yang lalu lalang menyusuri jalan.

Tidak ada lampu penerang jalan dan hanya ada sinar lampu temaram di teras rumah warga membuat jarak pandang terbatas.
Aku sedikit tenang dengan telah kembalinya Galih dan Ilham. Setidaknya ada tambahan lelaki muda untuk mengawali jalannya ritual nanti.

Malam itu kami bertiga berbincang di teras, menikmati rokok, minuman hangat serta singkong goreng.
Read 66 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(