w a h . Profile picture
Aug 12, 2022 73 tweets 10 min read Read on X
MENDAKI DIANTARA DUA DUNIA

Pendakian kali ini, mengantarkanku ke sebuah tempat yang tidak semestinya aku datangi

- a thread

@bacahorror @IDN_Horor #bacahoror #threadhorror #ceritaserem #ceritahorror Image
Silakan RT, like dan tinggalkan jejak terlebih dulu. Saya mulai kalau sudah agak ramaian.

Yg nunggu cerita teror hantu sugus, sabar dulu, masih belum selesai ditulis 🙏🏻
Mulai besok, ya. Malam ini #TimnasDay dulu 🙏🏻😁
Cerita ini, saya adaposi dari cerita lama saya yang sudah mengalami beberapa pembaharuan bersama dengan orang yang mengalaminya secara langsung.
Dari cerita yang sudah mengalami penyempurnaan dan pembaharuan ini, saya harap teman-teman pembaca bisa lebih menikmatinya dengan baik
Libur semester sekolah memang sangat ditungu- tunggu oleh kalangan siswa, selain karena durasi liburnya yang cukup lama, karena di saat itulah mereka bisa melepaskan penat setelah dihadapkan dengan padatnya jadwal sekolah berbulan-bulan lamanya.
Saat libur semester berlangsung, banyak yang memanfaatkannya dengan cara bepergian dengan keluarga, teman atau malah hanya digunakan untuk bermalas-malasan di rumah.
Bagaimana denganku? Berbeda dari teman sekelasku yang lain, aku mengisi liburanku dengan mendaki gunung bersama 2 orang teman kampungku.
Edi, begitulah orang-orang memanggilku. Aku adalah siswa yang baru saja naik tingkat menuju kelas 12. Bagiku, gunung dan hutan adalah salah satu tempat bermain favoritku.
Walau baru memasuki usia 17 tahun, beberapa puncak gunung sudah berhasil aku gapai. Mana saja? Aku rasa, tidaklah perlu aku menyebutkannya, sebab, bukan seberapa banyak gunung, tapi, seberapa banyak pelajaran yang bisa aku ambil di setiap perjalananku.
Cerita ini berawal, saat aku sedang asik nongkrong di warung Pak Joyo langgananku dekat rumah. Ditemani secangkir susu hangat dan suara perbincangan bapak- bapak yang mengisi telingaku.
Disitu, dengan segelas susu dan gorengan yang tersaji di atas meja, aku hanya berselancar keliling dunia melalui alat canggih di tanganku, Handphone.
“Ternyata kamu disini. Pantas saja, aku cari di rumah tidak ada” ucap seseorang dari kejauhan yang berjalan ke arah warung Pak Joyo
“Pak, es teh satu” ucapnya memesan, saat sudah berada di dalam warung. Ternyata, dia bukanlah orang asing dikehidupanku, dia adalah Kosim, teman rumah yang kerap nongkrong bersamaku.
“Ed, besok naik gunung yuk” ucapnya tanpa basa-basi atau sekadar memakan gorengan terlebih dulu.

“Besok kapan?” tanyaku

“Ya, ya besok, besok Rabu”
Aku yang masih mengunyaghbakwan tiba-tiba berhenti lalu melotot melihat Kosim saat mendengar perkataannya.

“Haa?”

“Kau gak dengar? Apa suaraku kurang jelas?”
“Iya, Rabu besok, ayo ke Merapi” tambahnya

Nampaknya bocah satu ini serius mengajakku mendaki gunung.

“Sek...sek... kamu ini gila ya? Kamu piker aku tidak ada pekerjaan di rumah libur-libur begini?”
“Ayolah, Ed. Ke Merapi lho ini, tempo hari, kamu kan pernah cerita kalau ingin mendaki kesana?” Kosim merayuku

“i-i-iya sih. Emang....”

“Nah, makanya, gasskan aja” sautnya saat aku belum selesai melanjutkan kalimat perkataanku
“Dengarkan dulu! Rencanamu sama siapa?”

