FIDI MUHAMMAD Profile picture
Oct 9, 2022 124 tweets 18 min read Read on X
Pada kesempatan kali ini gw mau nyeritain pengalaman mistis dari gunung Lawu. Jadi beberapa hari yang lalu gw di ceritain sama orang kalau dia ini pernah melakukan perjalanan spiritual ke gunung Lawu dengan tujuan menjalankan amanah dari leluhur.
Disitu dia cerita banyak dan menurut gw ini cerita epic banget buat di ceritain. Beliau mengizinkan kisahnya ini buat diceritain dengan tujuan buat pengetahuan aja, tapi dengan syarat identitas dan latar belakangnya di samarkan karena itu privasi.
Jadi buat kalian yang mungkin tau tentang beliau dan tempat-tempat yang ada di cerita simpan aja ya buat sendiri.

Kisah horor lainnya yang tidak saya posting disini tonton di YouTube Fidi Muhammad
m.youtube.com/fidimuhammad

Yang mau donasi di persilahkan
saweria.co/nyeritainhoror
NB : Mohon tidak mengambil cerita ini untuk di publikasikan di platform lain tanpa seizin penulis.
Sudah beberapa minggu terakhir Restu selalu di bayang-bayangi sosok pria bertubuh kekar dan berpakaian kerajaan. Sosok pria itu seringkali muncul di dalam tidurnya bahkan ketika dia sedang melakukan wirid di malam hari pun bayangan pria itu sesekali muncul.
Restu tidak tahu siapa sosok pria itu dan dia tidak menanggapi terlalu serius, mungkin bisa jadi pria itu adalah leluhurnya.

Waktu itu dia berusia 29 tahun dan sudah di karuniai 1 anak laki-laki dan syukurlah dengan berdagang dia bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
Sosok pria itu terus menerus muncul dalam ingatan Restu hingga pada suatu ketika sosok itu kembali datang menemui Restu dalam mimpi.
Saat itu Restu sedang melakukan kegiatan rutinan di situs makam yang ada di daerahnya, setelah acara selesai dia duduk-duduk bersama teman-temannya
dan di situ mereka terlibat obrolan yang cukup panjang membahas tentang sejarah dan adat budaya kerajaan hingga tidak terasa hari sudah tengah malam.

Kegiatan seperti itu sudah biasa dia lakukan karena memang Restu adalah orang yang masih memegang teguh adat dan budaya.
Karena sudah tengah malam dia memilih untuk menginap di situs makam tersebut untuk menunggu subuh, disitu dia bersama beberapa teman lainnya.
Di dalam tidurnya lagi-lagi Restu di datangi sosok pria bertubuh kekar, bermahkota emas dan berpakaian khas kerajaan, atau istilahnya Mahabhusana Rajakaputran. Dengan gagah pria itu mendatangi Restu dan mengucapkan kalimat dengan bahasa jawa,
“Aku ngenteni tekamu ing gunung Lawu, ana sing arep dakpasrahake marang kowe”
(Aku tunggu kedatangannmu di gunung lawu, ada yang ingin aku titipkan padamu)

Belum sempat Restu bertanya siapa, orang itu lekas pergi. Disini Restu memikirkan perkataan pria itu,
“Apa yang di maksud orang itu? Kenapa dia menungguku di gunung Lawu?”.

Belum sempat menemukan jawaban terdengar suara Afnan membangunkan Restu dari tidurnya, seletah bangun dia lekas mengambil air wudhu
dan melaksanakan sholat subuh setelah itu dia lanjut duduk di teras depan bersama Afnan.

“Pak, aku tadi mimpi aneh banget lo”, ucap Restu memulai pembicaraan.
“Mimpi apa?”, tanya Afnan.
“Ada pria berpakaian kerajaan terus nyuruh saya ke gunung lawu”, jawab Restu.
“Pak” adalah panggilan mereka sehari-hari.

Afnan sedikit terkejut lalu dia menanyakan sosok pria yang ada dalam mimpinya Restu dengan rinci.

