waKHIDun Profile picture
Sep 27, 2022 130 tweets 15 min read Read on X
KARMA | Part 5
“karena sejatinya makhluk yang hidup itu pasti akan mati, tapi aku hanya berharap semoga kami semua tidak akan mati malam ini.”

- a thread -

@ceritaht @bacahorror_id
#bacahorror #threadhorror Image
sudah selasa malam nih, saatnya update cerita..

part 5 ini adalah pintu menuju ke penyelesaian masalah yang sudah dihadapi oleh hendra dkk.

bismillah..
yen wedi ojo wani-wani, yen wani rasah wedi-wedi.
Sebelumnya di part 4.

"ndra.. Nanti malam awakdewe diajak bapakku moro nang omahe mbah joyo, gelem yo" (ndra nanti malam kita diajak ke rumahe mbah joyo, mau ya) ucap andre sambil mengupas kuaci.
Sore itu hendra bersama keempat kawannya tengah berkumpul di tepian lapangan sambil menonton pertandingan bola antara desanya dengan desa sebelah.
"loh ngapain to malam-malam" trisna membalas begitu pula dengan reno, namun ia tak bertanya melainkan merampas bungkusan kuaci yang barusaja andre buka.
"ngak tau tris, bapakku cuma bilang katane mau diajak kesana tok"

"mbah joyo? Bukanne mbah joyo iku dukun? Ngopo bapakmu gowo awakdewe nang omahe duku?" (mbah joyo? Bukanya mbah joyo itu dukun? Ngapain bapakmu ngajak kita kerumah dukun?)

Brakk...
Tiba-tiba reno terkapar. Ternyata wajahnya terkena bola yang entah mengapa bisa menyasar sampai kewajahnya.
PART 5
"kowe ngopo gowo regetan nang kene! Gowo bali bocah kui.. Aku wegah ngurusi regetan sik koyo ngono kui"
(kamu ngapain membawa kotoran kesini! Bawa pulang anak-anak itu.. Aku ngak mau ngurusin kotoran macam itu) ucap mbah joyo tegas tatkala hendra dan yang lainnya baru masuk kedalam rumah.
"hah ono opo iki pakde? Maksute pie??"
(hah ada apa ini pakde? Maksudnya gimana?) Tanya hendra dengan penuh penasaran.
...
Sore itu tatkala sinar matahari sudah mulai condong kearah barat, hendra beserta ketiga temannya menaiki sebuah mobil kijang kapsul berwarna hijau botol milik pakde rus.

