Sebenernya mimin juga baru tau ada desa seperti ini, biasanya orang yang mencari pesugihan akan merahasiakan hal itu. Tetapi beda dengan Desa N ini, warganya sangat terang-terangan bahwa dia sedang terjerat ritual pesugihan atau mengajak orang lain untuk ikut mencari pesugihan.
Bagi yang belum membaca bagian 1 jangan lanjut scrol kebawah, baca dulu ya biar ceritanya nyambung.
Tepat 3 tahun yang lalu mimin berangkat merantau dari kota kelahiran mimin ke desa yang tidak jauh dari Desa N ini. Desa yang mimin tempati masih berada di satu kecamatan.
Awal mula mimin tau Desa N, ya dari tetangga-tetangga mimin yang bercerita mengenai desa tersebut. Mimin sangat terpukau pertama kali memasuki desa N. Kampung yang berada jauh dari keramaian kota, berada di lereng gunung tetapi banyak rumah megah berjejeran.
Tetapi mimin sama seperti Pak Soni ketika pertama kali berkunjung ke Desa N ini, bahwa rumah megah itu pasti diperoleh dari tuan rumahnya yang giat berkerja atau memiliki kebun yang luas. Mimin gak ada fikiran jelek sedikitpun waktu itu.
Malam merayap gantikan siang. Rembulan mengintip dari balik awan hitam. Tercium dupa nestapa, menyeruak seluruh rongga dada. Sutopo duduk di atas tikar anyaman bambu dengan mata terpejam berfokus menunggu Jin yang sudah di temuinya sewaktu mencari pesugihan.
Kelam kian mencekam, tikar bambu sedikit demi sedikit menggunung di depan sutopo seperti ada yang mendorong menyembulkan sesuatu dari bawah tanah. Dibukalah tikar itu pelan-pelan, betapa kagetnya sutopo melihat tumpukan uang ratusan ribu di bawah tikar yang ia duduki."
"Bukkk ibukkk, kita sekarang kaya bukk" Teriak sutopo memanggil istrinya dari dalam tirai
"Wahh pak kaya pak kita pak kayyaaa" istri pak sutopo teriak kegirangan dan melempar uang ratusan ribu ke langit-langit kamarnya
"Kita sudah tidak miskin lagi sekarang bukk" Sahut sutopo
Malam itu pak sutopo dan istrinya tertidur di samping tumpukan uang yang di perolehnya malam itu. Seketika pak sutopo bermimpi di datangi sosok Jin yang telah memberikan dia pesugihan. Di dalam mimpinya pak sutopo di ingatkan oleh jin itu agar tidak lupa memberikan tumbal.
Tumbal berupa nyawa manusia yang ia kenal. Jin itu memberikan batas waktu penyerahan tumbal sesuai tanggal dimana pak sutopo menerima pesugihan pertamanya.
Sutopo terbangun dari mimpi buruknya itu, termenung memikirkan siapa orang yang nantinya akan dia tumbalkan.
Hari demi hari telah di lalui pak sutopo berserta istrinya, hampir setiap malam pak sutopo menerima kiriman uang dari jin pesugihannya. Ladang sayuran yang kian membesar membuat pak sutopo dan istrinya mempunyai banyak karyawan dari desa lain diluar Desa N.
Sampailah dimana batas waktu permintaan tumbal semakin mendekat. Pak sutopo berencana menumbalkan salah satu karyawannya untuk menjadi tumbal pesugihannya. Setiap hari setiap saat salah satu karyawannya itu di berikan perhatian yang lebih dari seorang anak buahnya.
Diberikanlah dia makanan enak setiap selesai bekerja, memberikan dia gaji yang lebih, membawakan dia makanan dan camilan enak untuk dibawa dia pulang kerumah. Dan membuat iri karyawan yang lain atas perhatian yang tidak wajar seperti itu. Tetapi tidak ada orang yang tau artinya.
