ENSUN BURUNG Profile picture
Jun 27, 2022 344 tweets >60 min read Read on X
WANITA TUMBANG BELIAN
Cerita seram yang berbumbu masalah percintaan.

(KISAH NYATA)

#trheadhorror #ceritaseram #kisahnyata @IDN_Horor @ceritaht @RTHorror_KLMT #kisahRyan #bacahoror

(Gambar hanya Ilustrasi) Image
WANITA TUMBANG BELIAN

(Ada yang masih ingat dengan Ryan? Anak dari Alm. Amang Roni.
Setelah hampir 2 tahun lebih menghilang, kini ia kembali menceritakan sederet pengalaman nya sebagai orang perantauan. Tentu kisahnya kali ini sama2 seru dengan kisah2 sebelumnya yang pernah om
tulis.

(Nama Desa Dan Nama Nama Tokoh Dalam Cerita Ini sudah Sepenuhnya Di ubah Demi Menjaga Privasi Yang Bersangkutan.)

Wandi, adalah nama lelaki yang tengah duduk di warung milik Haji Amin tersebut, pakaiannya lusuh dengan rambut panjang yang tak terurus.
Tubuhnya pun
kurus dan matanya terlihat sendu.

Cukup lama ia duduk di warung itu, sesekali kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan seperti sedang mencari seseorang.

Plakk.. Bahunya ditepuk dengan cukup keras oleh seseorang, membuat kopi yang di pegangnya tumpah.
"Maaf, maaf. " ujar orang itu sambil tertawa

"Jimin, kopi susunya 2 ya.
(Singkatan dari Haji Amin, begitulah orang2 memanggil beliau). "

"Siap brader.. " jawab Haji Amin disertai acungan jempol yang bergerak2
"Kau sungguh2 sudah berhenti?? " tanya lelaki itu pada Wandi

Wandi mengangguk, ia menarik nafas panjang. Matanya menatap ke arah Haji Amin yang sedang membuat kopi.
"Sekarang aku sadar Ryan, kelakuanku selama ini hanya merusak diriku sendiri. Tidak ada gunanya aku melakukan hal itu, dia juga tidak akan mungkin kembali lagi padaku, malah yang ada hanya akan membuat dia berpikir apa yang dia lakukan terhadapku sudah benar. Dan aku bertekad,
mulai sekarang aku akan merubah diriku menjadi jauh lebih baik lagi. " ujar Wandi mantap

Ryan mengangguk, ia senang jika teman nya itu sudah sadar dan mau berubah.
Memang di khianati pasangan yang kita cintai adalah hal yang paling sakit dalam dunia percintaan, Ryan pun tau
jika sahabatnya tersebut berubah liar setelah ditinggal oleh mantan istrinya. Tapi merusak diri sendiri dengan mengkonsumsi minuman keras dll, itu rasanya tidak sebanding dengan ditinggalkan oleh seorang pengkhianat, dan bila kini Wandi mau berubah menjadi lebih baik, Ryan adalah
orang pertama yang akan mendukungnya.

"Jadi artinya kau menerima tawaranku waktu itu?? " tanya Ryan

"Ya. Aku ingin memulai kehidupan yang baru setelah ini Yan. "

Ryan tersenyum, ia memeluk bahu Wandi dan menepuknya pelan.
"2 cangkir kopi susu datang.. " ujar Haji Amin seraya meletakkan 2 gelas kopi di hadapan kedua lelaki tersebut, lalu kemudian Haji Amin ikut duduk bersama mereka

"Ji.. Mie kuah nya ada?? Kalau Ada tolong buatkan 2 mangkuk ya. " ujar Ryan

"Siap brader. "
Setelah Haji Amin pergi untuk membuatkan mie yang di pesan, Ryan dan Wandi kembali mengobrol.

"Aku senang kau mau berubah dan bangkit dari keterpurukan mu Wan. Kau tak perlu khawatir, karena aku akan selalu ada disampingmu, aku akan menemanimu sampai kamu sukses dan kembali
menemukan pasangan yang baru. " ujar Ryan tulus

"Terima kasih Yan. Maaf selama ini aku tidak mendengarkan nasehatmu, kau sendiri pun tau kan Yan, bagaimana terpuruknya aku. Saat aku berhenti mengkonsumsi barang haram itu, kesedihan dan kesakitan itu kembali terasa menusuk Yan,
aku tidak sanggup. " ucap Wandi bergetar, wajahnya menunduk

Ryan mengusap bahu Wandi,

"Kau kuat Wan. Dengarkan kataku, pengkhianat itu tidak pantas kau tangisi apalagi sampai kau merusak diri hanya karena dia. "
Wandi menarik nafas panjang, rambutnya yang panjang dan tak terurus menutupi wajahnya.

"Sekarang kau harus berjanji padaku, kau harus memegang teguh tekadmu itu, jangan menyiksa diri seperti ini lagi Wan. Aku ingin Wandi sahabatku yang dulu, yang ceria yang mudah tersenyum dan
selalu bercanda. Aku tidak ingin melihat Wandi yang sekarang lagi, yang liar, pemabuk, pemarah dan penyendiri. " ujar Ryan

Wandi mengangguk dengan kepala yang masih menunduk.

"Setelah ini kita pergi ke rumahku, kita potong rambutmu. "

"Mie nya pakai cabe atau tidak? " tanya
Haji Amin

"Pakai cabe Ji. "

Mereka menyantap mie tersebut dengan lahap. Setelah selesai makan, Ryan langsung membayar makanan mereka. Dan kemudian mengajak Wandi untuk pergi.
Mereka berjalan menuju rumah Ryan sambil berbincang santai. Namun ketika sudah dekat dengan rumah Ryan, Wandi bergegas berbalik tubuh, ia berniat untuk pergi.

"Kenapa?! " tanya Ryan mencengkram erat baju Wandi
"Aku malu Ryan. Mereka ada di rumahmu. " ujar Wandi

"Siapa? Toto dan Wewen?? " tanya Ryan dengan alis yang mengerut

"Iya. "

"Malu kenapa?mereka kan teman kita juga. "

"Hai Wan. " ujar Toto dan Wewen sambil berlari mendekat menyapa Wandi
Wandi memalingkan wajahnya agar tidak berhadapan langsung dengan Toto dan Wewen.

Rasa bersalah pada perkelahiannya dengan Toto dan Wewen kembali membayang di benaknya.
"Wan, kejadian yang lalu, kita lupakan saja ya, jangan di ingat2 lagi dan apapun yang sudah terjadi dulu di antara kita sampai kapanpun kau tetap teman kami, sahabat kami. " ujar Wewen
Akhirnya Wandi mau menatap wajah teman2nya satu persatu.

"Aku minta maaf pada kalian semua. " ucap Wandi pelan

"Yuk ke rumah, nanti orang mengira ada apa karena kita berdiri disini. " ajak Ryan
Ryan berjalan mendahului teman2nya, sementara di belakang, Toto dan Wewen berjalan sambil merangkul Wandi.

"Eh, Wandi. " sapa Inay Suri yang sedang duduk di samping suaminya, Amay Bujang.
(Kisah ini terjadi jauh sebelum Amay Bujang dan Inay Suri meninggal, sekitar beberapa tahun setelah tragedi Diang.)

Wandi mendekat kearah orang tua Ryan, ia duduk bersimpuh dengan kepala yang menunduk. Bahunya berguncang hebat. Ia merasa menyesal karena dulu pernah berbuat
kurang ajar padanya.

Perjalanan mereka baru saja akan di mulai. Kalau ponakan2 mau baca lebih dulu tanpa iklan dan kentang bisa ke Karyakarsanya om Rasth, ini Linknya ya😊, ceritanya masih sangat panjang

karyakarsa.com/rasth140217/wa…
"Maafkan saya Inay, Amay. Maafkan saya. " ucap Wandi terisak

(Amay adalah Ayah dan Inay artinya Ibu dalam bahasa dayak murung.)

"Sudahlah, lupakan yang dulu2. Kami sudah lama memaafkanmu. " ujar Amay Bujang seraya menepuk pelan bahu Wandi
(Siapa tau ada yang berminat. Kalau berminat dan mau tanya2 atau konsultasi yang bersangkutan dengan hal2 gaib, bisa hubungi om rasth melalu DM atau WA - 0856 5403 7262) ImageImageImage
"Orang tuaku dan kami semua sudah memaafkanmu Wan. May, Nay kami masuk ya. " ujar Ryan seraya menarik Wandi agar mengikutinya ke dapur

"Saya permisi masuk Inay, Amay. "

"Iya silahkan. " jawab Amay Bujang dan Inay Suri bersamaan
Di dapur, Wandi disuruh duduk sementara Ryan bersiap2 untuk memotong rambut Wandi yang panjang dan kusut.

Singkatnya, setelah rambut Wandi dipotong rapi dan memakai pakaian yang bagus, aura ketampanan nya kembali terlihat. Meski pipi Wandi sekarang lebih tirus,
karena badan yang kurus.

"Inilah Wandi sahabatku. " puji Ryan

_____

Keesokan harinya, mereka sudah bersiap2 untuk pergi ke daerah tumbang belian (nama daerah sudah diubah, dan bukan merupakan nama aslinya).

Saat akan berpindah transportasi, Wewen tiba2 menahan tangan Ryan.
"Kenapa??! " tanya Ryan berusaha menepis tangan Wewen

"Kau bayarkan dulu ongkosnya Yan. Uangku besar, sayang kalau di pecah. "

Ryan menarik nafas panjang, matanya sinis menatap Wewen yang cengengesan.

"Kalau bukan temanku, sudah lama kau ku hajar. " ujar Ryan kesal
Memang, selama mereka bersahabat, Wewen adalah orang yang paling sering berhutang padanya. Mulai dari di mess dulu sampai karamnya kelotok keluarga Sarita, hingga sekarang uang yang dipinjamnya belum juga dikembalikan.
"Woy, sampai kapan kalian mau tatap2an seperti itu?? " ujar Toto, sementara Wandi hanya tersenyum menatap sahabat2nya tersebut

Sebenarnya, persahabatan yang terjalin antara Wandi dan Ketiga pemuda itu bisa terbilang cukup baru.
Namun mereka bertiga sangat baik pada Wandi,
bahkan orang tua Ryan sudah menganggap Wandi seperti anak sendiri. Hanya saja setelah ia patah hati dengan mantan istrinya, Wandi menjauhi Ryan dkk, juga orang tua Ryan. Ia bahkan sempat berkata tidak baik pada Amay Bujang ketika orang tua itu mencoba menasehatinya.
Di warung pelabuhan tersebut terlihat beberapa perempuan yang berada di sana nampak menatap Ryan lekat dengan bibir yang tersenyum.

"Yan.. "

"Hmm.. "

"Coba kau tutup wajahmu dengan kain ini. " ujar Toto
Ryan mengambil kain tersebut dari tangan Toto, lalu dengan alis yang mengkerut, Ryan bertanya,

"Memangnya kenapa?? "

Tanpa menjawab, Toto lantas memegang kepala Ryan dan mengarahkan ke warung.
"Kau lapar? Ohh. Ya aku tau, kau mau main tebak rasa makanan kan? Makanya kau suruh aku pakai kain ini. " ujar Ryan pura2 tak mengerti

Toto mendengus kesal,

"Kau tak lihat wanita2 disana melihatmu tanpa berkedip, seperti melihat artis saja. "
"Biarkan saja, mata2 mereka terserah mereka lah mau dipakai untuk melihat apa. " ujar Ryan

"Masalahnya, kalau mereka terus melihatmu, lalu kami ini bagaimana?? " tanya Wewen

"Sudah. Sudah. Tak perlu ribut, kalau jodoh takkan kemana. " ujar Wandi seraya merangkul bahu Ryan
Wewen dan Toto berjalan di belakang keduanya, dengan sesekali tersenyum pada perempuan2 yang berpapasan dengan mereka.

Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan lumayan lama, mereka pun tiba di desa tumbang belian. Desa itu terletak di pinggir sungai yang berseberangan
dengan hutan karet.

Saat berdiri di atas tanah desa itu, Ryan merentangkan kedua tangan nya dengan mata terpejam.

"Disini adalah tempat yang cocok untuk pemulihan dari segala macam sakit yang kita derita. " ujar Ryan menatap Wandi
Wandi mengerutkan alisnya menatap Ryan,

"Kau bilang mau mengajakku kerja, di tempat terpencil ini kita mau kerja apa Yan? "

Ryan tersenyum,

"Kopi mana kopi.. " ujar Toto

"Kenapa? " tanya Wandi

"Ya kopi, kita minum kopi tanpa gula cukup dengan melihat senyum Ryan saja
kopi itu akan langsung terasa manis. " jawab Toto membuat Wandi tertawa terbahak2

"Aku jadi takut dekat2 denganmu To. " ujar Ryan

"Kenapa?!! "

"Dari cara bicaramu, sepertinya kau sedikit menyimpang. "

"Bang**t.. " umpat Toto

Hanya beberapa meter dari tempat mereka berdiri
saat itu. Ada sebuah rumah kayu yang cukup tinggi dengan pintu yang terbuka.
(rata2 rumah di desa tersebut memang tinggi2.)
Rumah siapakah itu??

Kalau mau baca selengkapnya tanpa iklan dan digantung, ponakan2 bisa klik link di bawah ini, untuk membuka kuncinya cuma 5k saja🙏🙏.
Jangan lupa dukung om rasth ya ponakan2, karyakarsa.com/rasth140217/wa…
Ryan mengajak teman2nya untuk naik ke rumah tersebut.

