FIDI MUHAMMAD Profile picture
Oct 5 109 tweets 15 min read
Kali ini gw mau nyeritain pengalaman horor yang dialami oleh Jimmy ketika melakukan pendakian ke gunung Semeru bersama 5 orang temannya.
Jadi di pendakiannya itu mendakinya via jalur ilegal yaitu jalur ayek-ayek dan itu membuat mereka menemukan beberapa kejadian aneh dalam pendakiannya. Jalur itu sebenernya legal tapi saat itu jalur ayek-ayek sudah dututup oleh pihak TNBTS karena terlalu bahaya buat pendaki.
Sampai sekarang mungkin jalur itu masih ditutup sih.
Yang mau donasi di persilahkan
saweria.co/nyeritainhoror

Kisah horor lainnya yang tidak saya posting disini tonton di YouTube Fidi Muhammad
m.youtube.com/fidimuhammad

NB : Mohon tidak mengambil cerita ini untuk di publikasikan di platform lain tanpa seizin penulis.
Untuk menyambut libur hari raya Jimmy mempunyai inisiatif untuk mendaki ke gunung Semeru. Dia kasih pengumuman ke grup untuk mengajak temen-temennya. Jadi Jimmy ini punya grup pegiat alam, anggotanya tidak cukup banyak hanya beberapa orang saja.
Nah, temen-temen di grupnya merespon hingga akhirnya beberapa dari mereka mengatakan ingin ikut. Ada 5 orang, 6 termasuk Jimmy.
Beberapa hari setelahnya mereka berkumpul di sebuah tongkrongan untuk membahas rencana ke gunung Semeru itu sekalian buka puasa bersama. Mereka berkumpul di rumahnya Yaya salah satu temannya Jimmy yang akan ikut ke gunung Semeru.
Berkumpul lah mereka semua disitu, sama ibunya Yaya sudah disiapkan hidangan buka puasa, setelah acara buka bersama sudah selesai mereka mulai membahas rencana ke gunung Semeru.
Ngobrol kesana kemari, menentukan hari keberangkatan dan segala macem, hingga akhirnya sepakat untuk berangkat ke gunung Semeru nanti di H+1 setelah hari raya, itu semua mereka sengaja untuk mengantisipasi kondisi karena pastinya di hari itu akan banyak orang-orang yang mendaki,
secara itu libur hari raya.

Singkat cerita tibalah hari yang udah di tentukan, mereka semua berkumpul di rumahnya Jimmy untuk packing peralatan. Jadi disitu udah ada 6 orang, Jimmy, Yaya, Toni, Agus, Andika dan ada 1 cewek yaitu Citra.
Setelah sudah di packing semua mereka langsung berkendara menuju ke tempat tujuan.

Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan sampailah mereka di basecamp gunung Semeru yang letaknya berada di desa Ranu pani,
sesampai disana ternyata sudah sangat ramai pendaki seperti pasar, hingga mereka mendapat tempat parkir motor diluar karena tempat parkir di dalam sudah penuh.

