Ruicyyl Profile picture
Sep 22, 2022 144 tweets 23 min read Read on X
Haiii:)
Teman" semua, semoga selalu sehat & dlm perlindungan-NYA. Disini saya mau menceritakan pengalaman seseorang yang sebenarnya cerita ini ingin sekali saya publish di tahun 2017, tetapi karna satu & lain hal bru bs skrg.
#TrueStory #scarystories #horor #threadhorror Image
Saya ingin membagikan cerita ini berdasarkan kesepakatan dgn pemilik cerita :). Semua tempat, institusi, nama di samarkan. Semoga bisa di nikmati dan di ambil sisi positif. Serta jadi media teman teman utk terus berkarya :). Enjoyy the story
Wangi si Sri.

Semua berawal dari kehidupanku menginjak perkuliahan yang ku pilih di kota perantauan sekaligus kota kelahiranku. Semua di laksanakan atas izin dan dukungan keluarga. Sanak keluarga disini juga siap membantu jika aku ada kesulitan di kota ini.
Tapi selama berkuliah disini, aku memutuskan untuk menyewa tempat kos agar waktuku tidak banyak terbuang di waktu perjalanan jika tinggal di rumah sanak keluarga yg posisinya lumayan jauh dri kampusku.
Panggil namaku nika, mulai hari ini resmi menjadi anak kos dan menjadi anak kuliah. setelah memilih kosan yang menurutku cocok untuk aku tempati, kegiatan beberes seperti biasa ku lakukan. Tak lupa juga berkenalan dengan rekan yg tinggal satu kosan denganku
Di kota ini belum banyak pilihan kendaraan yang bisa kita gunakan untuk menyusuri kota ini (belum adaa aplikasi ojol dsb di kota ini) akhirnya orgtuaku membelikan sepeda motor guna mempermudah mobilitas selama perkuliahan.
Kejadian aneh pertama yang ku rasakan ketika memasuki Seminggu masa ospek, aku memimpikan diriku berada di sebuah tempat dimana kanan kiriku hanya lautan. Angin laut menerpa rambutku seakan memberikan tanda ucapan selamat datang.
Aku menapaki sebuah anak tangga dari bilahan kayu yg di pasang di atas batuan. Sayup sayup aku mendengar suara ramai seperti suara pesta dan gending jawa. Ada keraguan untuk melanjutkan dan lantas aku hanya memejamkan mata dan berharap aku terbangun. Doa ku di dengar tuhan...
*tok tok tok*
"Nikk .. Nikk.. udah tidur tah?" Suara yg ku kenali, salah satu teman kos ku bernama Fani.
"Baru kebangun, gimana fan?" Jawabku sambil membuka pintu kamarku dan ku melihat dia yang terlihat baru saja sampai di rumah, ku tengok jam dan ternyata sudah 23.00 malam.
"Arep minta tolong Nikk, parkirin motorku ke dalem bisa ? Akuuu udah kebelet banget inii ... ya yaaaa plisss, makasih nikkk" Ucap Fani langsung melipir masuk ke kamar mandi.
Aku keluar pintu dan ku melihat gerbang belum di kunci, langsung saja ku gerendel dengan gembok
"NIKAAAA NIKAAA NIKAAAA". Suara Fani teriak dari dalam.
Lantas ku jawab "kenapaa fan?"
"NIKAAAA NIKAAA NIKAAA"
"Kenapaa toh fann ??". Langsung ku datangi dia tapi suara terhenti.Ku ketok ketok kamar fani takut dia kenapa napaa. Ku ketok dengan keras dan fani membuka pintunya.
"Nopo toh nik?? Nda bisa tah parkir motornya ?? Aku baru selesaii ni"
"Koe teriakin namaku tadi fan? Kenapaa? Mbok kamu kepeleset atau apa".
"Weh, ngapain aku teriak teriak? Aku gak teriak loh nik. Kamu ga liat ini kosan wis sepi nyenyet (sepi bgt)?? Nnti aku di omeli"
Aneh ... aku mendengar suara Fani tadi meneriaki namaku kok. Yaudah lah ku simpan sendiri dalam hatiku, gamau buat heboh karna sudah malam juga.
Ku lanjut memarkir motor sambil di bantu fani. Setelah itu kita masuk ke kamar masing masing.
Suara adzan subuh berkumandang, pagi di kota ini terasa dingin hingga menusuk. Menahan siapa saja yg berkeinginan beribadah.