"Permisi.. " ucap Ryan

Seorang nenek tua dengan punggung yang bungkuk keluar dari dalam rumah. Rambut nenek itu sudah sepenuhnya memutih, bola mata sebelah kiri nenek tersebut tampak putih (bular/cacat pada bola mata, bisa
bawaan dari lahir, atau karena sesuatu .)

Si nenek mengerutkan alisnya berusaha mengenali orang yang berada di depan nya saat itu.

"Ryan? "

"Iya ni. Saya Ryan. "

Mendengar suara Ryan, bibir nenek itu langsung bergetar. Tangannya berusaha meraih tubuh pemuda tersebut
"Ya Tuhan, Ryan. Nini kira kau tidak akan kemari lagi. "

Ryan tersenyum, ia memeluk nenek tua tersebut seraya mengusap punggung si nenek.

"Tapi saya kemari membawa 3 teman saya ni. Dan rencananya kami mau ikut ma'amas disini. "
"Tidak apa2 Cu, tidak apa2. Nini malah senang kalau rumah ini ramai orang. " ujar si nenek

Dan hari itu juga, dengan di temani Nini Tiung mereka kerumah pak RT untuk lapor.
Karena Ryan memang sudah dikenal baik di desa tersebut, jadi pak RT tentu mengizinkan mereka tinggal
disana.

Anak pak RT yang bernama Mimi itu, sesekali tersenyum menatap Ryan.
Mimi yang memang sudah lama menyimpan hati pada Ryan, terlihat bahagia begitu mendengar Ryan dkk akan tinggal di desa itu dalam waktu yang cukup lama,

___
Malam itu, Ryan memakan masakan si nenek dengan lahap, begitu juga teman2nya.

Setelah itu mereka pun pergi tidur.

Suara kokok ayam membangunkan mereka berempat, saat Wandi keluar rumah, ia melihat ada seorang wanita yang sedang mengobrol dengan Nini Tiung.
Wandi menuruni tangga Rumah dan mendekati si Nenek.

"Mau saya bantu ni? " tanya Wandi

"Boleh cu, nini tadi mau mengambil telur ayam tapi ada ular di dalam kandangnya. "

"Induknya kemana ni? "

"Induknya sudah kabur mungkin karena ketakutan. "
Wandi mengintip ke dalam kandang ayam, terdengar suara desisan ular dari dalam kandang.

"Ular Hanjaliwan ini ni. Ya Tuhan, untung saja Nini tidak kenapa2. " ujar Wandi

"Hah? Hanjaliwan? Aduh. Bagaimana cara mengeluarkan nya. Ular berbisa itu cu hati2. " ujar Nini Tiung
(Ular Hanjaliwan adalah salah satu jenis ular yang sangat berbisa bahkan bisa racun ular itu tidak ada obat/tawarnya, karena dalam beberapa saat saja korban yang terkena gigitan ular hanjaliwan itu akan langsung mati. Ular Hanjaliwan berwarna hitam, dan yang paling besar
tubuhnya bisa seukuran lengan orang dewasa.)

Saat Wandi berusaha menekan kepala ular itu dengan kayu, si wanita yang tadi mengobrol dengan Nini Tiung ikut membantunya.

Beberapa saat kemudian, Wandi berhasil menekan kepala ular itu dengan kayu, sehingga memudahkannya untuk
menangkap kepala si ular.

Ular itu menggeliat2 berusaha melepaskan diri,

"Mau diapakan Ni ularnya? Mau di bunuh saja kah? " tanya Wandi

"Jangan di bunuh cu, mereka bertiga di atas masih tidur kan? "

(Di beberapa daerah di kalimantan, kita tidak diperbolehkan untuk membunuh
binatang yang berkeliaran di sekitat rumah saat ada keluarga kita yang berada di dumah itu sedang tidur.
Konon katanya kalau kita bunuh binatang tersebut, takutnya binatang itu bukan binatang asli, melainkan perwujudan hambaruan/roh/sukma orang yang sedang tertidur, dan bila
dibunuh akan mengakibatkan sukma nya orang itu tidak bisa kembali lagi ke tubuh aslinya yang akhirnya akan mengakibatkan kematian.)
Akhirnya ular tersebut pun dilepaskan ke sungai sesuai dengan permintaan Nini Tiung.
Setelah melepaskan ular tadi, Wandi lanjut membantu si nenek mengambil telur ayamnya untuk di jual pada si wanita muda yang cantik itu.
Saat Ryan keluar rumah, si wanita tersebut langsung
menyapanya.

"Kapan datang Yan? "

"baru kemarin. " jawab Ryan singkat

"Sudah kenalan dengan temanku ini? " tanya Ryan menunjuk Wandi yang baru saja selesai mengumpulkan telur ayam

Wanita itu menggeleng,

Ryan mengangguk sambil tersenyum ia mendekat pada Wandi,
"Ini namanya Wandi, dia sahabatku, baru beberapa bulan menduda. " ujar Ryan memperkenalkan Wandi

"Namaku Acih. " ucap wanita itu menatap Wandi

"Wandi. "

"Hmm.. Kami tak sekalian dikenalkan Yan?? " ujar Toto
Tidak beberapa lama kemudian Acih berpamitan untuk pulang.

"Kalau masak makanan, jangan lupa bagi2 Ya Cih. " ujar Ryan

Toto dan Wewen yang paham betul siapa Ryan, lantas saling berpandangan setelah mendengar perkataan Ryan pada wanita itu tadi.
Wanita itu tadi kekasihmu ya Yan? "

"Bukan. Dia itu anaknya amang.. Amang.. " Alis Ryan mengkerut, ia mencoba mengingat nama ayah dari Acih yang tiba2 saja ia lupa

"Sesi. " ujar Nini Tiung menimpali

"Iya itu. Anaknya amang Sesi, ditempat ayahnya itulah kita akan bekerja.
Acih itu orangnya baik dan sedikit berbeda dari wanita2 lain. " ujar Ryan

Hari itu setelah selesai sarapan bersama, mereka pun pergi ke rumah Amang Sesi, orang yang akan menjadi bos mereka nantinya.

Sesampainya mereka di rumah Amang Sesi, terlihat lelaki paruh baya dengan
tubuh tinggi besar itu sedang meraut sembilu.
Saat melihat kedatangan Ryan, lelaki itu lantas menghentikan pekerjaan nya dan langsung berdiri menyambut Ryan.
"Sudah lama tidak melihatmu Yan. Kau sehat? "

"Sehat mang. Amang sendiri bagaimana? "

"Sehat, sehat. Ayo mari masuk. Ajak teman2 mu masuk Yan. "

Baru saja Ryan dan teman2nya duduk, Amang Sesi langsung memanggil Acih, minta untuk dibuatkan minuman.
"Sekalian beli kue2 kering di warung. " ujar Amang Sesi

Ryan terlihat sangat akrab dengan Amang Sesi, lelaki paruh baya itu berbicara dengan sangat nyaring, di tambah ia selalu memukul lantai bila membenarkan perkataan lawan bicaranya. Membuat Toto dan Wewen geleng2 kepala.
Setelah sekian lama mengobrol, datanglah Acih membawakan air minum dan kue2 kering untuk Ryan dkk.

Tanpa mereka sadari, Wandi tampak tak berkedip menatap Acih yang juga tersenyum malu2 padanya.

______
Hari berganti minggu, dan minggu telah berganti bulan. Tak terasa sudah beberapa bulan mereka disana, semuanya berjalan normal dan lancar. Wandi pun selama di sana ia sudah perlahan2 kembali ceria lagi.Hujan lebat disertai suara guntur hari itu membuat mereka enggan keluar dari
selimut. Hanya Ryan yang duduk di depan pintu untuk berjaga2 karena air terlihat sangat keruh pertanda sampurak(naik pesat/pasang).

(Pada saat itu Ryan dan teman2nya tidur di talatap/lanting sedot, karena jaraknya lumayan jauh jika harus pulang pergi ke rumah Nini Tiung.)
Banyak sekali ampah2 kecil hanyut di sungai itu, padahal sebelumnya ampah yang hanyut hanya sedikit.

Ryan segera masuk membangunkan teman2nya untuk membawa talatap ke pinggir.

"To. Wen. Wan. Bangun, air pasang! Cepat bangun. Bantu aku menarik talatap ke pinggir. " ujar Ryan
dengan suara yang nyaring

Toto, Wewen dan Wandi mau tak mau terpaksa bangun. Mereka melepaskan baju untuk segera keluar.

Wandi menghidupkan mesin cis agar talatap bisa sedikit kehulu, supaya ketiga temannya mudah untuk menarik jangkar dari dalam air.
Dan setelah beberapa saat lamanya jangkar pun berhasil di tarik ke atas.
Toto, Wewen dan Wandi segera berganti pakaian, karena air hujan disertai angin itu membuat mereka benar2 kedinginan.
Ryan berdiri di bawah derasnya hujan, mata pemuda itu lekat menatap ke hilir. Ada sesuatu yang bergerak menuju ke hulu.
Tapi karena lebatnya hujan pada saat itu membuat penglihatan Ryan sedikit terganggu, sehingga ia harus meletakkan tangannya di atas alis agar air hujan tidak
memasuki mata.

"To.. Itu cis to. " ujar Ryan setengah berteriak

"Mana?? " teriak Toto

"Di hilir.. "

"Waw, aku kagum padanya Yan. Dia orang yang pemberani, berani melawan arus sederas itu. " ujar Wewen ribut sendiri

"Pinjam senter! " ujar Ryan pada Teman2nya
Wandi memberikan senter pada Ryan, lalu kemudian Ryan menyalakan Senter tersebut dan mengarahkan nya sedikit ke atas untuk memberi kode pada orang yang berada di cis agar segera mendekat kearah pemilik senter.

Suara nyaring mesin cis terdengar memecah derasnya hujan, namun
ketika tinggal sepuluh meteran lagi mesin cis itu tiba2 saja mati.

Ryan langsung melepaskan tali cis yang berada di talatap, ia segera menghidupkan mesinnya dan berpaling ke hilir untuk membantu orang tadi.

"Hati2 Yan!! Banyak ampah! " teriak Wewen
(Ampah adalah kayu2 yang hanyut, biasanya ampah2 seperti itu bisa dari pinggiran sungai atau dari dalam anak2 sungai yang bila air pasang mereka otomatis ikut hanyut.)
Saat sudah dekat, Ryan melihat 2 orang yang berada di dalam cis. Seorang bapak2, dan seorang gadis yang kemungkinan pada saat itu usianya sekitar 17an tahun.

"Kenapa mang? " tanya Ryan seraya berusaha mengikat cis bapak itu ke bagian panggar cisnya

"Sengaja kumatikan karena
rodanya patah. " ujar si bapak

Akan tetapi saat Ryan akan menghidupkan mesin cisnya tiba2 sebuah kayu besar yang tiba2 muncul dari bawah kedua cis itu membuat cis Ryan dan si bapak pecah seketika.

(Kayu seperti itulah yang dikhawatirkan pengguna cis/kelotok, yang bisa
menyebabkan celaka, kayu tersebut biasanya tenggelam dan muncul tiba2 dari dalam air.)

Cis Ryan dan cis bapak itu tenggelam kedalam air. Saat akan berenang ke pinggir, Ryan melihat si bapak kembali menyelam. Dan ketika Ryan mengedarkan pandangannya, ternyata gadis cantik tadi
tidak ada di sekitar situ. Mau tak mau Ryan kembali dan berusaha membantu si bapak untuk mencari si gadis di dalam air.

Saat menyelam, tangan Ryan tanpa sengaja menyentuh rambut si gadis di dalam air. Ryan lantas menariknya dan berhasil mendapatkan gadis itu. Ia berusaha
berenang ke tepi. Sedikit ke hulu, terlihat Wewen, Toto dan Wandi berlari mendekat kearah Ryan dan si gadis yang sudah tak sadarkan diri itu.
Dari kepalanya keluar darah.
"Bawa dia To. Kepalanya terluka. " perintah Ryan membuat teman2nya kalang kabut

"Kau mau kemana Yan??!! " teriak Wewen yang melihat Ryan kembali terjun ke dalam air

Wandi tak membiarkan Ryan seorang diri, ia juga ikut terjun ke dalam air untuk mencari si bapak.
Untungnya, si bapak hanya hanyut terbawa arus dan tidak kenapa2.
Ryan dan Wandi sedikit kesulitan memapah orang itu, karena jalanan yang berlumpur dan menghisap kaki tersebut sangat sulit dilewati.
Untungnya, si bapak hanya hanyut terbawa arus dan tidak kenapa2.
Ryan dan Wandi sedikit kesulitan memapah orang itu, karena jalanan yang berlumpur dan menghisap kaki tersebut sangat sulit dilewati.
Tapi berkat kegigihan keduanya, mereka berdua berhasil membawa si bapak yang sudah nampak lemas itu ke talatap.
Wewen dan Toto kemudian membawanya masuk kedalam. Sementara Ryan dan Wandi terkapar di bawah derasnya hujan dengan mata tertutup, mereka kelelahan.
Tubuh Ryan yang putih tampak memerah karena tergores kayu saat menyelam tadi.

"Yan, masuk kedalam yuk, dingin. " ajak Wandi dengan nafas ngos2an

"Kau duluan saja Wan, aku mau ke rumah Amang Sesi. " ujar Ryan seraya duduk
"Ayo, aku temani. " kata Wandi tak mau membiarkan Ryan pergi seorang diri untuk mempertanggung jawabkan apa yang baru saja terjadi

Ryan menghela nafas panjang, kemudian ia mengangguk.

