waKHIDun Profile picture
Aug 29, 2022 173 tweets 19 min read Read on X
KARMA

“karena sejatinya makhluk yang hidup itu pasti akan mati, tapi aku hanya berharap semoga kami semua tidak akan mati malam ini.”

- a thread -

#threadhorror #bacahorror Image
suara pembuka cerita..
Bunyi gemerincing lonceng dan hentakan kaki kuda dengan diiringi suara gamelan malam itu terdengar sayup namun begitu jelas, sontak membuat hendra terbangun dari tidurnya dan..
entah mengapa panangannya langsung seperti diarahkan untuk melihat kearah jendela, ternyata disana sudah ada sebuah bayangan yang terlihat samar dari luar.
“heh!! Kalian denger suara itu ngak” bisik hendra sembaril menunjuk kearah jendela. “iyaa kita semua denger” ucap trisna menyambut.
Ternyata tak hanya aku saja yang mendapati hal ganjil itu,

“ndraaa aku ngak mau mati malam ini ndraa” suara rintihan ridwan di pojokan kamar yang tanpa kusadari ternyata ia sudah meneteskan air mata karena saking takutnya.
Malam itu, entah mengapa hendra berpikir bahwa inilah malam terakhirnya di dunia, dengan penuh ketakutan dan dihantui rasa penyesalan terhadap apa yang telah ia dan teman-temannya lakukan, hendra hanya bisa termanggu dengan ribuan penyesalan.
"Karena sejatinya makhluk yang hidup itu pasti akan mati, tapi aku hanya berharap kami semua tidak mati malam ini." ucap hendra lirih.

ataukah memang benar ini adalah sebyah KARMA?
Kota B tahun 2011
Dering suara bel pulang sekolah terdengar begitu keras, saat inilah yang menjadi waktu yang sangat dinanti oleh para siswa di sekolahan. Setelah mengemasi buku dan berdoa sebagai ucapan syukur atas nikmat yang diberikan tuhan yang maha kuasa,
anak-anak itu langsung berhamburan keluar kelas dengan senang, walaupun tadinya di wajah mereka terlihat seperti lipatan kain yang lupa disetrika.
Sebagian dari gerombolan siswa yang berhamburan keluar kelas itu ada hendra dan keempat kawan sohibnya, mereka adalah andre, ridwan, trisna dan reno.
Tatkala mereka berlima sedang berkumpul, kalian walau tak melihat wajahnya saja pasti sudah paham siapa dibalik sumber suara. Meraka berlima ini ketika bergumam sudah seperti lebah dalam sarang, berisik dan seperti tak menghiraukan siapapun yang ada dihadapan.
"weeh malam ini seperti biasa yo" ucap trisna ditengah riwehnya suasana pulang sekolah saat itu.

"anjay!! Koe mau bayarin po tris?" reno menyambut ucapan trisna yang seolah dengan sepatah kata itu reno langsung paham dengan apa yang dimaksudkan.
"wis lah rausah, moso tiap malam minggu mabok kan ora apik" balas ridwan menolak ide trisna. Ridwan ini adalah anak yang paling alim diantara geng hendra dkk.

"aelahh sabi kali tris, ntar gua beliin cemilan" ujar hendra bercanda.
Tak lama waktu berselang, hendra dan keempat temannya itu bersepakat untuk menikmati malam minggu yang dingin dengan ditemani minuman dingin yang menghangatkan badan, mereka biasa menyebut minuman itu dengan sebutan CIU.
Karena lokasi daerah hendra ini tak jauh dari sentra pembuatan minuman tradisional itu, alhasil minuman semacam itu murah harganya serta dirasa tak terlalu mahal dengan kondisi keuangan anak sekolah yang masih mengandalkan uang jajan dari pemberian orang tua.
Walaupun sebenarnya tindakan yang biasa dilakukan hendra dan kawan-kawannya itu tak bisa dibenarkan, namun apa boleh dikata, kenakalan remaja memang tak lepas dari minuman keras.

***
"ndra ibuk nanti malam ada acara di tempatnya bu rt, kamu nanti kalau main jangan lupa tutup pintu dan kuncinya ditaruh di tempat biasa ya" ucap ibu mina yang tak lain adalah ibunya hendra.