"Mayuh tangi cah ayu (Ayo bangun nak).." ada seseorang yg membisikkan kalimat itu di telingaku. Sangat dekat. Aku terkaget & langsung menghambur keluar
Bergetar tubuhku. Sampai tidak kuat dan lemas. Sambil menyender di depan pintu kamarku. Apa aku mimpi?
"Loh nik? Nopo toh ? Sakit ?? Pucet mukamu loh" kata fani yg baru saja keluar kamar karna ingin memasak air panas di dapur untuk mandi.
"Nda fan, aku ndapapa". Ucapku
Sambil memberanikan diri aku memasuki kamarku kembali dan menyalakan lampu kamar, ku matikan lampu tidur. Ku melihat sekeliling kamar
Tidak nampak apapun. Ku lanjutkan untuk bersiap ke kampus dan juga subuhan.
Bulan bulan berjalan biasa, dari terakhir kejadiann itu belum lagi ku rasakan hingga di suatu ketika saat sebelum waktu uts tiba aku bersama 4 org teman tongkronganku termasuk fani berencana untuk berwisata mengunjungi pantai.
Butuh waktu 4 jam untuk mencapai pantai itu. Saat tiba di pantai tersebut, aku serasa dejavu pernah mengunjungi pantai ini. Sedangkan, aku belum pernah ke lokasi ini sebelumnya. Tapi ku simpan dalam hati. Hingga saat kami ber5 turun ke wilayah pantai yang lebih sepi dengan
Track menuju bagian pantai tersebut sangatlah sulit, melewati karang yang sedikit tajam. Tanpa tersadar aku mengucap "ojo nganti awakmu nyebut nyebut perihal nyai. Ilangke sekang pikiranmu ndi (jgn sampai terpikir /menyebut perihal nyai ndi)", ucapku ke Andi yg terlihat bingung
Andi yang berada di belakangku membalas "kok koe tau pikiranku nik? Hahaha ngeri cah iki". Saut Andi dan di samber tawaan dari tama. Fani yg ada di depanku berhenti dan menepuk pundakku "nik, koe nopo toh? Dri tdi brgkt awakmu cuma diem ae. Tbtb ngomong aneh"
"Hah? Andi tdi bukannya ngomong perihal pantai selatan yo fan ? Aku dengerr kok, mungkin kamu ae sing ra krungu (gak denger)". Jawabku ke fani yg terlihat bingung. "Opone sing ra krungu ? Org dritdi cuma pada teriak teriak ngingetin hati hati pas lewatin karang kok". Kata fani
"Mungkin kamu aja yg gak denger fan, andi kan di belakange aku persis kok. Nanti ku tanya andi, wiss nikmati wae pantaine fan". Jawabku santai.

Aku duduk di dekat batu besar yg tidak terlihat basah, Tama Fani eko asik berfoto sambil sesekali berlari di air
Andi terlihat diam dan berjalan ke arahku "nik, nda main air toh? Jauh jauh iki ra di nikmati main air". Kata andi sambil duduk di sebelahku
"Ndi? Tdi kamu bicarain soal penunggu pantai selatan kan? Ngomong sama aku atau sama tama yg jalan di belakangmu ?" Tanyaku
"Aku nda ngomong apa apa selain ngingetin pas lewatin karang tdi loh nik, makanya ku kaget saat kamu bilang perihal itu ke aku. Kok kamu tau pikiranku? " jawab andi terheran

"Tapi yo nik, nyi roro kidul iku cuantike poll di kibasin selendange pun aku bisa klepek" nik" kata andi
Andi terlihat cengengesan dan aku lgsg mengingatkannya "hush!! Koe yo ndii masih aja. Hati hati klo ngomong". Kataku

Andi beranjak dan turun dri batu yg kita duduki untuk menghampiri 3 org yg sedang asik berfoto itu, hingga

"AAARRGHH!!! ASU!!" kata andi yg lgsg tersungkur
Semua terkaget dan aku pun langsung menuju ke arah andi
"ANDII KENAPA NDI ??" Kataku panik dan aku melihat kaki andi berlumuran darah. Ngeri. Kaki andi tertancap batu batu karang karang kecil yg tajam sampai berdarah.

"YA AMPUN NDIIII, bisanya kok tbtb kaya gini". Kata Fani
"Anjir lah, ndiii tahan ya gue ke atas dlu nyari bantuan. Fani lo ikut gue ayo. Eko nika jagain andi dlu". Kata tama langsung bergegas menuju ke atas mencari pertolongan.

Karang karang itu ga memungkinkan untuk dinlepas karna pasti akan terasa sakit. Butuh tindakan dokter
"sabar ya ndi, minum dulu ya" kata ku sambil membopoh andi utk bangun & minum air.

"Nik, aku kuwalat yo nik? Kamu dah ngingetin aku tdi". Kata andi sambil menahan tangis
"Ngga ndi, gausah mikir macem' ya. Bentar lgi kita pasti dpt pertolongan & pulang" kataku menenangkan andi
Setelah 20 menit tama dan fani menghampiri kita lagi di dampingi dengan 3 orang bapak' salah satunya seperti org tua dengan pakaian baju surjan khas jawa dgn blangkonnya.

"Aduh dek, ayo ini harus dibawa ke puskesmas di T*******. Ayo pak mohon dibantu, nak tama ayo bantu"
Ucap salah satu bapak penolong itu. Butuh waktu hampir 1 jam untuk menuju dgn track menanjak ke tempat kedatangan dan menuju mobil kami, di iringi oleh 3 bapak yg mendampingi kami (pak mijan, pak juri dan Mbah rogo) menggunakan sepeda motor hingga ke puskesmas terdekat
Setelah di puskesmas andi langsung mendapat pertolongan. Aku dan mbah rogo di samping andi hingga perawatan selesai. Tama dan fani mengurus administrasi dan menghubungi keluarga andi, eko mencari makanan untuk kami semua bersama pak mijan dan pak juri
"Nduk, sesuk sesuk nda usah ke pantai meneh yo .. bahaya, wangi mu mengundang nduk". Ucap mbah rogo ke arahku
"Mengundang apa maksudnya yoo mbah?" Jawabku heran dan ngeri.

"Nda nduk, dudu porsi ku yg bagi tau dirimu. Hati hati dan apa yg kamu lakukan sudah benar nduk"
"Jaga sopan santun, perilaku, ucapan di berbagai tempat yo mas andi lain kali. Mugo lekas sembuh, setelah ini langsung semua makan dan pulang yoo sebelum malam". Ucap mbah rogo ke aku dan andi

Kami hanya mengangguk dan berterima kasih sudah di antarkan
Setelah andi mendapat perawatan dan kami semua sudah makan pukul 2 siang kami memutuskan untuk pulang. Yg menyetir Eko karna dia yg paling biasa di lintasan yg lumayan naik turun seperti ini.