“Gila, padahal udah nyempetin H+1 loh tapi tetep aja rame”. Batin Jimmy.
Setelah parkir mereka jalan ke pos perizinan, sesampai disana Jimmy meminta foto kopi ktp ke temen-temannya dan semua syarat yang sudah disiapkan tempo hari,
setelah itu dia jalan ke pos untuk minta izin dan ternyata siang itu pendaftaran sudah di tutup karena kuota pendakian hari ini sudah penuh. Menurut petugas yang berjaga setiap harinya hanya di perbolehkan 200 pendaki yang naik.
“Apes dah, terpaksa harus nunggu sampai besok dong baru bisa naik”, pikir Jimmy. “Tapi gapapa lah sekalian nyantai2 dulu di Ranupani”. Lanjutnya.
Jimmy memberitahukan itu ke teman-temannya kemudian mereka mencari tempat camp di sekitaran pos untuk menunggu besok, setelah menemukan tempat mereka mendirikan tenda dan sore harinya mereka pergi ke danau Ranu pani untuk berfoto-foto disana.
Sebuah desa yang sangat sejuk dan asri di tambah pemandangan perbukitan hijau sejauh mata memandang dan sore itu satu persatu pendaki pada berdatangan ke Ranu pani dengan tujuan yang sama.
“Ini gunung udah kayak pasar aja, padahal dulu gak se-ramai ini loh”, ucap Jimmy.
“Iya, korban film semua nih hahaha”. Jawab Yaya.
Setelah puas menikmati pemandangan danau mereka kembali ke tempat camp dan hari itu mereka sepakat untuk makan di warung saja karena perbekalan mereka hanya cukup untuk perjalanan saja.
Malam harinya mereka menikmati dinginnya Ranu pani dan keesokan harinya sekitar jam 6 pagi Jimmy dan Yaya segera pergi ke pos untuk minta izin dan ternyata pagi itu pos sudah di penuhi para pendaki yang juga akan izin,
terlihat antrian sangat panjang dan mau tidak mau Jimmy juga harus antri juga.

Setelah 1 jam mengantri tiba-tiba Jimmy mendenger dari mulut ke mulut kalau kuota hari ini sudah penuh dan harus nunggu besok lagi.
Plakkk!! Dia tempol keningnya, “Wah, parah nih masa iya harus nunggu besok lagi?”.
“Trus gimana nih Jim?”, tanya Yaya.
“Tau lah, kita ke tenda dulu”. Jawab Jimmy.
Mereka berdua kembali ke tenda dan memberitahukan hal itu pada yang lain. Teman-teman yang lain sudah pasang raut wajah lemas,
“Ini beneran kita harus nunggu sampai besok lagi?”, tanya Agus.
“Ya gimana lagi Gus, ini aja pendaki masih banyak gini yang belum naik bisa-bisa besok gak dapet kuota lagi kita”, jawab Jimmy.

Mereka sama-sama berfikir untuk mencari solusi, lalu Toni memberi usul,
“Puter aja gimana? Ke Arjuno apa kemana gitu, daripada nunggu besok dan belum pasti bisa naik”.

Jimmy kurang setuju karena dia sudah sangat ambisi untuk ke Semeru, tidak lama kemudian ada 1 rombongan yang duduk di dekat tenda mereka,
“Bang, udah dapat formulir belum?”, tanya pendaki itu.
“Belum mas, kita udah dari kemarin nungguin”, jawab Jimmy.
“Waduh, ini aja yang dari kemarin masih gak bisa naik apalagi kita yang baru dateng”, lanjut pendaki itu.
“Ya gitu lah mas, kalian dari mana?”, tanya Jimmy.
“Kita dari Bandung, bawa 15 orang”. Jawab pendaki itu.
Jimmy masih berfikir untuk mempertimbangkan usul Toni tadi, lalu temen dari pendaki Bandung itu datang dan mengajak rombongannya untuk putar ke B29 saja. B29 adalah sebuat tempat wisata yang terkenal dengan sebutan kampung di atas awan, jaraknya tidak jauh dari Ranu pani.
“Yaudah ya bang, kita balik dulu yang lain ngajakin ke B29”, ucap pendaki itu kemudian pergi.
Jimmy masih mencari cara agar tetap bisa naik ke Semeru, dia bertanya-tanya ke pendaki di sekitar situ siapa tahu ada yang bisa bawa dia naik. Maksudnya Jimmy, kalau ada dia ingin ikut gabung dengan rombongan orang yang sudah dapat izin, tapi hasilnya nihil.
Ketika sedang bingung mencari solusi tiba-tiba muncul dalam pikirannya untuk mendaki tanpa izin, kata lain ilegal. Lagi pula izin hanya untuk sayarat saja kan? Pikirnya.
Dia memperhatikan orang-orang yang akan naik dan ternyata di gerbang masuk hutan sudah di jaga oleh petugas dan setiap pendaki yang akan naik di minta menunjukan surat izin dari pos. Dari sinilah Jimmy mengambil jalan pintas.
“Gunung ini kan ada 2 jalur, kalo lewat sini gak boleh mungkin bisa lewat jalur satunya”. Pikirnya.