Hari batas waktu penagihan tumbal kian menghitung hari, pak sutopo setiap malam selalu di datangi jin pesugihan di dalam mimpinya untuk segera mempersiapkan diri. Nampaknya karyawan yang sudah dipilih pak sutopo sebagai tumbal, hari ini tidak masuk bekerja.
"yudd, kemana tantra tidak masuk berkerja" Tanya pak sutopo ke yudi
Biasanya yudi dan tantra selalu berangkat bersama dari rumah, lantaran rumah mereka bersebelahan
"Ini tadi tantra sakit sepertinya pak, dia linglung tidak ingat siapapun dan hanya diam" Sahut yudi menjelaskan
Mendengar penjelasan itu pak sutopo tersenyum dalam hati, artinya pak sutopo telah selesai memberikan imbalan atas pesugihannya. Datanglah pak sutopo kerumah tantra dengan mebawa makanan banyak. Benar yang di ceritakan yudi tadi, tantra hanya diam dengan wajah yang kosong.
Sakit yang tidak wajar membuat bingung seluruh keluarga tantra, orang tua tantra yang melihat kondisi anaknya yang seperti itu bergegas menuju rumah Pak Soni untuk mencari tau kenapa anaknya bisa seperti itu.
"Assalamu'alaikum pak, tok tok tokk" Teriakan di depan pintu Pak Soni
"Wa'alaikum salam, ehhh pak silahkan masuk" Ucap Pak Soni menarik masuk bapaknya tantra
Dengan raut wajah cemas bapaknya tantra menceritakan kejadian yang sedang di alami tantra. Pak Soni hanya diam mendengarkan setiap kata yang dia dengar.
Kejadian seperti ini bukan kali pertama Pak Soni menemuinya, Pak Soni yang berprofesi sebagai moden sangat sering menjumpai hal-hal seperti itu. Dan dia juga sudah tau bahwa tetangganya lah yang pasti melakukan perbuatan itu.
Diambilkanlah garam dan segelas air di hembuskanlah nafas Pak Soni mengalir kedalam air bersama ayat-ayat suci Al-Qur'an dan amalan lainnya.
"Ini nanti basuhkan di wajah dan seluruh tubuh tantra ya pak" Ucap Pak Soni memberikan pesan ke bapaknya tantra
Tantra yang kian memburuk menghembuskan nafas terakhirnya di depan orang tuanya. Tidak ada yang mengetahui bahwa tantra adalah korban tumbal pesugihan selain Pak Soni. Dan Pak Soni juga sangat merahasiakan hal itu.
-Bersambung-
Sebenarnya kisah "Deso Sugih" ini masih panjang dan sangat menarik untuk di bahas, mimin akan ceritakan kembali kisahnya di next story ya.
Jadi jangan lupa follow mimin dan dukung mimin dengan cara RT cerita ini agar mimin semangat menceritakan kisah selanjutnya.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sebenernya awal mula mimin ketemu narasumber ketika beliau datang ke tempat kerja mimin. Beliau sering datang ke kantor mimin karena sebuah urusan pekerjaan. Mimin cuma bercanda tanya apakah beliau punya kisah horror, ehh ternyata punya alhasil beliau bercerita adik kandungnya.
Kisah yang pernah di alami beliau ini sering juga terjadi di wilayah lain. Karena menurut mimin kisahnya bikin mimin merinding akhirnya mimin beranikan untuk menulis kisah ini.
Ohh iya kisah ini akhir dari cerita sebelumnya ya. Bagi yang belum baca cek tweet mimin yg kemarin.
Cerita ini berdasarkan kisah nyata dari seorang narasumber yang tidak mau disebutkan identitasnya. Dari pengalaman narasumber adik kandungannya pernah tidak pulang selama 3 hari karena di bawa ke alam lain oleh makhluk tak kasat mata.
Lembayung senja semakin meredup, alunan adzan magrib terdengar lirih di ujung desa, maklum pengeras suara berusia 38 tahun kusam termakan angin dan air hujan di atas genteng musholla. Pak Karyo bergegas mengemasi alat-alat persawahan dan pulang menuju ke rumah.