Bang Beben Profile picture
Jun 23, 2022 46 tweets 8 min read Read on X
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 22 : Banjir Darah di Belantara

Siapkan menthal untuk menikmati kentang kali ini. Jangan lupa Retweet dan Quotetweet ya 😇

#ceritaserem #ceritahoror #threadhorror #ceritamalamjumat #malamjumat #kalimantan #dayak #banjar #melayu Image
Pria itu lantas memperkenalkan dirinya dengan nama Rinto, yang ternyata masih sepupunya mendiang pambakal Dehen. Keterangan itu sontak membuatku dan pak Salundik kaget sekaligus waspada. Rupanya, Rinto adalah calon pambakal bohongan yang diceritakan pak Gerson tempo hari.
Kendati demikian, aku dan pak Salundik berusaha menahan diri dan bersikap biasa. Apalagi Rinto lantas meminta maaf atas kesalah pahaman beberapa malam kemaren.
Katanya, waktu itu dia dan mendiang pambakal Dehen hendak meminta kami untuk hati-hati, karena ada arwah orang mati yang sedang memburu dan hendak membuatku dan pak Salundik celaka.
"Waktu itu, mendiang Dehen merasakan ada kekuatan yang sangat jahat mengintai kalian. Arwah orang mati yang mampu memanipulasi pikiran, sekaligus membunuh secara langsung. Untuk jaga-jaga, kami membawa mandau dan tombak bertatah emas yang sudah dilumuri darah babi muda."
Lelaki itu lantas meringis menahan perih. Ia kemudian mencondongkan badan, bicara hati-hati agar warga lain tidak ikut mendengar. Namun, tingkahnya justru membuat yang lain tambah penasaran hingga ia akhirnya pasrah.
"Berhati-hatilah dengan Ukar. Lelaki muda itu, lebih berbahaya dari yang terlihat," ucapnya lirih.

"Ukar!?" tanya pak Salundik setengah tidak percaya.

Rinto mengangguk, kemudian menatap kami satu persatu. Setelah yakin kami memperhatikan, ia akhirnya buka suara.
"Kemarin pagi, saya, Dehen dan tiga orang lainnya pergi berburu di hutan di kaki bukit telunjuk. Selain mandau dan tombak, kami juga membawa senapan angin. Namun ada yang aneh, hutan hari itu tidak seperti biasanya..."
Rinto menahan kalimatnya sejenak, berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan tentang peristiwa nahas kemarin pagi. Setelah menyeruput kopi dan menyalakan sebatang rokok, kata demi kata lalu mengalir perlahan dari mulutnya.
Pagi itu, sudah lebih dari 2 jam mereka menyusuri hutan, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan seekor binatang pun. Bahkan, burung pipit dan tupai tidak terlihat di ranting-ranting pohon. Hanya terdengar suara burung kedasih yang mengikuti tanpa tahu dimana keberadaannya.
Semakin lama, semakin jauh mereka masuk ke dalam hutan. Ketika cahaya matahari menelusup di antara celah-celah dedaunan, mereka menyadari sudah terlalu lama di dalam hutan. Anjing-anjing mereka semakin gelisah, sedangkan hewan buruan tak juga didapat.
Petaka pertama dimulai saat mereka hanya berputar-putar saja sewaktu mencari jalan pulang. Hari itu, hutan yang mereka kenal seakan tidak bersahabat.
"Sungguh aneh, hutan yang kami kenal seakan tidak ada ujungnya. Lebih satu jam kami mencari jalan pulang, tapi selalu kembali ke titik yang sama. Saat itulah, kami sadar telah tersesat. Tidak...! Bukan tersesat! Tapi ada yang menyesatkan."
Rinto terdiam dan menunduk lesu. Wajahnya meringis mengingat kejadian mengerikan yang mereka alami.

"Kami memutuskan istirahat di bawah pohon besar. Tapi, anjing-anjing yang kelelahan mulai menggonggong dengan keras.
Mereka selalu melihat ke pohon dango yang penuh akar bakah, seolah ada sesuatu di situ. Ternyata, kejadian buruk baru saja akan dimulai."
Dia lagi-lagi terdiam, menatap kosong ke arah warga yang tengah sibuk menyiapkan upacara kematian. Nafasnya putus-putus, menahan beban yang begitu menghimpit di dada. Setelah keberaniannya terkumpul, lelaki itu kembali bercerita. Warga pun mulai hening, terbawa akan suasana.
Kata Rinto, pambakal Dehen menyuruh dua orang untuk memeriksa ada apa di pohon dango. Semakin dekat dua orang itu dengan pohon dango, semakin kencang anjing menggonggong.