“oke ma santai" balas hendra sambil terus mengunyah makanan yang sedang ia santap.
Hendra baskoro, ia adalah anak semata wayang yang hidup hanya bersama ibunya di sebuah desa yang terletak dipinggiran kota solo, jawa tengah. Dikarenakan ayahnya beberapa tahun yang lalu mendapatkan promosi jabatan, menyebabkan hendra dan ibunya tinggal berdua didesa.
Dahulu rencananya memang mereka bertiga hendak ikut tinggal di daerah yang menjadi tempat ayahnya ditugaskan, namun karena ibunya mempunyai tanggung jawab menjadi sekertaris di balai desa, ibunya memilih untuk tetap tinggal disana.
Selepas adzan magrib berkumandang, hendra dengan menggunakan sepeda motornya tanpa fafifu langsung berangkat menuju ke rumah trisna, ia juga tak lupa dengan pesan ibunya tadi soal menaruh kunci di bawah pot bunga.
"aku otewe ini" pesan singkat hendra yang ia kirimkan, karena ia baru sadar ketika hendra hendak menelpon trisna, pulsa yang ia miliki sudah tidak cukup untuk menyampaikan sepatah kata saja.
Tanpa menunggu balasan dari pesan yang barusaja ia kirimkan, hendra tanpa ragu langsung berangkat dengan membawa beberapa cemilan yang sudah ia bawa.
Rumah trisna terletak tak jauh dari tugu pintu masuk desa, berbeda dengan kediaman hendra yang lumayan jauh memasuki perkampungan dan jauh pula dari jalan utama sehingga mau tidak mau ia harus berangkat lebih awal walau janjiannya adalah jam 8,
namun hendra lebih memilih untuk berangkat selepas magrib saja karena ia juga merasa kesepian jika dirumah sendirian.
Perjalanan hendra menuju ke rumah trisna ini, jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, sekitar menghabiskan waktu 15 menitan kira-kira.
Jarak rumahnya memang lumayan jauh, ditambah lagi jalanan yang harus ia lewati penuh lubang dan minim pencahayaan, itulah yang membuat perjalanannya lama.
Padahal jika dilihat dari kilometernya, jarak antara rumah hendra dan trisnya tidak ada 4 kilometer, haha.
Malam itu ketika hendra hendak pergi kerumah trisna, iamelewati sebuah perkebunan yang begitu luas dan panjang, ditambah lagi terdapat beberapa cerita horor yang ada disana,
namun kembali lagi, karena hendra tidak begitu percaya dengan cerita mistis yang beredar, ia sama sekali tidak ada rasa takut untuk melewatinya walau sendirian.
Kebun itu sangat luas, namun anehnya sama sekali tidak terurus dan dibiarkan terbengkalai begitu saja, dan hanya membiarkan pohon jati itu tumbuh dengan dikelilingi rerumputan liar.
Jalanan desa yang melintasi kebun tak berpenghuni itu juga terbilang kurang begitu layak, sebab walau sudah dilakukan pengaspalan namun karena mungkin jalanan itu dulunya sering sekali dilalui truk pengangkut kayu dari atas,
akibatnya jalanan berlubang dan sampai sekarang masih dibiarkan begitu saja tanpa adanya perbaikan.
Rimbunya pepohonan yang ada disekitar jalan yang bahkan beberapa diantaranya sampai seolah hendak rubuh kearah jalan membuat suasana malam itu semakin ngeri,
walau adzan magrib beberapa saat barusaja dikumandangan, namun rasanya saat itu keadaan sudah sangat senyap, bahkan untuk suara binatang liar sama sekali tidak hendra dengar.
Dengan bermodalkan keberanian karena sebenarnya ia juga tidak terlalu percaya dengan tempat berhantu, hendra memberanikan dirinya menembus jalanan nan gelap karena tak ada satupun penerangan jalan yang dibangun oleh warga disana.
Jalanan gelap dan aspal yang berlubang membuat hendra tak bisa memacu sepeda motornya dengan cepat, kecuali ia rela velg motor kesayanganya berubah menjadi angka delapan karena menghantam kubangan.
Alasan hendra memilih jalanan ini sederhana, karena ia tak ingin lewat jalan satunya karena tepat disana sedang diadakannya pertemuan, yah jalan-satunya itu adalah jalan yang tepat berada di depan rumah bu rt dan tak lain dan tidak bukan, ibunya juga ada disana.
Sembari terus menarik gas motornya, kini hendra sudah sampai di turunan terakhir tepat sebelum bangunan ternak ayam, mitos yang ada disana sebenarnya tak pernah hendra hiraukan sampai akhirnya malam itu ia mendadak merinding disana.
Mitosnya adalah barang siapa yang lewat diturunan itu ia harus membunyikan klakson konon barang siapa yang tidak membunyikan klakson disana, ia akan diganggu oleh sosok penunggu, dirasa itu adalah sebuah kekonyolan, hendra tak melakukannya.
"brukk!!!"

Terdengar seperti benda jatuh yang sontak membuat hendra menjadi penasaran, ia menoleh kanan dan kiri, namun yang ia dapati hanya kegelapan, akhirnya ia memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanannya walau dengan kondisi jantung berdebaran.
Hendra terus melanjutkan perjalananya, walau saat itu ia merasa seperti ada yang mengawasinya dari sepanjang pinggiran jalan yang ia lewati saat itu.
"bismillah, mbah putune nunut lewat mbah" sepanjang jalan hendra selalu bicara seperti itu, berharap tak ada sesuatu yang menimpanya disana.
Beberapa saat kemudia ia telah sampai di ujung perkebunan kosong, disana sudah nampak beberapa kendaraan berlalu lalang dari sebelah kanan dan kiri, membuat ketakutan yang hendra alami pergi.
Sekitar sepuluh menit kemudian hendra telah sampai dirumah trisna, ternyata disana sudah ramai sekali, ketiga temannya yang lain ternyata sudah berkumpul disana.
"woy koe dimana aja, di sms ngak bales di telpon ngak diangkat, koe topo yo!" ucap reno geram, yang malah membuatku merasa penuh keheranan.

"hah maksudmu gimana?" tanya hendra binggung.
"jam berapa sekarang cok" trisna menimbrung, sedangkan andre dan ridwan hanya menatap hendra dengan penuh keheranan.
Mendapati tingkah teman-temannya saat itu, hendra dengan cepat langsung mengambil hanphone yang sedari tadi ia taruh di saku celana, dan alangkah kagetnya ia ketika melihat jam yang ada di ponselnya.
"hah!! Jam 9 malam?"