“Ali, rencana besok pagi aku berangkatnya” pungkas Kosim

“Emang gak salah lagi aku memberi label gila di jidatmu, Sim!” umpatku kesal
“Sebenarnya aku tertarik dengan ajakanmu. Tapi, besok pagi aku ada pekerjaan rumah dari bapakku. Kalau berangkat pagi aku tidak bisa”
“Apa begini....”

“Gimana?”

“Sebentar! Aku mikir dulu sebentar”

“Bocah edan! Aku kira sudah ada solusinya” ucapku
“Oh, iya, kamu menyusul aja, aku sama Ali naik dulu, jalanku pelan kok. Tapi, kalau kamu lama, ya aku nanti menunggunya di pasar bubrah saja”
(Pasar Bubrah : lokasi camp sebelum puncak Merapi)
“Kamu kan sudah biasa mendaki gunung, Ed. Sudah banyak gunung yang kamu daki, masak begitu saja kamu tidak berani?”
Mendengar perkataan Kosim,aku sejenak diam untuk berpikir, mempertimbangkan ajakan Kosim. Berangkat, atau tidak? Jika berangkat, bagaimana izinku ke bapak ibu? Jika tidak, Merapi adalah salah 1 gunung keinginanku, entah kapan lagi aku bisa kesana jika aku menolak ajakan Kosim.
“Kelamaan!” tegur Kosim melihatku melamun

“Sabar! Aku diam begini itu lagi mikir!”

“Langsung sat-set lho, Ed!”

“Ya, gimana, ya... Ya udah lah, aku mau”

“Nah, gitu dong dari tadi”
“Mulutmu ringan sekali ya, Sim? Kalau gini, aku yang berat. Berat cari alasan ke orang tuaku supaya aku bisa pergi menyusulmu”

“Hehehe” Kosim hanya nyengir mendengarku, sambal menyedot es teh nya yang tinggal setengah gelas.
Pagi harinya, HP ku bergetar, menandakan ada pesan masuk yang baru saja dating.

“Ed, aku sama Ali sudah otw” tulis Kosim melalui pesan singkat. Aku terkejut membacanya, karena, saat pesan darinya masuk, jarum jam masih menunjuk ke angka 7.
“Gila! Gasik banget” gumamku

“Apa gak kepagian, Sim?” balasku

“Kan, aku sudah bilang pagi, Ed” balasnya lagi

“Iya sih, tapi kan.... Ah, sial” umpatku dalam hati
Aku sudah mengiyakan ajakannya kemari, sekarang yang terpenting adalah apa alasanku kepada orang rumah agar aku bisa keluar rumah hingga besok.
Setelah meletakkan HP, aku kembali merebahkan badanku. Sambil menatap langit-langit kamar, aku berpikir,

“Bagaimana jika akun terus terang saja jika hendak mendaki gunung? Ah tidak, pasti mereka melarangku, aku harus cari alasan lain”
“Aku selesaikan dulu saja pekerjaan rumahku” ucapku sambil bangun lalu keluar rumah.
Pagi itu, bapak menyuruhku membenarkan lampu belakang rumah yang sudah 2 hari mati karena ulah tikus yang tak kenal tempat bermain. Setelah selesai sarapan dan mengisi tenaga, aku mulai pekerjaanku dengan secepat mungkin dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Tugas pertama selesai, sekarang gantian menjalankan tugasku sendiri, yaitu menyusul Kosim dan Ali ke Merapi.
Tapi, sebelum kesitu, aku harus melewati orang tuaku yang berada di depan rumah. Aku harus mencari alasan yang cepat dan tepat agar langsung diizinkan keluar rumah sampai besok.
Setelah semuanya beres, dengan seginap jiwa dan raga, walau dengan keraguan, aku memberanikan diri melangkahkan kaki mengampiri bapak-ibu di teras rumah.
Di luar, bapak ibu sedang menikmati waktu di atas kursi Panjang yang terbuat dari bambu. Sungguh hari tua yang diinginkan. Semoga kelak, saat aku tua, bisa menikmati waktu-waktu seperti bapak ibuku sekarang ini.
“Lagi pada ngapain, Pak-bu?” aku basa-basi terlebih dulu

“Ngobrol aja, Ed. Tumben kamu nanya-nanya begitu?”