Dulu dia memang pernah mendaki kesini melalui jalur itu yaitu jalur Ayek-ayek tapi sekarang jalurnya sudah di tutup dan tidak boleh di lewati untuk mendaki.
Dia cek jalur Ayek-ayek dan ternyata jalur itu tidak ada yang jaga.

“Lah ini kan aman, kenapa gak lewat sini aja, toh ntar juga ketemunya di ranu kumbolo?”, pikirnya.
Karena sudah sangat berambisi ingin naik dia kembali ke tenda dan mengajak temen-temennya untuk naik melalui jalur itu diam-diam.
“Jim, serius mau lewat ayek-ayek, apa gak resiko?”, tanya Yaya.
“Enggak tenang aja, aku udah pernah lewat situ dulu”, jawab Jimmy dengan Yakin.
“Tapi kan sekarang jalurnya gak boleh dipake?”, lanjut Yaya.
“Mangkanya itu kita diem-diem. Udahlah percaya aja sama aku, yang penting kita bisa naik”. Jawab Jimmy mempertegas.

Mereka semua percaya dengan Jimmy dan sepakat untuk naik via jalur itu, tenda mereka kemas kemudian satu persatu dari mereka berjalan ke jalur tersebut.
Mereka sengaja diam-diam agar tidak ketahuan oleh petugas karena bisa di bilang mereka ini melalui jalur ilegal.
Setelah cukup jauh masuk ke jalur itu mereka berjalan seperti biasa sambil ngobrol ngalor ngidul dan Jimmy memberi tahu ke mereka kalau jalur ini bisa lebih cepat sampai di Ranu kumbolo, tapi cukup terjal untuk di lalui, mungkin karena itu jalurnya sekarang tidak boleh di lewati.
Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan mereka istirahat kemudian Yaya tanya ke Jimmy,

“Jim, kamu yakin ini kita gapapa?”,
“Gapapa santai aja, aku pernah lewat sini dulu”. Jawab Jimmyu meyakikan.
Sepertinya Yaya sudah merasa ragu tapi okelah, mereka percaya saja sama Jimmy, setelah cukup istirahat mereka lanjut berjalan lagi.
Beberapa meter meninggalkan tempat istirahatnya tadi mereka menjumpai sebuah bangunan kayu, kalau dilihat-lihat sepertinya itu adalah warung. Mereka jalan menuju ke bangunan itu dan ternyata benar itu memang warung, penjalnya adalah yang sudah cukup berumur.
Ini sangat kebetulan, mereka mampir untuk membeli makanan. Jadi disitu ada banyak makanan, ada gorengan, cemilan, minuman dan segala macem.

Sambil makan-makan gorengan Jimmy tanya ke penjualnya,
“Kek, jualan disini udah lama ya?”,
“Baru, baru beberapa bulan kemarin”. Jawab si penjual.

Jimmy berfikir, “kalau kakek ini bisa jualan disini berarti yang ndaki lewat sini pastinya bukan dari kita doang dong?
Karena gak mungkin banget kakek ini jualan disini kalau gak ada yang naik lewat sini”.

Jimmy merasa lega saja, setelah selesai makan mereka membayar dan ketika membayar itu Yaya tanya sama penjualnya,
“Kek, kalau ke Ranu kumbolo masih jauh ya?”
“Jauh, kalian kenapa bisa lewat sini?”, jawab si kakek sambil melihat ke arah mereka satu persatu.
“Jalur utama penuh kek, kita gak dapet kuota sejak kemarin”, jawab Yaya.