"ngak usah sok kaget, kamu tadi mesti mlipir kemana dulu to, wis biasane kamu alesan e gitu kok" balas andre dengan nada sedikit ketus.
"ehh beneran, tadi aku pas sms ke trisna, tuh tanya aja ke trisna dia tadi dapet sms ku jam berapa, ojo nuduh!"

"iyo bener si tapi masa sini ke rumahmu sampe 3 jam, mustahil"
"aku tadi beneran wis berangkat langsung, nih loh telponmu wae aku ngak krungu, pokoke aku tadi langsung kesini tris, ngak mampir blas" jelas hendra dengan nada serius mencoba meyakinkan kekempat temannya yang sudah dipenuhi amarah.
Saat itu hendra tak bisa paham dengan apa yang barusaja ia alami, bagaimana mungkin ia rasa perjalanan tadi bisa memakan waktu yang selama ini. Nah saat itulah hendra mulai berpikir bahwa ini bisa jadi sebuah pertanda buruk yang akan terjadi,
namun kembali lagi, karena teman-temannya tak ada yang percaya dengan apa yang barusaja ia alami, akhirnya mereka berlima tetap memilih untuk pergi dan pesta ciu malam ini.

***
Malam itu entah mengapa hawanya terasa lebih dingin dari malam-malam sebelumnya, entah sebuah pertanda buruk atau bukan hendra sama sekali tak menghiraukan. Trisna duduk disampingnya dengan kedua tangan yang mencoba membuka tutup botol dengan susah payah.
Berbeda dengan yang lainnya, disaat yang lain asyik memainkan gitar dan bernyanyi ria, hendra justru sebaliknya, ia merasa seperti ada sesuatu yang seolah sedang mengawasi mereka berlima.
"heh disana wae, agak terang dikit ojo nangkene" hendra menunjuk kearah gawang yang ada disisi sebelah barat lapangan.

”hooh si bener katane si hendra, jangan disini ren" trisna menyahut.
Saat itu kami berlima sudah berada di sebuah lapangan yang ada di desa kami, jangan kira lapangan ini seperti lapangan yang megah dan mewah seperti di kota, jangankan tempat duduk, rumput setinggi mata kaki saja tetap dibiarkan asri disini.
Akhirnya hendra dan teman-temannya menikmati malam minggu dengan beberapa botol kecil minuman dan camilan yang sudah disiapkan sebelumnya.
Gelas kecil berputar bergilliran dari hendra keempat temannya, perlahan demi perlahan kesadaran mereka mulai samar. "wah kripik e bentar lagi entek iki ndra" ucap andre.
Namun bukannya menjawab hendra malah diam termanggu, ditengah kesadarannya yang mulai buyar, ia malah merasakan ketakutan dengan firasat yang sedari tadi sempat ia acuhkan.
Tanpa mereka sadari, dua botol minuman dan beberapa bungkus cemilan sudah habis dilahap, kini mereka berlima hanya terbaring dibelakang gawang dengan hanya beralaskan rumput liar.
Entah berapa lama hendra terbaring disana, sampai dimana ia terbangun kaget ketika mendengar salah satu temannya berteriak.

“andre ngopo tekan kono cokk!!" trisna berteriak sambil berlari menjauh.
Saat itu karena masih dalam keadaan setengah sadar, hendra masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kala itu, tapi ternyata kejadian itu bukan ilusi, kedua temannya itu langsung ikutan berlari menyusul trisna yang mengejar andre kearah gawang sebelah timur.
"wehh bentar tunggu!" ujar hendra sembari sibuk mencari dimana ia menaruh alas kaki.
Kami yang saat itu sebenarnya masih dalam pengaruh alkohol, sontak menjadi segar karena harus berlarian mengejar andre yang seperti orang kesetanan.

"wehh ada apa sebenere, harus lari gini po?"
Hendra berlari menuju kearah trisna, sembari sesekali tangannya mengusap mata karena nampaknya masih terdapat beberapa belek sisa tidur beberapa saat lalu.
Begitunya sampai sontak hendra kaget ketika kedua bola matanya melihat pemandangan yang seolah menjadi penguat dari semua ketakutan yang ia rasakan sedari tadi.
Saat itu tak hanya hendra yang melihat bahwa andre kencing di sebuah makam, ketiga temannya juga melihat hal yang serupa, bahkan trisna sudah terlebih dahulu menarik-narik badan andre supaya menjauh dari makam itu.
"jancok goblokkk ojo diuyuhi" trisna berteriak sambil terus menarik badan andre menjauh dari tumpukan batu yang sudah terbagi menjadi beberapa bagian.
Namun bukannya menurut, andre malah terus memainkan burung kecilnya itu dan membuat pancurannya semakin tak terarah.