“Hehehe” aku sedikit nyengir

“Anak kalau ada maunya ya begini” saut ibuku
“Hehehe, aku mau ke rumahnya Dika, malamnya tidur disana, katanya ada acara di rumahnya”

“Acara apa?” tanya bapak

“Adiknya sunat, Pak”
“Oh, kalau disana jangan aneh-aneh lho, jangan kumpul sama anak-anak yang gak baik” nasehat bapak. Dia khawatir aku kumpul-kumpul dengan orang yang tidak baik
“Iya, Pak” jawabku sambil menganggukkan kepalaku

“Mau kesana jam berapa?” tanya ibu

“Mungkin sebentar lagi, Bu. Mau mandi sama siap- siap dulu sebentar” jawabku
“Ya udah sana” suruh ibu

Aku kembali ke dalam rumah, dengan perasaan senang.

“Yesssssss........” ucapku pelan sambil masuk ke dalam kamar.
Di kamar, aku menyiapkan beberapa alat yang akan ku bawa. Gak banyak, hanya daypack ukuran 30 liter, diisi sleeping bag, headlamp, matras, jas hujan dan beberapa plastik berisi makanan ringan.
Saat semuanya siap, aku menunggu waktu yang tepat untuk keluar rumah. Karena jika bapak ibu melihatku keluar rumah dengan daypack yang aku bawa, pasti mereka akan curiga. Karena daypack ini sangat jarang aku pakai sekolah atau bepergian kecuali aku pakai saat mendaki gunung.
Waktu sudah lewat setengah hari, matahari pun sudah sangat terik. Aku melihat jam dinding di kamar, sudah 10 menit sejak aku selesai berkemas, bapak ibu tidak juga ke dalam rumah. Rasa tak sabar dan rasa ingin segera lari keluar rumah semakin terbakar.
“Kenapa lama sekali, Pak-bu” gumamku

Hingga, tak lama kemudian, bapak ibu ke dalam rumah. Aku yang sejak tadi di dalam kamar pun mulai memasang kuda-kuda. Ku buka sedikit pintu kamar, melihat kemana bapak dan ibu setelah masuk ke dalam rumah.
“Bismillah....” Aku memantapkan keluar kamar dengan lebih dulu menghampiri bapak dan ibu.

“Bu, Edi berangkat” ucapku sambil menghampiri ibu yang sedang menghangatkan sayur tadi pagi.
“Pak, Edi berangkat, ya” ucapku gantian menghampiri bapak di dalam kamar.

Setelah itu, aku kembali ke dalam kamar, mengambil daypack dengan segala isinya untuk dibawa keluar.
“Aku sudah seperti maling di rumah sendiri” ucapku dalam hati

Maafkan aku bapak, ibu. Aku hanya anak remaja nakal yang masih suka berbohong kepadamu. Maafkan aku.
“Ayo, kita berangkat” kataku, sambil menaiki motor yang selalu sabar dan setia mengantarkanku kemana saja.
Kurang lebih jam 2 siang, dengan diawali doa, dan daypack di punggung dan helm di kepala, aku mulai menarik gas motorku.
Saat sudah di luar desa, aku menepikan kemudiku untuk menghubungi Kosim terlebih dulu. Tapi, setelah berkali-kali aku memanggil, panggilanku tak kunjung tersambung.
“Mungkin gak ada sinyal”pikirku