Lalu kakek itu tiba-tiba berucap,
“Lebih baik kalian balik aja jangan lewat sini, soalnya jalurnya bahaya”.
“Iya kek saya tau kok, dulu pernah lewat sini”. Timpa Jimmy.

Kakek itu terus melihat mereka dengan tatapan yang aneh, seperti meng-isyaratkan sesuatu.
Setelah membayar mereka pamit sama kakek itu dan melanjutkan perjalanan.

Beberapa meter meninggalkan warung Yaya tanya Jimmy,

“Jim, kamu ngerasa ada yang aneh gak sih sama warung tadi?”
“Aneh kenapa, biasa aja, mungkin kakek itu orang sini sendiri?”, jawab Jimmy.
“Bukan itu, katanya jalur ini udah lama ditutup tapi ngapain kakek itu jualan disini, emangnya siapa yang mau beli?”, lanjut Yaya.
“Ya terserah dia dong, buktinya tadi ada kita yang beli. Udah kalian jangan mikir aneh2 nyampek2 di ranu kumbolo”. Jawab Jimmy.
Yaya sudah mulai merasa ada yang tidak beres tapi dia berusaha tenang dan percaya sama saja Jimmy. Mereka terus berjalan dan semakin lama jalurnya semakin menanjak ekstrim menuju ke atas gunung Ayek-ayek.
Di tengah perjalanan melewati jalur yang ekstrim ini beberapa kali mereka berhenti karena capek dan ketika berhenti untuk yang kesekian kali tiba-tiba kabut turun dan semakin lama semakin tebal.
“Waduh Jim, jangan-jangan mau hujan nih?”, ucap Yaya.
“Gpp, siapin aja jas hujan kalo beneran hujan tinggal pake aja”. Pinta Jimmy.
Setelah cukup istirahat mereka jalan lagi dan kali ini jalurnya sangat berkabut, jarak pandang hanya sekitar 5 meter.
Dari depan Jimmy Jimmy memberi arahan agar jalannya tidak jauh-jauh agar tidak terpencar, tidak berselang lama dari barisan tengah tiba-tiba Citra jatuh dan hampir saja dia terperosok kebawah.
Mereka segera menolong Citra dan saat itu kakinya Citra terkilir. Mereka semua berhenti lagi untuk memperi pertolongan pada Citra,

“Cit, kamu gpp kan, masih bisa jalan?”, tanya Jimmy.
“Sakit banget Jim, masih jauh ya nyampe Ranu kumbolo?”, jawab Citra sambil megangin pergelangan kakinya.
“Ya lumayan sih, yang jelas gak sampe sore kita udah sampe sana”. Jelas Jimmy.
“Yaudah ayo lanjut jalan biar cepet sampe ranu kumbolo dan istirahat”. Ajak Citra.
Mereka berjalan pelan sambil mengimbangi langkahnya Citra yang masih sakit, tapi sudah cukup jauh berjalan mereka tidak juga sampai di atas gunung Ayek2 ini. Jadi jalurnya ini terasa sangat panjang padahal dulu seingat Jimmy jalurnya tidak sepanjang ini.
Mereka berhenti lagi dan suasana masih berkabut tapi tidak setebal tadi. Terlihat waktu sudah menunjukan jam 2 siang, karena tidak kunjung sampai Yaya bertanya ke Jimmy,

“Jim, masih lama ya?”,
“Enggak bentar lagi sampai diatas ayek2”. Jawab Jimmy meyakinkan.
Sebenarnya disini Jimmy sudah mulai merasa cemas karena tidak juga sampai tapi, dia bersikap tenang agar yang lain tidak panik.
Sambil menikmati istirahat Jimmy memperhatikan Citra dan ada yang berbeda dengannya, sepertinya dia sangat cemas dan sering celingukan memperhatikan keadaan sekitar seperti sedang mencari sesuatu.