“Pria siapa yang kamu maksud?”,
“Kurang tau aku pak, dia berbadan gempal, pakaiannya Mahabusana Rajakaputran gitu lo”, jelas Restu.
“Apa yang disampaikan orang itu?, tanya Afnan dengan serius.
“Aku disuruh ke gunung lawu, katanya ada yang mau dititipin”, jelas Restu.
“Sebelumnya kamu pernah ketemu sama orang itu?”, tanya Afnan lagi.
“Belum pak, tapi aku sering mimpi melihat orang itu dan baru kali ini dia ngomong langsung”, jawab Restu.
“Bisa jadi itu amanah, gak ada salahnya kamu pergi kesana, tapi kalau kamu gak mau juga gpp, tapi amanah itu kalau dijalankan bisa jadi barokah”, saran Afnan.
Sempat terlintas ingin menjalankan amanah itu tapi dia tidak mau gegabah karena perjalanan ke gunung Lawu tidak dekat. Mengingat hari sudah menjelang pagi Restu dan Afnan meninggalkan situs makam tersebut untuk pulang.
Semenjak itu Restu sosok pria berpakaian kerajaan lebih sering terbayang-bayang seakan dia memberi isyarat agar Restu datang ke gunung Lawu.
Beberpa hari setelah itu Restu membicarakan hal ini pada istrinya untuk meminta pendapat, istrinya yang tidak mengerti banyak akan hal seperti itu menyarankan Restu agar minta pendapat pada Afnan karena mungkin dia lebih tau tentang hal semacam itu.
Afnan adalah teman spiritual Restu tapi dia lebih tua 3 tahun dari Restu.

Pergilah Restu ke rumah Afnan, setelah 5 menit berkendara sampailah dia disana kemudian mereka berdua duduk di ruang tamu sambil menikmati hidangan kopi hangat.
“Tumben pak sore-sore datang kerumah, apa ada hal penting?”, tanya pak Afnan memulai pembicaraan.
“Gini lo pak, perihal yang di makam malam itu aku terus dibayang-bayangi sama orangnya”, ucap Restu.
“Oalah, aku kan udah pernah bilang kalau mungkin itu amanah dari leluhur, jadi kalau kamu mau ya berangkat aja kesana kalau tidak ya gpp”, jelas pak Afnan.
“Nah itu dia pak, aku pengen kesana tapi masalahnya aku belum pernah kesana sebelumnya”, lanjut Restu.
“Tenang aja, kalau memang ada niat pasti ada petunjuk. Wiridmu jangan sampai putus dan jangan lupa minta petunjuk sama yang diatas, semua kembali ke dirimu sendiri”, ucap Afnan memberi nasehat.
“kira-kira sampeyan mau gak pak kesana sama saya?”, ajak Restu.
“Waduh, yang diminta kesana kamu bukan aku, lagian dirumah juga lagi banyak kerjaan”, jawab Afnan.

Restu semakin di buat bingung dengan keadaan ini, lalu mereka lanjut membicarkan hal lain dan menjelang maghrib Restu pamit untuk pulang,
sebelum pulang Afnan sempat berpesan pada Restu,

“Kalau kamu memang ingin tau siapa pria itu pergilah ke gunung Lawu, insya allah niat baik akan membuahkan hasil yang baik”.
Mengingat perkataan Afnan itu Restu membulatkan tekad untuk pergi ke gunung Lawu, meskipun sebelumnya dia belum pernah kesana, tapi tidak apalah sekalian dia ingin sowan pada leluhur tanah jawa yang di percaya moksa di gunung Lawu.
Sesampai di rumah dia membiracakan hal itu pada istrinya lagi, meskipun sempat mencegah akhirnya istrinya pun mendukung keinginan Restu untuk pergi ke gunung Lawu.
Malam harinya Restu bermimpi aneh lagi, tiba-tiba saja dia berada di sebuah tempat asing. Jadi tempatnya ini banyak bebatuan dan disitu dia berjalan menyusuri jalan yang bebatuan ini dan tidak lama kemudian sampailah dia di sebuah tempat yang cukup luas,
banyak rerumputan hijau dan udaranya sangat sejuk.

Tidak jauh dari tempat itu terlihat ada sebuah goa yang tidak begitu dalam dan juga terdapat sumber mata air, karena merasa harus Restu pergi ke sumber itu untuk meminum airnya,
setelah minum beberapa teguk air padangannya tertuju ke sebuah tempat yang disana ramai oleh orang yang sedang lalu lalang.