“Sim, aku sudah berangkat. Kamu dan Ali pelan-pelan saja jalannya biar aku bisa nyusul kalau kalian masih di jalan” ketikku dalam pesan singkat.
Siapa tau, sinyal tiba-tiba datang dan pesanku terbaca oleh Kosim. Aku sempatkan membeli 2 botol air mineral berukuran besar dan beberapa bungkus madu untuk menemani pendakianku nanti.
Jika lancar, tak lebih dari 3 jam harusnya aku sudah sampai di basecamp pendakian Selo.
Saat sudah melewati area kota Boyolai, jalanan perlahan menjadi naik. Di beberapa titik, Merapi sudah terlihat dengan kedua mataku, gagahnya Merapi memang tidak diragukan lagi. Membuat siapa saja ingin mendakinya.
Beberapa orang dengan carier di punggungnya pun sesekali berlawanan arah dan berpapasan denganku, menandakan jika mereka baru saja turun dari gunung Merapi, atau bahkan gunung Merbabu.
Karena, Selo adalah tempat populer bagi kalangan pendaki. Selain Merapi, melalui Selo, pendaki juga bisa mendaki ke gunung Merbabu. Jadi, tidak asing, jika melihat pendaki lalu-lalang di sekitar sini.
Kemiringan jalan semakin curam saat aku hampir sampai, udara pun terasa semakin dingin karena keberadaanku yang semakin tinggi.
“Parkirnya disini, Mas” teriak salah satu laki-laki paruh baya yang menggunakan jaket gunung di badannya. Di arah yang ditunjuknya, tertulis ‘basecamp pendakian gunung Merapi’
“Alhamdulillah, akhirnya sampai”
Saat sudah memakirkan motor, sambil istirahat, aku meletakkan daypack dan duduk sebentar di sekitaran basecamp.
“Sepi ya, Mas?” tanyaku pada salah satu pendaki

“Gak begitu sih, Mas. Tadi sudah ada beberapa pendaki yang naik. Bukan weekend juga soalnya” tandas pendaki tersebut.
Benar juga, pikirku demikian.

Saat sudah merasa cukup, aku mulai mengurus simaksi (surat izin masuk Kawasan konservasi) di loket pendaftaran pendakian.
Disana, di dalam buku bercorak batik, tertulis beberapa nama pendaki yang sudah mendaki duluan sebelumku di hari itu, hingga, aku menemuka 2 nama orang yang tak asing di mataku. ‘Kosim Mahfud Ardi dan Ali Sudaryono. Ya, berarti mereka sudah di atas
“Maaf, mas, mau mendaki berapa orang?” Tanya petugas basecamp di loket pendaftaran.

“Sendiri, Pak”

“Lho, kok sendiri saja, Mas? Mas nya dari mana?” jawabnya
“Iya, pak. Saya dari kota ******. Dua teman saya sudah duluan mendaki, ini namanya” kataku, sambil menunjuk nama Kosim dan Ali
“Ohh, mau nyusul temennya to, saya kira bener-bener sendirian” jawab lelaki dengan topi hitam dan jaket gunung itu.
“Ini, Mas. Hati-hati di jalan” ucapnya sambil memberikan 2 lembar kertas bertuliskan simaksi dan parkir kendaraan.
Saat simaksi beres, aku bersiap memulai pendakian. Aku memeriksa lagi barang-barang di dalam daypack.
Sebelum muai pendakian, kuperiksa lagi barang- barang bawaanku untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.
“Semuanya aman”

Tak lama kemudian, aku mulai pendakian.

“Bismillah, sudah siap semua
Merapi, hari ini adalah hari yang aku nantikan sejak lama. Merapi, bersahabatlah, Merapi, aku datang!

-Malam ini, sampai sini dulu, akan lanjut di chapter selanjutnya dengan sub judul "Gerbang" , jika tanya saya update lagi kapan, yg sudah biasa baca karya saya pasti sudah tau
Yg mau baca duluan chapter kedua "Mendaki Diantara Dua Dunia - Gerbang" atau sekadar memberi dukungan, bisa langsung ke @karyakarsa_id saya melalui tautan di bawah ini,

karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Perjalanan Edi yang hanya seorang diri, menemukan berbagai kejanggalan saat langkahnya sudah mulai masuk ke dalam hutan. Karena itu, jantungnya pun seakan tak berhenti berdetak menyaksikan berbagai hal di depannya.