Sebelum pulang, mbah rogo tbtb memberikanku bungkusan berisi 3 buah bunga kantil
"Nduk, di pegang ae yo ojo nganti ilang" kata mbah rogo

"Ini untuk apa mbah?"
"Untuk di perjalanan. Hati hati."

"Nggih mbah, matursuwun"
Kataku hanya menurut

Perjalanan di tempuh hingga mencapai kota butuh waktu 4 jam. Alhamdulillah aman. Kami langsung mengantar andi
Ke kos nya dan masing masing kami pun pulang. Butuh 2 minggu lamanya hingga andi normal berjalan kembali. Masih untung uts tidak terganggu. Huuft
Beberapa hari setelahnya, mulai banyak gangguan yg terjadi. Di malam rabu setelah pulang dari kampus, aku memutuskan untuk belajar. Sampi di jam 10 malam aku memutuskan untuk istirahat dan mematikan lampu dengan dan selalu mengandalkan lampu tidur demi kenyamananku.
Tak lama setelahnya aku ngelilir (terbangun) karna suara decitan kaca jendela yg belum terkunci. Ku lirik jam sudah jam 00.30 malam, sial lupa nutup jendela dan tirai lagi. Ujarku.

Setengah mengantuk aku bangun dan minim cahaya yg ada dikamarku menambah kengerian
Saat ku raih kunci jendela tbtb sesosok makhluk menggapai tangan ku dari samping dengan wajah yg di depan kaca
"AAARRRGGGHHHH TOLOONGGG TOLOONNGG" aku berteriak sampai terasa tenggorokanku sakit, sampai terkulai lemas akibat shock.
Terdengar gedoran dari depan pintu kamarku
NIKA NIKAA!!. ADA APAA NIKAA!!. Aku sudah tidak berdaya menjawab suara mereka. Hingga terdengar suara dobrakan dri pemilik kos yg dibangunkan anak anak seisi kos yg khawatir karna suara teriakanku.
Saat tersadar aku di ruang tamu pemilik kos dengan beralaskan tikar dan di selimuti. Terlihat orang' yg menanti kesadaranku.
"Nik!!! Kamu gapapa nikk??" Suara fani menyadarkan semua org di ruangan itu ke arahku.

"Ya ampun mba nika, ada apa mba? Minum dlu" kata ibu kos
"Istighfar mba nika, pelan pelan, kenapa sampai teriak teriak ?"
Tanya ibu kos lagi

"Astaghfirullahaladzim ya allah.. astaghfirullahaladzim.." ucapku dengan bergetar.
"Ya ampun nikaa, ada apa sama kamu nikk". Kata fani sambil memelukku dan menahan tangis

"Fan.. aku ga kuat"
"Aku ga bisa cerita depan orang banyak". Ujarku

"Yowis mbak mbak yg lain, bisa kembali istirahat yaa besuk pada kuliah kan. Udah ini tanggung jawab bu nur disini" kata ibu kos.

Satu persatu pamit pergi kembali ke kamar dan mendoakanku semoga cepat sehat
"Mbak nika, ada apa sbnernya mbak?" Tanya bu nur

"Tadi saya melihat sosok yg sangat menyeramkan bu, seumur hidup saya ndak pernah seperti ini. Semenjak tiba di kota ini, saya sering bermimpi hal aneh dan mendapat gangguan". "Fan, kamu bisa antar aku kerumah keluargaku?" Tanyaku
"Astaghfirullah, dimana mba?"
"Di jendela bu. Terlihat sangat nyata. Saya gak gila kan bu?". Kataku sambil menangis. Aku menunjukkan di pergelangan tanganku terlihat biru bekas cengkraman sosok itu
"Nyebut mbak nika, besuk tak antarke ke rumah keluarga sampeyan" kata bu nur
"Mbak fani besuk kuliah saja, biar saya dan suami saya mengantar mbak nika ke rumah keluarganya ya". Kata bu nur lagi
Fani hanya terdiam dan mungkin juga karna kaget dan ikut terasa takut untuk kembali ke kamar setelah hal yg ku ceritakan, dia menemaniku sampai pagi disini
"Nik, aku kuliah ya .. klo ada apa apa hubungi aku saja" kata fani sambil pamit kepadaku.

Jam 8 aku di antar ibu nur dan suami untuk ke rumah keluargaku. Aku bersyukur memiliki pemilik kos yg baik.

Aku di antarkan kerumah nenekku
Dirumah nenekku, terdapat adik dri ibuku yg tinggal untuk mengurus nenekku bersama keluarganya.
Setelah mendapat cerita awalan dri ibu nur, nenekku meminta aku masuk dan beristirahat sejenak.

"Nduk ... badanmu panas iki, kita ke dokter dlu yah biar kamu bisa minta surat izin"
Aku hanya mengangguk. Setelah dri dokter, aku meminta tolong fani untuk menginfokan kampusku klo aku berhalangan dtg kuliah sampai 2 hari kedepan.

Nenekku biasa di kenal kalangan sekitar dengan panggilan Mbah nah.

"Mbah, aku gila opo yo" ucapku memulai pembicaraan
"Kenapa bicara gtu nduk? Bisa ceritakno karo mbah?" Ucap mbahku.

"Aku sering mendapat mimpi aneh yg berulang, aku sering mendapat bisikan dari entah siapa yg membuatku merinding, dan skrg aku bisa melihat hal hal aneh seperti ini. Aku takut mbah. Aku nda pernah seperti ini"
"Dari kapan toh nik kamu seperti itu?" Tanya tanteku (tante uri)
"Dri semenjak datang disini" jawabku.