"bocah iki ngombene kakean mau mesti" ucap ridwan sambil membantu menarik tubuh andre darisana.
"bajigur, iki bocah kenopo dadi kuat gini" imbuh ridwan beberapa saat kemudian.
Melihat kedua temannya kewalahan, akhirnya hendra membantu tak lupa juga reno juga ikut membantu. Singkatnya setelah itu mereka berempat menggendong andre dan dibawa kembali dimana tempat awal mereka berkumpul.
Melihat keadaan yang sudah mulai runyam hendra mengajak keempat temannya untuk pulang dan istirahat dirumah. Namun kembali lagi, andre begitu lepas dari pengawasan kami, ia langsung berlari kembali, dan anehnya ia berlari kearah makam lagi.
Akhirnya karena dirasa waktu sudah menjelang pagi dan ditambah andre nampaknya sudah diluar kendali, mereka sepakat untuk pulang dan menyambung obrolan esok pagi lagi.
"ehh iki aku boncengan bareng sama si andre yo, motormu taruh omahe lek sudar wae" reno mencoba memberikan saran, karena entah mengapa andre masih belum sadar, takutnya nanti ketika pulang ia malah terjatuh dari kendaraan.
Jalanan pulang kembali lagi melewati perkebunan yang tadi sempat dilewati oleh hendra tatkala hendak datang kerumah trisna, nah lagi dan lagi, suara benda jatuh itu terdengar ketika mereka sudah berada di sekitaran kandang ayam.
"bajigur opo kae mau bangsat!!" umpat trisna dan seketika langsung memberhentikan laju motornya.

"kalian podo krungo ora si?" imbuhnya sambil clingukan kearah pekarangan dengan dibantu penerangan lampu senter yang ada di hpnya.
Merasa akan ada hal buruk yang akan terjadi, hendra langsung meminta teman-temannya itu untuk melanjutkan perjalanannya untuk mengantarkan andre pulang.
Oh iya jadi mengapa kami melewati jalanan ini, yah karena kami mengantarkan andre pulang. "alhamdulillah ngak lewat sini sendirian aku" batin hendra sedikit senang ketika malam itu ia tak sendirian ketika pulang,
mengingat rumah andre sebenarnya ada di dusun belakang rumah hendra, jadi pastilah mereka melewati rumahnya ketika hendak mengantar andre malam itu.
Malam itu yang semulanya hendra kira akan mengasyikan dan penuh canda tawa, malah sebaliknya. Nampaknya malam itu firasat yang hendra rasakan, perlahan mulai terasa kebenarannya.

***
part satu sampai disini dulu ya, masih panjang bener soalnya, sambung besok malam ya..

buat kalian yang pengen baca kelanjutan dari part 1 dan ngak mau nunggu, boleh mampir ke karyakarsa ya!

maturnuwun.
berhubung nanti malam wakhid mau ada urusan keluar, lanjutan dari part satu tak terusin sekarang aja ya..

bismillah..
yen wedi ojo wani-wani, yen wani rasah wedi-wedi.
"woyy buruan, tuh gerbang udah mau ditutup aja" terdengar suara riuh didepan sekolah hendra, mereka saling berlarian mengejar supaya bisa masuk sebelum gerbang ditutup oleh pak sugi.
"sampean iku loh mas, anake pejabat tapi berangkat e siang terus ki pie?" ucap pak sugi pada hendra yang barusaja terlihat batang hidungnya. Pak sugi ini adalah satpam sekaligus dulunya ia adalah teman akrab ayahnya hendra, namun nasib keduanya tidak ada kemiripannya sama sekali.
"yo sabar pak, wong ya ibuk masak e kesiangan yo aku jadi kesiangan berangkat e" balas hendra mencoba mengelak.

"wis sana buruan mas hendra masuk ke kelas, udah mau dimulai upacarane". Hendra berlari tunggang langgang menuju keruangan kelasnya yang ada dipojok dekat ruang uks.
Ketika ia memasuki ruangan, disana ternyata sudah ada ketiga kawannya, reno, trisna dan ridwan. Nampaknya mereka seperti sedang menunggu kedatangan hendra.

"loh ngapain koe masih pada disini, iku upacarane udah hampir dimulai cok"
"aku kok khawatir sama si andre yo ndra, dia kemaren pas aku telpon yang ngangkat malah ibune" ucap reno khawatir.
"si andre wingi aku juga ngak liat kalau dia ke gereja, biasane kan mesti mampir ke warung e bapakku nek si andre ke gereja" imbuh ridwan dengan muka celingukan sambil melihat kearah luar kelas.
"wis mengko dibahas lagi, kae wis ada bu supri yang jalan kesini, ndang buruan kelapangan wae" hendra mencoba menyudahi obrolan pagi itu, melihat situasi dan kondisi yang sebenarnya tidak memungkinkan untuk mereka berempat meneruskan obrolannya.
Sementara itu dari luar kelas perlahan terdengar suara sepatu yang samar-samar dan semakin lama semakin mendekat, dari suara sepatunya saja hendra dan ketiga kawannya sudah bisa mengetahui siapakah sosok dibalik suara itu.
"ini anak bukannya kelapangan malah ngecupris aja dikelas, buru!!" teriak bu supri sambil mengedor pintu kelas diakhir kalimatnya.
Beliau adalah bu supri, guru bk yang walaupun tampangnya kalem namun setelah kalian mengenalnya lebih dari satu minggu, kalian akan tau bahwa manusia harimau itu memang benar adanya,
namun bedanya yang satu ini akan berubah tatkala ada anak-anak bandel seperti hendra dan kawan kawannya.
Upacara bendera hari senin pun dimulai, namun hendra masih saja sesekali memandang kearah pintu gerbang, berharap temannya satu itu datang walau terlambat.
Waktu terus berjalan, bahkan sudah hampir selesai pidato dari kepala sekolah yang dimana itu menandakan bahwa sebentar lagi upacara ini akan selesai, andre masih belum kelihatan.
Hendra mengernyitkan dahi sambil memandang kesana kemari, berharap andre sudah datang dan mungkin sedang berada di barisan bekang, namun sama sekali dia tak melihatnya.
"heh ngapain to koe ki, clingukan aja dari tadi tak perhatiin" bisik ratna, secara kebetulan saat itu ia ada disebelah kanan yang pastilah dapat melihat tingkah laku hendra walaupun sebenarnya ia tak memerhatikannya.
Hendra saat itu memilih untuk tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan menundukkan kepala karena dari barisan guru yang ikut upacara, ia melihat ada sepasang mata menatapnya dengan begitu tajam,
yah itu adalah tatapan dari pak sumpeno, guru mata pelajaran elektonika yang garangnya tiada tara, bahkan ketika melihat kumisnya yang setebal karpet mushola saja sudah membuat anak didiknya diam seribu kata.
Pagi berjalan menuju siang dan sampailah mereka disaat istirahat pelajaran.