Mobil itu berkendara dengan laju yang seolah tak ada siapapun yang bisa menghentikannya.
Sementara itu, hendra entah mengapa seperti merasakan hal yang tak mengenakan kala itu. Kepergiannya dengan pakde rus dan keempat kawannya seperti sedang ada yang mengawasi walau entah darimana asalnya.
"arep nandi iki pakde?" (mau kemana ini pakde?) Kata trisna sambil menyelinap masuk kearah jok bagian belakang, karena badannya yang paling kecil diantar yang lainna, akhirnya ia kebagian duduk di bagian belakang sendirian.
"koe lali po tris? Makane ojo deloki bokep wae" (kamu lupa kah tri? Makanya jangan nonton bokep mulu) ejek reno disertai tawa dari semua penumpang mobil itu.
Saat itu andre duduk di barisan paling depan tepat berjejer bersama bapaknya di kursi kemudi, lantas hendra reno dan ridwan bersama di bagian tengah sedangkan trisna terpaksa harus ditumbalkan sebagai penunggu jok paling belakang.
Karena kali ini perjalanan akan sedikit lumayan jauh, oleh sebab itu pakde rus mengantarkan hendra beserta yang lain menggunakan mobilnya, namun sebelumnya entah ada apa kok bisa tiba-tiba beliau mengajak kerumah mbah joyo yang jaraknya sekitar 50 km dari desanya.
"ngopo kok kudu nanggone mbah joyo mbengi iki pak?" (ngapain kok harus kerumahnya mbah joyo malam ini pak?) Tanya trisna sembari membuka bungkusan snack coklat.
"yoh nanti kalian nang kono ngerti dewe le" (ya nanti kalian disana tau sendiri nak) balas pakde rus dengan nada datar serta tak menoleh sekalipun, padahal ini masih di jalan desa.
Mobil yang mengantarkan rombongan itu keluar dari gapura desa disaat adzan isya mulai berkumandang, dengan harapan mereka tidak akan kemalaman tatkala sampai ditujuan.
Mungkin perjalanan kali ini adalah sebuah hal yang mengasyikan dan menyenangkan, namun jika dilihat dari raut wajah pakde rus, semuanya seolah saling bertolak belakang.
Beliau hanya seperlunya saja berbicara, jika ditanya menjawab dan jika tidak maka mulutnya sajalah yang ramai dengan kepulan asap.
Ditengah perjalanan, lebih tepatnya tatkala berada di sebuah pertigaan lampu merah yang disebelahnya ada beberapa mniatur landmark dari berbagai negara, tatapan hendra seolah dipaksa untuk melihat kearah berlawanan.
Tatkala yang lain terfokus dengan melihat keindahan miniatur bangunan yang ada di sebelah kanan mobil, hendra justru sebaliknya, ia melihat kearah kiri dimana ada sebuah warung yang nampaknya sudah tutup lumayan lama, mungkin karena kebakaran.
Di warung itu terlihat beberapa goresan-goresan anak nakal dan juga terlihat pula bekas bakaran yang masih membekas di tempol-tembok bangunan. Semua itu terlihat samar walau diterangi oleh lampu jalan yang bisa dibilang juga cukup terang.
Waktu berhenti mereka saat itu terbilang cukup lama, yah memang lampu merah ini terkenal dengan durasinya yang teramat sangat lama, bahkan saking lamanya bisa dipakai untuk merebus mie instan. Eh tidak itu berlebihan.
Singkatnya saat itu ketika hendra menatapi sebuah bangunan bekas kebakaran yang ada di sebelah kiri mobilnya berhenti, yang tadinya ia hanya melihat seperti gambar mural biasa, lama kelamaan gambar itu menyala.
Itu adalah sebuah gambar perempuan bertopi bulat merah dengan mengenakan payung ditangan, hanya gambar biasa, namun dengan mengagetkannya tiba-tiba matanya menjadi menyala.
"jancok!!!" umpat hendra sambil menutupi wajahnya dengan menggunakan tangan.

Kala itu hendra berteriak dengan begitu keras, akibatnya membuat semua orang yang ada didalam mobil itu sontak langsung melihat kearahnya.
"heh kenopo koe i, raceto" (heh kamu itu kenapa, gak jelas) itu barusan adalah sebuah ucapan setelah ada beberapa tangan yang mendarat di pundak serta kepala hendra.
"koe ki kenopo ndra, edan po we?" (kamu itu kenapa ndra, gila kah?) Ucap trisna menyusul setelah tangannya mendarat tepat dikepala hendra. Yah karena hanya itu yang bisa ia sasar, sedangkan reno bisa leluasa menghajar punggungnya.
"m-mmata ne muruppp" (matanya menyala) sambil mengacungkan tangan kirinya kearah lukisan wanita itu yang lama kelamaan terlewat karena mobil yang sudah mulai berjalan)
"mata opo.. Opone sik murup? Ndasmu kene tak sumet ben murup" (mata apa.. Apanya yang menyala? Kepalamu sini tak bakar biar nyala) umpat reno geram.
Wajar saja, siapa yang tak kaget tatkala semua mata tertuju melihat sebuah keelokan desain dan arsitektur bangunan harus dikejutkan dengan teriakan bocah setan macam hendra.
"raono angin raono udan, lambemu receh tenan yo ndra hahaha" (ngak ada angin ngak ada hujan, mulutmu gacor juga ya ndra hahaha) pakde rus mulai ikut tertawa tatkala semua orang di dalam mobil itu meroasting hendra habis-habisan.
Namun lain dengan tatapan hendra, dari matanya terlihat bahwa ia benar-benar ketakutan dengan apa yang barusaja ia saksikan, namun kembali lagi, siapa yang akan percaya dengan apa yang ia alami? Batin hendra berkecamuk.
Semakin berjalannya waktu perjalanan mereka malam itu, lama-lama kendaraan yang mereka gunakan mulai memasuki kawasan pedesaan. Jalanan berbatu dan penerangan yang seadanya, yah sebuah hal yang lumrah tatkala kalian ada di desa.
Dikarenakan kendaraan milik pakde rus juga bisa dibilang sudah lumayan berumur, wajar bila tatkala melewati bebatuan dampaknya akan terasa sampai kedalam.