Ryan dan Wandi menuju ke rumah amang sesi dengan langkah setengah berlari.
"Kenapa Yan, Wan?? " tanya Amang Sesi terlihat khawatir

Ryan menceritakan semua kejadian yang baru saja terjadi itu pada amang Sesi, lelaki itu terlihat mengelus dadanya,

"Tapi kalian semua tidak apa2 kan? Tidak ada yang luka? "
"Kami baik2 saja mang. Tapi cis amang benar2 tidak bisa diselamatkan, tapi saya selaku orang yang membuat kerugian itu, maka saya sendiri yang akan bertanggung jawab. "

"Asal kalian baik2 saja sudah cukup. Untuk masalah cis itu anggaplah memang sudah waktunya harus diganti
baru. " ujar amang Sesi membuat Wandi dan Ryan kaget

Amang Sesi memang baik, tapi Ryan sendiri bahkan tidak tahu jika amang Sesi benar2 sebaik itu.

Hujan masih sangat deras, mereka berjalan beriringan menuju ke area talatap/lanting sedot yang berada lumayan jauh dari rumah
Amang Sesi.

Acih membawa beberapa lembar bajunya dan juga obat2an

Wandi membantu memegangi payung yang dibawa Acih, ia berjalan tepat di samping wanita itu. Sementara Ryan dan Amang Sesi berjalan beriringan dengan sesekali mengobrol.

Dalam keadaan yang genting itu Ryan
masih bisa tersenyum melihat Wandi dan Acih yang berjalan beriringan.

Mereka tampak sangat akrab bahkan jika dilihat sepintas, mereka berdua seperti sepasang kekasih.

Sesampainya di talatap, rupanya kedua orang yang ditolong oleh Ryan tersebut sudah bangun.
Wajah gadis itu
terlihat pucat dan tubuhnya juga menggigil.

Acih membantu si gadis mengganti bajunya yang basah dengan pakaian yang ia bawa dari rumah tadi.
Setelah pakaian nya di ganti, gadis itu kemudian diberikan obat, dan kepalanya yang terluka dipakaikan hansaplast oleh Acih.

"Terima kasih banyak nak, kamu sudah membantu kami berdua. "

"Memangnya ada apa mul? Kenapa kau membawa cis di tengah hujan seperti itu? Dan gadis ini
siapa? " tanya Amang Sesi yang sepertinya mengenal orang tersebut

"Aku ingin membawa keponakanku ini ke rumah ayahnya di hulu. Anak ini kabur dari rumah. " jawab mang Amul

"Kabur kenapa? " tanya Ryan seketika pikiran nya teringat akan kekasihnya Diang yang sudah meninggal,
dan hingga kini Ryan masih belum bisa untuk melupakannya "Dia dijodohkan oleh ayah tirinya dengan orang kaya. "

Wewen mengerutkan alisnya, heran.

"Lalu kenapa tidak mau? Padahal hidupnya pasti akan terjamin. " ujar Wewen

"Lelaki itu memang kaya, tapi usianya jauh lebih tua
dariku. Tentu gadis muda seperti dia ini tidak akan mau. Dikarenakan itulah dia kabur, dan memaksaku untuk mengantarkan nya ke rumah ayahnya disini. "
Mereka mengangguk,

"Tapi bila orang yang kau maksud itu adalah si tatang dia tidak ada di sini lagi Mul, dia sudah pindah. " ujar amang Sesi

Raut wajah amang Amul menunjukkan ketidakpercayaan pada perkataan amang Sesi.
Perlahan kepalanya menggeleng

"Ku rasa kau salah
orang Ses. Tidak mungkin Tatang pindah tanpa memberitahuku. Sementara kalau ke kota, pasti melewati desaku. (Desa yang juga terletak di pinggir sungai). "
"Nah kalau masalah itu aku juga tidak tau. Tapi setelah hujan reda, kau bisa cek sendiri ke rumah Tatang. " ujar Amang Sesi

Tanpa menunggu, amang Amul beranjak dari duduknya, ia berjalan ditengah derasnya hujan untuk pergi ke rumah Tatang.

Sementara di talatap, Amang Sesi
mencoba mengajak gadis itu berbicara, namun setiap pertanyaan amang Sesi, hanya di jawab singkat oleh gadis tersebut. Tampaknya ia sangat syok dengan kejadian sebelumnya.
Saat Wandi akan bertanya sesuatu pada gadis itu, terlihat Acih menatapnya tajam, sehingga Wandi pun terdiam.

"Kau mau bilang apa Wan?? " tanya Toto

"Tidak, bukan apa2. " jawab Wandi dengan kepala menunduk

Hening. Mereka tak ada yang berbicara lagi, seakan semua orang yang
berada disitu hanyut dengan pikiran nya masing2.

Suara kreyot talatap yang dilompati seseorang membuat mereka lantas mengintip keluar. Ternyata yang datang adalah amang Amul

"Ayahmu memang sudah tidak ada disini. Rumahnya kosong. " ujar amang Amul dengan nafas yang terengah2
"Lalu kalian mau kemana? " tanya Amang Sesi

"Pulang, aku terpaksa membawanya pulang. "

"Lalu membiarkan dia dikawinkan dengan orang yang tidak disukai??? " tanya Ryan nyaring, Ryan terbawa emosi, kilasan masa lalunya dengan Lebeb dulu membuatnya hampir tidak bisa mengontrol
amarahnya.

"Amang tidak punya pilihan. Ayahmu sendiri tidak ada disini. Kalau amang membawamu kabur dan mencari keberadaan ayahmu, lalu bagaimana nasib anak istri amang, Ka. " ujar Amang Amul bimbang

"Kau tidak bisa menyalahkan amang itu Yan, dia sudah berusaha yang terbaik
untuk gadis ini, hanya saja dia memang tidak punya pilihan lain. " bisik Wewen

Gadis itu menatap amang Sesi dengan tatapan penuh harap, Berharap lelaki paruh baya bertubuh tinggi besar tersebut mempunyai solusi untuk masalah yang dihadapi nya saat itu.
"Mang, bagaimana kalau dia jadi tukang masak dan cuci baju kami disini. Masalah upahnya amang bisa potong dari hasil pendapatan kami. " ujar Ryan penuh harap

"Yan,kau lupa janji pada orang tuamu?? " ujar Toto

Ryan terdiam, ia kembali teringat saat dulu ia berusaha
menyelamatkan seorang gadis yang hampir jadi korban dukun cabul, dan bahkan ia hampir mati karenanya.

"Aku sebenarnya tidak keberatan jika gadis ini bantu2 kalian disini. Hanya saja aku tidak ingin ikut campur lebih jauh dalam masalah yang dia hadapi. " ujar amang Sesi
Pemuda tampan itu menghela nafas panjang, ia melihat ke arah si gadis yang menundukkan kepalanya.

"Saya tidak mau pulang mang, saya takut. " ujar si gadis mulai menangis

Acih yang melihat gadis itu lantas memegang tangan ayahnya, ia tak berkata apa2 hanya matanya yang menatap
sang ayah.
Seakan tau apa yang diinginkan oleh anak tunggalnya itu, Amang Sesi pun akhirnya angkat bicara.
"Baiklah, kalau begitu, kau boleh bekerja disini membantu mereka menyediakan makanan ataupun mencuci pakaian. Tapi aku hanya bisa memberikan waktu kerjamu selama 3 bulan saja. " ujar Amang Sesi

Raut wajah gadis itu seketika berubah cerah,

"Tidak apa2 mang, di berikan waktu
dan izin tinggal disini selama 3 bulan pun saya sudah sangat berterima kasih. "Ucapnya

"Sekali lagi terima kasih mang. "

"Sama2.
Dan ini pesan untuk kalian berempat agar jangan berbuat macam2. " ujar Amang Sesi berpesan

"Iya mang. "

"Yan, nanti kau buat sekat dengan papan
di situ. Tidak usah besar, yang penting muat gadis ini. "

"Iya mang. Nanti setelah hujan agak reda, akan langsung saya buat. " ujar Ryan

"Kalau masih lelah hari ini, tidak apa2 besok saja membuatnya. " ujar amang Sesi

Toto dan Wewen menarik nafas panjang, entah apa yang akan
terjadi kedepan nya nanti bila gadis itu tinggal disitu bersama mereka. Bisa saja mereka dituduh telah menculik anak orang, atau tuduhan2 buruk lain nya, jika pihak keluarga gadis tersebut datang kesana.
"Iya mang. Nanti setelah hujan agak reda, akan langsung saya buat. " ujar Ryan

"Kalau masih lelah hari ini, tidak apa2 besok saja membuatnya. " ujar amang Sesi

Toto dan Wewen menarik nafas panjang, entah apa yang akan terjadi kedepan nya nanti bila gadis itu tinggal disitu
bersama mereka. Bisa saja mereka dituduh telah menculik anak orang, atau tuduhan2 buruk lain nya, jika pihak keluarga gadis tersebut datang kesana.

______

Pagi itu, air sungai sudah sangat dalam dan keruh, tapi ampah yang hanyut sudah tidak sebanyak kemarin.
Hari itu Toto dan Wewen mengantar Amang Amul pulang ke desanya, sekaligus mereka juga akan membeli beberapa bahan makanan dan rokok.

Memang selama bekerja di sana, Toto, Ryan, Wewen dan Wandi sudah pernah ke desa besar beberapa kali, sekedar untuk melihat2 pasar dan mencari
hiburan.

"Hati2 To, jangan sampai seperti Ryan kemarin. " ujar Wewen yang duduk paling depan

"Iyaa.. "
Ryan melambaikan tangan nya saat Cis itu mulai melaju, setelah itu ia membuang puntung rokoknya ke air, lalu mulai mengerjakan pekerjaan nya yang disuruh oleh amang Sesi untuk membuat sekat dari papan yang nantinya akan digunakan oleh Eka sebagai bilik tidur.
Setelah menyelesaikan pembuatan sekat itu, Ryan langsung mandi dan bermaksud untuk beristirahat. Sementara Wandi, dari pagi tadi ia sudah pergi ke rumah amang Sesi. Entah apa urusan nya, Ryan pun tidak tahu.

"Kak Ryan mau makan sekarang? " tanya Eka

"Kau duluan saja, aku
aku menunggu Wandi dulu. "

"Tidak baik makan sendiri2 kak, lebih baik kita makan bersama2. "

Karena kasihan dengan Eka yang memasak makanan dalam keadaan kurang sehat itu, akhirnya Ryan pun makan bersama dengan gadis tersebut.
Ryan terlihat lahap sekali memakan makanan yang
Eka masak.

"Pintar kamu masak. " puji Ryan

____

Malam itu, Toto dan Wewen baru saja kembali dari pasar. Mereka mandi terus berpakaian bersih kemudian makan. Sementara Wandi tampak gelisah duduk di sudut ruangan dengan mata yang sesekali menatap satu persatu ke arah teman2nya.
"Ryan, Toto, Wewen. Mungkin setelah ini aku tidak akan tinggal disini bersama kalian lagi. " ujar Wandi membuat teman2nya kaget, bahkan Wewen hampir tersedak karenanya

"Kenapa? Apa kau ingin pergi?? " tanya Toto seraya mencuci tangan nya yang kotor setelah makan
Wandi tersenyum,
Sementara di atas kasurnya, Ryan langsung beranjak dan duduk di sebelah Wandi.

"Kau ada masalah? Apa yang dikatakan Amang Sesi tadi padamu?? " tanya Ryan serius

Melihat wajah teman2nya yang tampak serius itu, Wandi langsung tertawa terbahak2.
Membuat Ryan, Toto dan Wewen saling pandang. Namun mereka juga senang melihat Wandi yang sudah bisa tertawa lepas seperti itu.

"Gila.. " ujar Wewen seraya mengambil segelas air putih untuk minum

"Aku akan menikah.. " ujar Wandi
Uhuuuukk… uhuuukkk.. Wewen yang sedang minum itu seketika tersedak.

"Menikah? Dengan siapa?? Jangan bilang calonmu itu si Eka. " ujar Toto

Ryan tersenyum lebar,

"Aku tahu. Pasti Acih kan?? " ujar Ryan

Wandi mengangguk.
"Hebat kau Wan. " puji Wewen dan Toto bersamaan

"Kapan rencananya? " tanya Ryan kemudian

"Pertengahan bulan ini Yan, dan lusa aku harus pulang ke kampung untuk memberikan kabar gembira ini, sekaligus memperkenalkan Acih pada keluargaku. "
Ryan tersenyum, ia mengambil sebatang rokok lalu menyelipkannya di bibir, kemudian menyulut ujung rokok itu dengan pemantik api.

Asap rokok mengepul.

"Aku juga ikut pulang ya Wan. " ujar Toto

"Aku juga. "

"Eh, kalau kalian berdua ikut pulang, lalu bagaimana dengan talatap
ini? "

"Kau tenang saja Yan, aku juga sudah meminta izin libur untuk kalian semua. Jadi kita bisa pulang bersama2. Kau juga pasti sudah rindu dengan Inay dan Amay bukan? "

Ryan menghela nafas
"Lalu Eka bagaimana? " tanya Ryan, karena ia tahu amang Sesi tak akan mau menyuruh Eka tinggal sementara di rumahnya, karena amang Sesi hanya tinggal berdua dengan Acih, dan bila Acih ikut Wandi pergi otomatis amang Sesi hanya tinggal sendirian di rumahnya.
Dan untuk meninggalkan Eka sendirian di talatap itu rasanya Ryan tidak enak hati. Tidak masalah kalau Eka adalah laki2, tapi berhubung Eka adalah perempuan, tentu dia akan sangat rentan terhadap tindak kejahatan.

