Gusti Gina 🍉 Profile picture
Sep 22, 2022 111 tweets 17 min read Read on X
THREAD HOROR
"SENJA KUNING"

- Kalau lagi di Kalimantan, jangan keluar rumah pas senja kuning. Pamali ! Bawa petaka. -

Cerita horor berdasarkan pada Urban Legend Kalimantan

@bacahorror_id @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahoror #ceritaseram Image
Disclaimer : Ini adalah cerita hasil tulisanku yang berdasar pada urband legend dari asal daerahku. Kesamaan nama, tempat, dan peristiwa kebetulan belaka. Karena memang banyak cerita yang beredar mirip dengan cerita di sini, senja kuning adalah salah satu mitos di Kalimantan.
Hayuk kita mulai, dan ini kisahnya~
Jakarta, 2015
Menjalani kehidupan yang monoton di ibukota tanpa istirahat pastinya akan begitu melelahkan. Hari demi hari seperti dikejar dunia, seolah kereta yg menunggu adalah kereta terakhir. Begitu sekiranya yang dirasakan Tiwi selama 3 tahun terakhir bekerja penulis webtoon
Pada awalnya dia memang begitu passionate dengan pekerjaannya, namun lama kelamaan dia merasa lelah dengan semuanya, biasanya disebut orang mas akini sebagai istilah burnout.
“Makan dulu, Wi. Lu terakhir makan kapan?” Yola menepuk pundak Tiwi yang sedang sibuk menggambar di ipadnya. Bukannya menjawab. Dia masih terfokus menggambar karakter fiksi dari ceritanya.
“Wi….?” sekali lagi Yola menegurnya. Yola tahu betul Tiwi memiliki gerd dan dia masih suka acuh dengan penyakitnya. Jika sudah parah, barulah dia menyesali.

“AAAAAA… !” Tiwi berteriak & melempar apple pencilnya ke sofa. Pelan2 namun jelas, Yola bisa mendengar isak tangis Tiwi
“Lu kenapa Wi? Sini cerita, siapa tahu gue bisa bantu.” Yola langsung memeluknya.

Butuh waktu beberapa menit bagi Tiwi untuk menata perasaannya. Dia menangis sejadi-jadinya untuk melegakan sesak didadanya.
“Udah ? mau cerita atau nggak?” tanya Yola setelah tangis Tiwi berhenti.

“Gue capek, Yol. Gue capek.”

“Iya ngerti. Sekarang lu maunya apa ?”

“Nggak tahu.”
“Coba satu-satu lu cerita, biar kita liat benang merahnya. Lu capeknya kenapa ? karna kerjaan? Mau gue bantu reschedule beberapa project ?” tanya Yola. Selain sebagai teman, Yola juga adalah rekan kerja yang sangat supportive untuk Tiwi.
“Gue capek aja sama semuanya. Di rumah tuntutan makin gede, kaya yang gue kasih tuh kurang mulu buat orang rumah. Padahal buat gue aja ya mentok-mentok nonton ke bioskop atau makan di ikkudo ichi. Itu juga paling 1/2 kali sebulan. Lo tau kan. Gue capek. Belum lagi gue ditanya
mulu kapan nikah kapan nikah. Gue gak bisa bilang sama ortu gue, kalo gue gak tertarik sama sekali sama konsep pernikahan. Aah poknya mumet lah.” Tiwi panjang lebar mengeluhkan hidupnya dengan sesekali mengusap dadanya.
Yola berpikir sejenak seakan menyusun rencana. Dia berdiri lalu mengambil hp nya dan sibuk mengutak-atik. Tiwi memandangnya heran dan mulai merasa kesal karna merasa diacuhkan.

“Lu dengerin gue gak sih, Yol ?” Tanya Tiwi dengan nada yang meninggi.
“Bentar. Ssst ! bentar aja.” tangan kanan Yola berusaha untuk menutup mulut Tiwi yang makin cemberut.

“Okeh. Udah. Besok kita libur selama seminggu. Tiket pesawat udah gue pesan. Kita liburan ke Kalimantan. Lu itu butuh refreshing.” kata Yola sambil tersenyum.
“Hah? Kalimantan ?” Tiwi ternganga mendengar ucapan Yola dan wajah antusiasnya. Entah apa yang akan terjadi besok. Tiwi benar-benar tidak tahu. Yola kadang suka begitu, dia penggila traveling. Menurutnya perjalanan akan memberikan makna hidup dan mengisi energi dengan sempurna.
Tiwi dan Yola sudah menginjakkan kaki di Kalimantan. Tiwi masih sulit mempercayai rencana sahabatnya yang dengan mudahnya membawa dia melarikan diri sejenak dari peliknya kehidupan.