Keadaan itu membuat Dehen dan anak buahnya jadi waspada.
Mereka berdiri dengan mandau di tangan, sembari mengawasi pohon-pohon dan belukar.

Tanpa diduga, seekor anjing tiba-tiba menyerang salah seorang yang memeriksa pohon dango tadi. Dengan beringas, anjing itu merobek tangannya, menyeret tubuhnya ke dalam belukar.
Belum sadar apa yang terjadi, beberapa ekor anjing juga turut menerkam pria malang itu. Seekor anjing merobek lehernya dan menelan dagingnya.

Pria itu terkapar dengan tubuh bersimbah darah. Matanya melotot dan perutnya robek mengeluarkan usus terburai.
Anjing-anjing itu memakan isi perutnya di saat ia masih bernyawa. Pria itu menjerit, suaranya menggema ke seluruh penjuru hutan.

Rupanya, teror belum berhenti sampai di situ. Seorang warga yang membawa senapa angin, berusaha menembak mati anjing-anjing yang menjadi gila itu.
Belum sempat senapannya meletus, seorang warga lainnya mendadak menghunjamkan mandau ke kepala pria tadi.

Mandau itu menancap di batok kepala pria itu, darah segar langsung muncrat bak pancuran air.
Darah mengalir sangat deras hingga wajahnya tidak terlihat, kecuali cairan merah kental yang melumuri kepala hingga dagunya. Pria malang itu tewas seketika dengan mandau bersarang di kepala.
Rinto dan Dehen yang menyaksikan peristiwa mengerikan itu langsung gemetar. Tubuh mereka kaku dan tidak bisa bergerak sebelum menyadari apa yang terjadi. Rupanya, warga yang kesurupan tadi belum usai dengan kekejiannya.
Dengan paksa ia mencabut mandau dari batok kepala pria malang tadi, lalu menebas-nebas leher pria yang tersungkur di depannya hingga hampir putus.

Rinto dan Dehen yang sudah tersadar, dengan segera menebas mandau secara membabi buta ke tubuh warga yang kesurupan itu.
Tebasan mandau Dehen berhasil memotong lengan anak buahnya yang kesurupan. Anehnya, anak buah Dehen itu seketika berdiri sambil menyeringai. Meski tubuhnya penuh luka tebasan dan mandi darah, ia masih bisa melotot dan bergerak tertatih.
Sekali tebasan yang cepat dari Dehen, membuat kepala pria itu terlepas dari tubuh dan akhirnya tersungkur di genangan darah.

Dengan jantung yang berdetak cepat dan tubuh telah basah dengan keringat bercampur darah, Rinto dan Dehen mencoba mengatur nafas.
Belum juga nafas mereka tenang, 7 ekor anjing seketika menyerang mereka dengan brutal. Anjing-anjing itu menerjang dari berbagai sisi, merobek kulit dan mengoyak daging.
Bahkan, seekor anjing dengan ganas merobek kelopak mata pambakal Dehen, mencongkel biji matanya lalu menelannya bulat-bulat.

Pambakal Dehen berontak, mengamuk dan membantai anjing-anjing itu sekuat tenaga.
Sadar tidak akan bertahan, Dehen menyuruh Rinto kabur dan mencari pertolongan.

"Sewaktu terbirit melarikan diri, di saat itulah aku melihat Ukar di antara pepohonan. Aku terus berlari tertatih, melewati Ukar yang hanya berdiri mematung.
Entah apa yang ia lakukan di sana, ia hanya berdiam diri menyaksikan pembantaian itu. Ia seolah menikmati melihat kematian di depan matanya.

Yang kuingat, tubuhnya sangat pucat dengan tatapan kosong. Udara di sekitarnya sangat dingin menusuk tulang.
Setelah cukup jauh berlari, aku akhirnya terjatuh dan pingsan. Aku baru sadar saat beberapa orang peladang menemukan tubuhku. Waktu itu hari sudah senja. Setelah menceritakan apa yang terjadi, warga lalu melakukan pencarian. Sisanya, kalian sudah tahu apa yang terjadi."
Semua yang mendengar menahan nafas dan bergidik ngeri. Bulu kudukku juga seketika merinding, seolah menyaksikan langsung peristiwa berdarah itu. Beberapa pelayat yang tadi duduk dekat kami, perlahan menjauh sebab tidak kuat mendengar cerita Rinto.
"Sudah lapor polisi?" tanya pak Salundik.