"Dia bisa ikut bersama kita. Dan kalau masalah tempat menginap,
di rumahku juga bisa. "Ujar wewen

"Tidak, tidak. Aku tidak percaya kau. " ujar Ryan

"Aku bukan Midun Yan, tidak akan aku melakukan macam2. Kecuali memang atas dasar suka sama suka. "

"Eka.. Kesini sebentar. " panggil Ryan

Saat Eka keluar dari biliknya, Wandi langsung
memalingkan wajah.

"Kenapa Wan? " tanya Wewen

Toto membelalakkan matanya tiba2,

"Aku tau. Aku tau sekarang. Itulah sebabnya kau tak jadi berbicara pada Eka kemarin kan, karena ada Acih. Kau takut Acih cemburu. Hahaha.. " ujar Toto diakhiri tawa

"Bukan maiinn.. " timpal
Wewen tergelak

"Kenapa kak? " tanya Eka pada Ryan

"Lusa, kami akan pulang ke kampung, kau mau ikut? " tanya Ryan

Eka seketika langsung mengangguk.

"Mau kak. " jawab Eka dengan senyum manis yang cerah

______
Hari yang telah ditentukan pun tiba, mereka sudah bersiap2 menunggu kedatangan amang Sesi, Acih dan Wandi.

Setelah mereka datang, Toto, Wewen dan Ryan lantas memasukkan semua barang2 bawaan nya ke dalam kelotok.

"Yan, kau saja yang mengemudi ya. " ujar Wandi
Ryan mengangguk, lantas ia pun langsung naik dan duduk di tempat pengemudi kelotok.
(Kelotok ini lebih besar dari perahu mesin biasa, kalau di tempat kami yang punya kelotok ini cuma orang2 berduit saja atau pedagang, karena dengan ukuran nya yang besar, akan jauh lebih mudah
untuk mengangkut barang2 dagangan dari pasar besar ke desa. )

Amang Sesi duduk paling depan, di belakangnya ada Toto dan Wewen. Sementara di belakang Wewen, ada Wandi dan Acih yang terlihat mesra. Dan di dekat kemudi ada Eka yang tampak sangat menikmati perjalanan itu bersama
orang2 baik yang baru dia kenal.

Sesekali Eka melambai ke arah puluhan kera yang sedang menikmati buah dango di pohon tepi sungai.

"Kau suka mereka? " tanya Ryan sedikit mendekatkan mulutnya ke telinga Eka, karena suara guruh mesin itu membuat mereka sulit mendengar suara2
lain, apalagi kalau duduknya sangat dekat dengan mesin/kemudi.

"Suka.. Kalau kak Ryan sendiri, Suka? "

"Tidak. " jawab Ryan

"Coba kau lihat itu.. " ujar Ryan menunjuk ke arah pohon, ada beberapa ekor buhis di sana yang sedang duduk2. ( buhis adalah kera yang mempunyai
tanda putih di mata haginya/jarak antara pertemuan pangkal alis sangat mirip dengan sindurnya orang2 india.)
Eka melambai2kan tangan dengan bibir yang tersenyum pada buhis2 tersebut.

Saat mereka melewati sebuah desa, Eka langsung merunduk. dari gelagat Eka, Ryan bisa menangkap bahwa desa itu adalah tempat Eka berasal.

Ryan melepaskan jaketnya lalu menutupi tubuh Eka.
Setelah beberapa saat kemudian, kelotok merapat di pelabuhan.

Toto langsung melompat ke lanting untuk mengikat tali kelotok tersebut agar tidak hanyut.

Mereka semua turun dari kelotok, Amang Sesi terlihat mengobrol dan memberikan sesuatu pada Acih.

_______
"Wandi, aku titip Acih bersamamu ya. Jaga dia baik2. " ucap Amang Sesi pada Wandi

Wandi tersenyum dan mengangguk.

"Ryan, Toto, Dan kamu Wewen. Amang titipkan Wandi dan Acih ya. Jaga mereka dan jangan biarkan apa2 terjadi pada mereka berdua. "
Ryan mengangguk,

"Kami akan pastikan Anak dan Calon menantu amang, akan kembali dengan selamat. "

Karena hari sudah petang, Amang Sesi pun bergegas untuk pulang.
Meninggalkan mereka semua yang masih menunggu taksi air.
________

Perjalanan jauh yang sangat melelahkan membuat Acih dan Eka yang tak terbiasa bepergian jauh itu merasa sangat kelelahan.
Padahal sebelumnya mereka sudah beristirahat di penginapan, hingga tidak sempat ikut keberangkatan mesin motor pertama dan kedua, yang akhirnya
mengakibatkan mereka tiba di desa pada malam hari.

Ketika mereka sudah tiba di desanya, Teman2 Ryan langsung berpisah dan pulang ke rumah masing2.
Ryan berjalan beriringan dengan Eka menuju ke rumahnya.

Amay Bujang terlihat masih duduk2 di teras rumah dengan ditemani
secangkir kopi panas.

"Ryan? " ujar Amay Bujang senang melihat anaknya telah pulang

"Amay. Inay mana? " tanya Ryan sembari menyalami tangan Ayahnya dan diikuti oleh Eka.

"Inay mu ada di kamar. Masuk saja. " ujar Amay Bujang seraya beranjak dari duduknya
Ryan berjalan masuk kedalam kamarnya meninggalkan Eka sendirian.
Tidak berapa lama Inay Suri keluar dari kamar diikuti oleh Amay Bujang.

Gadis itu menyalami Inay Suri dengan sangat sopan,
"Sebentar ya nak, ku buatkan minuman hangat dulu. " ujar Inay Suri seraya beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah dapur, sementara Amay Bujang tengah mengobrol bersama Eka.

Saat Inay Suri keluar dari dapur, terlihat Ryan sudah duduk di dekat ayahnya.
"Nay, kenalkan dia ini teman Ryan, namanya Eka. " ujar Ryan memperkenalkan Eka pada ibunya

"Dia ini tukang masak di tempat kerjanya Ryan. " ujar Amay Bujang yang sebelumnya sudah berkenalan dengan Eka sewaktu inay Suri ke dapur tadi.
Ryan tak menceritakan siapa Eka sebenarnya pada kedua orang tuanya, karena ia takut bila Amay dan Inay nya tau, mereka pasti akan melarang Ryan membawa Eka.

"Kalau kau ingin mandi, kamu bisa ke dapur. " ujar Ryan pada Eka yang sedang duduk di tepi kasur
Saat Ryan akan keluar membawa kasur tipis dan selimutnya, Eka tiba2 berkata.

"Kak Ryan, aku tidak apa2 kalau harus tidur di luar. Kasihan kak Ryan, kalau harus mengalah tempat tidur untukku. "

"Kau tidur di dalam saja, aku sudah biasa tidur di luar jadi kau jangan merasa
tidak enak hati karena melihatku tidur di luar. " ujar Ryan

"Kak Ryan, Terima kasih. "

Ryan tersenyum, senyum yang sangat manis, yang mampu membuat hati wanita meleleh seketika.
Saat Ryan sudah terlelap, Inay Suri keluar menghidupkan obat nyamuk untuk anak semata wayangnya itu.

"Semoga dia jodohmu ya Yan. " ucap Inay Suri seraya membelai rambut anaknya

______
Pagi harinya, Eka membantu Inay Suri untuk menyiangi sayur2an. Mereka berdua mengobrol dengan sangat akrab, bahkan sesekali mereka tertawa.

Sementara Ryan, masih tertidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh dan kepalanya.
Pagi harinya, Eka membantu Inay Suri untuk menyiangi sayur2an. Mereka berdua mengobrol dengan sangat akrab, bahkan sesekali mereka tertawa.

Sementara Ryan, masih tertidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh dan kepalanya.
Amay Bujang yang baru saja masuk kedalam rumah dengan menenteng plastik berisi gula dan kopi itu, langsung menarik selimut Ryan, agar tidak menutupi kepalanya.

Ryan menggeliat, perlahan ia membuka matanya, dan melihat Amay Bujang yang berjalan ke arah dapur.
Ryan bangun dan berjalan ke dalam kamar, untuk memasukkan kasur tipis dan selimutnya.

Ia kemudian langsung berbaring lagi di atas kasur yang semalam digunakan Eka untuk tidur.

Ryan kembali terlelap,

Sayup2 Ryan mendengar suara lembut seseorang memanggilnya.
"Kak Ryan, bangun kak. Disuruh Inay makan. " ujar Eka lembut

Ryan yang belum seberapa sadar itu lantas berdiri, matanya masih tertutup. Ryan langsung mengambil handuk lalu berjalan keluar, namun tiba2 saat akan keluar kepalanya terbentur pintu yang rupanya tertutup. Ryan
seketika membuka mata, dan tangan nya lantas memegang kepalanya yang sakit setelah terbentur.

Eka memeluk lengan Ryan, tapi Ryan langsung menarik tangan nya.

"Maaf. " ucap Ryan

______

Pagi itu mereka makan dengan lahap, bahkan Amay Bujang sampai tambah 2 kali.
"Inay rasa, Inay sangat cocok dengan Eka ini Yan. " ujar Inay Suri seraya mengelap tangan nya

Uhuuukkk.. Ryan terbatuk, sementara Eka tampak tersenyum malu2.

"Maksud Inay?? " tanya Ryan lalu menyeruput air putih di dalam gelas

"Eka sangat baik, pintar memasak dan sopan
sekali anaknya. Sama seperti le.. "

"Inaay.. "

Inay Suri mengangguk. Sementara Ryan kembali melanjutkan makan nya.

______

Selesai makan Ryan mengajak Eka untuk ikut bersama Inay Suri dan Amay Bujang yang akan pergi ke rumah salah satu warga yang akan mengadakan acara untuk
membantu mereka memasak makanan.

(Saling bantu tanpa imbalan uang sudah biasa di lakukan oleh warga2 desa kecil di setiap daerah.)

Ryan ikut Ayahnya untuk mengawah, sementara Eka ikut dengan Ibunya Ryan di bagian dapur.
Namun saat Eka di minta untuk mengantarkan minuman untuk orang2 yang mengawah, Sapto malah mencoba menggoda Eka. Bahkandengan berani menyentuh2 bagian tubuh gadis itu seperti tangan dan rambut.

Ryan melepaskan pengayuh yang di gunakan untuk memasak nasi, lalu berjalan kearah
Eka.

Tanpa berkata apa2 Ryan langsung mendorong tubuh Sapto hingga ia hampir terjatuh andai tidak di tahan oleh teman2nya.

"Jangan berani2 menyentuhnya!!" ujar Ryan dengan gigi yang bergemeretak

Ryan kemudian menarik tangan Eka,

"May, kami pulang. " ujar Ryan pada ayahnya
Sekilas Eka melihat lelaki yang tadi menggodanya tampak menatap lekat pada mereka berdua, saat mereka berjalan menjauh dari rumah yang punya acara.

Eka meremas tangan Ryan dengan kencang.
"Kau tidak usah takut, dia adalah kelompok anak pemabuk dari desa sebelah. Mereka memang berkumpul seperti itu bila ada acara. " ujar Ryan seraya melepaskan pegangan tangan nya pada Eka
"Kita kemana kak? " tanya Eka berusah mengimbangi langkah kaki Ryan yang tampak tergesa

"Cepat. " ujar Ryan tanpa menjawab

Deru suara sepeda motor terdengar mendekat, Ryan menarik nafas panjang.

"Heh bang**t !!! " teriak Sapto seraya turun dari motornya
Dengan tangan kirinya Ryan menyuruh Eka yang ketakutan itu untuk berlindung di belakangnya,

"Jangan kau kira aku takut denganmu karena kau tinggal disini !! Kau panggil semua teman2mu pun aku tidak akan mundur!" ujar Sapto sesumbar

(Maklumlah, Sapto belum tahu siapa itu
Ryan.)

Ryan tersenyum sinis,

"Tak perlu melibatkan teman2ku dalam masalah yang tak seberapa ini. Kalau kau masih tidak terima dengan apa yang ku lakukan tadi, sini kita selesaikan. Kau tinggal pilih, mau secara baik2 atau adu otot. " ujar Ryan

"Bang**t !!! "
Sapto segera maju menyerang Ryan, namun Dengan mudahnya Ryan mengelak.

"Aaaaakkhhh.. " teriak Sapto ketika tangan nya hampir Ryan patahkan

4 orang temannya maju untuk membantu Sapto.

Bruuuukkk.. Dengan kasar Ryan mendorong tubuh Sapto hingga terjatuh ke tanah.
Satu persatu dari mereka di kalahkan oleh Ryan, hingga kemudian mereka main keroyokan dan menggunakan kayu untuk melawan menumbangkan Ryan.

Tapi bukan Ryan namanya, jika kalah begitu saja.
Dengan ilmu beladiri yang sudah ia pelajari, Ryan dengan mudah menjatuhkan kayu2 pemukul yang di pegang oleh musuhnya. Namun tiba2, suara teriakan Eka mengalihkan fokus Ryan.
Braaakkk.. Ryan terjatuh karena di pukul oleh salah satu teman sapto.
Keadaan disana kebetulan sangat sepi, karena warga desa sedang berkumpul di rumah yang sedang 'duduk gawi' (yang mempersiapkan acara).

Kayu yang digunakan untuk memukul tubuh Ryan patah, namun Ryan tidak terluka sedikitpun.
Pemuda tampan itu kembali bangkit,
"Kau melawan, pacarmu ini akan aku sakiti !! " ancam sapto membuat Ryan tak punya pilihan selain mengalah, sambil mencari celah untuk melepaskan Eka.

