FIDI MUHAMMAD Profile picture
Jul 8 152 tweets 19 min read
Kisah ini dialami oleh 4 orang, 2 cowok dan 2 cewek. Sebut saja mereka adalah Nino, Dimas, Felly dan Yuni.

Kisah horor ini mereka alami ketika melakukan perjalanan pulang dari Jakarta menuju ke Semarang.
Dimana waktu itu mereka berempat ini disesatkan google maps ke sebuah hutan. Dan parahnya lagi didalam hutan itu mobil yang mereka kemudikan ini mogok pas tengah malem pula.
Untungnya waktu itu mereka didatangi sama orang yang ngakunya warga, dia nawarin mereka berempat buat nginep dulu di rumahnya, tapi ternyata orang yang ngakunya warga itu malah ingin menjadikan salah satu dari mereka sebagai tumbal.
Mulai ke cerita...
Nino, Dimas, Felly dan Yuni. Sejak SMA mereka berempat sudah bertemen akrab dan itu sudah sangat lama, sampai sekarang kuliah pun mereka masih bareng-bareng.
Mereka berempat tinggal di satu daerah yang ada di Semarang Jawa Tengah. Setelah kelulusan sekolah mereka sepakat untuk melanjutkan kuliah ke Jakarta.
Disana mereka kuliah di satu universitas dan mengontrak 2 rumah untuk tempat tinggal. Yang satu buat yang cowok satunya lagi buat yang cewek.
Waktu itu tepat hari libur semester. Di hari liburnya kali ini mereka sangat senang karena sekarang Nino dipegangin mobil sama orang tuanya.
Jadi kalau mau pulang ke Semarang mereka tidak perlu naik kereta lagi. Bisa dibilang Nino ini dari keluarga yang cukup kaya dibanding yang lain.

Karena libur semester ini cukup lama mereka sepakat buat pulang dan kali ini mereka pulangnya bareng-bareng pakai mobilnya Nino.
Siang itu mereka berkemas dan berangkat untuk pulang. Nino dan Dimas menjeput mereka yang cewek ke kontrakannya setelah itu langsung check out dari Jakarta.

Di perjalanan mereka ngobrol ngalor ngidul dan berunding,
“Kita mau lewat jalan tol atau gimana nih?”, tanya Nino.
“Jalan umum aja gimana? Biar ntar bisa mampir2 gitu di pinggir jalan”, saran Felly.
“Kita mau lewat jalan tol atau gimana nih?”, tanya Nino.
“Jalan umum aja gimana? Biar ntar bisa mampir2 gitu di pinggir jalan”, saran Felly.
Benar saran Felly. Jadi nanti kalau mau ngopi-ngopi di pinggir jalan kan enak sedangkan kalau lewat tol susah. Mereka semua sepakat untuk lewat jalan umum saja, lagian waktu itu mereka juga tidak mengejar waktu.
Mobil di kemudikan Nino dengan santai dan menggunakan google maps sebagai petunjuk arah hingga sampailah mereka di daerah Subang Jawa Barat pada sore hari. Karena lapar mereka mampir di warung makan yang menyajikan makanan khas Subang yaitu nasi liwet.
Setelah selesai makan mereka lanjut berkendara lagi dan kali ini mereka mencari warung kopi sekalian menunggu habis waktu maghrib.
Sebuah warung yang cukup sederhana, mereka menghentikan mobilnya lagi di depan warung tersebut. Jadi posisi mereka ini masih di daerah Subang.

Setelah turun dari mobil Yuni ngambil tas kecil dan jalan berlawanan arah,
“Kemana Yun?, tanya Nino.
“Sholat dulu, kalian gak pada sholat juga?”, jawab Yuni.
“Enggak deh, capek banget aku”, jawab Nino.
“Iya sama, aku juga”, lanjut Dimas.
“Sama Felly aja tuh, aku pesenin kalian kopi”, sahut Nino.
“Aduh aku lagi halangan”, lanjut Felly.
“Yaudah deh, aku ke mushola dulu ntar nyusul”, lanjut Yuni.
Di waung mereka ngobrol-ngobrol sambil ngopi dan tidak lama kemudian Yuni yang sudah selesai sholat datang dan ikut gabung sama yang lain.
“No, kira-kira kita sampai Semarang jam berapa ntar?, tanya Yuni.
“Tengah malem mungkin, itupun kalau gak pake istirahat, paling lambat ya besok pagi lah, ntar kalau capek kita istirahat di pom bensin aja”, jawab Nino.
“Iya nyanta aja lah kita, gak keburu waktu juga kan?”, sahut Felly.
“Oh yaudah, soalnya ibuku tanya barusan”, lanjut Yuni.
Sambil menikmati kopinya masing-masing mereka saling bercanda hingga tidak terasa waktu maghrib sudah habis, mereka membayar kopi yang dipesan kemudian melanjutkan perjalanan. Sebelum mengemudikan mobil Nino set google maps di hpnya dan di arahkan langsung ke Semarang.
Sampai disini mereka masih have fun saja dan tidak ada yang aneh, mereka sudah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan setelah meninggalkan warung kopi tadi,