Tiwi memandang sekitar. Yang terlihat adalah kota kecil tanpa gedung pencakar langit dan-
langit biru yang begitu bersih. Udara yang dia hirup juga terasa begitu menyegarkan, berbeda dengan hari-hari biasanya saat dia di Jakarta.
Kalimantan panasnya juga bukan main, Tiwi kegerahan dan melepas jaketnya. Meski begitu, Tiwi mulai antusias dengan perjalanan gila si Yola. Image
“Kenalin, ini Hazir. Temenku orang sini yang akan bawa kita jalan-jalan.” Yola memperkenalkan seorang lelaki yang seumuran mereka, ya usia kena tanggung mau kepala tiga.
Saking fokusnya memperhatikan keadaan sekitar, Tiwi tidak menyadari kehadiran Hazir sejak kapan. Mereka saat ini sedang berada di depan bandara.
Singkat cerita, Tiwi pun berkenalan dengan Hazir. Teman sekaligus tour guide mereka selama di Kalimantan. Rupanya Yola pernah bertemu dengan Hazir saat liburan di Lombok tahun lalu. Mereka berkenalan dan ternyata Hazir memiliki usaha tour & travel di tempat asalnya.
Kemudian, Hazir mengajak mereka untuk makan siang di restoran seafood yang menurutnya kepiting di restoran itu adalah yang terbaik di kota.

Makan dengan pemandangan pantai dan semilir angin memang menjadi suasana baru.
Tiwi mencoba mengigat kapan dia terakhir jalan-jalan begini. Dia tersenyum geli karna terakhir kalinya adalah saat dia lulus kuliah. Sesudah memulai karier sebagai penulis webtoon,dia hampir tidak memiliki waktu untuk jalan-jalan berhari-hari seperti ini. Paling mentok satu hari-
ke bogor membawa keluarganya. Terlebih, Tiwi sekarang menjadi tulang punggung keluarganya.

Hazir menjelaskan rencananya dia akan mengajak ke daerah pegunungan yang di sana menjadi pusat wisata alam.
Bahkan menjadi spot favorit para turis asing, alam kalimantan masih virgin. Begitu kata turis asing, mereka justru menyukai tantangan alam apa adanya yang belum banyak polesan, atau ya sekadar fasilitas.
Tak disangka perjalanan yang ditempuh sangat lama. Dari restoran di kota tempat mereka makan tadi hingga sampai ke kabupaten yang dituju memakan waktu 3 jam. Kemudian dari jalan raya besar barulah menuju area pegunungan sekitar 1 jam. Image
Jalannya juga bisa terbilang ekstrem, menanjak dan persis disamping jurang. Namun hamparan hijau pegunungan dari kaca mobil membuat rasa lelah tak begitu terasa.

Hazir menyetir dengan kecepatan sedang, disepanjang jalan juga dia menceritakan spot-spot yang dilewati.
Sesekali candaan ringan dari Yola membuat perjalanan semakin menyenangkan.

Sekitar pukul 5 sore, mereka bertiga sampai lah di desa PB. Desa yang ada di salah satu gunung besar di Kalimantan. Selama di sini mereka menyewa rumah warga untuk satu minggu.
Belum ada hotel atau resort di kawasan ini. Biasanya warga akan menyewakan rumahnya untuk para turis.

Pemilik rumah yang mereka sewa bernama Paman Idun. Mobil mereka parkir di dekat musholla dan harus berjalan kaki untuk menuju rumahnya, -
terlebih rumah Paman Idun berada di area seberang sungai. Jadi mereka harus menyebrangi jembatan gantung.

Rumahnya berbentuk panggung, terbuat dari kayu dan tidak ada kamarnya. Semua benar-benar loss dari ruang tengah hingga dapur.
Untuk tempat tidur tersedia kasur lipat dan kelambu di bagian tengah ruangan. Rencananya mereka akan tidur bertiga di rumah ini. Syukurnya kasur yang tersedia ada 4, jadi sangat cukup untuk mereka.
Yola dan Hazir sedang asik mengobrol merencanakan kegiatan besok hari. Sedang hari sudah mulai petang. Tiwi tiba-tiba ingin turun keluar rumah.