"Kemarin gara gara aku, salah satu temanku sampai celoko mbah, aku takut" kataku lagi

"Wis wis, nanti kita bahas lgi besuk. Kamu istirahat dlu nduk" ujar mbahku
Mbah dan tanteku menuju dapur. Aku melihat curiga dri keduanya seperti mengerti kondisiku.
Tapi setelah mereka keluar aku kembali tertidur...

Dan kembali bermimpi, di sebuah jembatan menuju ke tempat di mana tempat itu di kelilingi lautan. Bunyi gending jawa dan suara sinden
Kembali terdengar, aku memberanikan diriku melangkah ke tempat itu. Menaiki anak tangga yg di lapisi bilahan kayu. Perlahan aku semakin mendengar suara ramai sampai aku berdiri di balik batuan karang besar yg bisa menutupiku untuk sekedar mengintip ada apa disana
Terdapat orang ramai seperti acara larung sesaji (persembahan sesajen untuk laut selatan), ada seorang perempuan yg terlihat seperti orang bangsawan yg mengelilingi acara itu sembari di ikuti 6 orang perempuan lebih muda dengan pakaian dan gaya rambut yg sama
Aku takut, aku bergerak mundur untuk bergegas kembali ke ujung jembatan itu. Angin laut menerpa badanku dan ...

Aku terkejut di depan jembatan aku dihadang oleh sesosok perempuan cantik dengan pakaian yg hampir mirip dengan 6 org pengikut tdi. Aku takut. Aku takut.
Perempuan itu menggunakan bahasa jawa halus yg kurang lebih sejauh ini bisa ku artikan
"Kamu paham siapa aku cah ayu?" Ucapnya sambil tersenyum menyeringai dan membentuk pose khas perempuan bangsawan.

Bibirku kelu untuk menjawab, aku hanya menggeleng tidak tahu
Aku ingin terbangun dan pergi dari sini. Tolong ya allah...

Aku memejam tanganku sambil mengepal tanganku di samping badanku.
Aku merasakan perempuan itu berjalan mendekat.
Tercium tajam bunga kantil di hidungku
"Cah ayu, jangan takut nggih. Aku akan selalu hadir di dekatmu"
Tak lama, aku terbangun dengan keringat di sekujur tubuhku..

"Mbah, te uri ??"
"Iya ndukk, di belakang". Jawab suara mbah nah

"Mangan disit setitik yo nduk, lalu minum air ini di abiske yo nduk"
Mbah nah meletakkan segelas teh di hadapanku.

Aku makan dan lanjut meminum teh itu
Sruupp..

"Wangi yo nduk?" Tanya mbah nah
"Nggih mbah, wangi bunga. Menenangkan kaya teh zaman sekarang"

Mbah nah dan tante uri saling menatap satu sama lain.

"Rii, setelah ini kita ke rumah ki adi yo ri" mbah nah kemudian berdiri meninggalkan aku dan tante uri
Apakah ada yang aneh dengan teh ini?
"Nik, setelah ini ikut kami yo ke rumah ki adi." Tatap tante uri sedikit sedih
"Loh siapa itu ki adi te uri ? Aku kan udah dri dokter tdi". Jawabku
"Udah nanti kamu ikut saja yo nik, nurut pokoke, nda usah banyak bicara. Biar nanti mbah nah
Yg menjelaskan ke ki adi sesampainya disana". Kata tante uri
"Nggih, tee .."
Perjalanan kerumah yg di sebut sebut ki adi ini sangat terpelosok butuh 1.5 jam dri jalan utama. Kanan kiri rumah itu ladang jagung, rumah orang zaman dahulu dengan alas dirumah itu masih tanah. Rumah yang remang. Terdapat banyak lukisan dan pajangan khas org jawa kuno
"Assalamualaikum" ucap mbah nah dna te uri yg masuk lebih dulu. Ki adi sedang merokok di meja bundar dengan kursi khas zaman dulu.

Hawa disini sangat tidak enak. Aku terasa gerah, padahal sudah pukul 7 malam yg harusnya terasa dingin.

"Wis nah, aku wis paham" ucap ki adi tiba'
"Iki sing aku takuti nah, iki cah wedok jelas bedo karo uri, sampeyan, sari mbarang (anak perempuan ini jelas beda dri kamu, uri, sari dll).

"Nduk, mriki lenggah sek (sini nak duduk dulu)". Kata ki adi sambil melambaikan tangannya kepadaku

Aku duduk di hadapan beliau
"Pripun ki? Iki cah kota mosok iso kepiket? Lah wong nika iki baru 3 bulan disini kok ki (gimana ini ki? Anak kota ini masa bisa keikrt juga? Padahal baru 3 bulan disini)".ujar tante uri yg buru buru memberikan ulasan

Ki adi menggeleng tidak menyahut
"Panas ya nduk?" Tanyanya
Aku mengangguk.
"Kamu lihat taburan abu di tanah bawah pintu itu nduk?"
"Ikuu abu sekang merapi. Kamu aman disini, namane di tahan nda bisa masuk dia".

"Sinten mbah yg nda bisa masuk? (Siapa mbah yg ga bs masuk?)" Tanyaku.

"Penunggu leluhurmu."

Aku terkaget.
Jelas ada kejadian di keluargaku yg tidak diketahui oleh anak anak di generasiku maupun di bawahku.