“No, sini aku gantiin nyetir”, ucap Dimas.
“Ntar aja Dim, sekalian cari pom bensin”, jawab Nino.
Beberapa kilometer kemudian mereka mampir di pom bensin buat ngisi bensin mobilnya, setelah isi bensin itu ganti Dimas yang ambil alih kemudi.
Map yang mereka jadikan petunjuk itu menunjukan kalau sekarang mereka sudah sampai di daerah Cirebon, terlihat semuanya pada tidur kecuali Dimas yang sedang mengemudi.
“Wah parah nih anak-anak, giliran aku pegang kemudi malah ditinggal tidur”, batin Dimas. Dia memutar lagu Rock dengan volume cukup keras untuk mengusir rasa ngantuk karena bagi Dimas lagu yang ber-genre Rock itu bisa membuat dirinya jadi bersemangat.
“Dim, lagunya kecilin dikit napa berisik banget”, ucap Yuni dengan nada kesal dari kursi belakang.
“Kamu yang berisik, udah kamu tidur aja ntar kalo udah nyampe aku bangunin”, jawab Dimas.
“Udah nyampe mana emang?”, tanya Yuni.
“Cirebon”. Jawab Dimas singkat.
Yuni kembali tidur dan Dimas fokus dengan jalan. Sekitar 1 jam berkendara mereka melewati hutan yang cukup gelap, disitu Dimas menghentikan mobilnya di pinggir jalan,

“Knp berhenti Dim?”, tanya Nino terbangun.
“Bentar aku kebelet pipis”, jawba Dimas buru-buru turun dari mobil.
Dimas kencing didekat mobil di pinggir jalan, sambil kencing itu dari sorot lampu darurat mobil samar-samar dia melihat ada orang tua yang memakai baju gembel sedang berjalan dari belakang.
“Itu orang tua ngapain jalan sendiri di tengah hutan?”, pikir Dimas dan disitu dia merasa sedikit takut.
Setelah selesai kencing dia buru-buru masuk kedalam mobil dan lekas mengemudikan mobilnya. Karena masih penasaran dia lihat orang tadi dari kaca spion tapi tidak ada, entah orang tadi sudah pergi apa memang sudah tidak terlihat karena gelap.
Dimas berfikir positif saja, mungkin saja tadi memang orang gila, secara kalau dilihat dari pakaiannya memang seperti orang gila.
Sementara yang lain masih tidur dia terus mengemudikan mobil hingga tanpa disadari jalan yang dia lewati itu membawanya masuk kedalam hutan yang sangat lebat, jalan aspal yang tadi dilewati putus dan sekarang dia melewati jalan berupa tanah dan bergelombang.
Dimas mulai panik, dia lihat google maps sudah tidak berfungsi karena tidak ada sinyal, lalu dia memberhentikan mobilnya dan membangunkan teman-temannya.
“Eh bangun-bangun”,
“Udah sampai Dim?”, jawab Nino keadaan ngantuk.
“Belum, mapsnya gak fungsi karena gak ada sinyal”, jelas Dimas.
“Emangnya ini sampai mana Dim?, tanya Felly dari belakang.
“Mana aku tau, dari tadi jalannya hutan mulu gak ada rambu2 sama sekali”, jelas Dimas.
Mereka semua mengamati keadaan sekitar dan yang terlihat adalah hutan yang sangat gelap,

“Ini dimana Dim?”, tanya Nino.
“Gak tau No, tadi aku lurus aja ngikutin jalan trus tiba-tiba jalan aspalnya putus”. Jelas Dimas.
Nino mengambil hp untuk melihat maps dan posisi terakhir di maps adalah di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

“Gimana ini No, apa puter balik aja kita?”, tanya Dimas.
“Iya puter balik aja ke jalan aspal”. Jawab Nino.
Dimas menjalankan mobil lagi untuk mencari tempat putar balik tapi susah karena jalannya ini hanya cukup untuk satu mobil saja.

“Gimana caranya puter balik ini?, ucap Dimas.
“Coba kedepan lagi Dim, kayaknya disana ada tempat yang cukup luas”, jawab Dimas.
Felly dan Yuni hanya diam di belakang karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, seringkali Felly memperhatikan keadaan sekitar dan sekilas dia melihat ada laki-laki tua membawa cangkul yang sedang berdiri di sebelah pohon, dia sedang memperhatikan mobil mereka.
Bulu kuduk langsung berdiri, dia membuang pandangannya dari orang tersebut.

Beberapa meter kedepan tiba-tiba, “Bruuakk!!”. Ban mobilnya melewati lubang dan sepertinya lubangnya itu cukup besar.
“Dim hati-hati Dim, kalo sampai bocor mampus kita”, ucap Nino.
“Perasaan gak ada lobang deh tadi?”, ucap Dimas yang gak ngerasa ada lobang sama sekali.

Belum sampai di tempat yang dituju tiba-tiba... “Glekk!!”. Mesin mobilnya mati alias mogok.
“Ngapain berhenti Dim?”, tanya Yuni dari belakang.
“Mampus, mobilnya mogok!”, jawab Dimas dengan panik.
“Coba cek indikator bensinya Dim?”, pinta Nino.
“Masih banyak kok”, jawab Dimas sambil memperhatikan indikator bensin.
“Lagian gak mungkin habis kan tadi udah diisi”, lanjut Dimas.
Mereka semua panik tidak karuan, seringkali Felly melihat kearah belakang untuk mencari laki-laki tua yang dia lihat tadi, tapi tidak ada.