Restu meninggalkan sumber mata air dan berjalan menuju ke keramaian tersebut
tapi belum sampai di sana dia terbangun dan merasakan gerah di seluruh tubuhnya, nafasnya tidak beraturan dan nyeri di bagian lutut, seakan-akan dia telah melakukan berjalan yang sangat jauh.

Dia segera bangun dari tempat tidur untuk minum segelas air.
Terlihat waktu itu menunjukan pukul setengah 3 dini hari, karena sudah terlanjur bangun dia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat sunah sekalian menunggu waktu subuh.
2 hari kemudian Restu mencari informasi tentang gunung Lawu pada teman sekolahnya dulu yang kebetulan dia aktif di dunia pendakian, sebut saja dia adalah Hendra. Setelah menceritakan tentang tujuannya ke gunung Lawu itu dia mengajak Hendra untuk mengantarkan,
tapi Hendra tidak bisa karena dia takut kalau harus berurusan dengan hal mistis seperti itu.

Hendra memberi saran, kalau mau ke gunung Lawu lebih baik via Cemoro Sewu saja, selain jalurnya dominan ramai di sana juga banyak warung yang bisa digunakan untuk istirahat dan makan.
Okelah, karena memang Hendra tidak bisa mengantarkan Restu pun tidak bisa memaksa lagipula ini adalah kepentingan Restu sendiri, dia berterima kasih pada Hendra karena sudah memberikan informasi terkait pendakian gunung Lawu.
Singkat cerita, dengan segala perbekalan dia berangkat ke gunung Lawu berkendara motor. Sebelum berangkat dia sempat menemui Afnan untuk memberitahukan keberangkatannya dan juga tidak lupa berpamitan sama istrinya.
Di perjalanan tiba-tiba Restu merasa ada yang sesuatu yang janggal tapi tidak tahu apa, jadi tiba-tiba saja dia ini merasa gelisah.
Setelah berkendara kurang lebih 2 jam, sampailah dia di kabupaten Blora tepatnya di daerah Cepu. Ketika sedang enak-enaknya berkendara tidak ada angin tidak ada apa tiba-tiba dia hampir jatuh dari motor. Jadi motor yang di kendarainya tiba-tiba langsung oleng itu,
tapi untung saja dia tidak sampai terjatuh dan waktu itu juga tidak ada kendaraan lain di sekitarnya, kalau ada mungkin dia sudah di kendaraan lain.
Dia segera menepi ke pinggir jalan dan memeriksa motornya barang kali ada kerusakan dan ternyata ban belakang motornya pecah dan tidak bisa digunakan untuk jalan lagi.
Disini Restu merasa heran, karena sejak berkendara tadi dia tidak mendenger ada suara ban meletus tapi kok tiba-tiba saja ban motornya meletus? Ini aneh.
Dengan terpaksa dia mendorong motornya dan beruntungnya tidak jauh dari situ ada sebuah bengkel motor, dia minta sama montirnya untuk menambalnya tapi kata montirnya ini tidak bisa di tambal karena sudah sobek luar dalam hingga akhirnya terpaksa dia harus ganti ban baru.
“Untung aja aku bawa uang lebih, kalau enggak gak tau lagi dah”. Batinnya. Setelah ban sudah di ganti dia lanjut berkendara lagi.
Berapa kilometer berkendara dia masuk melewati hutan dan di hutan itu Restu mendapat keanehan lagi. Restu yang waktu itu sedang fokus berkendara tiba-tiba saja di depan ada mobil truk yang melaju sangat kencang mendahului mobil di depannya dan truk itu hampir saja menabrak Restu.
Melihat truk itu yang melaju sangat kenceng Restu langsung banting setir ke kiri hingga dia keluar dari jalan.

Disini Restu sempat emosi sama pengendara truk itu, “Emang gak ngeliat apa kalau disini ada motor, main nyelonong gitu aja gak pake bunyiin klakson pula”. Gumamnya.
Di lihat kebelakang truk itu masih melaju dengan kencang.