Rinto mengangguk pelan.

"Polisi dan tentara dari kecamatan juga turut melakukan pencarian. Aku juga sudah dimintai keterangan. Tidak menutup kemungkinan, aku akan dijadikan tersangka," jawabnya lemah.
"Bagaimana dengan Ukar? Apa kalian sudah ke rumahnya?" Pambakal Bahat ikut bertanya karena penasaran.

"Ukar sudah dua hari lalu pergi dari kampung ini. Aku sendiri yang berpapasan dengannya di dermaga.
Katanya, ia hendak mengurus berkas lamaran kerja di ibukota kabupaten," timpal sekdes memberi penjelasan.

Semua menoleh ke arah pak Sekdes, ingin tahu lebih lanjut.

"Karena itulah, belum bisa dipastikan yang muncul di hutan itu adalah benar-benar Ukar.
Seandainya pun itu benaran Ukar, lalu kenapa? Tidak bisa dibuktikan bahwa dialah yang menyebabkan peristiwa berdarah di tengah hutan kemaren.

Karena itu pula, aku melarang warga untuk menggeruduk rumahnya Gerson. Apalagi, si Bawi juga dalam keadaan memprihatinkan.
Sudah terlalu banyak pertumpahan darah, jangan ditambah lagi," lanjut sekdes seraya terus menggeleng-gelengkan kepala.

Semua yang ada di teras lagi-lagi bungkam. Beberapa orang terlihat gelisah karena merasa tidak nyaman. Mereka saling lirik, lalu pamit untuk segera pulang.
"Sebaiknya aku segera menemui Gerson sekarang. Ada beberapa hal yang harus kutanyakan, demi keselamatan anak-anakku dan warga lainnya," ujar pak Salundik sambil melirik ke arah kami.
"Sekarang aku harus pamit dulu dengan istri mendiang Dehen. Selain itu, ada sesuatu yang ingin kukembalikan."

Pak Salundik bangkit dan masuk ke dalam rumah, diantar Rinto dan pak Sekdes.
Aku yang penasaran juga ikut ke dalam rumah, ingin tahu apa yang dikembalikan oleh pak Salundik.

Dengan hati-hati, pak Salundik mendekati istri mendiang Dehen yang masih terisak. Dengan tubuh terguncang, wanita itu memeluk jasad sang suami yang terbujur kaku tertutup kain.
"Permisi, mina..." ungkap pak Salundik dengan nada sopan.

Istri mendiang Dehen segera duduk lalu menyeka air mata yang berurai.

"Mina, saya ingin mengembalikan barang milik mendiang. Barang ini pasti sangat berharga bagi keluarga mina."
Pak Salundik lantas mengeluarkan mandau mantikai yang sedari tadi ia pegang. Begitu membuka kain kuning pembungkusnya, istri mendiang Dehen tampak terkejut. Ia menggeleng-geleng dengan mata masih berkaca-kaca.
"Ini bukan milik suamiku. Aku tidak pernah melihat mandau pusaka ini. Kau tahu, mandau diwariskan secara turun-temurun. Dan...aku tidak pernah melihat mandau ini sebelumnya."

Pak Salundik hanya terdiam. Ia menoleh ketika pak Sekdes angkat suara.
"Mandau itu milik mendiang Lawit, mertuanya Gerson, ayahnya Ukar," ujar Sekdes lirih.

Sungguh ganjil, kali ini tidak terlihat ekspresi kaget di wajah pak Salundik. Sepertinya ia menyadari sesuatu.
Namun, aku sempat mencuri pandang adanya perubahan sikap Rinto. Wajahnya pucat dan keringat mengucur dari dahi. Lelaki dengan balutan perban itu, tampak gelisah melihat mandau di tangan pak Salundik.

...berkentang...

Sampai jumpa malam senen yak. Tabe 😇🙏 Image
Yang ingin support atau gak sabar ingin tahu kisah selanjutnya, bisa klik link dibawah ya. Bab 23-24 udah tersedia 😁🙏

karyakarsa.com/benbela/perang…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Feb 1
-A Thread-

"Ritual Pesugihan Sate Gagak di Makam Massal Korban Kerusuhan"

Sebuah kisah dari seorang kawan yang kini mendekam di penjara.