“Kalian berdua didalam aja, biar aku sama Dimas cek mesinnya”, ucap Nino pada Felly dan Yuni.
Nino dan Dimas turun dari mobil dan melihat keadaan mesinnya, tapi setelah dilihat sepertinya mesin mobilnya ini tidak ada masalah sama sekali dan normal. Karena mungkin indikator bensinya rusak mereka cek tangki bensin dan tangki bensin pun masih terlihat isi.
“Yun, gimana ini aku takut”, ucap Felly didalam mobil.
“Tenang aja Fell, biar di cek dulu sama Nino dan Dimas”, jawab Yuni.

Karena tidak menemukan kerusakan Nino dan Dimas kembali masuk kedalam mobil.
“Gimana No? Udah beres?”, tanya Yuni.
“Di bagian mesin gak ada yang rusak tapi kok bisa mogok ya”, jawab Nino.
“Coba nyalain lagi Dim...”, pinta Nino.
Dimas coba menghidupkan lagi mesin mobilnya tapi tetap saja tidak bisa dan keadaan itu membuat mereka semua panik dan takut karena mengingat posisinya mereka sekarang ada didalam hutan. Mau minta bantuan tidsk ada orang dan juga tidak ada sinyal.
Karena mungkin yang dikatakan Yuni itu benar mereka berdiam didalam mobil sambil mencari solusi, setelah cukup lama menunggu Dimas coba menyalakan mesin mobilnya lagi tapi tetap saja tidak bisa.
“Kamu tadi kok bisa sampai sini gimana sih Dim?”, ucap Felly kesal.
“Kan tadi udah aku bilang gpsnya mati”, jawab Dimas sedikit kesal.
“Udah-udah gak ada gunanya bahas itu, sekarang gimana caranya mobilnya ini bisa jalan lagi dan kita keluar dari sini”. Sahut Nino.
“Coba dorong aja No, siapa tau bisa nyala”, saran Yuni.
Mereka turun dan mendorong mobilnya kecuali Dimas yang menghandel kopling untuk menyalakan mesin mobil selama didorong.
Pas turun dari mobil pandangannya Felly tiba-tiba tertuju ke sebuah pohon yang tidak jauh dari situ dan samar-samar dia melihat ada orang yang tengah berdiri tegap menghadap kearah mereka. Spontan Felly membuang pandangannya dari pohon tersebut dan ikut mendorong mobil,
tapi usahanya itu tidak membuahkan hasil, mesin mobilnya tetep saja tidak bisa nyala.

Karena capek mereka menghentikan usahanya itu dan bersandar lemas di belakang mobil sambil mengatur nafas,
“Udah lah, capek aku”, ucap Felly.
“Sama, ini mau gak mau kita tunggu pagi buat cari bantuan”, lanjut Nino.
Dalam kondisi capek lagi-lagi pandangan Felly tertuju ke sebuah pohon dan ternyata pohon itu adalah pohon yang dia lihat tadi.
“Loh, perasaan tadi udah dorong mobil ini cukup jauh lo tapi kok itu pohon masih keliatan disitu?”, ucap Felly dalam hati. Lalu dia memperhatikan keadaan sekitar dan ternyata benar, ini memang tempat tadi sebelum mendorong mobil.
“Kalian ngerasa ada yang aneh gak?”, ucap Felly.
“Aneh kenapa Fell?”, tanya Nino.
“Ini tempat kan terakhir kali kita berhenti”, jelas Felly.
“Masa sih Fell?”, tanya Nino.
“Iya, aku nandain pohon itu”, jawab Felly menunjuk ke pohon tersebut.
“Kamu yakin Fell?”, tanya Yuni.
“Yakin banget Yun, terakhir kali kita berhentinya disini”, jawab Felly.
Mereka bertiga saling memandang heran, lalu Dimas turun dari mobil dan menghampiri mereka bertiga,

“Gimana ini, mobilnya tetep gak mau nyala”, ucap Dimas.
“Yaudah gini aja, kalian berdua tunggu didalam mobil aku dan Dimas coba cek sekitar siapa tau ada orang”. Ucap Nino.
Felly dan Yuni kembali masuk kedalam mobil, sambil berjalan sesekali Felly melihat kearah pohon tadi dan samar-samar terlihat lagi ada orang yang tengah berdiri di dekat pohon tersebut. Spontan Felly membuang pandangannya lagi dan cepat-cepat masuk kedalam mobil.
Waktu sudah menunjukan pukul 21.00. Perasaan Felly bercampur aduk antara takut dan khawatir tidak mendapat bantuan. Didalam mobil dia bilang pada Yuni,
“Yun, kamu ngerasa ada yang aneh gak malam ini?”,
“Aneh kenapa Fell?”, tanya Yuni.
“Kayak ada sesuatu gitu yang ngikutin kita”, jawab Felly.
“Huss, jangan nomong aneh-aneh, berdoa aja Fell”, tegas Yuni.
Sementara Felly dan Yuni didalam mobil Nino dan Dimas meng-eksplore keadaan sekitar menggunakan senter hp tapi tidak ada tanda kehidupan sama sekali, semuanya hutan dan gelap.
“Udah No kita balik mobil aja tunggu pagi”, ucap Dimas.
“Aku masih gak habis pikir deh, perasaan mesin mobil gak kenapa-napa dah, tapi kok bisa mogok?”, lanjut Nino.
“Iya ya, apa jangan-jangan ini hutan banyak setannya No dan mobilnya sengaja di mogokin”, ucap Dimas.
“Huss, ini kalau ngomong asal nyeplos aja, gak baik ngomongin setan di tengah hutan”. Jawab Nino.