Mengetahui itu Jimmy coba mengalihkan perhatian Citra,
“Cit, kakimu gimana, masih sakit?”,
“Masih Jim, tapi masih bisa ditahan kok”. Jawab Citra.

Karena sudah tidak capek mereka lanjut jalan lagi dan setelah beberapa menit berjalan tiba-tiba Citra nyeletuk,

“Eh, kita balik aja yuk aku takut”. Ucapnya dengan panik.
“Lah, kok balik sih, ini udah mau nyampe lo”, jawab Jimmy.
“Tapi aku Jim, aku punya feeling gak enak”. Jelas Citra.
“Udah lah Cit tenang aja, jangan mikir yang enggak2”. Ucap Jimmy meyakinkan.
Mereka terus berjalan dan Citra menurut sama Jimmy. Setelah cukup lama berjalan akhirnya mereka sampai di atas gunung Ayek-ayek, disini Jimmy merasa sangat lega karena setidaknya mereka sudah berhasil melewati jalur yang ekstrim tadi.
Terlihat waktu sudah menunjukan jam 4 sore dan di atas gunung Ayek-ayek itu kabut yang menutupi jalan sudah mulai hilang tapi hanya di puncak Ayek-ayek saja, sabana yang harusnya terlihat dari situ tertutup tertutup oleh kabut yang sangat tebal.
“Jim, katanya jalurnya lebih cepet dari jalur utama, ini sih lebih lama 2 kali lipat”. Tanya Yaya sedikit kesal.
“Sebenernya deket Ya, cuma kita tadi jalannya pelan karena kabut”. Jawab Jimmy.
“Ya tetep aja Jim, ini udah jam berapa kita baru sampe sini”. Lanjut Yaya.
“Udahlah gpp yang penting sampek”. Jawab Jimmy.

Di situ mereka istirahat dan melihat kondisi di bawah sangat kabut dan tidak memungkinkan Jimmy memberi usul,
“Ini enaknya gimana, kalau lanjut sekarang jalurnya ketutup kabut, pastinya gak keliatan kayak tadi”,
“Emangnya habis ini kita jalan kemana?”, tanya Yaya.
“Itu kesana, sebenarnya itu sabana tapi ga keliatan”, jawab Jimmy.
Mereka mengeluarkan alat masak dan akan membuat makanan sekalian menunggu sampai kabutnya benar-benar hilang baru setelah itu lanjut jalan lagi, sambil masak Jimmy memperhatikan Citra dan dia masih seperti tadi, terlihat gelisah dan memperhatikan sekitar.
Karena tidak ingin terjadi sesuatu Jimmy tanya ke Citra,

“Cit, nyari apaan?”,
“Dari tadi kayak ada yang ngikutin kita lo”, jawab Citra gugup.
“Ngikutin? Siapa?”, tanya Jimmy.
“Gak tau, mangkanya aku tadi ngajakin turun”, jelas Citra.
“Udahlah, jangan mikir aneh2, udah kamu tenang aja”. Jawab Jimmy meyakinkan.

Sebenarnya Jimmy sendiri juga merasa ada yang janggal karena perjalanan mereka ini terasa sangat lama tapi dia tidak mengatakan itu ke yang lain.
Sampai kira-kira jam 5 sore kabut masih menutupi sabana dan membuat mereka sepakat untuk bermalam di gunung Ayek-ayek saja. Sore itu mereka mendirikan tenda dan lanjut menikmati pemandangan dari atas gunung Ayek-ayek.
Malam harinya mereka nongrong diluar tenda sambil membuat perapian kemudian Citra minta tolong sama Toni untuk mengantarkannya buang air kecil.

Pergilah mereka berdua mencari tempat buang air kecil dan tidak lama kemudian tiba-tiba Toni teriak,
“Tolong, Jimmy... Yaya cepet sini, Citra pingsan”.