"eh iki si andre ngak berangkat tenan i"

"bali sekolah budhal nang omahe po yo?" ucap reno mengajak kami bertiga.
"wah tapi nanti aku ada les ren, ngak bisa aku" balas ridwan sambil menyantap makan siangnya.

"yowes kalau gitu gini aja ren, tris, wan.."
"pie ndra" jawab mereka kompak.
Akhirnya hendra mencoba memberikan saran kepada ketiga temannya, ia menyarankan yang datang kerumah andre nantinya hanya ia dan yang bisa saja, toh mereka juga belum tau kejelasan mengapa andre tidak berangkat.
"yoh gitu wae, sepakat!" ucap mereka mantap.
Hari itu ketika pelajaran demi pelajaran disekolah sudah selesai, hendra dan keempat kawannya langsung bertolak untuk pulang kerumah masing masing.
Siang itu hendra pulang dengan pikiran yang terasa memenuhi kepala, bukan karena apa yang tadi ia pelajari sewaktu dikelas, melainkan apa yang sebenarnya terjadi pada temannya, andre.
Ketika sampai dirumah, ia langsung mengangti baju dan makan seperti apa yang biasanya dilakukan oleh anak pulang sekolah pada umumnya. Namun entah mengapa sore itu hendra merasa bahwa ada yang aneh didalam rumahnya.
Ia beberapa kali seperti melihat ada sekelebat kain berwarna merah yang melintas didalam rumah, untuk jelasnya seperti apa hendra juga tidak bisa mengambarkannya, karena sekelebatan itu hanya ia lihat melalui ujung matanya saja.
"buk hendra main kerumah andre, kunci tak taruh dibawah pot bunga yo" tulisnya melalui pesan singkat yang langsung dikirimkan ke nomor ibunya.
Karena hendra dirumah ini hanya berduan dengan ibunya ia sudah menjadi anak yang lumayan mandiri, walau jika diluar rumah kelakuannya seperti anak tak tau diri.
Hendra berangkat menuju rumah andre sesaat setelah reno dan trisna datang kerumahnya, dikarenakan mereka berdua berboncengan akhirnya mau tidak mau hendra harus menggunakan sepeda motornya sendiri, walau sebenarnya rumah andre hanya sejauh 500 an meter dari rumahnya.
"wong telu tok ropopo iki ndra?" tanya reno

"lah yo kalau mau rame bentar tak nelpon pak lurah dulu" balas hendra bercanda.
"bocah koplak, wes ayo gas langsung.. Kesoren mengko rawani muleh aku nek lewat kebon kae" ujar trisna sambil beralih dari motor reno ke motornya hendra.
"loh ngopo pindah i" tanya hendra penasaran.

"motore reno ngak enak, wis aku ikut koe wae ndra" jelasnya.
Setelah itu mereka bertiga mulai menancapkan gas dengan tujuan tak lain dan tak bukan adalah kediaman andre. Mereka berangkat beberapa saat setelah adzan ashar berkumandang, agak kesorean memang.
Tatkala dalam perjalanan menuju kerumah andre, mereka bertiga secara tidak sengaja bertemu dengan ratna dan siska, mereka menaiki motor berboncengan dari arah yang berlawanan.
"ehh kalian mau kemana e?" tanya ratna sambil berhenti di sebuah pertigaan jalan yang membuat hendra, reno dan trisna ikutan berhenti pula.

"ohh ini mau kerumah e andren, lah kalian darimana?" balas hendra sambil menanya balik.
"jalan-jalan wae, iya to siska? Eh kalau gitu aku tak ikut kalian aja sekalian gapapa to?"
Mendengar kalimat itu, hendra dan kedua temannya langsung beradu pandang dan sontak mengiyakan saja permintaan kedua gadis primadona di kelas mereka itu. Akhirnya mereka berlima berjalan beriringan menuju kerumah andre yang tinggal berjarak beberapa rumah.
Waktu terus berjalan, tidak terasa mereka berlima saat ini sudah sampai didepan rumah dengan gaya bangunan yang sudah modern, berbeda dengan rumah-rumah warga disekitarnya. Itu adalah rumah andre.
Pertama ketika sampai disana, hendra merasa asing dengan penampakan sebuah mobil kijang berwarna biru tua yang terparkir didepan rumah andre.
Hendra sejenak mengamati sampai ia meyakinkan dirinya sendiri untuk mengetuk pintu rumah yang sepertinya didalam sudah ada beberapa orang, terlihat dari beberapa pasang sepatu yang tersusun didepan teras.
"kulonuwun bulek.." ucap hendra dengan mengetuk pintu rumah, dengan keempat kawannya yang berdiri berjejer dibelakang.