Karena memang tidak ada tanda-tanda kehidupan mereka berdua kembali ke mobil.
“Gimana, nemu bantuan nggak?”, tanya Felly.
“Gak ada, sepi”, jawab Dimas.
“Trus kita gimana?, tanya Felly.
“Udah jangan panik, sekarang kita tidur aja semoga besok kita dapat bantuan”, jawab Dimas sambil mengunci pintu mobil.
Mereka mengatur posisi kursi masing-masing dan berusaha tidur.

Ketika sedang nyenyak tidur tiba-tiba... “Tok tok tok”, sayup-sayup terdengar ada yang mengetuk kaca mobil dari luar.
Felly yang menyadari itu terlebih dahulu langsung bangun tapi dia tidak berani membuka kaca mobilnya,

“Yun bangun Yun”, ucap Felly membangunkan Yuni.
“Ada apa Fell?”, tanya Yuni dalam keadaan ngantuk.
“Ada yang ketuk-ketuk di luar”, jelas Felly.
“Tok tok tok”... Suara ketukan itu masih berlanjut

“Siapa Fell malem-malem gini?”, tanya Yuni takut.
“Gak tau, gak keliatan orangnya”, jawab Felly.

Yuni langsung membangunkan Nino dan Dimas,
“Nino, Dimas bangun”,
“Ada apa Yun?”, jawab Dimas dalam keadaan ngantuk.
“Ada yang ketuk-ketuk diluar”, jelas Yuni.
“Siapa?”, tanya Dimas.
“Gak tau gelap”, jawab Yuni.
Nino dan Dimas langsung bangun dan coba melihat siapa yang ketuk-ketuk kaca mobil tapi mereka tidak bisa melihat karena kondisinya sangat gelap.
“Jangan-jangan hantu nih”, ucap Dimas dengan panik.
“Huss, udah bukain aja siapa tau ada orang yang mau bantu kita”, pinta Yuni.
“Kamu aja deh No yang buka”, pinta Dimas pada Nino.

Pelan-pelan Nino membuka kaca mobilnya.
Buull... Terlihat ada laki-laki paruh baya, dia mengenakan kemeja hitam, pakai blangkon di kepalanya dan sedang mengepulkan asap rokok.

Mereka semua dibuat tercengang melihat orang itu,
“Maaf pak, ada apa ya?”, tanya Nino gemetar.
“Kalian pada ngapa disini?, jawabnya dengan logat jawa ngapak.
“Ee itu pak, mobil kami mogok jadi kami terpaksa nunggu pagi”, jawab Nino.
“Aja turu nang kene, ra apik”, ucap laki-laki itu.
(Jangan tidur disini, gak baik)
“Iya pak maaf, tapi mobil kami gak bisa jalan pak”, ucap Nino.
“Pada turu ning omahku bae aja turu nang kene, nang kene rawan. Ayo pada melu”, ucap laki-laki itu.
(Pada tidur dirumahku aja jangan disini, disini rawan. Ayo pada ikut)

Mendengar tawaran itu mereka semua berunding,
“Gimana nih, mau ikut sama bapak itu kerumahnya gak?”, tanya Nino.
“Disini aja lah No, nanggung bentar lagi juga pagi”, jawab Felly yang aneh dengan bapak itu.
“Iya kita ikut aja, besok sekalian minta bantuan”, sahut Dimas.
Felly hanya menurut meskipun sebenarnya dia sangat ragu.