“Mbak Tiwi mau kemana ?” tanya Hazir yang dengan sigap berdiri seolah mencegat Tiwi.
Tiwi yang melihat sikap Hazir langsung heran . “mau ke sungai belakang rumah. Tadi pas kita lewat bagus banget sungainya banyak batu besar. Aku mau mandi dan berenang di sana.”

“Jangan Mbak. Sekarang lagi sanja kuning.” ucap Hazir.
“Hah maksudnya apa ? aah aku mau berenang. Mumpung belum maghrib.”

“Mbak, tolong hormati kepercayaan di sini.” ucap Hazir dengan nada memelas.
Yola berdiri dan mendekati mereka. “Emang kenapa Mas Hazir? Coba jelasin ke kita? Kita jauh-jauh ke sini emang mau nyari suasana beda dari Jakarta. Kita mau pengalaman baru. Wajar aja Tiwi mau main.”

Hazir mengarahkan Tiwi dan Yola untuk duduk di lantai bersamanya. Wajahnya yg-
sejak tadi nampak menyenangkan kini berubah serius.

“Di Kalimantan, ada banyak kepercayaan atau ya orang zaman sekarang bilangnya mitos. Tapi bagi kami, tak ada salahnya mengikuti apa kata datu atau leluhur kami dari zaman bahari.
Coba kalian lihat dari jendela senjanya berwarna kuning pekat.” Hazir menunjuk jendela di belakang Tiwi dan Yola. Mereka memandang keluar memang terlihat kuning suasananya. Seolah seperti video dengan filter kuning. Tiwi dan Yola baru pertama kali melihat suasana seperti ini.
Ini berbeda dengan petang jingga atau kebiruan. Ini benar-benar kuning. Tiwi berdiri dan mendekat ke jendela. Dia baru menyadari, ada yang aneh dengan suasana petang kali ini.
“Yol…” ucap Tiwi pelan. Yola mendekat dan berdiri disamping Tiwi memandangi keadaan desa dari jendela mereka. Rumah warga di desa ini sebenarnya terlihat cukup banyak, hanya saja jaraknya antar rumah agak sedikit jauh. Tidak rapat seperti perkampungan di Kota.
Hazir saat di jalan sempat menyebutkan kalau desa yang mereka datangi itu terdiri sekitar puluhan rumah, hanya saja rumahnya jarang-jarang dan tidak rapat. Kini yang mereka lihat desa nampak mencekam. Rumah-rumah panggung kayu yang jaraknya jarang diantara pohon-pohon hutan -
belantara pegunungan tanpa seorangpun di halaman.

“Sepi.” ucap Yola pelan.

Hazir berdiri di belakang mereka. “Ya benar. Saat kita datang tadi suasana desa sedang ramai. Dan sekarang sepi seketika. Karna bagi kami ketika senja kuning, tidak boleh berada di luar rumah. Demi-
keselamatan diri.”

“Zir. Lu ga bawa kita ke tempat aneh atau terkutuk kaya di film horor kan?” ucap Tiwi mulai kesal.

“Hush, Tiwi ! jaga omongan lu. Ini ditempat orang.”
Hazir tersenyum berat. “Nggak. Ini fenomena biasa di Kalimantan. Senja kuning bisa terjadi sewaktu-waktu, di semua tempat. Makanya kita yang harus berhati-hati.” terang Hazir dengan nada tenang.

“Emang kenapa kalau keluar?” tanya Yola penasaran.
“Konon, senja kuning adalah waktu yang tepat bagi dunia supernatural. Kami percaya, saat senja kuning adalah waktu yang berbahaya saat kita berada di luar rumah. Karna pada saat senja kuning, banyak pelaku ilmu supernatural sedang melepas “ilmunya”,
misal seperti santet, disini disebut parang maya. Senja kuning sejak dulu dipercaya akan terjadi malapetaka.”

Suasana tiba-tiba hening dan tegang setelah Hazir menjelaskan panjang lebar, namun tiba-tiba Tiwi tertawa terbahak-bahak. Dia merasa mitos ini terlalu konyol.
“Hazir sini gue kasih tau, Senja nya berwarna kuning karna ada fenomena yang disebut scattering atau pemendaran cahaya di dunia ini. Pokoknya warna cahaya ini bisa berubah karna dipengaruhi sama molekul dan partikel di atmosfer. Gitu deh. Jangan terlalu khawatir. Hal ini biasa aj
Gue mau berenang dulu.” Tiwi masih tertawa kecil karna merasa penjelasan Hazir tedengar tak masuk akal. Dia pergi begitu saja dan turun menuju sungai dibelakang rumah.
Hazir yang melihat tingkah Tiwi hanya bisa diam dengan ekspresi khawatir. Yola yang merasa Tiwi ada benarnya, tidak berkomentar apa-apa namun mengikutinya ke sungai.