Aku hanya menunduk, menanti nasib apa yg harus ku tanggung.
"Jadi skrg kami harus gimana ki adi?" Potong te uri, mbah nah juga terlihat tidak nyaman untuk memberi tahu yang sebenarnya di depanku.
"Untuk sementara waktu, ki adi udah siapkan sambetan (penolak bala & makhluk halus) untukmu. Bunga kantil yg ada di sakumu, bisa berikan ke aki saja nduk .." ucap ki adi

"Bunga kantil ki ? Kok aki bisa tau aku bawa bunga ini?". Tanyaku keheranan

Ki adi hanya tersenyum
Dari rumah ki adi, aku diberikan plastik bening sangat kecil yang katanya berisi abu dri merapi, ditambah air ludah dri ki adi.
Iya air ludah.

Selagi masih disuruh di simpan saja, aku tidak keberatan karna wadah plastik itu sudah mendapat izin untuk aku doble/lapisi plastik lg
Sepulang dari rumah ki adi, aku beristirahat di rumah mbah ku dan ke esokkannya kondisiku sudah lebih membaik, malam itu tidak memimpikan hal menakutkan itu lagi. Aku kembali berkuliah setelah absen 2 hari, tetapi rasa aman dan nyaman itu seketika hilang disaat ..
Ada acara ukm (unit kegiatan mahasiswa) yg aku ikuti mengadakan acara malam keakraban di area dataran tinggi. Tidak jauh dri kampus, hanya sekitar 30 menit. Karna aku sbg divisi dokumentasi, tidak banyak hal yg saya lakukan hari itu.
Saya menyadari kalau sambetan dri ki adi tidak ada di dalam tasku, setelah merapihkan barang bawaanku ke dalam tempat penginapan. Dan benar saja, kejadian kejadian aneh kembali menghampiriku.
Bisikan, kemunculan makhluk makhluk menyeramkan, hingga penampakan perempuan itu ada disini. Di dekatku. Saat ini.

"Cah ayu, nda elok menolak kehadiranku dengan perlakuan yg menjijikkan. Dimana rasa percayamu ke tuhan penciptamu cah ayu?". Suara perempuan itu terdengar
"Sampeyan siapa? Mau apa dengan saya?!". Kataku dengan suara bergetar.

"Saya hanya ingin bersamamu cah ayu". Jawabnya dengan berpindah ke sampingku.

Tidak berani ku menatapnya / menoleh kepadanya.
Perempuan itu hilang begitu saja.

Rasa khawatir dan takut menyelimutiku. Sampai tidak ingin terlelap karna takut bermimpi hal yg sama lagi. Betul saja, semalaman aku tidak tidur dengan dalih membantu persiapan divisi lain untuk acara besok.
Setelah acara selesai, aku memutuskan untuk membicarakan hal hal yg selama ini aku alami ke ibuku. Setelah ku tahan untuk tidak bercerita, kian hari kian aneh dan menakutkan.
Di telfon itu, aku menangis sejadi jadinya dan ibuku berjanji saat liburan semester akan menemuiku kesini
Kejadian demi kejadian, mimpi, penampakkan, wangi wangian dri yg terbusuk hingga paling wangi menusuk hidung ku hadapi.

Sampai aku menutup diri dari orang orang dan tidak bertegur sapa sama sekali, karna aku takut yg ku sapa bukanlah 'orang'.

Sampai Fani mendatangi kamarku
"Nik, mau beli makan? Yuk keluar". Ajaknya

"Nda fan, aku disini aja yah. Aku ga bisa keluar. Aku mau belajar saja". Tolakku sehalus mungkin

"Yaudah nik, nnti pulang ku bawakan saja yaa". Ucap fani

"Terima kasih fann" ucapku tersenyum dan saat menoleh, begitu kagetnya aku
"Fani!!!! Kyaaaa!!!" Aku menutup telingaku dan berjongkok sambil menutup mata
"Kenapa nikkk? Kenapaa?? Jangan bikin aku takut nikaaa." Fanii menghampiriku

"Fan! Jangan dekati aku. Aku gamau dia masuk kedalam kamarku." Teriakku

"Siapa dia Nik!!! Coba bicara yg jelas".
"Aku takut, pergi saja kamu fan!!"

Fani yg mulai ketakutan, mulai pergi keluar dri kamarku.
Ada sosok yg bersandar menjilati lehernya, sosok itu berbadan kecil dengan mata melotot yg lebih besar dari kepalanya.
Pagi harinya aku langsung melaju menuju rumah mbah ku dan tante uri.
Aku harus tau yg sebenarnya, ada apa dengan diriku ini. Pasti ada sesuatu yg tidak ku ketahui.

Aku lelah dengan semua yg terjadi padaku. Bisa gila aku lama lama.

Semua yg terlihat nyata, belum tentu nyata.
Sesampainya dirumah mbah nah, langsung ku ketuk ketuk pintu rumahnya, berharap cepat untuk dibukakan
*tok tok tok tok*
"Assalamualaikum, mbaahh
Assalamualaikum, te uri"

Terdengar suara dari dalam yg membukakan kunci pintu

"Nikk, piye kabare? Ada apa toh kesini tbtb?"
Tante uri langsung meminta aku masuk.
"Mbah mana te ?" Tanyaku
"Di kamar belakang nik, masuk sajaa" jawabnya

Aku mengetuk pintu kamar mbah dan membuka perlahan
"Assalamualaiku mbah, ini nika mbah" ucapku.

"Masya allah nduk, sehat nduk? Mriki masuk" mbah nah menyambut
"Mbah, ada yg mau ku tanyakan..." ucapku sambil duduk di hadapan mbah nah di kasurnya

"Iya nduk, mbah sudah tau apa yg kamu bicarakan. Maafin mbah ya nduk ... mbah terlalu takut, malah jadinya mbah tidak mempedulikanmu nduk. Mbah kira apa yg ki adi beri udh bisa menangkalnya"
"Ternyata nda bisa pergi ya nduk ?" Tanya mbah nah sedikit miris melihat keadaanku.

