Malam telah larut, bising kendraan mulai sayup-sayup, lampu rumah warga sedari tadi redup. hari itu, aku dan mama baru saja pulang dari perjalanan jauh yang mengharuskan sampai ke rumah pada waktu tengah malam.
Rumah Tua | Hal 2
Sudah lima menit berlangsung tak ada yang membuka pintu rumah, di dalam hanya ada Adik dan Kakak, dari mengetuk pintu, jendela, bahkan menelpon nomor handphone mereka secara berulang-ulang tak membuahkan hasil.
Rumah Tua | Hal 3
karena kantuk mulai menghadang kami memutuskan akan tidur di rumah peninggalan nenek moyang yang tak jauh dari belakang rumah, untungnya mama punya kunci rumah itu.
Rumah Tua | Hal 4
“Assalam.alaikum,” Ucap Mama, sekalipun tahu bahwa di dalam rumah itu tak ada orang. Sebelum masuk, heranku bertanya sepertinya ada yang berbeda dari penampilan rumah itu, sedetik kutepis dengan mungkin hanya perasaan saja.
Rumah Tua | Hal 5
Kaki yang digerogoti lelah melangkah ke kamar tamu, sedang Mama, setelah mengunci rumah menuju kamar kedua. Sembari melangkah, pandanganku seolah tertuju pada dinding-dinding rumah yang terlihat berubah warna kemerahan seirama dengan langkah kakiku.
Rumah Tua | Hal 6
“Mungkin hanya perasaan karena terlalu lelah,” Sembari mengalihkan pandangan
detik berlalu genggamanku perlahan mendarat pada gagang pintu kamar.
Rumah Tua | Hal 7
“Creekk,” lelahku makin menggerogoti, ganggang pintu yang kutekan seolah berbunyi dan tampak hampir akan retak. “Aneh. Gagang yang terbuat dari perak wujudnya seolah akan retak seperti retakan kayu,” Logika mulai memaksa agar otak lekas beristirahat.
Rumah Tua | Hal 8
Lelah mengantarku untuk rebahan di atas ranjang, kedua pasang mata terarah jelas pada atap rumah, kali ini retakan atap rumah terlihat bergerak garisnya terus menjalar meluas.
Rumah Tua | Hal 9
“Oh tidak, mungkin mata ini harus lekas dipejamkan.”
Aman, sepertinya takkan ada lagi gangguan halusinasi yang berlebihan karena penglihatan telah tertutup.
Rumah Tua | Hal 10
Baru saja akan terlelap, bantal tidurku seolah berpindah seperti ada yang menariknya.
“Cobaan apa lagi ini,” rasa kantuk tak mau berkompromi, lekas kugapai bantal itu.
Rumah Tua | Hal 11
satu kali, bantal bergeser menjauh, dua kali, bantal itu masih bergeser, tiga kali, kantukku hilang dan tersadar akan adanya intervensi dari makhluk halus yang mengganggu kenyamanan sedari tadi.
Rumah Tua | Hal 12
Mengalir tanpa permisi bulu kuduk merinding beringan dengan langkah kaki bergegas ke kamar Mama.
“Mama..Mama?” Mengetuk pintu kamar Mama
Rumah Tua | Hal 13
“Yah.. ada apa,” cemas Mama dengan wajah mengantuknya
“Astagah. Kamu tidak sedang ngigau?” menggerakkan sepasang bahuku lalu meletakkan telapak tangannya di jidatku. “Atau kamu sakit?”
“Tidak Ma, aku juga sehat.”
“Tidak ada yang aneh dari rumah ini” Tegas Mama.
Rumah Tua | Hal 15
“Hmm, baiklah mungkin hanya sekedar halusinasi saja.” Sedetik pandangan, telinga kami terfokus pada bunyi yang bersumber dari sebuah lemari di ruang tamu, terlihat lemari itu bergeser perlahan.
“Tuh kan, Mama lihat itu?”
“Lihat,, tapi…”
Rumah Tua | Hal 16
Perkataan Mama terhenti melihat pergerakan dan bunyi lemari kian detik kian membesar..
“Allahuakbar!!,” Sahutku secara spontan, mataku terbelalak terfokus garis retakan atap rumah.
Rumah Tua | Hal 17
“Astagfirrullahaladjim..” Nampaknya aku baru saja bermimpi. Bunyi Azan Subuh telah berkumandanng mengembalikan detak jantungku yang sempat lari tak beraturan. Beriringan dengan suara ketukan pintu yang dihiasi suara Mama membangunkan untuk Shalat Subuh.
Rumah Tua | Hal 18
Setelah bangkit, kubuka pintu kamar yang masih berbunyi,
“Creekk,” Tak ada Mama di depan pintu, sadarku mengingatkan bahwa sedari tadi malam karena pulang telat dari rumah teman, aku terpaksa tidur di rumah itu, seingatku hanya diriku sendiri.
Selesai...
Baca doang❓
Follow juga lah....❗
Kalau tertarik, kamu bisa kunjungi chanel telegram kami.
Dengan penuh keberanian, kudatangi wanita yang telah dinikahi suamiku secara diam - diam. Aku rasa aku masih memiliki kesempatan, sebab mereka belum dikaruniai seorangpp anak.
𝙾𝚛𝚊𝚗𝚐 𝙺𝚎𝚝𝚒𝚐𝚊 | 𝙷𝚊𝚕 2
Aku berusaha menjelaskan memberinya, pencerahan. Yang intinya, aku ingin dia segera selesaikan sebelum terlambat.
Ketika tengah melintasi taman. Aku dihentikan oleh pria paruh baya. Aku kenal dia! Dia merupakan pelukis jalanan, yang sering kali terlihat di akhir pekan.
𝚂𝚔𝚎𝚝𝚜𝚊 | 𝙷𝚊𝚕 2
Bukan sekedar pelukis biasa! Menurut orang - orang, dia merupakan paranormal yang mampu melihat masalalu dan masa depan seseorang. Yang uniknya, ramalannya dituangkan melalui karya lukisan.
𝙱𝚞𝚜 𝙼𝚊𝚕𝚊𝚖 | 𝙷𝚊𝚕 1
Aku ingat dulu pernah mengabaikan peringatan dari seorang penumpang. Waktu itu bus ini melintas diwaktu yang sangat tepat. Waktu, saat aku putus asa. Mengira tak akan ada bus yang lewat.
𝙱𝚞𝚜 𝙼𝚊𝚕𝚊𝚖 | 𝙷𝚊𝚕 2
Tak ada rasa curiga! Karena busnya seperti bus konvensional lainya. Saat masuk dan duduk pun, perasaanku biasa saja. Dan perasaan ini bertahan, hingga bus mulai masuk ke daerah tujuan.
00.00 wita. aku terbangun dan melihat dari jauh saudaraku sedang duduk diluar rumah. Untungnya semua pintu tengah terkunci. Karena aku yakin itu bukanlah saudaraku.
Siapa Disana ? | Hal 2
Untuk memastikan keyakinanku, aku pun memeriksa kamar sadaraku. Disana dia tengah tertidur diranjang sambil memeluk boneka kesayangannya
Di sebuah jalan tepatnya di kilometer 18 sering terjadi kecelakaan.
kata orang sekitar, jalanan itu ada hantunya.
Rian yang tiap hari melewati jalanan itu tak percaya sama sekali dengan rumor itu.
Cerita Horor | KM 18
Suatu malam Rian berjalan melewati jalan itu, tak ada hantu. Ia hanya bertemu seorang anak gadis tetangga, namanya Anisa ia seumuran dengannya. Anisa menyapanya dengan senyum.