Sungai dengan air jernih pegunungan di bebatuan besar mengalir dengan deras.
Ada beberapa area tak berbatu yang bisa untuk berenang buat Tiwi.

Dia menceburkan badannya. Tiwi bisa merasakan kesegaran luar biasa dibadannya. Air yang tak begitu dingin membasahi tubuhnya, suara aliran sungai terdengar nyaring namun begitu menenangkan pikiran.
Setelah puas membasahi badan, Tiwi merebahkan tubuhnya di atas batu besar. Dia menatap langit senja kuning. Pendengarannya semakin tajam, selain mendengar suara aliran sungai. Dia juga bisa mendengar suara binatang hutan yang saling bersahutan. Image
Namun memang tak terdengar sama sekali aktivitas manusia. Mungkin mereka semua sedang di dalam rumah.

Yola yang melihat Tiwi sedang rebahan dan memenjamkan mata di atas batu membuatnya tersenyum. Dia tahu pasti Tiwi senang berada di sini. Suasana yang sama sekali berbeda.
Seperti petualangan baru yang menyenangkan.

Yola duduk disebelah Tiwi dan merendamkan kakinya. Dia memandangi keheningan sekitar.

“Buset di sungai ini nggak ada sampah sama sekali. Selain daun daun.” komentar Yola.
“Beda ye sama di Jakarta.” sahut Tiwi terkikik pelan.

“Jangankan Jakarta, sungai di Bogor kan juga agak mirip begini tapi sampah tuh kadang ada aja aku temuin. Kecuali sungai yang di atas atas sih bersih juga kek gini” lanjut Yola.
Tiwi membuka matanya dia seakan merasa ada orang yang memanggilnya dari arah belakang. Yaitu seberang sungai dari rumah yang disewanya. Dia berbalik badan dan betapa terkejutnya melihat seorang nenek-nenek di jendela yang sedang memberikan isyarat tangan untuk naik.
Mata nenek itu melotot seakan dia marah namun tak bisa berucap.

“Yol, liat nggak nenek itu?” Tiwi menyenggol Yola yang sedang asik bermain air. Yola pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Tiwi. Mereka menatap nenek itu dengan heran.
“Udah yuk. Nggak enak sama warga sini.” Kata Yola mulai merasa tak enak.

Mereka berdua pun memutuskan untuk naik ke rumah, sedang kepergian mereka masih ditatap tajam oleh sang nenek misterius dari seberang jendela.
“Mbak, sebelum tidur kita gantung kelambu dulu ya.” kata Hazir sambil menyerahkan gumpalan kain putih besar yang disebut kelambu.

“Ini gimana cara makenya ?” tanya Yola yang tidak pernah tidur dengan kelambu.
“Gausah aja deh. Gapapa kok. Kita biasanya ga pernah pake kelambu juga tidurnya.”

“Jangan mbak.” larang Hazir cepat.

“Kenapa ? ada malapetaka? Haha” goda Tiwi.
Hazir yang mendengarnya terdiam sebentar, “biar nggak digigit nyamuk mbak. Nyamuk di sini kan nyamuk hutan, besar dan ganas. Nanti mbak mau bentol-bentol ?” Jelas Hazir. Dia tahu betul menghadapi orang kota yang tidak percaya mitos harus dengan penjelasan yang logis.
“Ooh bener juga. Bilang dong dari tadi. Hahaha.” ucap Yola sambil terkekeh.

Mereka pun menggantung kelambu yang keempat sudut digantungkan ke paku dengan menggunakan tali rafia. Tiwi yang memiliki penciuman tajam. Dia bisa mencium aroma asing dari hidungnya.
“Ini aroma apa ya ? enak banget.” ujarnya sambil mengendus-endus asal aroma yang memikatnya.

“Ini dupa gaharu mbak.” ucap Hazir. “Biasanya dimalam tertentu jika ada kebutuhan, warga menyalakan dupa.” tambahnya.
“Ooh. enak ya. Mau dong nanti buat oleh-oleh.” Tiwi nampak antusias.

“Heh. oleh-oleh kok dupa.” tegur Yola yang malah merasa seram setelah mendengar kata dupa.