"Mbah, nika ga kuat mbah. Hidup nika penuh ketakutan. Semua ini nika nda mampu tanggung sendiri. Bantu nika ya mbah". Ucapku sambil menangis

"Mbah, harus ceritakan semuanya ke nika ya "
"Setelah ini kita cari solusinya bersama, nanti nika kasih tau ibu dan ayah juga. Biar mereka kesini"
Kataku

"Cukup panggil mereka kesini saja ya nduk.. ibu ayahmu sudah paham. Karna kamu cucu mbah yg paling tua, sudah saatnya mbah ceritakan"
Semua berawal dri salah satu leluhur kami, zaman dahulu sudah tidak asing lagi dan kerap lumrah apabila keluarga yg berketurunan asli jawa apalagi orang terpandang di suatu kota/desa memiliki kepercayaan untuk "memelihara" pegangan/penjaga yg kita biasa sebut sbg "Dhanyang".
Para dhanyang diyakini menerima permohonan orang yng meminta pertolongan. Dhanyang tidak menyakiti/mengganggu & menempati di berbagai tempat spt gunung, pohon, lautan, hutan, mata air dll.
Tetapi dhanyang harus di ruwat(di urus), di berikan selametan/sesembahan sbg bentuk rasa syukur dan timbal balik ada pula perjanjian dan konsekuensi.

Salah satu konsekuensi yg sejauh ini di tanggung oleh keluargaku ini baru ku sadari keanehannya.
Berawal dari 6 generasi diatasku sebut saja uyut roro. Keluarga uyut roro terkenal sbg para pedagang di satu kota dan keahlian berwirausaha menurun ke keluarga kami.

Uyut roro memiliki 7 bersaudara yg di dominasi perempuan, laki laki hanya 1. Uyut roro dan ke6 adiknya
Memiliki daya tarik paras wajah yg berbeda beda. Tetapi, sudah terkenal kalau 6 perempuan bersaudara ini cantik, berambut lurus hitam lebat, putih, tinggi. Mereka semua hisa di bilang kembang desa di kala itu.
Hingga disuatu ketika, uyut roro dan saudara yg ke3 memiliki teman yg sama dan sering menghabiskan waktu bersama mengajak untuk berbisnis. Karna uyut roro memiliki bakat untuk merias, dekorasi dan sangat memahami adat pernikahan jawa.
Mereka memiliki bisnis di dunia tata rias pengantin. Tetapi, karna memiliki beberapa pesaing terlebih dahulu, mereka merasa tersaingi dengan bisnis uyut roro hingga di sebut sebut uyut roro bisa lebih sukses dibanding mereka.
Karna banyak yg tidak suka, tbtb uyut roro mengalami sakit, matanya merabun, dan sering sakit mata. Hingga akhirnya sempat berhenti bisnisnya sementara karna sibuk pengobatan. Akhirnya uyut roro di ajak oleh rekan bisnisnya untuk meminta pertolongan.
Yaaa benar, pertolongan ke dhanyang. Mereka ber2 mengunjungi salah satu pesisir di jawa tengah dan bertemu oleh juru kunci untuk menuju ke tempat yg berada di antara laut selatan. Tidak sembarang orang bisa kesana dan tidak setiap hari bisa kesana. Pemilihan hari untuk
Berkunjung yaitu kamis pahing, kamis kliwon, jumat kliwon, kamis manis, jumat pon, jumat manis, kamis pon.

Salah satu tanggalan itulah seseorang bisa melaksanakan ritual. Kala itu uyut roro mendatangi tempat itu bertepatan di kamis pahing.
Sempat ada keraguan karna, kata si juru kunci ruwatan yg harus di laksanakan yaitu di setiap bulan ada hari yg mengharuskan untuk mencuci wajah dengan kembang 7 rupa dan minum teh tubruk yg dicampur bunga kantil.
Menyimpan botol kaca yg berisi air laut beserta pasirnya dan harus di perbarui di setiap 1 bulan sekali pula.

Uyut roro ditanya apa tujuan yg di inginkan oleh si juru kunci

"Saya ingin bisnis lancar, kecantikan yg menurun dan perlindungan untuk saya dan generasi setelah saya"
Di anggukan si juru kunci dan uyut roro menyetujui segala syarat ritual itu. Uyut roro kemudian diminta membasuh wajah dari air laut itu dan memberikan persembahan (sesajen) serta bermalam di tempat itu hingga mendapat mimpi seorang perempuan menghampirinya.
Perempuan itu datang dengan wangi khas bunga terutama yg sangat menusuk adalah wangi bunga kantil. Cantik, berambut panjang, Memakai pakaian serba hijau-hitam, mahkota layaknya orang orang kerajaan. Dan berselendang hijau.
Dhanyang itu bernama Sri. Yg dengan seizin ratu pantai selatan, ia memiliki kekuatan dan di berikan tugas untuk melindungi tempat yg di singgahi uyut roro saat ini.

Dhanyang sri memberikan pertolongan kepada uyut roro dengan konsekuensi yg harus di tanggung
Jika salah satu generasinya memutus ruwatan ini. Tidak ada lagi pertolongan, perlindungan serta ketidak harmonisan dalam berumah tangga. Ucap si dhanyang.