"ngihh" kata sosok yang asing ditelinga hendra.
Hendra sesekali melirik dibalik pintu yang sedikit terbuka, sampai akhirnya ia melihat sesosok pria dengan tubuh tinggi besar lengkap dengan kumis tebal dan baju seragam coklat.

"woh mas hendra ternyata, monggo masuk mas" ucapnya.
Beliau ini adalah pak lurah, sekaligus kakak dari ibunya andre, memang hendra sudah tidak asing dengan beliau karena ibunya juga bekerja di balai desa, sehingga bertemu dengan pak lurah menjadi sebuah hal yang sangat lumrah baginya.
"andre ne wonten pakdhe?" tanya reno menyahut.

"ono, mlebuo wae mas mbak" balas pak lurah sambil menyalakan rokok dan menghisapnya.
Akhirnya mereka berlima pun memasuki rumah andre dengan sedikit mengendap karena anjing milik bapaknya terkenal sangat galak dan siap menerkam siapapun yang ia tak kenal.
Baru beberapa langkah memasuki rumah, hendra nampak binggung dengan keadaan yang ada dirumah andre sore itu, entah mengapa ia merasa suasana terasa sangat singup sekali ketika memasuki rumah andre, padahal rumah ini dekat dengan area persawahan.
Ketika hendra masuk, nampak seorang perempuan paruh baya yang tengah terduduk diam diatas sofa berwarna coklat muda, ia adalah ibu andre, terlihat beliau dengan sesekali menyeka dahinya.
"bulek.. Andre ten pundi ngih?" tanya trisna dengan suara halus.

"nang kamar mas, mbak.." balasnya ramah, namun dari raut wajahnya, hendra mengira bahwa sepertinya beliau tengah menyembunyikan sesuatu namun entah apa itu, hendra tak berani berandai terlampau jauh.
Trisna membuka pintu lalu masuk secara perlahan disusul oleh hendra dan ketiga temannya. Di ranjang besi tua itu terlihat andre tengah terbaring dengan kepala dikompres.
Melihat itu hendra langsung kembali ke ruang tamu meninggalkan keempat temannya dan memilih untuk menemui ibunya andre. "andre kenopo e buk? Demam po?" tanya hendra penasaran.
Akan tetapi bukannya menjawab balah ia melemparkan pandangan kearah pak lurah, seolah memberikan isyarat bahwa supaya pak lurah saja yang menjelaskan semuanya.
"reneo mas hendra" ucap pak lurah sambil mengajak hendra kearah teras.

Pak lurah duduk di teras rumah andre sembari menghisap rokok yang barusaja ia nyalakan. Saat hendra menyusul duduk disebelahnya, tiba-tiba pak lurah menepuk pundak hendra yang seketika membuatnya terkaget.
"lungguho sik nangkene mas"

"wonten nopo pak sebenere?" tanya hendra dengan begitu penasaran, ia tak mau jikalau ada apa-apa yang menimpa sahabatnya itu.
Sore itu hendra menyimak dengan begitu serius apa-apa saja yang disampaikan pak lurah padanya, bila dipikir memang terasa aneh jika andre bisa menjadi seperti yang dikatakan pak lurah,
tidak percaya saja rasanya, namun tak mungkin pak lurah berbohong padanya, terlebih lagi jika melihat pola tingkah ibunya andre yang seperti banyak pikiran.
"lah terus kata dokter pripun pak?"

"jarene pak dokter, andre sehat mas, ming kekesel wae ning weruh kahanan e bapak kok semelang" balas pak lurah.
Hendra hanya terdiam termanggu, ia mencoba mengingat beberapa hari lalu kejadian demi kejadian yang ia alami bersama keempat kawannya. Seketika ia ingat kembali dimana kejadian malam itu andre mengencingi sebuah makam yang ada dipinggir lapangan desa.
"weh jangan-jangan gara-gara wingi kae" celetuk hendra, tanpa sadar pak lurah juga mendengar ucapanya.

"ono opo mas?"
Hendra menunduk sambil menggelengkan kepala, "mboten.. Mboten nopo kok pak" elakknya. Waktu itu ia memilih untuk tidak menceritakan kejadian beberapa malam yang lalu, tatkala mereka berlima melakukan pesta miras di lapangan desa.
Nampaknya sikap aneh dari hendra sedikit menarik perhatian pak lurah, namun belum sempat pak lurah bertanya lagi, dari dalam rumah terdengar suara yang memanggil hendra.
"ndra... Masuko sini ndra" hendra pun langsung meminta izin pergi dahulu dengan pak lurah dan ia pun masuk sesuai dengan perintah.