Hazir tersenyum kecil. “Parfum aja mbak, ada kok parfum aroma kayu gaharu di kota nanti saya ajakin.”
Malam di desa PB sangat berbeda dengan malam Tiwi dan Yola biasanya. Jam segitu mereka yang biasa sedang sibuk dengan alat kerja masing-masing mengejar deadline. Malam ini terasa tenang dan hening. Hidup berasa begitu damai.
Heningnya malam dan lelahnya tubuh dihari pertama membuat Tiwi dan Yola begitu cepat terlelap. Mereka tertidur dalam kelambu dan Hazir yang melihat pun bersiap tidur dengan menggantung kelambunya sendiri yang letaknya beberapa meter dari tempat tidur mereka.
Malam begitu gelap. Lampu pun sudah dimatikan. Desa PB begitu hening dan temaram dari lampu teras warga yang berwarna kekuningan.

Yola merasakan ada pergerakan di dalam rumah, seperti ada orang lain yang beraktivitas. Dia ingin membuka mata namun begitu lelah dan mengantuk. Image
Tapi, lama kelamaan dia malah mendengar bisikan pelan seperti memanggil namanya.

“Yolaaaa… yolaaa…” bisik suara misterius itu.

Yola memberanikan diri untuk bangun walau ragu-ragu. Dia coba berpikiran positif, mungkin saja Tiwi yang sedang iseng bermain-main.
Begitu Yola membuka mata, dia tidak mendapati Tiwi disampingnya. Dia setengah panik. Dia keluar kelambu dan menyalakan lampu. Dia membuka kelambu Hazir dan melihatnya masih tidur. Sedang di rumah tidak terlihat tanda-tanda Tiwi.
Yola sempat berpikir bunyi grasak grusuk tadi Tiwi, namun ternyata itu bukan Tiwi. Tiwi tidak ada di rumah. Bahkan Yola sudah mengeceknya ke toilet dan tak juga melihat temannya di sana.

Yola membangunkan Hazir dengan panik, “Zir, bangun ! Tiwi hilang Zir.”
Hazir langsung bangun dan matanya segar mendengar ucapan panik Yola. Dia mengecek jam di hapenya yang menujukkan pukul 1 dini hari.

“Coba kita cek ke depan.” Hazir beranjak dan membuka pintu. Anehnya, pintu masih terkunci dari dalam.
Mereka juga melihat sendal dan sepatu Tiwi yang masih ada di teras. Tapi mereka acuhkan keanehan itu, mereka tutup pintu dan beranjak keluar.
Hazir dan Yola mengecek sungai dibelakang menggunakan senter. Suasana sangat hening dan hanya terdengar suara binatang di hutan dan derasnya arus sungai. Yola menggit bibirnya saking paniknya. Sedang Hazir mencoba untuk bersikap tenang.
Mereka menyusuri jalanan tanah di desa sambil menyenter sekitar mencari Tiwi. Yola sudah kesulitan menahan panik, tangisnya pun pecah.

“Tiwi lu dimana ? Tiwi?” Yola setengah berteriak. Hazir nampaknya juga bingung harus bagaimana.
Sesaat dia teringat, mungkin pak kades di sini bisa membantu.

Pak Kades selalu siap sedia kapanpun jika ada kebutuhan mendesak, apalagi terkait turis yang berlibur di desanya.

Dia pun mengajak Yola untuk ke rumahnya. Mereka melewati jembatan gantung ditengah malam menuju rumah
Pak Kades.

Yola masih menitikkan air matanya. Perasaannya campur aduk. Takut, gelisah, dan merasa bersalah. Dia tak seharusnya membawa Tiwi ke tempat wisata ekstrem seperti ini. Tiwi tidak sepertinya yang sudah biasa traveling.
Tiwi jarang pergi jalan-jalan. Di pulau jawa saja dia belum semua dia datangi. Kini malah dia bawa jauh jauh ke tanah kalimantan.

Sekitar lima menit kemudian mereka sampailah di sebuah rumah.
Rumah di desa ini sebenarnya tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Kebanyakan rumah panggung kayu dengan warna cokelat tua atau muda. Yang membedakan biasanya pekarangan mereka saja.
“Assalamualaikum.” ucap hazir sambil mengetuk pintu rumah pak Kades.

Tidak lama kemudian keluar lah seorang nenek yang wajahnya tak terlihat karna gelapnya malam.
“Masuk ha. Tunggui di sini” ucap beliau dengan bahasa daerah. Namun masih bisa dimengerti oleh Yola bahwa nenek itu menyuruhnya masuk dan menunggu di ruang tamu.
Mereka duduk lesehan di lantai dan sang nenek menyalakan lampu. Betapa terkejutnya Yola melihat wajah sang nenek. Nenek yang membukakan pintu tadi adalah nenek yang dia lihat bersama Tiwi tadi sore.