Degg!! Mereka semua kaget dan segera lari kearah Toni, dan benar Citra dalam keadaan pingsan. Mereka segera mengangkat Citra kembali ke tenda dan berusaha membuat Citra sadar.
Malam itu semuanya panik dan beberapa saat kemudian akhirnya Citra bisa sadar dengan sendirinya dan setelah sadar dia langsung nutupin mukanya. Dia ketakutan hebat, tubuhnya gemetar dan menangis.
“Citra, tenang Cit, kenapa? Ada apa?”. Tanya Jimmy, tapi Citra masih terus menangis dan merengek minta balik turun.
“Aku gak mau disini, kita harus turun sekarang juga”. Ucap Citra dengan ketakutan.

Semua heran, kenapa tiba-tiba Citra jadi seperti itu?
Jimmy berusaha membuat Citra tenang tapi tetap saja dia merengek minta turun sekarang juga.

Pelan-pelan Jimmy terus nenangin Citra, di beri air minum dan segala macem hingga akhirnya Citra sudah sedikit tenang.

“Cit, kenapa? Ada apa?”. Tanya Jimmy.
Citra mulai merespon dan mengatakan ke teman-temannya apa yang sudah terjadi pada dirinya hingga membuatnya ingin turun sekarang juga.
“Kakek, kakek tadi kemana?”, ucap Citra.
“Kakek? Kakek siapa Cit?”, tanya Jimmy.
“Itu kakek yang tadi ada disini?”, lanjut Citra.
“Cit, disini gak ada kakek, dari tadi cuma kita berenam”, jelas Jimmy.
“Ada, kakek yang jualan di warung tadi”, lanjut Citra.
“Memangnya kamu ngeliat kakek itu dimana?”, tanya Jimmy.
“Disini sama kita tadi”. Jelas Citra sambil melihat ke depan tenda.
Mendengar Citra tiba-tiba bicara seperti itu mereka semua merinding dan langsung celingukan mencari kakek yang di bilang Citra, tapi disini tidak ada siapapun selain mereka berenam.

“Cit, kamu apa-apaan sih, jangan bikin kita takut”, ucap Yaya.
Citra menjelaskan, setelah selesai pipis tadi dia di kagetkan sosok wanita yang rambutnya sangat panjang tepat di atas pohon tempat dia pipis, saking takutnya dia sampai pingsan dibuatnya.
Tidak lama kemudian dia bangun dan melihat dirinya sedang berbaring di kerubungi temen-temennya.

Dalam keadaan bangun itu dia melihat di sekelilingnya ini ada beberapa pendaki lain yang wajahnya pucat semua, seperti mayat.
Kemudian dari arah jalur turun ada si kakek yang dateng sambil membawa joran pacing yang terbuat dari bambu dan jorannya itu sangat panjang. Kakek itu sempat bilang ke Citra,
kalau ada yang menawati atau mengajaknya dengan alasan apapun jangan mau, biarkan saja dan jangan di hiraukan.
Mereka terdiam mendengar cerita dari Citra dan sebenernya dari awal Citra sudah merasa ada yang aneh dengan perjalanan ini terlebih ketika dia mampir di warung tadi, tapi dia percaya saja sama Jimmy karena menurut Jimmy semua akan baik-baik saja.
Suasana menjadi sangat sunyi setelah Citra mengatakan itu semua, mereka melihat kearah pohon tempat Citra pipis tadi. Mungkin ketika pingsan tadi sukmanya Citra sempat keluar sampai dia bisa melihat yang aneh-aneh itu.
“Ya ampun Cit, kita berdoa ya semoga gak terjadi sesuatu sama kita”, ucap Yaya.
“Kita balik turun aja yuk, aku takut banget kalau inget kejadian tadi”. jawab Citra.
“Jangan gila Cit, ini udah jam berapa mau turun, lagian dibawah kabutnya masih tebel”, sahut Jimmy.
“Yaudah kalo gitu besok kita balik turun, pendakian ini gak usah dilanjutin”. Jawab Citra.
“Iya Jim, mending kita balik turun aja, kasihan Citra, kakinya juga masih belum sembuh total, gak mungkin dia bisa naik ke mahameru”. Sahut Toni.
Jimmy tetep bersikukuh ingin lanjut dan tidak setuju kalau kembali turun, disini mereka sempat adu mulut dan hampir saja Jimmy ini berantem sama Toni, sampai-sampai Jimmy mempersilahkan mereka untuk turun dan dia tetap lanjut sendiri.
“Kalian ini pada kenapa sih, kita udah jauh-jauh sampai kesini lo, masa iya balik turun?”, ucap Jimmy.