“Boleh pak, sebelumnya terima kasih ya”, ucap Nino pada laki-laki paruh baya.
“Yaudah barang-barange ditinggal bae nang kene”, jawab laki-laki itu.
Mereka membawa barang-barang yang dibutuhin aja, selebihnya mereka tinggal di mobil. Mobil dikunci sama Nino dan mereka ikut berjalan bersama laki-laki itu.
“Malam-malam gini habis dari mana pak?”, tanya Nino.
“Habis cari obat-obatan di hutan”, jawab laki-laki paruh baya.
“Kok tengah malem pak?”, lanjut Nino.
“Udah dari tadi sore tapi kemalaman di hutan”, jawabnya.
Kalau dilihat-lihat apa yang dikatakan bapak itu benar karena terlihat di tangannya sedang membawa bungkusan sarung.
Sambil berjalan mengikuti orang itu perasaan Felly sangat tidak nyaman entah karena apa, seringkali dia memperhatikan gerak-gerik bapak itu yang menurut Felly tampak aneh.
Nah, ketika sedang fokus memperhatikan orang itu tiba-tiba dia melirik kearah Felly dengan senyum sinis, menyadari itu Felly langsung membuang pandangannya dan berjalan mendekati Yuni.
Setelah beberapa meter berjalan di depan tampak sebuah perkampungan. Spontan Dimas dan Nino kaget,
“No, perasaan tadi gak ada apa-apa, tapi itu kok ada perkampungan?”, bisik Dimas pada Nino. Nino diam sejenak memperhatikan kampung itu,
“Iya ya, tadi kita kurang jelih mungkin”, jawab Nino.
Beberapa meter kemudian sampailah mereka di sebuah rumah tua dan rumah ini letaknya ada di ujung kampung tersebut. Bapak itu membuka pintu rumahnya,
“Ayo pada masuk, istirahat dulu aja disini besok saya bantu betulin mobilnya”, ucap si bapak.
“Iya pak, sekali lagi terima kasih atas bantuannya”, jawab Nino dan mereka semua masuk kedalam rumah itu.
Sreeepp.. Aroma wangi dupa tercium oleh mereka semua, terlihat rumah bapak ini sangat suram, banyak benda-benda aneh yang tertempel di dinding dan di beberapa sudut ruangan terdapat sebuah sesajen bekas ritual.
“Kalian duduk aja saya kedalam dulu, ada sedikit nasi yang bisa kalian makan”, ucap si bapak.
“Aduh gak usah repot-repot pak, kita udah makan kok”, jawab Nino.
Bapak itu mengabaikannya dan masuk kedalam, beberapa saat kemudian dia keluar sambil membawa nasi tumpeng.
“Ayo madang sik”, ucap si bapak meletakan nasi tumpeng diatas meja.
(Ayo makan dulu)
“Waduh pak jadi ngrepotin”, ucap Nino.
“Udah gapapa, di kampung habis ada acara selametan dan ini nasinya masih sisa”, ucap si bapak.
Bapak itu memperhatikan mereka satu per satu. Felly yang menyadari itu semakin merasa tidak nyaman, dia mempunyai firasat buruk.

“Udah ayo makan, gak baik nolak rejeki”, ucap Dimas mengambil nasi.
“Terima kasih ya pak, kalau gitu kita makan dulu ya nasinya”, ucap Nino.
Satu per satu mereka mengambil nasi itu dengan wadah daun pisang, ketika giliran Felly yang mengambil nasi tiba-tiba pandangannya tertuju ke luar pintu yang belum ditutup,
disana dia melihat ada laki-laki tua yang sedang membawa cangkul dan tudung tani. Laki-laki itu terus melihat ke arah Felly seperti mengisyaratkan sesuatu.
Pandangan Felly belum lepas dari laki-laki tua itu lalu tiba-tiba si bapak menutup pintunya hingga Felly tidak bisa melihat keluar.
“Makan yang kenyang ya, saya tinggal kebelakang dulu, nanti kalau mau istirahat disana aja”, ucap si bapak menunjuk kearah karpet lantai.
“Iya pak, makasih ya”, jawab Nino.
Felly lanjut mengambil nasi setelah itu dia ambil posisi untuk makan, setelah makan beberapa suap nasi tiba-tiba Felly teriak histeris karena nasi yang dia makan itu tiba-tiba berubah menjadi belatung yang masih hidup. Dia langsung membuang nasi itu ke lantai.
“Ada apa Fell?”, tanya Nino kaget.
“Ada belatung di nasiku”, jawab Felly ketakutan.

Mereka semua melihat nasi yang dibuang ke lantai tapi tidak ada belatung sama sekali,
“Mana ada belatung Fell?”, tanya Nino.
“Ada.. nasiku jadi belatung”, jawab Felly yang masih ketakutan.
“Ah ngaco nih anak, udah Fell jangan teriak-teriak gitu gak enak sama yang punya rumah”, sahut Dimas.

Yuni coba menenangkan Felly,
“Udah Fell, gak ada belatung kok, yaudah kalo gitu kita tidur aja”, ucap Yuni merangkul tubuhnya Felly yang masih ketakutan.
“Aku gak mau disini, kita balik ke mobil aja yuk”, pinta Felly.
“Jangan gila kamu Fell, jam berapa ini mau balik ke mobil”, sahut Dimas.
“Udah-udah, kalo gitu sekarang kita istirahat aja. Kamu yang tenang ya Fell, besok pulang kok”, ucap Nino menenangkan Felly.
Felly melihat lagi nasi yang dia buang dan kali ini benar-benar nasi bukan belatung.
Ketika sedang merangkul tubuh Felly, sekilas Yuni melihat ada orang yang sedang mengintip mereka dari sela-sela selambu pintu, orang itu langsung pergi dari selambu setelah tau kalau Yuni menyadari keberadaannya. Yuni hanya diam,
lalu mereka meletakan nasi diatas meja dan pindah ke karpet lantai.