Seketika badannya merinding. Jantungnya berderap kencang.
Jelas ada ketakutan di benak Yola. Sang nenek kemudian berjalan masuk ke dapur

Yola memikirkan rute perjalanan mereka tadi. Benar saja. Tadi mereka melewati jembatan gantung menyebrang sungai. Dan posisi rumah ini memang berseberangan dengan rumah yang mereka sewa.
“Nenek itu siapa?” Yola berbisik kepada Hazir.

“Beliau ibu pak kades.”

“Kok serem gitu.” Yola meringis tipis.

“Hussh. Ga boleh gitu nanti kualat.”  Hazir mengingatkan.
“Abisnya tadi sore beliau melotot di jendela kaya ngusir kami.” terang Yola.

“Hah? Kalian ketemu dimana ? pas kapan ?” tanya Hazir penasaran.

“Mm anu pas kami mandi di sungai tadi.”

“Masa sih ? kalian yakin si nenek mengusir kalian?” Hazir terlihat begitu heran.
“Iya. walaupun ga bersuara tadi beliau tuh melotot dantangannya kaya gini nih.” Yola mencontohkan gerakan sang nenek sore tadi.

“Mbak, si nenek itu buta. Beliau ga bisa lihat.” Hazir menegaskan bahwa tidak mungkin sang nenek mengusir mereka.
“Tapi tadi beliau bukain pintu.” bantah Yola.

“Ibu memang buta. Namun untuk aktivitas di rumah beliau mampu mandiri karna sudah menghapal tata letak rumah.” Tiba-tiba suara berat lelaki paruh baya memotong perdebatan mereka.
Lelaki ini menggunakan kaos putih dan sarung kotak-kotak berwarna merah. Wajahnya ramah dan hangat. Namun kehadirannya entah mengapa membuat Yola merasa gentar dan sungkan.
“Perkenalkan saya Along. Kades di sini. Ada apa nak Hazir tengah malam begini ke rumah ? apa ada hal yang mendesak ?” nada bicaranya sangat tenang dan terdengar seperti orang bijaksana.
Hazir pun menjelaskan bahwa salah 1 tamu yang dibawanya ke desa u/ liburan sdg hilang. Dari sini Yola pun tahu memang desa ini disebut sebagai desa wisata. Bahkan pihak desa pun memang bekerjasama denga para tour & travel seperti Hazir untuk mendatangkan wisatawan ke desa mereka.
“Hmmm sudah dicari ke mana aja tadi ?” tanya pak Along.

Yola dengan wajah cemasnya menjawab. “Kami sudah mencari kemana-mana pak. Di dalam rumah tidak ada siapapun. Tadi juga sudah keliling kampung, tapi tak menemukan Tiwi. Pak tolong kami mencari Tiwi.”
Sang nenek datang membawakan air teh hangat dan meletakkan di depan Hazir dan Yola Dengan keadaan matanya yang buta, bagi Yola luar biasa sang nenek bisa beraktivitas dengan normal. Dia saja tidak bisa membayangkan bagaimana susahnya.
“Temanmu disembunyikan orang sebelah.” ucap sang nenek sambil berlalu ke belakang. Tingkah sang nenek bagi Yola sangat mencurigakan, namun juga Yola bingung dengan intuisinya sendiri. Di tempat baru seperti ini dia tidak mau sembarangan mengambil langkah atau berprasangka.
Pak Along yg mendengarnya nampak berpikir keras. Semua hening. “Kalian ada melakukan apa memang?” ucapnya tiba2.

Yola yang mendengarnya kebingungan. Dia tak merasa ada melakukan hal yang salah. Belum juga 24 jam dia di desa PB. Tidak ada kesalahan. Setidaknya itu yg dia yakini
“Ampun maaf bah, kamarian tadi pas sanja kuning buhannya mandian.” Kata Hazir yang tak dimengerti oleh Yola. Hazir mengatakan kepada pak kades saat senja kuning Yola dan Tiwi mandi di sungai.

“Astaghfirullah.” ucap Pak kades pelan.
Yola yang tak mengerti maksud pembicaraan Hazir dan Pak Along semakin heran. “Jadi kenapa ? ada apa?” desaknya.