Brak... Suara kayu terjatuh tepat didapan mobil, untung saja dengan sigap pakde rus berhasil mengerem.
"ono opo sih pakde, iso-iso benjut gundulkuu" (ada apa sih pakde, bisa-bisa kepalaku benjol) ucap hendra sambil memajukan kepalanya, berniat melihat apa yang ada didepan sana.
"sik le.. Tak ngalihke kayu kui sik" (nanti le.. Tak minggirin kayu dulu) pakde rus keluar dari pintu depan.

Dari dalam mobil hendra, andre dan yang lainnya bisa melihat keadaan didepan, nampak pakde rus kebingungan didepan sana.
"loh bapakmu mau jare ameh minggirke kayu ndre, lha ndi kayune?" (loh katanya bapakmu tadi mau minggirin kayu ndre, lah sekarang mana kayunya?) Tanya reno yang ikut mendusel-duselkan kepalanya kearah kap kaca depan.
"loh bapakmu mau jare ameh minggirke kayu ndre, lha ndi kayune?" (loh katanya bapakmu tadi mau minggirin kayu ndre, lah sekarang mana kayunya?) Tanya reno yang ikut mendusel-duselkan kepalanya kearah kap kaca depan.
Tak berselang lama, pakde rus akhirnya masuk kembali kedalam mobil, dengan wajah cemas dan keringat yang membasahi dahi, nampak sekali kalau saat itu beliau tengah panik, walau bagaimanapun ia coba menyembunyikan namun pasti tetap ketahuan.
"wis rasah di elu-elu, sakiki lanjut mlaku wae.. Delomeneh tekan omahe mbah joyo, gari lurus terus ono prapatan ngiri"

(sudah ngak usah diomongin, sekarang lanjut jalan aja.. Sebentar lagi akan sampai dirumah e mbah joyo, tinggal lurus terus ada perempatan abil kiri)
Hanya kalimat itulah yang keluar dari mulut pakde rus, sambil menutup pintu, ia langsung buru-buru tancap gas.

Keadaan yang tadinya riweh dan ramai karena barisan tengah dan belakang saling beradu candaan, kini sunyi senyap bagaikan mobil tanpa penumpang.
Sorot mata merah dengan wajah hitam legam, terbungkus oleh kain putih lusuh itu menatap kearah mobil yang hendra tumpangi, namun sepertinya hendra saja yang melihatnya.
Setelah melihat penampakan pocong yang ada di sisi badan jalan itu, akhirnya hendra bisa yakin bahwa suara benda jatuh itu bukanlah berasal dari ranting pohon ataupun sesuatu yang di tabrak.
Seolah paham bahwa ada yang bisa melihatnya, sosok pocong itu diam termangu dengan hanya mengerakkan kepalanya, menatap hendra lalu perlahan menghilang seperti kepulan asap.
...
Setelah menepuh perjalanan malam dengan dikelilingi oleh pepohonan besar menjulang menambah kengerian pada malam itu, hingga sampailah mereka disebuah rumah limasan dengan halaman luas walau masih berupa tanah.
Akhirnya hendra mengerti sekarang, jadi disinilah tempat yang mereka tuju. Walau ia sebenarnya hanya sedikit tau nama pemilik rumah ini secara sekilas, namun dari kondisi rumah yang gelap gulita ini ia yakin bahwa rumor yang selama ini ia dengar itu benar.
"wis ndang mudun, wis tekan" (sudah buruan turun, sudah sampai) ucap pakde rus sembari mematikan mesin mobil.

Mendengar itu akhirnya hendra, andre dan yang lain pun turun dari mobil yang sudah mereka tumpangi selama hampir satu setengah jam lamanya.
"hoaaaam.. Ngantuk pol aku" keluh reno sambil mengerakkan tangannya keatas dan dengan iseng oleh trisna mulutnya dimasuki cemilan kacang yang masih tergengam di tanggannya.