Akhirnya ya sudahlah mau sama siapa lagi? Dia lanjut berkendara lagi dan beberapa meter kemudian dari belakang ada mobil sedan yang melaju sangat kencang mendahului Restu dan mobil hampir menabraknya dari belakang.
Menyadari mobil itu Restu banting setir lagi ke kiri jalan higga dia ini hampir jatuh karena rem mendadak.

“Ini mobil pada ngapain sih kok gini semua, apa emang disini pengendaranya pada ngawur gini ya?”. Gumamnya dengan kesal.
Dia menganggap seperti itu karena mungkin ini di dalam hutan jadi pengendara lain mengemudinya kebut-kebutan. Dia lanjut berkendara lagi tapi kali ini dengan sangat pelan dan sangat berhati-hati takutnya ada kendaraan yang seperti tadi.
Setelah beberapa meter berkendara kejadian yang sama terulang lagi. Ini sudah yang ketiga kalinya dan kali ini semakin parah.
Di depan ada truk kontainer yang melaju cukup kencang. Nah, truk semacam kontainer itu kan biasanya kalau di jalan raya selalu ambil lajur tengah kalau sekiranya tidak ada pengendara lain di depannya.
Kontainer itu melaju melaju di tengah-tengah jalan dan ketika bersimpangan dengan Restu truk itu tiba-tiba nyeledot ke arah Restu seakan-akan kontainer itu sengaja mau menabrak Restu.
Beberapa kali Restu sudah membuyikan klakson tapi sepertinya pengemudi kontainer itu tidak mendenger atau mungkin tidak tahu.

Banting setir lagi ke tepi jalan dan kali ini dia berhenti dulu untuk berfikir.
“Kok aku dibuat kayak gini ya?”. Batinnya. Jadi seakan-akan ada yang ingin mencelakakan Restu dalam perjalanan ini.

(Yang di alami Restu nanti akan terungkap setelah Restu pulang dari gunung Lawu)
Lanjut berkendara lagi dengan super hati-hati dan waspada sama semua kendaraan yang melintas di jalan itu, sambil berkendara dia merasa gelisah dan bimbang antara lanjut atau tidak.
Beberapa meter kemudian terlihat di depan ada beberapa rumah warga yang menandakan dia sudah keluar dari hutan tadi.
Tidak lama kemudian terlihat ada sebuah mushola di sebelah kanan jalan dan dia memutuskan untuk mampir dulu di mushola itu untuk menenangkan pikiran sekaligus menunggu waktu dhuhur.
Di situ dia melakukan sholat sunah sampai tiba waktu dhuhur dan di lanjut sholat berjamaah dengan warga, setelah sholat dia ini memohon petunjuk, kalaupun mengharuskan untuk melanjutkan perjalanan dia mohon perlindungan pada yang maha kuasa.
Setelah berdoa itu pikirannya sudah sedikit tenang dan memutuskan untuk melanjutkan niatnya ke gunung Lawu.

Dia mengendarai motornya lagi dan kali ini keadaannya sudah jauh berbeda, kendaraan melintas tertib tidak seperti di hutan tadi.
Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan sampailah dia di pos pendakian gunung Lawu via Cemoro Sewu, sesamapai disana dia menitipkan motornya di tempat parkir kemudian lanjut menuju ke pos pendakian untuk meminta ijin pada petugas.
Restu mengatakan kalau niatnya mendaki ini untuk sowan dan petugas pun memberikan izin mendaki hari ini juga.