Ryan mengangkat kedua tangan nya ke atas pertanda menyerah.

"Pukul dia!! " perintah Sapto pada teman2nya
Mereka mengambil kayu dan langsung menghantamkan nya pada Ryan, 2 dan 3 kali dipukul bertubi2, akhirnya Ryan berontak. Wajahnya merah padam karena marah.
"BERANI KAU LUKAI DIA WALAU SEHELAI RAMBUT MAKA TANGANKU SENDIRI YANG AKAN MEMENGGAL KEPALAMU !!!! " Ujar Ryan bergetar menahan emosinya
Melihat Ryan yang sudah benar2 marah, nyali Sapto menjadi ciut. Perlahan2 ia melepaskan pasungan nya pada Eka.

Satu persatu mereka menjauh, namun tiba2..

"Kak Ryaaaannn !!!! " teriak Eka melotot

Kraaaaaakkkk… Bruuuuukkkkk…
Bersamaan dengan potongan bambu yang pecah, tubuh Ryan ambruk.. Darah Segar mengalir dari hidungnya.

Teriakan histeris dari Eka beradu nyaring dengan suara sepeda motor milik Sapto dkk..
Tak ada yang mendengar teriakan Eka, sehingga mau tak mau membuat Eka harus meminta tolong kepada Ayahnya Ryan yang sedang 'mangawah' tadi.

(Mangawah artinya memasak nasi dalam jumlah besar di dalam kawah untuk persiapan acara.)
"Maaaang… tolong maaang.. Kak Ryan dipukul, dia terluka. " teriak Eka gemetar sambil menangis

Amay Bujang segera melepas pengayuh yang di buat khusus untuk pengaduk nasi tersebut, ia berlari tergopoh2 mengikuti Eka, diikuti oleh beberapa orang lain nya.
Tubuh Ryan masih tergeletak di tanah tak sadarkan diri, bambu yang dipukulkan ke kepalanya itu benar2 membuatnya tumbang.

Orang2 membantu Amay Bujang untuk mengangkat tubuh Ryan, dan membawanya ke rumah.
"Tolong kamu beritahu Istriku keadaan Ryan sekarang. " ujar Amay Bujang dengan raut wajah yang panik

Singkatnya saat Ryan di bawa ke rumahnya, di teras rumah itu ternyata sudah ada Toto dan Wewen yang sedang menunggu Ryan. Mereka kaget begitu melihat tubuh Ryan digotong orang2.
"Ryan kenapa Eka?? "

"Ryan kenapa mang??"

"Siapa yang membuat Ryan seperti ini hah??!!! "

Orang2 terdiam, begitupun juga dengan Amay Bujang dan Eka.
Dengan tangan gemetar Amay Bujang membuka kunci pintu rumahnya.
Ryan dibaringkan di dalam kamar, di samping Ryan, Eka bersimpuh sambil terus menangis.

Diluar, Toto dan Wewen terus menanyakan penyebab Ryan bisa sampai seperti itu pada Amay Bujang.
"Aku tidak mau menuduh, tapi terakhir di tempat duduk gawi tadi, Ryan mendorong Sapto. "

"Sialan !! Berani2 nya dia buat onar di kampung kita.!! " ujar Toto

"Kita beritahu Wandi. Lalu kita sama2 cari anjing2 liar itu !!" ujar Wewen
"Sudahlah nak, masalah ini jangan di perkeruh lagi. Menuruti dendam itu tidak ada habisnya. Sekarang yang perlu kita pikirkan adalah mengobati Ryan. "

Toto dan Wewen terdiam, mereka membenarkan apa yang dikatakan oleh Ayahnya Ryan. Tapi melihat sahabatnya terluka seperti itu
membuat emosi mereka meluap.

Tidak berapa lama kemudian, Ibunya Ryan datang dengan tergopoh2.
Ia langsung melihat keadaan Ryan di dalam kamar.

Singkatnya, malam itu setelah Ryan diobati, ia masih belum juga sadarkan diri.
Eka masih berada di sampingnya dengan mata yang
sembab.

"Eka, makan dulu nak. " panggil Inay Suri

"Saya tidak lapar. " jawabnya dengan suara bergetar

"Eka tidak makan? " tanya Amay Bujang ketika melihat istrinya ke dapur seorang diri

"Iya. "
"Ryan tidak hanya mewarisi ketampanan Ayahnya, tapi juga mewarisi keberanian dan caranya bertanggung jawab. Aku bangga pada Ryan, tapi terkadang aku juga takut, takut kalau apa yang sudah menimpa Roni dulu terjadi padanya ka… "
"Ssstttt… " potong Inay Suri, raut wajahnya mendadak berubah

______

Keesokan harinya, Wandi dan Acih datang ke rumah Ryan. Pada saat itu Ryan masih belum sadar.

"Apa tidak sebaiknya dibawa ke puskesmas saja nay?? "
"Ya rencananya memang begitu kalau sampai nanti siang Ryan belum bangun juga. "

"Kasihan Ryan. Padahal dia orang yang baik, kenapa sampai ada yang tega membuatnya jadi seperti ini. " ujar Acih membuat Eka semakin merasa bersalah
Saat Wandi, Acih dan ibunya Ryan mengobrol di luar, Ryan mulai sadarkan diri.

"Kak Ryan.. " panggil Eka sambil terus memegang tangan Ryan yang berkeringat

"Ibuku mana? " tanya Ryan sambil meringis
Eka langsung beranjak dari duduknya, ia berlari keluar kamar untuk memberitahukan pada Inay Suri bahwa Ryan sudah bangun.

Raut wajah Inay Suri tampak lega mendengar kalau Ryan sudah bangun.

Mereka beriringan masuk ke dalam kamar Ryan.
"Syukurlah kau sudah bangun Yan. Aku takut kalau kau tak menepati janjimu padaku. " ujar Wandi membuat Ryan tersenyum

"Berarti kau sudah sembuh Yan, sudah bisa tersenyum. " ujar Acih

4 hari sudah Ryan terbaring di tempat tidur, dan segala keperluannya di siapkan oleh Eka.
Gadis itu benar2 'tunuh' (telaten) merawat Ryan. Mulai dari menemaninya tidur, dan selalu siap sedia kapanpun Ryan membutuhkan bantuan nya.
Tapi sedikitpun Ryan tidak memiliki perasaan lebih terhadap Eka.

Hari itu Wandi, Acih, Toto dan Wewen datang ke rumah Ryan, mengabarkan kalau mereka harus segera kembali ke desa Tumbang Belian untuk mempersiapkan pernikahan yang akan di selenggarakan 1 minggu lagi.
"3 Hari sebelum pernikahanmu, Amay dan Inay akan usahakan untuk ke Tumbang Belian. " ujar Amay Bujang

"Sebenarnya may, kalau mau berangkat sekarang pun justru kami akan sangat senang sekali. " kata Acih

"Ya. Andai keadaan Ryan tidak sedang sakit seperti itu, kami juga mau
berangkat lebih awal kesana. "

Sementara di dalam kamar, Toto dan Wewen asyik bergurau dengan Ryan.
Hingga mereka akhirnya dipanggil oleh Wandi.

"Yan, kami pamit berangkat lebih dulu ya. Kau jaga diri baik2. Jangan lupa makan dan minum yang teratur, biar lekas sehat, dan
bisa hadir ke acara nikahan Wandi. " ujar Toto

"Ini aku ada sedikit uang, buat nyicil utang2 ku. Simpan baik2 untuk modal melamar Eka. " ujar Wewen membuat Ryan tersenyum, sementara Eka tampaknya benar2 menaruh harapan pada Ryan, apalagi ketika ia melihat Ryan tersenyum saat
digoda oleh Wewen, membuat hatinya benar2 meleleh.

______

Pagi itu Ryan duduk di teras rumah, wajahnya masih sangat pucat sekali.
Ia teringat kembali masa lalunya dulu, ketika ia terluka karena bambu.
Hanya bambu yang bisa membuatnya terluka parah seperti itu.
Dulu sewaktu ia terluka, tak lama setelahnya ada kejadian yang benar2 tak bisa ia lupakan hingga sekarang. Entahlah pertanda apa ini, Ryan tak bisa menebaknya.

"Kak Ryan mau makan sekarang? " tanya Eka lembut

Ryan mengangguk,
"Kau tak ikut Inay? " tanya Ryan seraya bangun dari duduknya

"Bagaimana mungkin aku meninggalkan kak Ryan seorang diri. " jawab Eka seraya membantu Ryan masuk kedalam rumah

Gadis itu lalu mengambilkan makanan untuk Ryan, ia bahkan tak membiarkan Ryan makan sendiri.
_______

10 hari telah berlalu dihitung dari awal Ryan datang ke desa.
Saat itu Ryan sudah benar2 pulih, hanya saja ia masih pusing jika duduk terlalu lama.
Tinggal beberapa hari lagi pernikahan Wandi dan Acih, Inay Suri dan Amay Bujang benar2 repot mempersiapkan barang2 yang akan mereka bawa ke desa Tumbang Belian, termasuk oleh2/buah tangan yang akan diberikan pada keluarga Acih.
"Yan, kalian ada butuh sesuatu? Kalau ada, bilang saja. Biar inay belikan sekalian. " tanya Inay Suri

"Aku minta dibelikan permen saja Nay. "

"Kamu apa? " tanya Ryan pada Eka

Eka menggeleng,

"Kalau ada yang ingin kau beli, uangnya ada di kantong tas ku, kau bisa ambil dan
pergilah bersama Inay. "Suruh Ryan

"Tidak ada yang ingin ku beli. " ujar Eka

Mendengar jawaban Eka, Inay Suri langsung pergi.

Di teras, terlihat Amay Bujang sedang menikmati malam dengan segelas kopinya.

"Aku pergi dulu. " ujar Inay Suri

"Ya. "


"Kak Ryan. "

"Hhmm.. "

"Aku pijit ya. "

"Boleh. "

Eka pun mulai memijat kaki Ryan dengan pelan,
Matanya lekat menatap Ryan yang sedang membaca buku.
"Kak. "

"Ya. Kenapa? "

"Kakak sudah punya pacar? " tanya Eka pelan sekali, bahkan hampir tak terdengar oleh Ryan

Pemuda tampan itu menutup bukunya, ia mengalihkan pandangannya ke langit2 kamar, sebelum menjawab pertanyaan Eka, Ryan terlebih dahulu menarik nafas panjang.
Seolah sedang berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.

"Dia sudah meninggal. Dan sampai sekarang aku belum berpikir untuk mencari penggantinya. " ujar Ryan

Eka berpindah tempat duduk, kini ia duduk di dekat Ryan.

"Aku bersedia menjadi penggantinya kak. Aku rela
memberikan apapun pada kakak, termasuk hidupku jika itu yang kakak pinta. " ucap Eka terdengar serius
Ryan menggeser duduknya, namun tiba2 Eka langsung memeluknya dengan erat. Saat Ryan mencoba menepis tiba2 rasa sakit di kepalanya itu kembali terasa.
Bahkan Ryan tak sadar kalau Eka sudah melepaskan semua pakaian di hadapan nya
Ryan menjatuhkan kepalanya di bantal, ia memejamkan mata menahan rasa sakit pada kepalanya yang terasa nyut2an.

Pada saat tengah malamnya, Ryan terbangun dan mendapati Eka tertidur tanpa pakaian di sampingnya. Dan tangan Ryan sendiri dalam keadaan memeluk Eka, berada dalam
situasi seperti saat itu hampir saja membuat Ryan tak bisa mengontrol perasaan nya, andai ia tak segera mengingat tragedi Lebeb dan Diang dulu.
"Eka! Bangun! Kenapa kau seperti ini hah??! "

Eka tak seperti biasanya, padahal meski ia tidur di kamar Ryan untuk menjaga pemuda itu, ia selalu tidur di kasur tipis. Dan Ryan sendiri tak menyangka bila Eka seberani itu di depan nya.
"Kak Ryan, aku menyukai kakak lebih dari yang bisa kakak bayangkan. Aku sayang kak Ryan, kak Ryan sudah menolongku, bahkan kakak seperti ini karena aku. Tentu itu karena kak Ryan sayang aku kan?? " ucap Eka pelan, ia hendak memeluk Ryan,
Namun Ryan menolaknya dengan tegas.
"Bila kau ingin membalas budi padaku, bukan seperti ini caranya Eka. Kau tak perlu memberikan semua itu padaku. Dan lagi pula selama ini aku benar2 tidak ada perasaan terhadapmu, karena aku sudah menganggapmu sebagai adik. "

"Ingatlah Dik, jangan pernah memberikan kehormatanmu
pada lelaki yang belum sah menjadi suamimu. Kau harus pertahankan itu. "
"Aku sudah banyak dosa dan kesalahan kalau bisa aku tidak ingin lagi menambahnya. " ucap Ryan

Eka tertunduk, tapi kemudian ia bertanya.

"Kakak benar2 tak ada nafsu padaku?? " tanya Eka dengan hati2
Ryan tersenyum tipis.

"Bohong kalau lelaki normal sepertiku tak mempunyai nafsu pada wanita sepertimu. Sudah lah, lebih baik sekarang kamu berpakaian, tutupi semua itu hingga nanti tiba waktunya untuk kau menunjukkan dan memberikan nya pada suami sah mu kelak. " ujar Ryan
seraya berbalik dan menutupi tubuhnya dengan selimut

"Beruntung wanita yang akan menjadi istri kakak. " ujar Eka seperti menahan tangis

"Tapi aku berharap akulah wanita yang beruntung itu. " ucapnya lirih

Ryan menghela nafas panjang, berusaha memejamkan matanya lagi.
Sementara Eka kemudian menggelar kasur tipis itu di luar kamar Ryan.