“Temanmu mungkin terkena malapetaka akibat melanggar pantangan senja kuning di sini.” ucap Pak Kades
Buk….Buk…Buk..

Suara dinding kayu rumah pak Kades terdengar digedor keras dari luar. Yola refleks melihat ke arah luar dari sela-sela pintu depan. Ditengah temaram halaman Pak Kades, Yola nampak banyak orang yang sedang berjalan sambil berjinjit dan berputar dengan memegang-
semacam tongkat atau kayu ditangan mereka. Dia tidak dapat melihat jelas, yang terlihat hanya siluet orang-orang tersebut dan nampak berperawakan pria semua.

Sesaat Yola tertegun dan menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas apa yang dia lihat.
Apakah hal yang wajar warga di sini tengah malam mereka beraktivitas. Betapa kagetnya Yola saat melihat dibelakang rombongan itu nampak siluet tubuh dari orang yang dia kenal. Itu Tiwi !

“Tiwi !!!” Yola refleks berteriak dan berdiri. Dia bergegas keluar.
Namun sayang, saat pintu sudah terbuka lebar. Di luar tidak apa-apa, apalagi rombongan itu tidak ada sama sekali !!

“Mbak ! mbak kenapa ?” Hazir mengikutinya di belakang.
Pak Kades masih duduk di dalam rumahnya. Dia seolah tidak kaget dan terganggu dengan suara gedoran keras dan tingkah Yola tadi. Dia terlihat santai. Dia membuka bungkus rokoknya dan menyalakannya. Kepulan asap rokok sedikit menutupi wajahnya.
Sedang Yola dan Hazir masih dalam keadaan bingung satu sama lain. Yola bingung atas apa yang dia lihat, Hazir bingung atas tingkah Yola. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke dalam rumah pak Kades lalu duduk ditempat semula.
Pak Kades meniupkan asap rokoknya ke samping. Dia tersenyum, “Benar, kawan ikam kena wisa lawan disambunyiakan urang subalah atau hantu.” ucap Pak Kades. Artinya, benar teman kamu terkena penyakit wisa (sakit kuning) dan disembunyikan oleh makhluk halus.
Hazir menjelaskan arti dari ucapan pak Kades kepada Yola. Yola tidak mengerti betul, tapi yang jelas dia tahu Tiwi dalam bahaya.

“Aku mulai berhalusinasi, Zir.” ucap Yola sambil memegang kepalanya.
“Aku nggak ngerti semua ini terjadi tiba-tiba. Tadi aku kaya lihat Tiwi di depan,” sambungnya.

Hazir juga dalam posisi semakin bingung. Baru kali ini dia membawa turis yang mengalami hal aneh.
Meski tanah kalimantan masih banyak hal magis, tapi desa PB adalah desa wisata yang sangat jarang terjadi hal aneh. Selama ini kondisi dalam keadaan baik dan selalu lancar saat membawa turis ke sini.
“Bulik buhanmu. Jangan kada ingat sumbahyang subuh.” ucap sang nenek yang tiba-tiba berada dekat mereka.

“Apa katanya, Zir?”

“Katanya kita disuruh pulang dan jangan lupa sholat subuh nanti.” terang Hazir lalu berpamitan dengan salaman kepada Pak Kades dan ibunya, si nenek.
Hazir dan Yola berjalan sambil memegang senter.

“Zir, lalu apa ? nggak ada solusi abis dari rumah pak kades !” nada suara Yola terdengar kesal.

“Kita ikutin aja dulu kata mereka, buat pulang.” Hazir dengan hati-hati menjawab.
Langkah kaki mereka tiba-tiba terhenti saat mereka melewati sebuah pohon di sebelah kanan yang diikat dengan kain kuning. Suara yang menghentikan langkah mereka adalah suara lelaki yang berdeham. Suaranya terdengar begitu besar dan berat.
Mereka saling tatap lalu sama-sama menatap ke asal suara. Yang mereka lihatnya hanyalah gelap dibelakang pohon tanpa ujung.

“Astaghfirullah ! Aaaaa!” Yola berlari kencang meninggalkan Hazir sambil berteriak kencang.
Hazir langsung menyusul Yola, karna si Yola bukannya belok kiri menuju jembatan gantung. Dia malah lurus naik ke atas.