Sambil berjalan menuju ke karpet lantai mata Yuni tidak lepas dari selambu itu karena penasaran dengan siapa yang ada dibalik selambu itu.
“Mau kemana kamu Dim?”, tanya Nino pada Dimas.
“Kebelet kencing”, jawab Dimas beranjak keluar rumah.
“Jangan kencing sembarangan Dim”, ucap Nino.
“Enggak-enggak”, jawab Dimas.

Dimas berjalan ke sebuah pohon yang tidak jauh dari rumah itu untuk menanunaikan hajatnya,
setelah selesai kencing dia dihadang oleh sosok laki-laki tua membawa cangkul dan mengenakan tudung tani.

“Jaga temanmu, dia lemah”, ucap laki-laki tua secara tiba-tiba.

Dimas tidak menghiraukan ucapan laki-laki itu dan berlari kembali masuk kedalam rumah dan menutup pintunya.
Melihat Dimas yang tampak panik Nino bertanya,

“Kenapa kamu Dim? Kayak habis dikejar setan?”.
“Bukan dikejar tapi didatengin”, jawab Dimas.
“Didatengin setan?”, tanya Nino penasaran.
“Tau, tadi ada orang tua tiba-tiba nongol, katanya suruh jagain temenku”, jawab Dimas.
“Laki-laki tua? Dia bawa cangkul gak?”, tanya Felly.
“Iya, kamu kok tau Fell?”, tanya Dimas balik.
“Aku tadi sempet liat orang itu pas kita lagi makan”, jelas Felly.
Yuni mulai merasa curiga dengan rumah ini tapi dia tidak ingin buruk sangka dulu, dia menyimpan rasa curiganya itu.

“Fell, kamu jangan nakut-nakutin napa”, ucap Dimas.
“Siapa yang nakutin, orang tadi beneran aku liat ada orang itu kok”, jawab Felly.
Suasana malam itu jadi mencekam dan mereka semua takut terlebih melihat kondisi rumah ini yang penuh dengan sesajen dan bekas dupa yang dibakar.
“Kayaknya bapak tadi itu dukun deh”, ucap Nino sambil memperhatikan seluruh isi rumah.
“Apa balik ke mobil aja kita?”, ucap Dimas.
“Jangan bahaya ini udah tengah malem, mending disini aja sampai pagi tapi kita jangan sampai ada yang tidur ya”, timpa Yuni.
Suasana hening menambah suasana horor di rumah ini, suara burung malam sesekali memecah kesuyian malam.
Diatas karpet mereka duduk melingkar dan berusaha untuk tidak tidur, tidak berselang lama satu per satu dari mereka menguap, rasa ngantuk yang luar biasa sudah tidak bisa ditahan dan tanpa disadari mereka semua tertidur.
Ketika sedang tidur sayup-sayup ada suara berat yang berbisik di telinganya Yuni,

“Bangun... Bangun... jangan tidur disini”.
Yuni langsung duduk dari tidurnya dan memperhatikan keadaan sekitar, terlihat Nino dan Dimas sedang tidur lelap dan disitu dia tidak melihat keberadaan Felly.

“Fell... Felly kamu dimana?”, ucap Yuni tapi tidak tanda-tanda keberadaan Felly.
Yuni beranjak bediri dan mengambil tasbih yang ada didalam tasnya. Sambil terus memanggil nama Felly dia berjalan pelan-pelan menyusuri ruangan ini.
Jarinya tidak berhenti menghitung tasbih dengan bacaan sholawat dalam hati, lalu terdengar ada suara langkah kaki yang berjalan dibelakangnya.

“Srek.. srek.. srek..”

Yuni terdiam dan panik, lalu terdengar lagi ada suara laki-laki yang berucap,
“Kamu jangan ikut campur atau nasibmu akan sama seperti temanmu”.

Pelan-pelan Yuni memberanikan diri untuk melihat kebelakang dan ternyata dibelakangnya itu adalah si bapak pemilik rumah ini, dia sedang menyekap Felly dan membungkam mulutnya.
“Felly?... Mau diapakan temanku?”, ucap Yuni sedikit membentak.
“Ha ha ha... temanmu akan aku jadikan persembahan”, jawab si bapak sambil ketawa lantang.
“Enggak, tolong lepasin Felly”, pinta Yuni.

Lalu terdengar suara Nino dan Dimas,

“Yun bangun Yun!”.
Spontan Yuni terbangun dan mulutnya ini masih menyebut nama Felly.

“Kamu mimpi apa Yun?”, tanya Nino.

Yuni mencari keberadaan Felly dan ternyata malam itu Felly benar-benar tidak ada di tempat.
“No, Felly mana No?”, tanya Yuni panik.
“Loh iya, kemana Felly?”, tanya Nino yang baru sadar kalau Felly gak ada ditempat.
“Gawat No, Felly dalam bahaya!”, ucap Yuni.
“Emangnya kenapa Felly dan dimana dia sekarang?”, tanya Nino.
“Felly mau dijadiin tumbal sama pemilik rumah ini”, jawab Yuni.
“Heh jangan asal ngomong, kedengeran orangnya tau rasa ntar”, sahut Dimas.
“Aku tadi mimpi buruk, Felly di sekap sama bapak itu dan mau dijadiin tumbal, buktinya sekarang Felly gak ada”, jelas Yuni.
Mendengar penjelasan itu Nino marah, dia teriak panggil Felly tapi tidak ada jawaban.