"bwahhhh..."
"jancok koe tris, iso mati keselek aku nek ngene" (jancok kamu tris, bisa mati tersedak aku kalalu gini)

Melihat itu hendra, trisna, ridwan dan andre hanya bisa tertawa.
"wis mandek guyune! Jupukno kerdus sik ono nang bagasi ndre." (sudah berhenti tertawanya! Ambilkan kardus yang ada di bagasi belakang itu ndre) ucap pakde rus sambil melangkahkan kaki menuju ke arah rumah mbah joyo.
Rumah itu terlihat sangat minim pencahayaan, walaupun ini adalah sebuah desa, namun rasa-rasanya sepanjang perjalanan kesini tadi, setidaknya setiap rumah pasti ada lampu teras yang menyala, sedangnkan dirumah mbah joyo berbeda.
Rumah tua itu nampak hanya diterangi oleh sebuah bohlam lampu kecil berwarnya kuning yang diletakkan disebelah rumah, bukan malah ditaruh di teras.

Tok..tok..tok..

Permisi mbah, kulo nuwun.. (ucap pakde rus sambil sesekali mengetuk)
Kembali suara ketukan itu terulang, karena dirasa tidak ada tanggapan, akhirnya pakde rus berjalan menuju arah pinggir rumah.

Barusaja ia menolehkan kepala kearah belakang rumah, tiba-tiba pintu depan terbuka.
Krieet... Monggo, silahkan pak..

Dari balik pintu nampak seorang gadis berusia sekitar 25 an dengan menggunakan baju coklat dengan celana sederhana.

"ohh mbak fitri, bapak ada dirumah ra" sapa pakde rus.
Anak perempuan itu ternyata adalah fitri, anak gadis bungsu dari mbah joyo sukmodirejo.

"ndree.. Ren.. Deloko ono mbak-mbak ayu" (ndre.. Ren.. Lihat itu ada mbak cantik) ucap reno.
"dasar boyo ki nandi-nandi tibakne yo tetep boyo" (dasar buaya itu dimana-mana tetep jadi buaya) hendra memukul kepala reno.

"sakit blokkk" balasnya.
Setelah cukup lama berada di halaman depan, akhirnya mbak fitri mengijinkan pakde rus dan yang lainnya untuk masuk kedalam rumah, katanya mbah joyo saat itu tengah sholat isya, makanya ia yang membukakan pintu.
...
Hendra menelan ludah, beberapa saat ia terdiam ditempat. Kala itu ia bisa memastikan bahwa apa yang dilihatnya benar dan bukan halusinasi belaka.
Nampak sesosok wanita dengan gaun mereah darah tengah mengintip diantara celah pohon yang ada di samping rumah mbah joyo, jelas.. Hendra benar-benar melihatnya dengan jelas.
"heh kenopo meneh koe ki cok" (heh kamu itu kenapa lagi cok) bisik trisna ketika melihat kawannya itu hanya menatap dalam sebuah kebon yang bahkan tak ada apapun disana kecuali pohon dan rerumputan yang mulai mengersang.
"ohh.. Gapapa tris, yok" balas hendra kemudian mereka berdua berjalan masuk kedalam rumah mengikuti yang lainnya.

"monggo diminum dulu pak tehnya" ujar mbak fitri tatkala selesai menaruh beberapa gelas teh hangat untuk pakde rus dan yang lainnya.
"ohh ngih mbak, terimakasih" balas pakde rus sambil mengangguk pelan.

Sembari menunggu mbah joyo yang masih belum keluar, pakde rus sempat memeberikan beberapa pesan yang ia bisikkan.
"mengko nek mbah joyo metu, polahmu sik trunyukan kui rodo dilongi, nek iso ditahan sik.. Di santet kawus koe nek ngeyel"

(nanti kalau mbah joyo keluar, tingkahmu yang arogan itu sedikit dikurangi, kalau bisa malah ditahan dulu.. Nanti kalian disantet baru tau rasa)
"ngihh pakde.." ucap kelima anak itu pelan.

Tak berselang lama, akhirnya keluarlah mbah joyo dengan masih mengenakan sarung lurik hitam, beliau berjalan perlahan dari arah ruang tengah dan akhirnya duduk tepat kursi yang menghadap kearah mereka semua.
"Ngopo koe ngowo regetan nang omah iki! Aku ra sudi ngresiki regetan koyo ngeneki.. Muleh kono!"