Yaya coba menenangkan mereka,
“Bukannya gitu Jim, kita kan berangkat bareng-bareng gak enak dong kalo kita turunnya pisah, kita cuma khawatir sama keadaan Citra, dia kan kakinya masih belum sembuh betul ntar kalo dipaksain malah dianya kenapa2”, ucap Yaya.
Jimmy masih bersikukuh dengan keinginannya tapi disisi lain dia juga kasihan dengan keadaan Citra, akhirnya dia mau mengalah tapi lihat besok dulu saja, kalo besok kakinya Citra masih belum membaik dia putuskan untuk kembali turun dan dia memberi usul,
kalaupun besok kembali turun dia minta agar lanjut dulu ke Ranu kumbolo karena jarak dari sini sudah dekat dengan Ranu kumolo dan mereka bisa turun melalui jalur utama sedangkan kalau turun melalui jalur yang tadi itu terlalu bahaya.
Okelah, mereka semua setuju dengan usul Jimmy. Malam itu mereka masuk kedalam tenda dan tidur. Sebelum tidur Jimmy sempat berfikir, “Apa ini akibat melakukan pendakian Ilegal ya?”
Dan kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya tadi mereka ini sudah di peringatkan oleh kakek penjaga warung tapi mereka tidak mendengarkan dan bisa jadi warung itu bukan beneran warung,
karena logikanya untuk apa kakek itu berjualan di jalur ini kalau jalur ini tidak boleh di lewati pendaki? Lebih baik berjualan di jalur utama saja.
Setelah mengingat semua itu Jimmy mulai sadar kalau yang di lakukan ini adalah salah besar dan dia benar-benar sudah berniat tidak melanjutkan pendakian ini.
Keesokan harinya mereka semua bangun dan terlihat sabana sudah tidak tertutup kabut, mereka segera berkemas dan melanjutkan niatnya untuk ke Ranu kumbolo.
Setelah berjalan menuruni gunung Ayek-ayek mereka berjalan melewati sabana yang sangat luas dan pemandangannya benar-benar keren, lebih keren dari sabana yang ada di Oro-oro ombo.
Singkat cerita sampailah mereka di Ranu kumbolo sekitar jam 9 pagi, disana mereka istirahat dulu sambil menikmati pemandangan danau yang berwarna hijau kebiru-biruan. Mereka menghabiskan semua perbekalannya di Ranu kumbolo,
sekitar jam 11 siang mereka kembali turun melewati jalur utama dan kalaupun nanti di minta keterangan izin mereka sudah pasrah dan siap mengakui kesalahannya.
Di perjalanan turun Citra berjalan sedikit pincang karena kakinya masih terasa sakit terlebih kalau di pakai untuk jalan menurun dan mereka sangat beruntunng,
sesampai di pos tidak ada petugas yang memeriksa dan kondisi di pos pendakian masih sangat ramai oleh pendaki yang belum mendapat kuota pendakian.