_______

Sejak malam itu, Ryan berusaha bersikap seolah tidak ada apa2 yang terjadi. Berbeda halnya dengan Eka, gadis itu terlihat malu2 melihat Ryan, dan selalu menghindar bila Ryan mengajaknya berbicara.
"Yan, kau benar2 mau ikut? Apa tidak sebaiknya kau tinggal saja. " ujar Inay Suri

"Aku sudah berjanji pada Wandi Nay, dan aku harus menunaikan janji itu. Menemaninya hingga ia menikah. "

"Beruntung Wandi kan Yan, punya teman sepertimu. " ujar Amay Bujang tersenyum
"Mungkin sama beruntungnya seperti Amay Roni,yang mempunyai teman seperti Amay. Rela berkorban dan merelakan nama baiknya untuk aku dan Inay. " ucap Ryan
Amay Bujang menepuk bahu Ryan pelan, ia lalu berjalan mendahului Ryan. Sementara Eka dan Inay Suri berada di depan.

Di sepanjang perjalanan, Eka terlihat sendu, Ia tak banyak bicara. Matanya menatap ke tengah sungai.

Ryan yang berada di sampingnya, memperhatikan gadis itu.
"Kau takut? " tanya Ryan seraya menggenggam tangan Eka

Eka langsung memandang Ryan, dari tatapan nya, gadis itu seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Tenanglah. Semuanya akan baik2 saja. " bisik Ryan yang masih menggenggam erat tangan gadis cantik tersebut
"Kak Ryan.. " panggil Eka tepat di telinga pemuda itu

"Ya? "

"Apa mungkin kalau kita terus bersama seperti ini, kak Ryan mau membuka hati untukku?? " bisik Eka lembut dengan nafas yang hangat menyentuh telinga Ryan, namun bisikan itu juga terdengar lirih
"Entahlah, tapi ku rasa untuk saat ini aku benar2 tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita manapun.. "

"Aku bersedia menunggu sampai kak Ryan bisa membuka hati untukku. Dan selama itu, aku akan terus berusaha untuk menggapai hati kak Ryan. "

Ryan tersenyum gemas,
Ia langsung mengacak2 rambut Eka.

"Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, jadi tidak akan ada cerita cinta di antara kita. Lagipula masa laluku terlalu kelam untuk seorang gadis muda yang masih polos sepertimu. Bila kau tahu rahasiaku, aku yakin kau pun akan menjauhiku.
" ucap Ryan tepat di telinga gadis itu

"Aku tidak akan menjauhi kakak hanya karena masa lalu, semua orang punya masa lalu mereka masing2, begitu juga dengan aku dan kak Ryan. Masa lalu bukan untuk ditakuti apalagi sampai jadi ancaman. Tapi jadikanlah masa lalu itu seperti guru
untuk kita memperbaiki diri ke depan nya.

Ryan tersenyum, suara gemuruh mesin motor melambat karena mereka telah sampai di pelabuhan.

Ryan berjalan mendahului orang tuanya,

Eka yang berada di belakang berlari2 kecil berusaha mengejar Ryan.
Inay Suri dan Amay Bujang saling tersenyum menatap keduanya, mereka berharap agar nanti setelah acara pernikahan Wandi selesai, Ryan dan Eka yang selanjutnya akan menikah.

"Kak Ryan dengar tidak apa yang aku katakan tadi? " tanya Eka

"Ya Dik, kakak dengar. "
"Lalu sekarang bagaimana? Apa kakak mau menerimaku ? Setidaknya kalau kakak belum bisa membuka hati untukku, berikanlah aku kesempatan untuk menjadi orang terdekat kakak. "

"Eka, sudah ya, jangan membahas masalah itu lagi. Kau adikku sekarang. "
"Tapi aku tidak ingin menjadi adik kak Ryan, aku ingin lebih dari itu. "

"Kalau hanya ingin hubungan yang dekat, bukankah hubungan saudara juga dekat. "

Eka menghela nafas panjang,
Wajahnya terlihat murung.

"Berarti aku sudah tidak punya kesempatan?? " tanya Eka memelas
Ryan tersenyum, matanya menatap lurus ke jalan.

"Andai semalam kita sempat melakukan hal itu, apa kakak tetap akan mengatakan hal seperti sekarang ini? "

Ryan menatap gadis itu, dengan bibir tersenyum tipis.

"Tidak. " jawab Ryan singkat
Eka terdiam, membiarkan Ryan melangkah lebih dulu.

"Ayo ka. " ujar Inay Suri

"Inay duluan saja, saya mau kesana dulu. " kata Eka dengan suara bergetar

Cukup lama Ryan dan kedua orang tuanya menunggu Eka. Namun Eka tidak kunjung muncul. Akhirnya Ryan terpaksa harus mencari keberadaan Eka di sekitar pelabuhan.
"Mang, amang ada lihat gadis yang bersama saya tadi ?? " tanya Ryan pada pemilik masin motor yang membawa mereka sebelumnya

"Ada, tadi naik kelotok ke hulu. "

Ryan terdiam mendengar jawaban orang itu, ia menyimpulkan kalau Eka mungkin sudah pulang ke rumahnya.
"Maafkan aku Eka. " batin Ryan

"Mana Eka nya Yan? " tanya Inay Suri ketika melihat Ryan seorang diri

"Dia sudah pulang nay. " jawab Ryan singkat

Mendengar jawaban Ryan, Inay Suri menatap Amay Bujang dengan tatapan kebingungan.

________
Sesampainya mereka di rumah Amang Sesi yang berada di desa tumbang belian, terlihat sudah banyak warga yang membantu persiapan acara tersebut.
Pihak keluarga Wandi pun juga berada disana, Amay Bujang, Inay Suri dan Ryan disuruh masuk kedalam rumah Amang Sesi untuk istirahat, tetapi Ryan menolak, dan lebih memilih membawa orang tuanya menginap di rumah Nini Tiung dengan alasan kepalanya yang masih sakit.
Ketika Toto dan Wewen melihat Ryan datang kesana hanya bersama orang tuanya, kedua sahabatnya itu tentu bertanya2.

"Mana calon istrimu Yan?? " tanya Wewen

Mendengar pertanyaan Wewen itu, Alis mata Ryan seketika mengkerut.
"Bukan, bukan aku yang menyebut si Eka sebagai calon istrimu, tapi ibumu sendiri yang bilang tadi. " Ujar Wewen cepat2 meluruskan perkataan nya agar tidak membuat Ryan marah

Saat mereka bertiga sedang mengobrol, Tiba2 Amang Sesi mendekat dan duduk di sebelah Ryan.
"2 hari setelah kalian pergi, keluarga gadis itu datang kemari mencarinya. Mereka benar2 marah pada kita semua… "

"Mang, ayamnya taruh di mana?? " ujar Ucek menghentikan obrolan Amang Sesi dan Ryan

Lelaki tua bertubuh tinggi besar tersebut lantas beranjak dari duduknya,
ia berjalan menghampiri Ucek yang masih berdiri memegangi ayam hidup itu.

"Kalian sudah tau? " tanya Ryan menatap kedua sahabatnya itu bergantian

"Belum Yan, Justru kami baru tau sekarang ini. " jawab Toto dan Wewen bersamaan

________
________

Acara pernikahan Wandi dan Acih anak bos pa'amasan itu berjalan lancar dan meriah.
Berbagai macam hidangan lezat tersedia di sana.
Pesta makan2 dan dangdutan seadanya diadakan selama 2 hari 3 malam.
Dan singkat ceritanya, 6 bulan telah berlalu. Kini Wandi sudah menjadi bos dengan 6 anak buah. Ia diberikan modal yang cukup besar oleh sang mertua.
Sementara Ryan, Toto dan juga Wewen pun masih bekerja disana, mereka masih sama seperti sebelumnya.
"Yan, aku titip talatap ya. Tolong awasi mereka, kalau ada yang kurang beres, kau tegur2kan lah. Karena aku dan istriku besok rencananya akan pulang ke kampung selama 2 minggu. Maklum Yan, istriku baru berisi(hamil) jadi banyak sekali keinginan nya yang harus dipenuhi. " ujar
Wandi di suatu malam ketika Ryan sedang duduk2 di depan talatap sambil merokok

"Syukurlah, Wan. Aku benar2 senang mendengarnya. Kau tenang saja, masalah disini biar aku yang atur, kau bersenang2 lah bersama istrimu. Ohya, aku titip uang untuk orang tuaku ya. " ujar Ryan
"Kau memang sahabat terbaikku Yan. " ucap Wandi tersenyum seraya menepuk bahu Ryan

Ryan senang melihat Wandi yang sekarang, dia jauh lebih ceria dan bahagia daripada dulu. Ia juga tampaknya sudah sepenuhnya melupakan mantan istrinya yang pernah membuatnya hampir gila itu.
"Beruntung kau Acih. Karena Wandi adalah seorang laki2 yang setia. " batin Ryan

________

3 hari telah berlalu.

"RYAAAN..!! " teriak Amang Sesi memanggil Ryan yang tengah sibuk bekerja

Ryan menghentikan pekerjaannya dan melambaikan tangan pada lelaki paruh baya itu.
Kemari !!! " panggilnya

Mau tak mau, Ryan terpaksa melepas pekerjaan nya dan langsung naik ke sampan lalu mendayungnya ke tepi sungai menghampiri Amang Sesi.

Toto dan Wewen saling pandang,

"Kenapa ya To?? " tanya Wewen pada Toto

"Tidak tau. " jawab Toto singkat
"Ada apa mang? " tanya Ryan setelah sampai di tepi

"Kita ke desamu sekarang juga Yan. Karena aku merasa saat ini Acih dalam masalah. "

"Ma.. masalah? " Ulang Ryan

"Ya. Sekarang cepat kemasi pakaian mu, kita berangkat hari ini juga. " ujar Amang Sesi
___

Sementara itu di rumah Wandi, Acih terus saja menangis menggeliat2 di atas kasur, membuat Wandi serba salah, takut, cemas campur aduk jadi satu.

Acih menekan perutnya dengan sangat kuat, Wandi yang tak mau terjadi apa2 pada Acih dan bayi yang baru tumbuh di dalam rahimnya
rahimnya itupun tentu berusaha mencegah tangan sang istri yang terus menekan perutnya tersebut.

"Sayang, sebentar lagi tukang urutnya datang. " bisik Wandi di telinga istrinya

"Amay.. Aku mau amay.. "

Wandi mengusap2 kepala Acih, berusaha menenangkan sang istri.
"Amay tidak ada disini sayang. "

Keluarga Wandi, juga tak kalah cemasnya, mereka berusaha menolong dengan menggosok punggung Acih dengan minyak kayu putih dan membuatkan air hangat.

"Bagaimana ini Wan? Apa jangan2 istrimu ada salah makan?? "
"Aku tidak tau kak, setelah makan nangka yang diberikan istri Sundip tadi dia langsung seperti ini. " jawab Wandi

"Berarti memang gara2 salah makan ini Wan, walaupun dia mengidam, kalau makanan2 yang pantang dia makan itu jangan diberikan. Kamu ini bagaimana jadi suami Wan,
Harusnya kamu tau mana makanan yang tidak di makan. "

"Aku tidak tau kak, setelah makan nangka yang diberikan istri Sundip tadi dia langsung seperti ini. " jawab Wandi

"Berarti memang gara2 salah makan ini Wan, walaupun dia mengidam, kalau makanan2 yang pantang dia makan itu
jangan diberikan. Kamu ini bagaimana jadi suami Wan, Wan. Harusnya kamu tau mana makanan yang tidak dia makan. "
"Iya, contohnya seperti aku. Aku tidak boleh makan udang karena kulitku akan gatal2 lalu muncul ruam merah. " sambung perempuan yang berdiri di depan pintu kamar

Wandi terdiam, pikirannya semakin semrawut setelah di salahkan seperti itu oleh pihak keluarganya sendiri.
Tidak berapa lama kemudian, datanglah seorang dukun beranak(atau yang di daerah sana disebut bidan kampung), beliau langsung disuruh masuk kedalam kamar oleh keluarga Wandi.
Wanita berusia 50 tahunan itu duduk di tepi kasur, ia meletakkan tangannya di punggung Acih.
Beberapa saat kemudian, beliau menatap Wandi dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kena ganggu. " ujar dukun beranak itu kemudian
"Kena ganggu?? Maksudnya mahluk halus? " tanya Wandi memastikan

Dukun beranak itu mengangguk.

Keluarga Wandi yang berada disitu, tampak saling pandang satu sama lain.

"Tolong ni, lakukan sesuatu agar mahluk yang mengganggu Adik saya ini bisa hilang. "
Mendengar perkataan itu, dukun beranak tersebut tak langsung mengiyakan.
Beliau terlihat berpikir terlebih dahulu.

Akhirnya setelah beberapa saat, beliau lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam bakul kecilnya, berupa jariangau dan kayu sompun hitam(jariangau dan sompun hitam
adalah penangkal dari gangguan kuntilanak, panguluh dan sejenisnya bagi ibu hamil.)

Ujung kayu sompun itu dibakar, dan seketika aroma wangi tercium. (Sompun berbau wangi bila dibakar tapi dia bukan dari jenis gaharu).
Jeruk nipis dibelah lalu diperas ke setiap ujung jari.
Perlahan2 Acih mulai tenang, namun tubuhnya masih gemetaran.

Wandi masih setia di samping istrinya, menggenggam erat tangan sang istri dan menciumi punggung tangannya.