“Mbak ! Mbak ! jangan ke sana! Mbak itu batas desa. Jangan ke sana.” Hazir berlari sambil berteriak namun-
Yola masih berlari dengan sangat cepat digelapnya malam. Entah apa yang dilihat Yola hingga dia ketakutan dan hilang kendali berlari jauh. Hazir mengkhawatirkan Yola yang mengarah ke daerah yang tak seharusnya didatangi. Image
Bersambung ya gengs. Panjang sekali. Nanti Part 2 malam jumat depan aku upload.

Buat kamu yang gak sabar baca Part 2, bisa baca di karyakarsa.com/gustigina/senj…

yang berkenan dukung aku si pemula yang masi belajar ini, makasih ya. Luv you sehutan!

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Gusti Gina 🍉

Gusti Gina 🍉 Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @GustiGina

Feb 1
THREAD HOROR 👻

“Petaka Warisan Pesugihan”

PART 3 END

“Dengan petunjuk yang ada, Darmi pun bertemu dukun desa. Pertanyaan demi pertanyaan mulai terjawab, tapi ada satu hal yang mengejutkan. Bisakah mereka bertahan selamanya?”

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Halo semua, aku kembali lagi untuk mengisi malam Jum’at mu yang gabut.

Semoga tetap dalam keadaan sehat dan senang yaw😗
Read 51 tweets
Jan 25
THREAD HOROR 👻

“Petaka Warisan Pesugihan”

PART 2

“Sepeninggal sang kakek, makin banyak gangguan yg datang. Darmi dibuat penasaran dengan gambar Wedhus Kendit yang disinyalir awal dari semua masalah. Mampukah mereka mengungkap apa dibalik semua ini ?”

@IDN_Horor
#ceritaserem Image
Malam semuaa, akhirnya aku datang lagi buat menyapa kalian hari ini.

Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan berbahagia ya 😄
Buat kalian yang belum baca part 1, silahkan mampir dulu yaa ke link ini 👉🏻

Read 68 tweets
Jan 18
THREAD HOROR 👻

“Petaka Warisan Pesugihan”
PART 1

Keluarga yg mengalami kebangkrutan, dgn terpaksa menerima warisan dan kembali ke desa untuk menyambung hidup. Namun ternyata yg menunggu kami di sana justru petaka yg ingin merenggut jiwa.

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror Image
Cerita kali ini datang dari sebuah keluarga yang kerap kali menghadapi gangguan mistis pasca meninggali rumah kuno warisan dari sang kakek.
Rumah ini diisi oleh keluarga yang bisa dibilang cukup harmonis kelihatannya, ada Bu Darmi sang pemilik rumah alias anak kesayangan yang diwariskan rumah oleh sang ayah yang kerap kali disapa Ki Warsono.
Read 83 tweets
Jan 11
THREAD HOROR 👻

“Keluarga Terkutuk”

PART 3 (END)

“Apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Sutan? Siapa sosok perempuan berkebaya kuning yang sering muncul di hadapan Sutan? Dan apa maksud dari semua kejadian misterius itu?"

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Malam semua...
Aku kembali lagi untuk menyapa kalian dengan kehororan duniawi wkwk. Apakah sudah siap manteman ? 😱
Read 71 tweets
Jan 4
THREAD HOROR 👻

“Keluarga Terkutuk”

PART 2

“TOLONG !! Semenjak kepergian tante Nita, ibuku jadi lumpuh dan kami mulai diteror kembali secara brutal. aku sudah tidak kuat, tolong bantu kami.. ?”

@IDN_Horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Malam guys…I’m
back again buat menyapa kalian hari ini.

Oyaaa, Happy new year ! Buat kita semua ✨
Buat kamu yang belum baca part 1, silahkeun baca ini dulu yaw 👉🏻

Read 43 tweets
Dec 28, 2023
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“KELUARGA TERKUTUK”

“Aku dan keluargaku sakit dan menggila sampai akhirnya pergi satu demi satu untuk selamanya”

@IDN_horor
#ceritaserem #threadhoror #ceritahoror Image
Btw malam ini ada cerita baru ya.
Cerita kali ini aku angkat dari narasumber ku, kak Sutan yang sudah berpulang ke rahmatullah pada Juli lalu. Sebelum kepergiannya, kak sutan sempat menuangkan ceritanya dalam bentuk tulisan lalu mengirimkannya kepadaku.
*Kronologi singkat
Pada 21 Juli 2023, Aku dihubungi istri dari kak Sutan, dan mendapatkan kabar bahwa kak Sutan sudah berpulang ke rahmatullah. Sang istri ingin cerita ini sebagai persembahan kepada Alm sang suami, Yaitu Alm Sutan. Image
Read 91 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(