@IDN_Horor @bacahorror @P_C_HORROR

#bacahoror #threadhoror #ceritaserem #malamjumat Image
-Bismillah, kita mulai...

30 menit menuju pukul 12 malam, kami berlima harap-harap cemas. Sejak magrib, kami memang berkumpul di sini, di komplek kuburan massal korban peristiwa berdarah belasan tahun silam.
Semakin malam, udara terasa semakin dingin, sementara suara serangga, burung hantu dan hewan-hewan malam semakin riuh. Pohon-pohon yang mengelilingi kumpulan nisan tanpa nama ini bergoyang pelan tertiup angin, membuat suasana malam ini terasa semakin meresahkan.
Read 134 tweets
Dec 28, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 21 : Bawi Nyaring (Tamat)

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar #malamjumat Image
Braaak…!

Pak Wardoyo tersungkur bersimbah darah. Pinggangnya robek dengan luka mengangga. Ia menjerit kesakitan lalu terguling ke sungai. Ternyata Galih telah datang dengan sebuah mandau. Ia mengibas mandau ke sana kemari membuat yang lain gelabakan.
“Dibyo, lari!!!”

Galih menarik lenganku, kami berdua lantas berlompatan di atas batu, meninggalkan mereka yang terbengong di belakang. Sesampainya di pinggir sungai, kami berdua berlari sekencangnya hingga keringat membasahi tubuh.
Read 77 tweets
Dec 24, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 20 : Ganti Badan

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
---Lanjut---

“Apa yang kalian lakukan di sini?!” sentak lelaki yang membawa senapan angin.

Mina Kurik merangsek ke depan, mengeluarkan buntalan kain berisi tombak. Si lelaki meraih dengan cepat dan membuka bungkusannya.
Begitu melihat isinya, si lelaki tercenung. Ia lantas melirik para lelaki lainnya yang dibalas anggukan.

“Nenek yang kalian cari telah mati terpangang di gubuknya tiga tahun lalu.”
Read 59 tweets
Dec 21, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 19 : Rahasia Dibyo

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #malamjumat #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Sontak kami menjadi kaget mendengar apa yang diucapkan oleh Retno. Terlebih lagi bu Lastri dan Pak Wardoyo, mereka benar-benar kebingungan. Mereka bersikeras bahwa baru pertama kali ke Kalimantan dan selama ini tak tahu keberadaan Retno dimana.
Semua menjadi jelas tatkala Retno menceritakan apa yang telah terjadi sebenarnya. Kala itu baru seketar enam bulan Retno berada di pedalaman Kalimantan dan bekerja di sebuah Bank milik pemda.
Read 51 tweets
Dec 17, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 18 : Sungai Darah

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
Bilah mandau melesat di samping, menggores pelipis dan membelah kuping kananku jadi dua.

Aku menjerit sejadinya hingga suaraku serak. Rasa perih terasa menjalar ke seluruh badan. Hampir saja aku terkena serangan jantung demi melihat darah membasahi pipi, leher, dan baju.
Rupanya pak Wardoyo berhasil menarik lenganku, sepersekian detik sebelum mandau melibas kepala dan mengeluarkan isinya.

Mandau hanya menghujam tanah persis di samping kepala, mengiris kuping jadi dua. Berhasil berdiri, aku gelabakan menjauh sambil memegang kuping yang terbelah.
Read 71 tweets
Dec 10, 2023
Mantra Pengikat Roh Di Pedalaman Kalimantan

Bab 17 : Kariau

cc @IDN_Horor @P_C_HORROR

Jangan lupa Repost, Kutip dan Reply yak. Selamat membaca.

#bacahorror #threadhoror #horror #horor #ceritaserem #kalimantan #dayak #banjar Image
--Lanjut--

Malam terasa hening di desa ini. Hanya ada satu dua orang yang lalu lalang menyusuri jalan.

Tidak ada lampu penerang jalan dan hanya ada sinar lampu temaram di teras rumah warga membuat jarak pandang terbatas.
Aku sedikit tenang dengan telah kembalinya Galih dan Ilham. Setidaknya ada tambahan lelaki muda untuk mengawali jalannya ritual nanti.

Malam itu kami bertiga berbincang di teras, menikmati rokok, minuman hangat serta singkong goreng.
Read 66 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(