Di tempat lain, Ryan dan Amang Sesi sudah berada di perjalanan dengan diantar oleh Toto menggunakan kelotok
menuju pelabuhan.

"Cepat To.!! " ujar Amang Sesi

Ryan tak bisa berkata2, ia tahu feeling orang tua tak pernah salah jika berhubungan dengan anaknya.

Entah kenapa, Ryan pun sejak semalam sudah merasa tak nyaman. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang tidak
bisa ia tebak.

Sesampainya mereka di lanting pelabuhan, Toto memberi kode pada Ryan agar melihat ke titian, dan saat Ryan menoleh ke arah titian ia melihat ada Eka di sana, tengah berdiri menatapnya.
Tubuh gadis itu kurus sekali.
Ketika Ryan akan menghampiri gadis itu, tangan nya tiba2 ditarik oleh Amang Sesi.

"Ayo Yan, kita naik itu saja biar lekas sampai. "

Meskipun ia sangat ingin sekali menghampiri Eka, tapi Ryan tak bisa berbuat apa2, selain menuruti saja keinginan Amang Sesi.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari ketika Ryan dan Amang Sesi sampai di desa.

Tok tok tok…

"Wandiii.. Wandiii.. " panggil Ryan
Tidak berapa lama, pintu dibukakan oleh seorang wanita, matanya masih setengah terpejam dengan rambut yang acak2an.
Maklumlah, saat itu pukul 2 dini hari, dimana pada saat itu orang2 sedang enak2nya tidur.
Namun ketika melihat Ryan datang bersama mertua Wandi, wanita itu
langsung mempersilahkan keduanya untuk masuk kedalam rumah.

Saat masuk kedalam rumah keluarga Wandi, Amang Sesi langsung meminta izin untuk menemui anaknya di dalam kamar, meski sedikit was2 dan takut disalahkan, tapi pihak keluarga Wandi tetap mempersilahkan Amang Sesi untuk
menemui anaknya.

Wandi melangkah keluar dengan rambut acak2an,

"Kenapa mertuaku tiba2 kesini Yan? " tanya Wandi seraya duduk di dekat Ryan

"Ikatan batin antara orang tua dan anaknya yang membuat mertuamu kesini, di sepanjang perjalanan pun aku bisa melihat wajahnya yang
panik, cemas, begitu khawatir terhadap Acih. Apa Acih sakit Wan?? "

Wandi menggaruk2 kepalanya,

"Kena ganggu sesuatu dia Yan, perutnya seharian sakit, aku yang melihatnya saja, jadi terikut sakit. Entahlah, aku tak bisa menjelaskan nya. "

"Lalu sekarang keadaan nya
bagaimana? "

"Sudah lebih mendingan, setelah diobati dukun beranak.. "

Tiba2 dari dalam kamar terdengar rintihan Acih yang membuat Wandi langsung berdiri.
Wandi menempelkan kupingnya pada daun pintu, dari dalam kamar terdengar Amang Sesi mengatakan..
"Cucuku sudah tidak bisa diselamatkan. " ujar Amang Sesi membuat Wandi langsung masuk ke dalam kamar
Wandi terperangah melihat kasur itu sudah terdapat bercak2 darah,
Sementara Acih terus menggeliat2 menahan sakit sambil memegangi perutnya.

"Sakiitt.. " rintih Acih

Wandi langsung mendekat ke arah kasur ia memegang tangan istrinya dengan erat.
Ryan yang berdiri di depan pintu tampak gelisah melihat pemandangan di dalam kamar tersebut. Ia tahu apa yang sudah terjadi, karena Ryan sendiri terbilang sering berurusan dengan hal2 semacam itu.
Amang Sesi duduk bersila dengan benda mirip batu dan kayu di tangannya,
Beliau meremas batu itu kuat2 dan seketika itu Acih menjerit kesakitan.
Kedua tangan Amang Sesi bergetar, wajahnya pun mulai berkeringat.
Ryan yang melihat Amang Sesi tampak kewalahan itu, lantas duduk di belakangnya.
Dengan mata terpejam, Ryan berusaha fokus di tengah2 suara rintihan dan teriakan kesakitan Acih.
Tiba2, terdengar suara benda jatuh di atas atap, suaranya sangat nyaring sekali, karena memang mereka menggunakan Seng untuk atap. Tapi tidak hanya sampai disitu, berselang beberapa detik saja dengan suara benda jatuh tadi, suara ledakan terdengar bersamaan dengan suara
lengkingan panjang.

Hidung Ryan mulai mengeluarkan darah, begitupun juga dengan Amang Sesi.

Acih bangun dengan mata melotot, ia beranjak dari kasur, dan ketika tangan nya di tahan oleh Wandi, Acih langsung mendorong suaminya itu hingga terjengkang.
Tenaga Acih luar biasa
kuatnya, padahal sebelum itu untuk bangun saja Acih gemetar.

Acih berjalan mengelilingi kamar dengan mata melotot dan tatapannya sangat tajam, bahkan keluarga Wandi yang berada di depan pintu kamar itu langsung mundur ketika Acih menatap mereka satu persatu.
Wandi seketika menelan ludahnya ketika tiba2 saja pintu yang di tatap oleh sang istri tertutup secara tiba2 dengan sendirinya.

Wanita itu mulai menari, sepintas tarian nya mirip seperti tari ngonolah, kalimantan tengah. Sayup2 suara tangkanong yang tidak diketahui sumbernya
mulai mengiringi tarian wanita itu.

(Tari Ngonolah adalah ritual semacam untuk menolak/menghindari bencana/bala bagi dayak siang dan murung, kalau kalian ingin melihat tarian nya cari saja di youtube, InsyaAllah Ada. )
Wandi terduduk, baru kali ini ia benar2 merasa ketakutan. Bahkan bulu2 di seluruh badan nya sampai merinding semua, tarian itu terasa janggal, di tambah lagi suara musik yang mengiringi tidak diketahui berasal dari mana.
Acih mendekati Ryan dan Amang Sesi yang masih duduk bersila.
Acih menjulurkan lidahnya di hadapan mereka secara bergantian, entah salah lihat atau memang begitu adanya, Wandi melihat Lidah Acih bertambah panjang dan besar.
"PUSIIIIITTT !!!!! (KELUAAARRR !!!!)" teriak Acih tepat di samping Amang Sesi

Tiba2 Amang Sesi Terjengkang seolah ada yang mendorong tubuhnya dengan sangat kuat,
Kini darah tidak hanya keluar dari hidungnya tapi juga dari mulut.
Acih berdiri beberapa langkah tepat di atas lantai di mana kepala sang ayah berada, tubuhnya membungkuk dan kemudian ia langsung berteriak.
Seiring dengan teriakan Acih, kaki Amang Sesi terangkat, gerakan refleks ketika ada sesuatu atau seseorang yang menginjak perut kita.
Amang Sesi terkulai lemas tak berdaya, Wandi masih tak berani mendekat meski ia sangat ingin menolong sang mertua.
Acih berdiri dengan kepala yang kadang menengadah, menoleh kekiri dan ke kanan.
(Seperti sedang melihat sesuatu yang bergerak2 sangat cepat.)

Ryan terbatuk, darah segar keluar dari mulutnya. Namun Ryan masih tetap bertahan.
Ryan juga dapat merasakan ada sosok lain yang hadir pada saat itu untuk menolong mereka. Sosok yang pastinya sangat kuat sehingga kehadiran nya mampu membuat ilmu yang beradu menjadi tak berfungsi.

Braaaakkk…. Pintu kamar terbuka dengan sendirinya. Angin dingin masuk membuat
Wandi menggigil.

Di atas atap terdengar suara seperti ada yang berlarian. Tiba2 tubuh Acih lemas dan ambruk ke lantai.

Ryan membuka matanya, untuk beberapa saat ia terdiam dengan tangan kanan yang memegangi dadanya.
Tak bisa diceritakan bagaimana hebohnya keluarga Wandi yang berusaha membantu Amang Sesi dan Acih pada saat itu.

"Kau tak apa2 Yan? " tanya Wandi seraya membantu Ryan berdiri

"Aku tidak apa2. Kau bantu saja istri dan mertuamu. " ujar Ryan
Setelah keadaan sedikit tenang, Wandi dengan wajah kusutnya, berjalan menghampiri Ryan yang sedang tiduran.

"Apa yang sebenarnya terjadi Yan?? "

"Sekarang aku bertanya padamu, sebelum Acih sakit perut, apa kau ada bertemu dengan mantan istrimu?? " ujar Ryan balik bertanya
Wandi terdiam,

"Jawab!! "

"Ya. Ada. "

Ryan langsung mencengkram baju Wandi, kulit wajahnya yang putih seketika memerah.

"Jangan bilang kau masih menyimpan perasaan pada mantan istrimu itu! Kalau Itu benar, siap2 kau akan ku bunuh!! "
"Yan.. Lepas!! Aku tidak punya perasaan apa2 lagi terhadap dia !! "

"Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan atau rencanakan, tapi yang pasti Acih sakit seperti itu gara2 mantan istrimu !! Dan kalau sampai terjadi apa2 pada Acih, jangan harap kau bisa selamat dariku !!" bentak
Ryan dengan wajah yang merah padam

Wandi tak kalah marahnya mendengar perkataan Ryan yang seolah menuduh, terlebih lagi ketika Ryan mengancamnya.

"Kau itu siapa nya Acih hah??!! Jangan2 benar dugaan Toto dan Wewen, bahwa kau dan Acih pernah berpacaran!! Sampai2 kau mengancam
hendak membunuhku karena Acih. "

"Bangs*t !!! Apa kau lupa kau itu siapa?! Siapa yang membuat kau menjadi seperti sekarang ini hah??!! " bentak Ryan bersiap2 melayangkan tinjunya pada Wandi, namun untungnya di halangi oleh kakak perempuan Wandi

Ryan mendengus kesal, ia
memalingkan wajahnya ke arah lain.

Plaaaakk… Wandi di tampar oleh kakaknya.

"Jadi benar kau masih bertemu perempuan itu Wan??! " tanyanya dengan geram

"Ya! Tapi aku tidak sengaja bertemu dia! ! Dia mendekatiku dan mengatakan kalau anaknya itu adalah anakku!! " ujar Wandi
"Huh! Anak? Dan kau percaya begitu saja?!! " tanya Ryan dan kakak nya Wandi bersamaan

Wandi tak menjawab,
"Wandi, Wandi.. Otakmu itu dimana sebenarnya hah? Apa sudah tertukar dengan kotoran ayam?! Perempuan itu sudah meninggalkanmu, bahkan jauh sebelum dia hamil. Dan sekarang setelah kau menikah, hidup bahagia. Dia kembali lagi, dengan berbagai alasan untuk membuat huru hara rumah
tanggamu.!! Dan kau biarkan saja?! "

"Awalnya aku tidak percaya dia Yan, tapi setelah melihat wajah anak itu aku yakin bahwa dia memang benar2 anakku. Apalagi sekarang kehidupan nya dengan suami barunya itu benar2 menyedihkan Yan. Di Tubuhnya penuh luka pukulan. "
"Bodoh! Setelah apa yang dia lakukan padamu, dan kau masih peduli terhadapnya. , dasar bodoh, Dungu. " bentak sang kakak

"Sekarang begini saja, kalau memang kau masih ingin rujuk dengan mantan istrimu itu, silahkan. Tapi lepaskan Acih, dan kembalikan apa yang sudah diberikan
Amang Sesi padamu, lalu kita lihat apa mantan istrimu itu masih mau denganmu kalau kau sudah tak berharta??! " ujar Ryan seraya beranjak dari duduknya
Saat Ryan keluar dari rumah itu, raut wajah Wandi seketika berubah bimbang.

"Kalau memang bukan anakku, kenapa wajahnya sangat mirip denganku?" Batin nya gundah

Menjelang tengah hari, kedua orang tua Ryan datang membawakan ramuan obat kampung (tradisional) untuk Amang Sesi
dan Acih.

Wajah Amang Sesi terlihat pucat sekali,

"Luka dalam ku rasa mertuamu ini Wan. " ujar Amay Bujang

"Semoga saja istri dan mertuamu lekas pulih. "

"Saat Ryan pulang tadi aku sudah tak enak hati, apalagi ketika melihat darah kering di sekitar hidungnya, itu yang ku
tanya ada apa. "Lanjut Inay Suri

__

Seminggu lebih Amang Sesi terbaring diatas kasur, dan 3 malam terakhir sudah di adakan ritual pengobatan padanya. Itulah sebabnya sekarang Amang Sesi sudah bisa berbicara dan tak sepucat sebelumnya.

Acih pun sudah jauh lebih baik sekarang,
Hari itu saat Acih dan Ryan sedang asyik mengobrol di teras rumah keluarga Wandi. Wandi datang membawa seorang bayi laki2 yang wajahnya memang sepintas mirip dengan Wandi.

Wajah Acih berubah sedih, tangannya memegangi perut.
Melihat Acih seperti itu, Ryan langsung menatap tajam pada Wandi.

"Ini anak yang kuceritakan. " ujar Wandi seraya duduk di samping Acih

Acih mengangguk dan langsung menggendong bayi itu, menciuminya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Kau tahu anak siapa itu Cih? " tanya Ryan

Acih mengangguk, dengan bibir tersenyum.

Tapi Ryan tau senyum Acih saat itu hanya palsu.