Di sanggupi oleh uyut roro dan saat kembali ke desa benar saja segala penyakit uyut roro sembuh dan
Mengalami kejayaan atas bisnisnya. Hingga menikah dengan salah satu pemuda yg berasal dri keluarga terpandang dan kaya hartanya. Anak anak uyut roro sedari dini terutama anak perempuan pertama nya di biasakan untuk melakukan ritual itu
Jika di ingat cerita di awal mimpi nika saat bertemu 1 pemimpin bangsawan yg di ikuti 6 orang perempuan, saat itu baru di ketahui kalau mereka semua adalah dhanyang dan Sri sudah terikat dengan uyut roro jadi tidak bisa kembali kedalam barisan itu lagi.
Sri melaksanakan tugasnya dan sesampai di 2 generasi setelah uyut roro (sebut Sari) yg dipilih untuk menurunkan ritual tersebut mulai kewalahan dan menunjukkan ketidaksetiaan dengan sri. Ritual yg di haruskan mangkir di laksanakan hingga di suatu ketika
Sari menikah, sari hanya sibuk dengan urusannya dan juga rasa kepercayaannya terhadap sri memudar. Oleh karnanya, dengan tetiba suami Sari di landa perselingkuhan setelah melahirkan anak ke 5 nya. Hingga terjadilah perpecahan di keluarga itu.
Sari tidak menghiraukan anak anaknya dan hanya bergonta ganti pasangan hingga usianya menua. Konon Sari yg merupakan kembang desa turunan uyut roro memiliki banyak laki laki yg selalu setia menunggu untuk di nikahi, sampai saat ini ada salah satu laki laki
Yg masih setia kepada Sari, ia tinggal dan mengurus kuburan sari. Laki laki itu tidak berkeluarga dan seingatku, saat kita akan ziarah ke kubur Sari kita harus izin ke laki laki itu.

Anak anak Sari terdiri dari 4 org perempuan dan 1 org laki laki. Anak pertamanya
Adalah Mbah nah. Sebelum Sari meninggal, mbah nah di ajak kembali dan di amanati untuk melanjutkan ritual yg diturunkan dri uyut roro. Hingga mbah nah sendiri sering berkomunikasi dengan Sri.

Yg membuat mbah nah terlalu takut untuk melanjutkan ritual itu adalah ketika
Di suatu malam mbah nah di mimpikan oleh Sri dan berucap "Jika kamu nda melanjutkan ritual ini. Keluargamu akan sejalan seperti si Sari." Sambil tertawa

"Apakah tidak ada cara untuk berhenti dari ritual ini wahai dhanyang sri". Tanya mbah nah
"Ada, serahkan dirimu kepada kanjeng ratu, gantikan tugasku sebagai pengikutnya. Lantas aku akan kembali ke tempat asalku untuk menjaga tempat suci itu" ucap Sri sambil tertawa.

Tidak disangka akan semengerikan ini.
Ketidakberdayaan mbah nah di bantu oleh 4 org saudaranya untuk mencari seseorang yg berkeilmuwan tinggi untuk menangkal kedatangan Sri di keluarga kami dan mengembalikan ke tempatnya.
Setelah pencarian beberapa orang pintar tidak ada yg sanggup menahan sri dan mengembalikkannya ke tempat asal itu. Sampai bertemulah dengan Ki Adi. Mbah nah menyampaikan kepasrahan dan rasa menyerah sudah keluar dri mulut mbah nah sendiri
Sampai ki adi, memberikan bungkusan teh yg sudah di siapkan, dan harus di minum saat hari kamis pahing di setiap bulannya. Jika wangi bunga, Sri ada di sekitar kita. Untuk menangkalnya ki adi memberikan pulung (barang spiritual) yg harus di simpan.
Meskipun sri di sekitar kita, selama pulung itu tersimpan. Dia tidak bisa mendekat apalagi menyentuh kita.
Selama ada pulungan itu, mbah nah ataupun 4 saudaranya yg lain tidak ada yg melanjutkan lagi ritual turunan itu.
Sampai ketika benar saja 5 bersaudara itu terpecah permasalahan keluarga dan masing masing mengalami perceraian.

Mbah nah satu satunya yg memiliki 2 anak perempuan yaitu ibuku dan Tante uri. 4 saudara mbah nah hanya memiliki anak laki laki.
Maka dari itu, Sri menyukai ibuku dan tante uri. Karna tante uri semenjak dulu selalu ada di dekat mbah nah, entah bagaimana Sri lagi lagi sangat mengincar tante uri. Ia mengalami hal yg sama seperti yg ku alami saat ini
"Pulungan itu tidak berguna bu. Percuma saja, cuma ibu yg dilindungi, aku bangaimana??"Ucap tante uri sambil terisak saat itu.

Saat itu tante uri, ibuku, mbah nah menghampiri ke tempat dimana uyut roro memanjatkan doa dan permintaannya kepada Sri
Mencari sang juru kunci berharap bisa membantu tante uri yg semakin kurus, tampilan yg berantakan karna tidak tahan dengan kehidupan setelah Sri menginginkan tante uri.

Sang juru kunci, melakukan suatu komunikasi terhadap sang dhanyang berharap izin agar segala ritual disudahi
Tetapi kata sang dhanyang, "saya akan berhenti di keturunan ke7 kalian. Saya meminta agar dia melakukan persembahan di pantai kami!! Jika kalian bisa membuat saya kembali ke barisan dhanyang kembali. Aku akan pergi". Ucap sri kepada sang juru kunci
Ya ... keturunan ke7 dri uyut roro adalah aku.

Aku terkejut dan menangis kepada mbah nah dan tante uri di situ. Ternyata yg mereka sembunyikan dari anak anak mereka itu seperti ini. Tapi kenapa harus aku?
Kala itu tante uri di mandikan air pesisir pantai selatan yg sudah di sediakan sang juru kunci sambil dibacakan mantra mantra dri beliau yg pada akhirnya tante uri sudah kembali ke sedia kala.