Di pos mereka istirahat sebentar dan tepat jam 2 siang mereka mengambil motor di parkiran kemudian berkendara pulang dengan selamat.
Dari sini kita bisa ambil pelajaran bahwasanya pendakian ilegal itu sangat tidak disarankan meskipun kita sudah mengenal betul gunungnya. Jalur gunung semeru via Ayek-ayek ini memang terbilang lebih cepat untuk mencapai Ranu kumbolo
Jalur ini pada mulanya dilalui hanya untuk para porter. Mereka adalah penduduk lokal yang mengenali betul tentang seluk beluk jalur tersebut.

Jika pendaki melewati Watu Rejeng waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 5 sampai 6 jam.
Tetapi saat melewati Ayek-ayek, cukup 3 setengah jam saja sudah sampai di Ranu Kumbolo.

Alasan di tutupnya jalur Ayek-ayek adalah karena jalurnya terbilang ekstrim dan sangat berbahaya untuk di lalui. Selain itu,
jalur ini dikenal sebagai habitat dan lintas hewan liar karnivora, seperti macam kumbang. Karena tracking yang tersedia dijalur ayek ayek sangatlah terjal dan berbahaya,
pihak pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tidak menganjurkan pendaki melewati jalur tersebut, bahkan melarangnya.

Selesai.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with FIDI MUHAMMAD

FIDI MUHAMMAD Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @fidimuhammad_

Aug 16
Pada kesempatan kali ini gw ada cerita mistis dari seorang santri, sebut saja dia adalah Soliqudin.
Jadi waktu Soliq ini mondok di pesantren yang ada di daerah Jombang Jawa Timur dan selama tinggal di pondok itu dia ini kenal sama orang yang menurutnya dia ini baik banget tapi aneh, hingga akhirnya temannya itu minta pada Soliqudin untuk menyampaikan sesuatu ke Romo kyai.
Read 87 tweets
Jul 8
Kisah ini dialami oleh 4 orang, 2 cowok dan 2 cewek. Sebut saja mereka adalah Nino, Dimas, Felly dan Yuni.

Kisah horor ini mereka alami ketika melakukan perjalanan pulang dari Jakarta menuju ke Semarang.
Dimana waktu itu mereka berempat ini disesatkan google maps ke sebuah hutan. Dan parahnya lagi didalam hutan itu mobil yang mereka kemudikan ini mogok pas tengah malem pula.
Read 152 tweets
Apr 7
Kisah ini dialami Dharma ketika dia sedang mendaki ke gunung Lawu bersama saudara kandungnya.

Gak tau ini adalah sukma yang lepas dari tubuh atau mati suri, yang jelas itu terasa sangat nyata.
Sebelum mulai ke cerita saya ucapkan terima kasih bagi yang sudah follow akun ini.
Read 95 tweets
Apr 5
Waktu itu, kami berenam berniat pergi ke kota Batu, Malang untuk mengisi waktu libur akhir pekan setelah beberapa hari sebelumnya di sibukan oleh pekerjaan, disana kami menyewa sebuah vila yang terletak di kaki gunung Arjuno,
tapi vila yang kami tempati itu ternyata dihuni oleh makhluk lain yang menyerupai salah satu teman kami.
Read 141 tweets
Mar 27
UNTUK DI TOLONG, KALAU TIDAK MEREKA GAK PULANG!

A #Thread By @fidimuhammad_

Tag :
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht
#bacahoror #bacahoror #threadhorror Image
Ini adalah sebuah kisah kiriman dari Aldo, disini dia berbagi pengalamannya ketika mendaki ke gunung Lawu bersama 3 temannya dan ternyata selama pendakian itu tanpa disadari mereka ini sudah melintasi jalur gaib dan hampir tidak bisa pulang.
Cerita ini sudah pernah publik dalam bentuk video di YouTube

Read 119 tweets
Mar 16
Ini adalah kisah yang dialami oleh seseorang. Sebut saja dia Hani.
Sebelum mulai ke cerita jangan lupa follow agar tidak ketinggalan ceita-cerita lainnya.
Read 130 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(