"ono opo e" tanya hendra penasaran, mengapa mereka tiba-tiba memanggilnya.
"si andre mau mau ngomong katane sama koe, ngak tau mau omong apaan, kita tanya aja ngak dijawab sama dia" jelas ratna singkat.
"aku arep ngomong karo hendra tok, kowe kabeh metuo" ucap andre datar. Terdengar dari suaranya saja bisa dilihat bahwa keadaan andre sedang tidak baik-baik saja, bahkan dari raut wajahnya pun seperti orang yang sangat kelelahan, ditambah dengan kantung mata yang menghitam.
Mendengar ucapan andre tadi mereka akhirnya keluar kamar dan hanya menyisakan hendra dan andre dalam sebuah ruangan itu.

"pie? Ada apa ndre.. Kalau ada apa-apa itu mbok cerita" ucap hendra membuka obrolan saat itu.
"aku ngak bisa tidur ndra"

Hendra menatap andre dengan penuh keheranan, ia tak tahu harus bertanya apa lagi ketika melihat andre dengan keadaan seperti itu.
"ngak iso tidur kenopo ndre?" tanya hendra lagi, berharap kali ini ia akan mendapatkan jawaban dari semua rasa penasarannya. "pas aku merem, ono sik ambegan nang raiku ndre"

Dyar!!
Bak tersambar petir di siang bolong, hendra benar-benar termangu dalam diam begitu lama, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengarkan, namun kenyataannya memang demikian.
Cukup beberapa lama hendra terpaku dalam diam, ia hanya menatap andre dengan tatapan tajam. Ia tak tahu harus bilang apa jikalalu nanti setelah keluar ruangan ini ia akan dihujani oleh ribuan pertanyaan dan yang paling sulit adalah ia harus mengarang jawaban,
karena ia tak mau hal yang disampaikan oleh andre barusan akan menimbulkan ketakutan dan kekacauan lebih besar lagi jika banyak orang yang mengetahui.
"perempuan itu ndra, ia selalu menatapku dalam cermin"

Tiba-tiba dari luar ibu andre masuk tanpa mengetuk, membuat hendra kaget ditengah pikirannya yang fokus sekaligus mencoba memahami maksud dari ucapan andre barusan.
"mas hendra iku ibuk tumbaske bakso, dimaem sik.." akhirnya hendra pun keluar dan belum sempat menanyakan maksud dari kalimat terakhir yang disampaikan oleh andre.
"klamit buk.." ucap hendra sambil menunduk ketika melewati ibunya andre yang masih berdiri disamping pintu menunggu hendra keluar.
Sore itu mereka berlima menyantap dengan lahap bakso pemberian dari ibunya andre, hanya mereka berlima saja ternyata, pak lurah sudah pulang terlebih dahulu karena harus mengurusi ternak.
Waktu terus berjalan, tanpa sadar semangkuk bakso kini tinggal bersisa mie beberapa helai saja. Reno sejenak mengamat tingkah hendra, nampaknya ia bisa melihat bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kawannya satu itu.
"ono opo ndra?"

"ndra..."

Beberapa kali hendra dipanggil oleh reno, namun hendra tak kunjung menjawab, ia hanya memainkan sendok di mangkuk bakso yang kini hanya bersisa kuahnya saja.
Hendra tak menjawab sepatah katapun, dirinya hanya menoleh kearah reno dan temannya yang lain, tersenyum dengan terpaksa dan tanpa sadar matanya berkaca-kaca.
"heh kenapa si hendra?" bisik siska pada ratna, kembali ratna malah melemparkan pandangannya kearah reno dan trisna yang sedang saling pandang.
Sementara itu langit diluar mulai menggelap, pertanda sebentar lagi akan memasuki waktu magrib. Tanpa fafifu mereka berpamitan pulang, mengingat waktu juga sudah hampir gelap.
Ibu andre hanya mempersilahkan, ia juga berpesan bahwa mereka kalau mau main kesini tinggal datang aja dan jangan sungkan, apalagi pas andre sakit gini kan nanti dia jadi punya teman ngobrol,
begitu ucap ibunya andre sore itu sebelum hendra dan keempat temannya bertolak untuk pulang kerumah masing-masing.

Malam ini entah mengapa terasa lebih dingin daripada biasanya, hendra kala itu selepas mandi dan berganti baju, ia duduk di ruang tengah sembari menonton tv. Hendra walau ia sedang menonton tv namun pandangannya sama sekali tidak bisa fokus pada apa yang sedang ia tonton.
Pikiran hendra malam itu masih dihantui rasa binggung dengan apa yang tadi sore sempat ia dengar dari mulut andre, entah kenapa hendra menjadi khawatir dengan apa yang terjadi. Apa ini akibat andre mengencingi makam wingi?
Tiba-tiba dari hendra dikagetkan dengan suara benda jatuh dari arah belakang, dapur lebih tepatnya. "kenopo buk?" teriak hendra mengira itu adalah perbuatan ibunya.

Hening..
Beberapa saat tak ada jawaban, akhirnya ia memutuskan untuk ke dapur dan memastikan apa yang terjadi disana.

"buk.."