Ada larangan bagiku untuk ke pantai sebelum masa ritual berakhirnya perjanjian
Antara Sri dan keluargaku karna di takutkan aku dijadikan tumbal oleh sri agar dia bisa kembali ke barisan dhanyang.

Orangtuaku memutuskan untuk menghampiriku dan berkunjung hingga permasalahan ini selesai
Saat orangtuaku sudah bersamaku, kami semua menemui sang juru kunci, berniat menyudahi segala ikatan antara keluargaku dan Sri.

Butuh waktu sekitar 6 jam ke arah timur jawa. Ke tapak tilas tersebut membuatku gusar. De javu

Ternyata yg ada di mimpiku adalah tempat ini
Tidak ku sangka bahwa tempat ini nyata. Jembatan hingga batuan batuan dan gapura yg terletak di ujung jembatan pun sama persis dengan di mimpiku
Hari hampir senja, mbah nah, tante uri, aku dan orgtuaku menunggu kehadiran sang juru kunci yg selalu ruwatan untuk tempat ini di 20 menit sebelum adzan mahhrib berkumandang.
Beliau hadir dengan tangan mengait ke belakang, memakai setelan hitam dan blangkon batik serta tidak beralaskan sandal.

Mbah nah berdiri dan mengucapkan salam "assalamualaikum"

"Nggih. Waalaikumsalam."
Sambil mengiringi langkah sang juru kunci menuju ke puncak batuan
"Sya wis paham, turunan pitu (7) mu, koyoke bakal susah ngelakoni ritual iki. Sesih bocah nah. Dhanyang nda ganggu bocah iki loh nah" ucap sang juru kunci kepda mbah nah

"Nggih, tapi nika nda kuat koyoke seperti si uri dlu. Mohon di bantu. Kami akan lakukan apapun" ucap mbah nah
"Koe paham ra? Bocah iki weton ne podo karo si Sri ? Bahaya takut ra iso balik si cah ayu". Tambah sang juru kunci.

"Nduk, sampeyan iso ndeleng" (melihat) lelembut iku karna energi Sri yg terbagi karo sampeyan nduk, yakin nduk kuat njalani ritual iki?" Tanya juru kunci pdaku
"Saya nda peduli mbah, lagi pula lebih banyak kerusakan dripda manfaat yg dia berikan ke keluarga saya. Lebih baik di cukupkan. Supaaya tidak ada lagi korban seperti ini di keluarga saya mbah" jawabku ke juru kunci

Melihat tekadku, sang juru kunci mengangguk
Beliau duduk di atas batu sambil dengan posisi bersila menghadap laut yg sebentar lagi berubah menjadi lautan berwarna hitam pekat karna hari sudah malam. Keindahannya berubah menjadi kengerian. Hembusan angin nampak menerpa kencang
"Nduk, setelah ini kamu wajib puasa mutih 1 minggu, ojo nganti lupa ibadah. Setelah itu datang kemari di malam jumat depan. Siapke semua perlengkapan sajen sing wis aku minta". Ucap sang juru kunci
1 minggu aku mengikuti syarat puasa mutih. Kemudian di hari yg di tentukan kami semua kembali.

Mbah nah memasangkan jarit(kain batik) yg di gunakan untuk mengalaskan jenazah uyut roro ke pundakku.

Sambil membawa tampah dri daun janur, berisi bunga 7 rupa, 3 macam minuman
Kopi, teh tubruk, air putih, Dupa 3 buah. Aku berjalan mengikuti sang juru kunci.

Malam ini aku akan berendam di air laut pantai selatan ini. Untuk memohon ampun, dan meminta pertolongan atas nama Sri.
Jangan ditanya sedingin apa, rasanya udh ga kuat. Tapi harus kuat hingga jam yg di tentukan.
Hingga anehnya wangii wangi yg menusuk hidung datang menghampiriku.

Terlihat cahaya yg menyilaukan dan akhirnya aku tak sadarkan diri.

Aku merasa sedang berada di atas karang
Hingga suara ombak menabrak kakiku, dan saat aku mendongak ke arah ujung lautan.

"Cah ayu, saya tidak menerima kembali sang pengkhianat yg suka memanfaatkan titik kelemahan manusia. Saya tidak serendah ygdi pikirkan oleh manusia manusia"
"Biarkan saya bebaskan segala ikatanmu dengan dhanyangku. Minumlah air ini, cah ayu" ucap perempuan cantik itu yg membawakanku air dengan wadah daun sirih.

Ada keraguan untuk menurutinya

"Tidak perlu takut. Bila ingin sudahi ini semua, saya akan bantu dengan ini". Ucapnya lagi
"Mohon maaf sebelumnya. Apakah ini harus saya minum?". Tanyaku lagi

Hanya di balas senyuman.

Bismillahirrahmanirrahim

Glek glek glek

Segar sekali. Belum pernah ku merasakan rasa air yg begitu menyegarkan tubuhku yg lelah ini.
"Matur sembah nuwun" ucapku

Beliau pergi kearah laut hingga cahaya menyilaukan membuatku menutup mataku.

Aku terbangun dengan dekapan ibuku dan mbah nah.

"Buu.. mbah, udah selesai. Aku berhasil bu ..."ucapku tak sabar dengan di selingi getaran karna kedinginan
"Alhamdulillah, beliau mau membantu dan menyayangi kamu nduk dibanding dengannya. Insya allah setelah ini tidak ada lagi yg berani mengganggumu. Di dalam aliran darahmu sudah mengalir air suci dri sang ratu." Ujab sang juru kunci
Alhamdulillah kelarr
😊😊

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Ruicyyl

Ruicyyl Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(