(ngapain kamu membawa kotoran di rumah ini! Aku ngak sudi membersihkan kotoran seperti ini.. Pulanglah!)
Mendengar kalimat pertama yang keluar dari mulut mbah joyo sontak membuat hendra dan kawan-kawannya langsung heran.
Sebenarnya ada apa yang tengah terjadi dan apa pula yang mereka lakukan. Bahkan untuk orang yang pertama bertemu dengannya saja sudah bereaksi yang demikian, batin hendra.
Walau beliau bisa dikatakan orang yang sudah berumur, namun entah mengapa gertakannya masih saja bisa menciutkan mental hendra yang bahkan biasanya sudah kerap tawuran.
Waktu itu belum terlalu malam, namun entah sebab apa, kondisi disekitar mbah joyo ini begitu sunyi dan jarang sekali terdengar ada kendaraan lalu lalang, bahkan untuk kondisi ditengah desa, ini adalah hal yang janggal.
Walau sesekali pakde rus sudah mencoba bernegosisasi, namun tetap saja tatapan dari mbah joyo masih tampak begitu keras dan tegas, seakan tak ada lagi senyuman diwajahnya.
Mbah joyo beranjak dari tempat duduknya, beliau berjalan dengan sedikit tertatih menuju sebuah dipan yang ada di sebelah kiri dari tempat mereka berada.
Mbah joyo duduk di dipan itu, dengan kaki dilipat dan menghadap kearah yang berlawanan dengan hendra dan yang lainnya.
"kae mbah joyo ngopo pakde?" (itu mbah joyo lagi ngapain pakde?) Bisik reno, namun pakde rus sama sekali tak berucap, ia hanya mengacungkan jari dan menempelkannya dibibir. "sssttt"
Mata kelima anak itu sama sekali tak bisa beralih pandang dari dipan yang dimana diatasnya sedang duduk seorang simbah yang sedari tadi hanya marah-marah.
Dari tempat duduk mereka, hanya terdengar mbah joyo seperti berkomunikasi dengan seseorang, padahal ia sedang menghadap kearah gedek (dinding dari anyaman bambu) dan tak ada seorang pun didepannya.
Tak lama, tiba-tiba mbah joyo membalikkan badan dan dengan tatapan kosong menatap ke atas langit-langit ruangan. Saat itu terjadi jeda yang cukup lama sebelum mbah joyo mengeluarkan sepatah kata pertama yang langsung membuat hendra dan yang lainnya bak tersambar petir karenanya.
"awakmu kudu tanggung jawab maring sik wis mbok lakoni" (kalian harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kalian perbuat)
Begitulah ucapan kalimat pertama mbah joyo setelah terdiam cukup lama, beliau mengucapkan kalimat itu dengan raut wajah yang berbeda daripada sebelumnya. Kali ini, mbah joyo nampak mengekspresikan rasa iba yang terlihat dari raut wajahnya.
Kelima anak itu hanya saling memandang satu sama lain, sedangkan pakde rus malah seballiknya, ia merasa ada hal yang nampaknya sedang ditutupi oleh mbah joyo dan juga hendra dan kawan-kawannya.
"mm-maksute nopo mbah?" (maksudnya apa mbah?)

Belum menjawab dari pertanyaan yang dilontarkan pakde rus, mbah joyo mendekat kearah andre, meletakkan jari telunjuknya tepat di kening dan tak lama kamudian andre terjatuh dan tak sadarkan diri.
Brakk!!

Seketika itu juga akhirnya orang yang ada didalam ruangan itu langsung panik bukan kepalang. Apalagi pakde rus yang sama sekali tak paham dengan apa yang barusaja terjadi.
Hendra menatap andre dengan begitu penuh rasa takut, jantungnya berdegup dengan begitu kencang dan bahkan tanpa ia sadari, keringat sudah mulai bercucuran pada dahinya.
Hendra begitu takut, apalagi melihat apa yang barusaja terjadi pada andre, ia khawatir jika nantinya dirinya juga akan bernasib yang sama.
Sembari duduk kembali di kursi semula, mbah joyo akhirnya mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Jadi kala itu ketika mbah joyo sedang duduk diatas dipan, ia mencoba untuk berkomunikasi dengan sosok yang memang sudah mengikuti hendra dan keempat temannya.
Konon sosok ini berasal dari makam yang ada di dekat lapangan, beliau juga menjelaskan mengapa sosok ini mengikuti mereka, jawabannya hanya satu.

Meminta pertanggung jawaban.
"m-mmbah.. Ngapunten" (mbah maaf) ucap hendra memotong.

"sosok e niku mbak-mbak ngangem klambi abang sanes?" (sosoknya itu mbak-mbak dengan pakaian merah bukan?)
Mbah joyo hanya mengangguk, lantas menjelaskan kembali.