"buk.." hendra beberapa kali memangil ibunya namun tak ada jawaban atas panggilannya Itu.
Ketika hendra sampai kedapur, tak ada barang apapun yang terjatuh, aneh. Ia pun kembali kedepan tv, dengan perasaan yang sedikit lebih lega karena ternyata tak ada apa-apa.
Namun ketika hendra melewati lorong yang menghubungkan ruang tengah dengan dapur, disana ada sebuah cermin besar berbingkai hitam yang dipaku ditembok. Ketika melewati cermin itu, dari ujung mata hendra sekilas melihat ada pantulan kain berwarna merah.
"heh.. Opo iku mau" sadar hendra dan ia pun kembali menghampiri cermin, namun tak ada apa-apa disana, hanya ada pantulan wajahnya saja.
part 1 selesai, sampai senin depan untuk cerita part ke 2 nya.

buat temen-temen yang mau baca duluan, part 2 sudah ada di karyakarsa ya..

karyakarsa.com/wakhidnurrokhi…
buah nangka buah kedondong,
buah cempedak matang sebelah..

yok lanjut part 2

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with waKHIDun

waKHIDun Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Wakhidnurrokhim

Sep 1, 2023
“Tragedi Perkemahan Jogja tahun 2016”

A thread.

#bacahorror Image
“Mik pie? Meh sido dilekasi kapan?” (Mik gimana? Jadinya mau dimulai kapan?)

tiba-tiba dari belakang sosok laki-laki berbadan kekar mendekat. Dia adalah Candra.
Miko menarik nafasnya dalam, sembari menajamkan telinganya, memastikan bahwa adzan sudah berkumandang..

Entah kenapa malam itu seperti tidak ada angin yg berhembus sama sekali, hal itu berimbas suara adzan dari pemukiman yang jauh dibawah bukit ini menjadi samar terdengar.
Read 122 tweets
Oct 11, 2022
"TUMBAL KEMAH "

kisah viral yang menceritakan sebuah kegiatan perkemahan akhir tahun oleh salah satu SMK di Sleman. Pada umumnya perkemahan akan meninggalkan kisah menyenangkan, tapi pada cerita ini justru sebaliknya.

Sebab urusannya dengan NYAWA!

#threadhorror @bacahorror_id Image
dengerin ini dulu ya..
7 april 2016

Sore itu nampak tengah berbaris dengan rapi anak kelas 10 dan 11, mereka adalah siswa dari salah satu smk kenamaan yang ada di kota Jogja.
Read 138 tweets
Oct 4, 2022
KARMA | PART 6 [ TAMAT ]

part ini adalah part terakhir dari rangkaian cerita karma, pada part ini kalian akan menemukan alasan mengapa hendra dkk mengalami gangguan yang selama ini menimpa mereka.

selamat membaca.

#threadhorror #bacahorror Image
Sebelumnya di part 5.

Tepat sekitar jam 2 dini hari, akhirnya hendra sudah sampai dirumah. Dengan mengendap-endap, hendra mencoba masuk melalui jendela kamarnya. Sebab ibunya tak tau menau perihal kepergiannya malam ini.
Ia masuk dengan mengendap, membersihkan kakinya di kain yang tergeletak di lantai lalu hendra mulai memejamkan mata dengan hati yang sudah tenang tentunya, "akhire masalah ini selesai juga" ucapnya.
Read 265 tweets
Sep 30, 2022
"Teror Hotel Lembang"

(bagaimana jadinya jika tujuan kalian menginap untuk beristirahat namun karena kehadiran mereka, justru sebaliknya, kengerian, ketakutan dan kepanikan justru menyelimuti malam)

- a thread -

#threadhorror #bacahorror Image
halo lur..

mumpung ujan-ujan gini, wakhid jadi pengen bagiin cerita horor nih hehehe..

ini cerita singat, ya semoga bisa menghibur ya.
sambil menunggu hari selasa uploud part terakhir "KARMA", kalian bisa baca ini dulu.
kisah ini terjadi pada tahun 2016, dialami sendiri oleh kakak saya yang bernama andi.

seperti apa kisah lengkapnya?

"yen wedi ojo wani-wani, yen wani rasah wedi-wedi"

selamat membaca..
Read 186 tweets
Sep 27, 2022
KARMA | Part 5
“karena sejatinya makhluk yang hidup itu pasti akan mati, tapi aku hanya berharap semoga kami semua tidak akan mati malam ini.”

- a thread -

@ceritaht @bacahorror_id
#bacahorror #threadhorror Image
sudah selasa malam nih, saatnya update cerita..

part 5 ini adalah pintu menuju ke penyelesaian masalah yang sudah dihadapi oleh hendra dkk.

bismillah..
yen wedi ojo wani-wani, yen wani rasah wedi-wedi.
Sebelumnya di part 4.

"ndra.. Nanti malam awakdewe diajak bapakku moro nang omahe mbah joyo, gelem yo" (ndra nanti malam kita diajak ke rumahe mbah joyo, mau ya) ucap andre sambil mengupas kuaci.
Read 130 tweets
Sep 19, 2022
KARMA | Part 4

“karena sejatinya makhluk yang hidup itu pasti akan mati, tapi aku hanya berharap semoga kami semua tidak akan mati malam ini.”

- a thread -

@ceritaht @bacahorror_id

#bacahorror #threadhorror Image
Sebelumnya di part 3.
"cokkk andre ngopo iki.." teriak reno.
Karena pandangan hendra dan yang lain terlalu fokus dengan apa yang terjadi diluar rumah,
tanpa mereka sadari ternyata andre sudah berdiri, menghadap tembok dengan posisi tangan seperti mencubit dan terus mencubit tembok.

Tanggung jawab..

Tanggung jawab koe poro bocah wingi sore..
Read 182 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(