Ryan menarik tangan Wandi dan membawanya menjauhi Acih.
Kau benar2 akan membawa anak itu ke tumbang belian?? " tanya Ryan

"Ya, dia anakku Yan. Walaupun aku dan ibunya bercerai, tapi tidak ada talak antara aku dan darah dagingku sendiri ! "
"Walaupun seandainya anak itu benar anakmu, tapi kurasa dia memberikan hak asuh anaknya padamu hanya untuk mendekatimu kembali. Salah2 nanti malah dia ingin rujuk dan hidup bermadu dengan Acih. Kasihan Acih Wan. "

Wandi tidak menjawab, ia lantas berjalan menjauh meninggalkan
Ryan.

________

Hari itu, mereka tiba di desa tumbang belian. Kedatangan mereka tentu disambut heboh oleh Toto, Wewen dkk lain nya.

"Siapa anak ini Wan? " tanya Wewen

"Anakku."

Toto mengerutkan alisnya,

"Rasanya kalian tak sampai sebulan di sana, masa Acih sudah
melahirkan?? "

Dan ketika Wandi menceritakan semuanya, Toto, Wewen tampak melongo.

"Baiknya Amang Sesi ya Wan, mau mengizinkan Acih mengurus anakmu, di rumahnya lagi. Ckckck.. " ujar Toto seraya berdecak kagum
Namun baru seminggu mereka di desa itu, mantan istri Wandi sudah datang kesana dengan alasan untuk menjenguk anaknya karena rindu.

Selama wanita itu tinggal di sana, Wandi dan Acih mulai bertengkar.
Bahkan Amang Sesi sempat tidur di talatap bersama Ryan dkk.
"Kurasa memang ada niat tak baik perempuan itu. " ujar Amang Sesi

"Sebelum dia kesini, rumahku itu kan bebas untuk siapa saja. Tapi tak pernah ada barang2 ataupun uang yang hilang. Dan saat dia datang, kalung emas Acih yang 20 gram itu hilang. Begitu juga dengan uang 3 juta
yang ku letakkan di kamar. "

Ryan menghela nafas panjang, ia tak tahu harus menjawab apa.

"Nanti saya akan coba menasehati Wandi mang. " ujar Ryan

Amang Sesi menepuk bahu Ryan pelan, sambil mengangguk.
"Ryaaannn!!!! Wandiiii!!! Stooooppp.. Berhentiii..!! " teriak Wewen

Sementara Toto dan yang lain nya berusaha untuk memisahkan mereka yang terlibat perkelahian tersebut.

Wandi sudah babak belur dan berdarah2 di hajar oleh Ryan, tetapi Ryan sama sekali tak ada sedikit pun
terluka.

Andai Amang Sesi tidak datang, pastilah Wandi sudah mati saat itu.
Untungnya lelaki paruh baya tersebut berhasil menenangkan Ryan.

"Sekali lagi kau berulah, mati kau ku hajar!! Kau camkan itu!! "
Wandi terkapar, ia tak sanggup lagi bangun. Dan sekitar setengah jam dari kejadian itu, Mantan istri Wandi kembali datang ke desa tersebut.

Ryan langsung menghalanginya saat ia akan turun dari kelotok,

"Jangan kau coba2 untuk merusak rumah tangga Wandi !! "
"Kau sudah kenapa Ryan? Aku kesini bukan untuk menemui Wandi, aku kesini untuk menemui anakku. "

"Huh, kau kira aku tidak tau maksud dan tujuanmu kemari hah?? Sekarang untuk kebaikan bersama, lebih baik kau pulang. "
Toto, Wewen dkk yang lain melihat dengan tajam ke arah mantan istri Wandi, membuat wanita itu akhirnya mau tak mau dia pun pergi.

Tapi baru seminggu setelah kejadian itu, Wandi jatuh sakit. Badan nya panas terkena demam tinggi.
Bahkan ia sudah dibawa ke beberapa mantri yang
berbeda desa, tapi tetap saja keadaan Wandi tak kunjung membaik.

Dan malam itu, sudah merupakan malam ketiga ritual pengobatan untuk Wandi, tapi tetap orang yang mengobati tak sanggup dibuatnya. Karena katanya penyakit Wandi itu bukan sembarangan, dan hanya akan bisa sembuh
kalau si pengirim yang mengobatinya.

Acih terduduk lemas mendengar itu.

"Siapa yang mengirimkan penyakit itu? " tanya Wewen

"Orang yang dia kenal baik. "

"Pasti perempuan itu. " gumam Ryan menahan amarahnya
2 minggu telah berlalu,keadaan Wandi semakin hari semakin parah, sekarang ia sangat pucat dan tubuhnya kembali kurus lagi.
Ia tak bisa bangun dari tempat tidurnya.
Bahkan makanan pun ia sudah tak bisa mengunyahnya, sehingga harus di haluskan terlebih dahulu.
Sore itu saat Ryan menjenguk Wandi, ia melihat Acih masuk kedalam kamar, di kedua tangan nya di penuhi keranjang yang di tutup dengan kain hitam. Ryan sama sekali tidak bisa melihat apa isinya.
(Pada saat itu Toto dan Wewen izin pulang ke desa mereka selama 1 mingguan untuk melepas rindu pada keluarganya. Sehingga Ryan hanya sendirian menjenguk Wandi.

Tapi Ryan tahu kalau wanita itu akan segera melakukan sesuatu untuk menyembuhkan suaminya.
"Ada yang bisa aku bantu? " tanya Ryan

"Sebelumnya ku ucapkan terima kasih padamu, Tapi untuk sekarang aku tidak ingin melibatkan siapapun dalam hal ini. "

Ryan mengangguk, ia tahu apa yang dihindari oleh Acih. Dan Ryan juga tahu siapa Wanita di hadapan nya ini yang sebenarnya.
Menurut Ryan, Acih Wanita Tumbang Belian itu masih memiliki keterikatan hubungan dengan sosok mahluk halus yang sangat kuat, kehadiran nya bahkan mampu menumpulkan semua kaji/ilmu kesaktian dari kawan maupun lawan. Sosok yang benar2 di segani oleh mahluk halus lain nya. Entah
hubungan seperti apakah yang terjalin antara Acih dan mahluk itu.

Malam semakin larut, pada tengah malam ketika Ryan sudah terlelap, ia mulai mendengar suara alat musik tangkanong dan gemerincing gelang yang biasa di pakai pada saat balian (ritual pengobatan).
Lantai tempat
Ryan berbaring pun ikut bergetar seperti ada yang sedang berjalan dan melompat2.

Ryan berjalan pelan, kearah kamar dimanan Acih sedang melakukan ritual.

Deg.. Ryan bergegas memalingkan wajahnya karena apa yang ia lihat di dalam, sangat tidak pantas untuk di lihat.
Ryan akhirnya hanya duduk bersandar di dinding, ia memainkan kotak rokoknya yang telah kosong.
Menunggu ada apa kira2 yang akan terjadi..

Praaaanggg… suara kaca pecah mengagetkan Ryan.

"Kemana Amang Sesi.? " tanya Ryan membatin
Praaaanggg… suara kaca pecah mengagetkan Ryan.

"Kemana Amang Sesi.? " tanya Ryan membatin

Memang aneh tak seperti biasanya, yang jika Ryan tidur di rumah itu, pasti Amang Sesi juga akan ikut tidur di luar menemani Ryan. Tapi tidak dengan malam itu.
Pada kokok ayam pertama, Ryan sudah tak lagi mendengar suara tangkanong dan gemerincing gelang, saat Acih keluar kamar dengan menggunakan lilitan kain hitam di tubuhnya, Ryan menghela nafas lega. Tapi tetap Ryan tak bisa kembali melanjutkan tidurnya. Ia masih kepikiran dengan
apa yang di lakukan oleh Acih tadi.

"Semoga semuanya baik2 saja. " batin Ryan

Keesokan harinya, Acih baru bangun ketika Ryan dan Amang Sesi sudah minum kopi di teras rumah.

"Wandi sudah mulai membaik. " ucap Acih seraya tersenyum

"Bagaimana bisa? " tanya Ryan
Acih tak menjawab, melainkan hanya tersenyum seraya menciumi bayi yang di gendongnya.

3 hari kemudian, Toto dan Wewen datang, belum lagi kelotok yang mereka tumpangi berhenti, ia sudah memanggil2 nama Ryan.
Membuat pemuda tampan itu hanya geleng2 kepala melihat kelakuan
kedua sahabatny tersebut.

"Yan, kau tau tidak? " tanya Wewen

"Bagaimana aku tau, kau saja belum bercerita. "
"Mantan istrinya Wandi matoi. " ujar Toto
(Matoi - Mati/meninggal)

Mata Ryan terbelalak kaget, tak menyangka.

"Kau serius?? " tanya Ryan

Toto dan Wewen mengangguk bersamaan.

Ryan terdiam,
"Matinya mendadak Yan, seluruh tubuhnya membiru. Bahkan katanya pembuluh darahnya pecah semua. " cerita Wewen

"Bukan pembuluh darahnya Wen, tapi urat2 ditubuhnya. " ujar Toto meralat perkataan Wewen seraya menunjuk ke lengan nya yang terdapat urat menonjol keluar

"Sebaiknya
kita beritabu Wandi Yan. "Usul Toto

Ryan menggeleng,

"Kurasa sebaiknya tidak usah. "

"Kenapa? "

Ryan menghela nafas panjang, ada sesuatu yang sulit ia jelaskan untuk saat itu.

Seminggu setelah hari itu, Ryan dan kedua sahabatnya berpamitan untuk pulang. Karena mereka akan
berhenti bekerja disana.

"Sebenarnya aku tidak ingin kehilangan anak2 muda terbaik seperti kalian ini, tapi aku tidak bisa mencegah kalian untuk pergi. Jadiku doakan semoga dimanapun kalian berada, kalian selalu sehat dan banyak rejeki. " ujar Amang Sesi

Ryan mengangguk,
Kelotok yang akan mereka tumpangi sudah menunggu, sehingga Ryan dkk nya harus segera berangkat.

"Kau tetap saudaraku meski kita mungkin akan jarang bertemu. Titip Wandi ya Cih. Aku tau kau lebih dari hanya sekedar Wanita Desa Tumbang Belian. " ucap Ryan sebelum pergi
Acih Tersenyum dan melambaikan tangan kearahnya.

SELESAI...

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with ENSUN BURUNG

ENSUN BURUNG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Aug 16
NONIK
(Si WANITA MALANG, KORBAN LAKI-LAKI MOKONDO)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
“Capati pang ma.. Ulun kada sabaran lagi nah.. (Ayo cepat ma.. Aku sudah tidak sabar lagi..)” ujar seorang anak laki laki berusia 10 tahunan seraya menarik tangan ibunya

Ya, hari itu keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang tersebut akan pindah rumah, ke rumah baru mereka.
4 orang dalam keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan 2 anaknya. Kita panggil saja nama si ayah pak Fahri, kisaran usia 35 tahunan. Si ibu bernama Desi, kisaran usia 30 tahunan. Anak pertama mereka sebut saja namanya Vendra usia 10 tahun. Dan anak kedua mereka bernama Salsa yang
Read 185 tweets
Aug 3
Liburan Di Desa Kakek Di Pedalaman Kalimantan
(Pengalaman horor yang tidak akan pernah terlupakan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

Malam minggu ini kita cerita yang ringan2 dulu ya..

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, libur panjang sekolah itu akan mereka isi dengan berbagai macam hal-hal menyenangkan di desa kakek, desa yang sudah lama tidak pernah keluarga anggi kunjungi lagi.
Kurang lebih sekitar 10 tahun anggi tidak pernah ke desa kakeknya. Terakhir ke desa saat ia masih berusia 7 tahun, dan sekarang usia anggi sudah menginjak 17 tahun.
Read 96 tweets
Jul 23
ANTHONY VAN DIEMEN

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

Nama tokoh utama dalam cerita kali ini tidak di sensor, tentunya sudah dengan persetujuan yang bersangkutan.

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Hay om, namaku Elina.." kata gadis itu diawal perkenalan pada om rasth

______

2004, saat itu elina baru berusia 17 tahun. Dan tepat di usia ke 17 nya itu. Ekonomi keluarganya juga sedang berada di puncak kejayaan.
Usaha orang tuanya berjalan sangat lancar dan jauh lebih berkembang dari sebelumnya.

Dan pada saat itulah, satu persatu semua keinginan mereka mulai di wujudkan.
Read 213 tweets
Jun 24
PESUGIHAN LUDAH POCONG

Begitu di upload langsung selesai. Tidak bersambung. Jadi mohon supportnya ya.. Retweet banyak2😁..

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Cerita ini diceritakan oleh salah satu ponakan disini yang pernah bekerja di rumah makan tersebut.

Nama tokoh dalam cerita ini sudah disamarkan.
_____

2018..
Kalimantan selatan.

Sebut saja namanya Hatni, saat itu dia baru saja lulus sekolah Menengah Atas. Namun karena orang tuanya tidak punya biaya, akhirnya hatni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya kebangku kuliah.
Read 181 tweets
May 27
PENGAGUM RAHASIA

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Namanya Esah. Dia adalah seorang gadis yang baru saja naik kelas 6 SD. Dia termasuk anak yang paling pintar di kelasnya. Diawal tahun pelajaran baru itu, ada murid pindahan dari sekolah lain yang masuk dikelas tersebut.
Perawakannya tinggi, lebih tinggi dari anak2 laki2 lain di kelas itu. Wajahnya juga tampan dan memiliki kulit putih namun terkesan pucat.

Matanya sayu, dan lebih sering menyendiri ketimbang berbaur dengan teman2 dikelasnya.
Read 157 tweets
May 3
GANTUNG JODOH

Cerita ini merupakan salah satu kiriman dari ponakan om rasth. Untuk nama dan tempat sudah disamarkan.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.

Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.
Read 80 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(