"dadi yen koe takon aku pie carane ngusir iki, aku raiso.. Aku ming iso nyaranke awakmu adus kembang ngango banyu sumur pitu sik ono nang desomu. Terus aduso pas tengah wengi pas seloso kliwon"
(jadi kalau kalian bertanya bagaimana cara mengusir ini, aku tidak bisa.. Aku hanya bisa menyarankan kalian mandi kembang dengan air 7 sumur yang ada di desamu. Lalu mandilah ketika tengah malam pas malam selasa kliwon)
Setelah menjawab itu, dengan tiba-tiba mbah joyo menyuruh hendra dan yang lain untuk segera pulang, aneh? Iya.. Bahkan seharusnya kalian bisa menilainya sejak awal.
Mendapati kami di usir dari kediamannya, pakde rus akhirnya memutuskan untuk berpamitan tanpa bertanya alasan mengapa mereka semua diminta untuk pulang.

"ojo wengi-wengi nang deso iki, awakmu mengko ndak ra wani muleh le.. Sing ngati-ati"
(jangan malam-malam di desa ini, nanti kalian tidak berani pulang) ucap mbah joyo sesaat sebelum hendra dan yang lain masuk kedalam mobil dan bersiap untuk pulang ke rumah.
...
Hari sudah berganti dengan hari yang baru, tapi sayangnya hendra beserta keempat kawannya masih berkutat di masalahnya.
Terlebih lagi tatkala kejadian andre yang bangun didalam mobil yang malam itu mereka masih dalam perjalanan pulang dari rumah mbah joyo.
Secara tiba-tiba ia langsung berteriak histeris dengan menyebutkan kalimat yang sama dengan yang hendra kaluarkan tatkala ia bertemu dengan sosok itu.
Mulai malam itu, akhirnya terbongkarlah rahasia yang selama ini mereka sembunyikan, pakde rus akhirnya terpaksa mereka beritahu mengenai kejadian malam itu.
Untungnya, pakde rus bersedia untuk tidak memberitahu siapapun dengan kejadian itu, mengingat itu adalah aib yang seharusnya tak ada yang tau.
Tak sampai disitu saja, pakde rus malah ingin membantu mereka semua dalam menyelesaikan masalah ini, yah beruntung sekali andre memilliki ayah yang sebaik ini. Mungkin itu adalah kalimat yang dipikirkan oleh hendra, reno, ridwan dan trisna.
Pagi itu hendra berangkat sekolah seperti biasa, menjalani aktifitas seperti bisa, sampai ketika waktu pulang sekolah tiba.
Sesuai dengan kesepakatan mereka berlima di malam sebelumnya, siang itu mereka memutuskan untuk tak langsung pulang dan langsung bergegas menuju sumur pitu.
Keberadaan dari sumur pitu ini sebenarnya terletak di dekat rumah hendra. Setelah mereka meletakkan motor di rumah hendra, akhirnya dengan dipandu oleh hendra, mereka berjalan menuju ke lokasi sumur pitu ini berada.
Perjalanan dari rumah menuju lokasi bisa dibilang aksesnya sudah sangat bagus, bahkan jalannya sudah aspal pula.
Setelah melewati perempatan, sampailah hendra dan kawan-kawannya disebuah kawasan yang sebenarnya sudah dijadikan sebagai cagar budaya yang ada di desanya.
Banyak pohon besar yang masih terjaga, udara bersih dan juga tak banyak polusi, gemericik suara air yang menenangkan, yah sangat mantap sekali kawasan sumur pitu ini.
Sumur pitu ini terletak di satu tempat, walau harus dipisahkan oleh sebuah jalan raya. Setelah melalui perdebatan panjang mengenai siapa nantinya yang akan turun dan mengambil air, akhirnya mereka selesai juga dan beranjak untuk melaksanakan tujuan mereka disana.
Kelima anak itu akhirnya membagi tugas, ada yang mengambil air dari sumur, ada yang memegangi torong (corong) untuk memudahkan air masuk kedalam jerigen dan ada yang hanya bagian melihat dan tak berbuat apa-apa, yah itu adalah hendra.
"wehh bantuin ngangkat geblekkk" teriak reno sambil berusaha mengangkat derigen yang sudah mereka isi dengan air dari 7 sumur.