“Ayo kita cari Felly, kayaknya dia masih dirumah ini”, ajak Nino.
Mereka menggeledah rumah ini tanpa ada rasa sungkan tapi rumah ini tampak sepi dan mereka juga tidak meliihat keberadaan Felly. Mereka keluar dari rumah ini untuk mencari Felly, sekeliling rumah ini mereka sisir tapi tetap saja tidak menemukan Felly.
Dalam keadaan panik tiba-tiba ada laki-laki tua menghampiri mereka,

“Aku tadi sudah pesan kalau temanmu itu lemah harusnya kalian jagain dia”,

Dimas tersentak ternyata orang tua itu adalah orang yang tadi dia jumpai,
“Maaf kek kami gak tau, sekarang dimana teman kita?”, tanya Dimas.
“Di ujung sana ada hutan bambu dan ditengah-tengah hutan bambu itu ada rumah kecil. Cepat selamatkan temanmu sebelum terlambat”. Jawab orang tua.
“Tapi kek, gimana caranya kita nolonginnya?”, tanya Nino.
“Temanmu yang perempuan itu imannya kuat, dia tau apa yang harus dia lakukan”, jelas orang tua.
Mereka bergeas kearah yang ditunjuk orang tua itu, setelah beberapa meter berlari terlihat di depan ada sebuah hutan bambu yang cukup lebat, mereka menggunakan senter hp untuk masuk kedalam hutan itu dan sesampai ditengah-tengah terlihat ada sebuah bangunan kayu,
tanpa pikir lama mereka menuju ke bangunan itu dan mendobrak pintunya, terlihat Felly sedang terlentang diatas dipan dengan beberapa sesajen di sebelahnya.

Nino dan Dimas memporak porandakan semua sesajen itu,
“Felly bangun Fell”, tapi tidak ada respon dari Felly, dia tidak sadarkan diri.
Sementara Nino dan Dimas sibuk dengan Felly dari belakang Yuni fokus memutar tasbih dan membaca syahadat, lalu dia merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dia rasakan yaitu energi panas yang bertabrakan didalam tubuhnya.
Dia terus membaca syahadat dan menguatkan dirinya dengan energi itu.

Nino dan Dimas masih sibuk dengan keadaan Felly, dia coba pegang detak nadinya dan terasa masih berdenyut, lalu Nino mengangkat tubuhnya Felly dan membawanya pergi dari tempat ini.
Beberapa meter meninggalkan tempat itu energi panas yang dirasakan Yuni sudah kembali normal, sesampai di tempat tadi mereka bertemu dengan orang tua membawa cangkul mereka dibuat terkejut karena kampung yang sebelumnya mereka lihat tiba-tiba tidak ada,
hanya terlihat rumah tua tempat mereka istirahat tadi sedangkan semuanya hutan.

“Loh, kampungnya kok gak ada?”, ucap Dimas dan mereka semua hanya tercengang.
Yuni menghentikan doanya dan mereka membawa Felly kembali ke mobil, sesampai disana Felly langsung dimasukan kedalam mobil dan keadaannya masih belum sadar.
“No, Felly kenapa ini, dia masih hidup kan?”, tanya Yuni dengan tatapan sayu.
“Dia pingsan Yun”, jawab Nino.
“Kamu yakin No dia cuma pingsan?”, tanya Yuni.

Nino coba pegang detak nadinya lagi dan masih terasa berdenyut, dia coba cek nafasnya dan masih terasa bernafas.
Ketika sedang sibuk dengan Felly tiba-tiba mereka didatangi orang tua membawa cangkul lagi, dia bilang ke mereka,

“Cepat pulang, gak seharusnya kalian ada ditempat ini dan jaga baik-baik temanmu, dia dalam keadaan tidak suci”,
“Iya kek, terima kasih sudah memberitahu kami”, jawab Nino mendekati orang itu.

Semakin didekati orang itu malah semakin menjauh seperti menjaga jarak dari Nino.

“Sudah, sekarang cepat pulang dan tinggalkan tempat ini”, ucap si kakek.
Nino meminta Dimas agar coba menyalakan mesin mobilnya dan ternyata bisa,

“No nyala No”, ucap Dimas dengan senang.
“Yaudah kalian duduk dibelakang aja jagain Felly, aku yang ambil kemudi”, pinta Nino.

Nino pamit sama kakek itu tapi sebelum pamit dia tanya dulu,
“Kakek tinggal dimana? Apa mau ikut bareng kami?”

Kakek itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lalu dia mengucap salam dan pergi meninggalkan mereka. Nah, ada yang aneh sama kakek itu, dia berjalan sangat cepat dan itu tidak normal.
Karena tidak ingin lama-lama disini Nino langsung ambil kemudi dan sedikit kedepan untuk memutar balikan mobilnya,
setelah cukup lama berkendara melewati jalanan tanah akhirnya mereka sampai di jalan aspal ketika hari sudah mulai terang dan ternyata jalannya itu tidak putus tapi mobilnya ini keluar dari jalur aspal.
“Kamu bilang jalannya putus Dim, ini sih kamu yang main masuk kedalam hutan”, ucap Nino.
“Enggak No, semalam jalan aspalnya ini putus dan tiba-tiba kita sampai di tempat itu”, jawab Dimas bingung.