Yg penasaran, langsung klik link @karyakarsa_id di atas, ya!
Chapter 2 - Gerbang. Ada disini 👇🏻

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with w a h .

w a h . Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

Nov 9, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 3 - Kematian Pertama

Dia terduduk ketakutan sambil menangis di depan kamarnya, ia mencoba menutupi wajahnya dengan lutut dan kedua tangannya. Dalam takutnya, ia terus berkata "Aku tidak mau Mati"

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Selamat malam! Setelah 3 minggu, akhirnya saya bisa kembali menulis lagi 😁 Mohon maaf ya
Untuk part-part sebelumnya bisa lebih dulu dibaca di sini.

Part 1
Read 97 tweets
Oct 19, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 2 - Bayangan Di Dalam Kegelapan

Sesuatu bersembunyi diantara gelap malam itu. Meski samar, semakin lama bayangan sosok itu semakin tinggi dengan buntalan ikatan di ujung kepalanya

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Update pelan-pelan, karena sedang dalam perjalanan. Jika yg ingin langsung baca tanpa jeda, part 2 dan 3 sudah tersedia di platform sebelah ya

Part 2 : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Part 3 - Kematian Pertama : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Read 83 tweets
Oct 12, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Diantara gelap, dia mencari mangsa, menghabisi satu-persatu penghuni di sana, seolah kematian sudah melekat kepada siapa saja yang memilih tinggal.

- a thread

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR #bacahorror Image
“Hallo, Mas Wahyu! Aku ada cerita, yang mungkin bisa untuk diceritakan. Cerita kelam, yang mungkin akan terus teringat entah sampai kapan, karena saat itu aku hampir mati” Ucap seseorang pria yang aku kenal melalui seorang kawan.
Saya menyebut pria ini dengan nama “Santo” . Usianya sekarang baru menginjak kepala tiga, dan saat kejadian kelam ini terjadi, Santo masih berusia 21 tahun dan sedang menjalani semester akhirnya sebagai seorang mahasiswa.
Read 61 tweets
Sep 2, 2023
"NANDUR NYAWA"

Part 2 - Mulai Terlihat

Sosok dibalik tanah ini mulai memperlihatkan eksistensinya. Tubuhnya setinggi langit-langit rumah, wajahnya mengerikan dengan empat taring yang tumbuh di dua rahang mulutnya.

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror Image
Ini merupakan lanjutan dari cerita Nandur Nyawa di part pertama
Untuk part pertama, silakan bisa dibaca disini ya
Read 14 tweets
Aug 26, 2023
"NANDUR NYAWA"

Apa jadinya jika tanah subur yang kamu ketahui selama ini ternyata rahasianya adalah nyawa manusia yang ditanam di dalam tanahnya?

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror #threadhorror #ceritahorror Image
“Akhirnya sampai juga.” ucap pama Sanjaya.

“Paman Sapto, Na. Panggil saja pamanku dengan itu.”

“Di mana tempat tinggal, Paman? Kami sudah kedinginan.” Tanya Sanjaya.
“Di sana, tapi, rumah yang akan kalian tempati nanti tidak di rumah paman. Tempat untuk kalian sudah disediakan oleh juragan.” Tutur paman Sapto sebelum menuntun sepeda untanya mengarahkan Sanjaya dan Kelana.
Read 9 tweets
Jun 15, 2023
"BELENGGU SUKMA"

Mereka ada dimana-mana, mengintai hampir setiap malam. Pengabdian KKN yg diperkirakan lancar, ternyata malah akan merenggut nyawa mereka satu-persatu setelah kutukan desa tempatnya KKN kembali muncul setelah puluhan tahun menghilang

@bacahorror @IDN_Horor Image
Detik demi detik berputar, tanpa terasa satu persatu dari mereka datang lalu memperkenalkan dirinya masing-masing. Pertemuan itu, akan mereka gunakan untuk membahas susunan tugas serta program bersama yang akan mereka bawa saat terjun di desa.
Namun, sudah tiga puluh menit berlalu sejak orang terakhir datang, ada satu orang yang belum juga terlihat wujudnya. Dia adalah Maya. Bahkan, sejak komunikasi melalui grup whatsapp, Maya pun belum sama sekali merespon.
Read 99 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(