"eh iki kebanyakan ngak to?"

"yo kayane ngak si tris" jawab hendra.
"wis delo.. Tak njupuk motor, do ra mikir tenan.. Jupuk banyu sakmono akehe"

(yasudah sebentar.. Aku ngambil motor dulu, pada ngak mikir.. Ambil air segitu banyaknya)
Akhirnya setelah berusaha mengangkat secara bersamaan namun tak ada kemajuan, reno memberikan inisiatif untuk membawanya dengan menggunakan motor.
Singkat cerita akhirnya mereka membawa air itu kerumah andre, setelah membawa derigen berisikan air, hendra dan yang lainnya memutuskan untuk kembali pulang dan datang kembali nanti malam untuk melaksanakan prosesi yang sudah dipesankan oleh mbah joyo kemarin malam.

...
Saat ini, disebuah tempat akar mula dari semua masalah, pakde rus beserta kelima anak bau kencur kini sudah siap untuk menjalankan amalan yang sudah diperintahkan.
Lima ember hitam berisikan air beserta taburan bunga sudah tersusun rapi tepat dibawah sinar rembulan malam ini.
Ketika sudah mulai memasuki waktu lingsir, pakde rus beralih dan berjalan menjauh, ia berhenti dibawah sebuah pohon besar yang ada dipinggir jalan, tepat dipinggiran lapangan desa.
Dari tempat itu, pakde rus masih tetap mengawasi sambil memastikan supaya tak ada satupun orang yang nantinya menganggu prosesi ini.
Sementara itu, disamping sebuah makam tua itu, hendra, trisna, ridwan, andre dan reno, perlahan mulai menguyurkan air dari atas kepala menuju kesekujur tubuhnya.
Ditengah malam yang dingin itu, mereka berlima rela melawan rasa dingin dan ketakutannya demi menghilangkan "regetan" yang konon mereka peroleh karena berbuat tidak sopan pada makam ini.
Entah benar atau salah, kelima anak itu tak tau pasti, yang jelas mereka melakukan ini hanya demi supaya terbebas dari gangguan sosok yang selama ini mengikuti.
Singkatnya syarat yang kemarin semppat disampaikan oleh mbah joyo sudah mereka lalui dengan sempurna. Mulai dari mandi kembang dengan air 7 sumur dan juga mereka mandi dengan pakaian serba hitam, benar-benar tak ada satu apapun yang mereka lewatkan.
Prosesi itu berlangsung tak begitu lama, setelah mendengar isyarat yang disampaikan oleh pakde rus, isyarat tanda bahwa mereka telah menyelesaikan apa yang seharusnya mereka selesaikan.
Akhirnya, mereka berenam pulang tak lama setelahnya. Dengan mengendarai mobil yang dikemudikan oleh pakde rus, hendra dan kawan-kawannya malam itu sudah bisa sedikit merasa lega.
Setidaknya, ada rasa lega di dada. Walau apakah cara itu berhasil menghilangkan teror yang selama ini mereka hadapi atau tidak, ah peduli setan.
Tepat sekitar jam 2 dini hari, akhirnya hendra sudah sampai dirumah. Dengan mengendap-endap, hendra mencoba masuk melalui jendela kamarnya. Sebab ibunya tak tau menau perihal kepergiannya malam ini.
Ia masuk dengan mengendap, membersihkan kakinya di kain yang tergeletak di lantai lalu hendra mulai memejamkan mata dengan hati yang sudah tenang tentunya, "akhire masalah ini selesai juga" ucapnya.
Namun siapa sangka, malam-malam setelah ini adalah teror yang paling menakutkan yang akan hendra dan keempat kawannya alami.
Bahkan bisa dibilang kejadian kemarin yang mereka alami itu belum ada seujung kuku hitam daripada kejadian yang kedepan.
Semenjak kejadian mandi kembang, semua bertambah hitam dan kelam.

Siapa yang bisa disalahkan?
bersambung di part 6 (part terakhir)

insyaalah besok siang bakal update di karyakarsa ya.
malam ini mau dilembur dulu.

hehehe.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with waKHIDun

waKHIDun Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Wakhidnurrokhim

Sep 1, 2023
“Tragedi Perkemahan Jogja tahun 2016”

A thread.