Tidak lama kemudian Felly sadar dan dia tampak bingung,
“Fell, kamu udah sadar Fell?”, ucap Yuni.
“Loh, kita kok udah naik mobil? Bukannya semalam kita nginep dirumah warga ya?”, tanya Felly.
“Ceritanya panjang Fell, kamu habis pingsan sekarang istirahat aja dulu”, jawab Yuni.
Sinyal di hp sudah kembali normal, Nino set peta lagi untuk menuju ke Semarang, di perjalanan dia menghentikan mobilnya di warung makan untuk sarapan dan di warung itu Yuni menjelaskan pada Felly tentang kejadian semalam
bahwasanya dia hampir dijadikan persembahan oleh dukun yang menganut ilmu hitam.

Felly yang tidak sadar akan hal itu hanya bingung,
“Kamu masih halangan ya Fell?”, tanya Yuni.
“Masih Yun, kenapa?”, jawab Felly.
“Oh gpp, udah yuk makan ibuku udah tanya terus kapan sampai rumah”, ucap Yuni.
Mereka sepakat untuk tidak melanjutkan pembicaraan itu yang penting sekarang Felly selamat begitupun dengan yang lain. Pagi itu mereka makan dengan lahap setelah itu lanjut berkendara pulang ke Semarang.
Singkat cerita sampailah mereka di rumah masing-masing sekitar pukul 11 siang dan kejadian satu malam itu adalah kejadian yang paling menegangkan bagi mereka semua. Sampai sekarang mereka tidak tahu siapa orang tua yang membawa cangkul itu,
apakah dia manusia atau jin yang menunggu hutan itu?

Selanjutnya, kalau pulang libur kuliah mereka tidak pernah lagi lewat jalan umum, mereka memilih untuk lewat jalan tol saja.
Selesai.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with FIDI MUHAMMAD

FIDI MUHAMMAD Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @fidimuhammad_

Apr 7
Kisah ini dialami Dharma ketika dia sedang mendaki ke gunung Lawu bersama saudara kandungnya.

Gak tau ini adalah sukma yang lepas dari tubuh atau mati suri, yang jelas itu terasa sangat nyata.
Sebelum mulai ke cerita saya ucapkan terima kasih bagi yang sudah follow akun ini.
Read 95 tweets
Apr 5
Waktu itu, kami berenam berniat pergi ke kota Batu, Malang untuk mengisi waktu libur akhir pekan setelah beberapa hari sebelumnya di sibukan oleh pekerjaan, disana kami menyewa sebuah vila yang terletak di kaki gunung Arjuno,
tapi vila yang kami tempati itu ternyata dihuni oleh makhluk lain yang menyerupai salah satu teman kami.
Read 141 tweets
Mar 27
UNTUK DI TOLONG, KALAU TIDAK MEREKA GAK PULANG!

A #Thread By @fidimuhammad_

Tag :
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht
#bacahoror #bacahoror #threadhorror Image
Ini adalah sebuah kisah kiriman dari Aldo, disini dia berbagi pengalamannya ketika mendaki ke gunung Lawu bersama 3 temannya dan ternyata selama pendakian itu tanpa disadari mereka ini sudah melintasi jalur gaib dan hampir tidak bisa pulang.
Cerita ini sudah pernah publik dalam bentuk video di YouTube

Read 119 tweets
Mar 10
"SUSTRINI" Kuntilanak Gunung Sumbing

A #Thread By @fidimuhammad_
Tag :
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht
#bacahoror #bacahoror #threadhorror Image
Sebuah tembang jawa yang dinyanyikan mbak kunti kurang lebih seperti ini ilustrasinya...
Read 115 tweets
Feb 24
Terperangkap Di Alam Gaib Gunung Merbabu

A #Thread By @fidimuhammad_
Tag :
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht
#bacahoror #bacahoror #threadhorror Image
Ini adalah pengalaman mistis dari pendaki gunung Merbabu, sebut saja dia Abi, yang tanpa disengaja bertemu dengan Fitri, qorin pendaki yang terperangkap di alam gaib gunung Merbabu.
Untuk cerita yang belum sempat saya publikasikan disini bisa tonton di YouTube Fidi Muhammad

youtube.com/fidimuhammad

Selamat membaca...
Read 327 tweets
Feb 1
SUNDARI (Putri bangsawan yang di asingkan)

A #Thread By @fidimuhammad_
Tag :
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht
#bacahoror #bacahoror #threadhorror Image
Sundari.
Sebenarnya nama aslinya itu bukan Sundari tapi Sri Ndari tapi warga setempat lebih sering menyebutnya Sundari mungkin agar mudah di ucapkan.
Menurut cerita rakyat setempat Sri Ndari ini dulunya adalah putri dari salah satu bangsawan Majapahit yang di asingkan karena kecantikannya melebihi permaisuri kerajaan. Alasan Sri Ndari di asingkan agar sang prabu kerajaan tidak menjadikannya sebagai selir kerajaan.
Read 82 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(