#bacahorror Image
“Mik pie? Meh sido dilekasi kapan?” (Mik gimana? Jadinya mau dimulai kapan?)

tiba-tiba dari belakang sosok laki-laki berbadan kekar mendekat. Dia adalah Candra.
Miko menarik nafasnya dalam, sembari menajamkan telinganya, memastikan bahwa adzan sudah berkumandang..

Entah kenapa malam itu seperti tidak ada angin yg berhembus sama sekali, hal itu berimbas suara adzan dari pemukiman yang jauh dibawah bukit ini menjadi samar terdengar.
Read 122 tweets
Oct 11, 2022
"TUMBAL KEMAH "

kisah viral yang menceritakan sebuah kegiatan perkemahan akhir tahun oleh salah satu SMK di Sleman. Pada umumnya perkemahan akan meninggalkan kisah menyenangkan, tapi pada cerita ini justru sebaliknya.

Sebab urusannya dengan NYAWA!

#threadhorror @bacahorror_id Image
dengerin ini dulu ya..
7 april 2016

Sore itu nampak tengah berbaris dengan rapi anak kelas 10 dan 11, mereka adalah siswa dari salah satu smk kenamaan yang ada di kota Jogja.
Read 138 tweets
Oct 4, 2022
KARMA | PART 6 [ TAMAT ]

part ini adalah part terakhir dari rangkaian cerita karma, pada part ini kalian akan menemukan alasan mengapa hendra dkk mengalami gangguan yang selama ini menimpa mereka.

selamat membaca.

#threadhorror #bacahorror Image
Sebelumnya di part 5.

Tepat sekitar jam 2 dini hari, akhirnya hendra sudah sampai dirumah. Dengan mengendap-endap, hendra mencoba masuk melalui jendela kamarnya. Sebab ibunya tak tau menau perihal kepergiannya malam ini.
Ia masuk dengan mengendap, membersihkan kakinya di kain yang tergeletak di lantai lalu hendra mulai memejamkan mata dengan hati yang sudah tenang tentunya, "akhire masalah ini selesai juga" ucapnya.
Read 265 tweets
Sep 30, 2022
"Teror Hotel Lembang"

(bagaimana jadinya jika tujuan kalian menginap untuk beristirahat namun karena kehadiran mereka, justru sebaliknya, kengerian, ketakutan dan kepanikan justru menyelimuti malam)

- a thread -

#threadhorror #bacahorror Image
halo lur..

mumpung ujan-ujan gini, wakhid jadi pengen bagiin cerita horor nih hehehe..

ini cerita singat, ya semoga bisa menghibur ya.
sambil menunggu hari selasa uploud part terakhir "KARMA", kalian bisa baca ini dulu.
kisah ini terjadi pada tahun 2016, dialami sendiri oleh kakak saya yang bernama andi.

seperti apa kisah lengkapnya?

"yen wedi ojo wani-wani, yen wani rasah wedi-wedi"

selamat membaca..
Read 186 tweets
Sep 19, 2022
KARMA | Part 4

“karena sejatinya makhluk yang hidup itu pasti akan mati, tapi aku hanya berharap semoga kami semua tidak akan mati malam ini.”

- a thread -

@ceritaht @bacahorror_id

#bacahorror #threadhorror Image
Sebelumnya di part 3.
"cokkk andre ngopo iki.." teriak reno.
Karena pandangan hendra dan yang lain terlalu fokus dengan apa yang terjadi diluar rumah,
tanpa mereka sadari ternyata andre sudah berdiri, menghadap tembok dengan posisi tangan seperti mencubit dan terus mencubit tembok.

Tanggung jawab..

Tanggung jawab koe poro bocah wingi sore..
Read 182 tweets
Sep 12, 2022
KARMA | Part 3

“karena sejatinya makhluk yang hidup itu pasti akan mati, tapi aku hanya berharap semoga kami semua tidak akan mati malam ini.”

- a thread -

@ceritaht @bacahorror_id

#bacahorror Image
Sebelumnya di part 2.

"ndra sakiki awakdewe metu seko kamar iki, ndang!!" ajak ridwan dengan panik dan setengah teriak.
Andre masih berdiri diatas kasur dengan tangan terikat. Ia menatap hendra dan ridwan, andre tersenyum menyeringai. Akhirnya mereka berdua keluar dari kamar dengan nafas yang sudah ngos-ngosan, bahkan saking paniknya hendra sampai terkencing dicelana.
Read 180 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(