Setelah mendapat izin dia pergi ke warung untuk mengisi perut.
Sambil menunggu makanan yang dia pesan dia memperhatikan keadaan luar warung yang tampak cukup banyak pendaki gunung, terlihat juga ada beberapa orang yang berpakaian lain pendaki, mungkin mereka adalah pendaki spiritual dengan tujuan yang sama dengan Restu.
Tidak lama kemudian nasi sudah di hidangkan dan dia makan dengan lahap, setelah sepiring nasi sudah di habiskan dia ambil sebatang rokok kemudian dia segera memulai perjalanan dengan tujuan ke Hargo Dalem.
(Hargo dalem adalah puncak kedua letaknya tidak jauh dari puncak Hargo Dumilah yang merupakan puncak tertinggi gunung Lawu)
Perjalanan di mulai sekitar jam 3 sore masuk kedalam hutan. Sambil berjalan dia menikmati udara sejuk tempat ini yang itu tidak pernah dia rasakan di kampungnya dan saat itu dia membawa tas carier yang dia pinjam dari Hendra.
Selangkah demi selangkah dia berjalan dan ada yang aneh dengan perjalanannya ini. Di sepanjang perjalanan itu terasa sangat ringan tanpa capek sama sekali padahal kondisi jalurnya itu dominan menanjak dan bebatuan, suasananya sejuk dan dingin.
Restu tidak berfikir ke hal yang mistis dulu, ya mungkin saja dia masih belum capek karena baru saja dia mulai perjalanan.
Singkat cerita sampailah di pos 2, disitu terlihat ada beberapa pendaki yang sedang istirahat. Dia berhenti dulu untuk menunaikan sholat ashar, setelah selesai sholat dia lanjut jalan lagi.
Lanjut berjalan... dan perjalanan ini memang bener-benar aneh, selama perjalanan itu Restu sama sekali tidak merasa lelah bahkan mengeluarkan kerigetan pun tidak apalagi haus, seakan-akan jalan yang di lewatinya itu terasa datar padahal waktu itu jalannya menanjak dan bebatuan.
(kalian yang pernah mendaki ke gunung Lawu via Cemoro Sewu pasti tau kan jalurnya seperti apa)

Hingga sering kali dia berjalan mendahului pendaki yang tampak kelelahan di jalur.
Terus berjalan, pos demi pos di lewati hingga tidak terasa sampailah Restu di area yang di namakan Sendang derajat dan dia sampai di situ tepat masuk waktu maghrib. Jadi waktu yang di butuhkan Restu dari pos sampai di Sendang derajat ini hanya kurang lebih 3 jam.
Ini benar-benar tidak logis, dalam kurun waktu sekitar 3 jam jam dia bisa sampai di Sendang derajat, padahal rata-rata waktu yang di butuhkan pendaki adalah 4-6 jam, menurut Hendra ketika pinjam tas kemarin.
Kenapa bisa secepat itu? Karena selama perjalanan dia tidak ada berhenti sama sekali dan tidak ada rasa capek. Entah karena memang fisiknya kuat atau bagaimana, tapi yang jelas dia tidak ada pengalaman mendaki sebelumnya.
Sendang derajat adalah sebuah tempat peristirahatan pendaki yang di situ terdapat sumber mata air dan tempat suci untuk mengirimkan doa pada leluhur, terdapat juga sebuah goa yang tidak terlalu dalam.
Di sendang derajat itu terlihat ada sebuah warung dan Restu mampir dulu untuk menunaikan sholat sekalian ngopi. Dia bertanya pada pemilik warung,
“Bu, kalau mau ziarah dimana ya tempatnya?”,
“Oh itu mas, ikuti jalan ini aja udah deket kok, masnya bisa istirahat aja disini”, jawab pemilik warung.
“Oh iya bu makasih”, lanjut Restu.
Restu berniat istirahat disini dan ziarah ke petilasan Prabu Brawijaya nanti malam saja lalu dia meletakan tasnya di atas terpal yang memang sudah di sediakan untuk pendaki untuk istirahat.
Sehabis isya’ dia berjalan menuju ke petilasan tersebut dan disana dia duduk bersila untuk mengirim doa kepada sang prabu dan juga mengirimkan doa pada para leluhur tanah jawa yang di percaya moksa di gunung Lawu ini.
Setelah selesai dengan semua itu dia kembali lagi ke warung tempat tadi istirahat, disitu dia memesan kopi lagi dan menghabiskan sebatang rokok kemudian tidur.

Ketika terlelap tidur, entah ini mimpi atau bagaimana yang jelas itu terasa sangat nyata.
Di tempat itu dia di datangi sama sosok pria tua berjubah putih dan memintanya untuk masuk kedalam goa yang letaknya tidak jauh dari warung dan sendang.

“Le awakmu wes di enteni”. Ucap pria tua berjuba putih.
(Nak, kamu sudah di tunggu)
Masuklah dia ke goa itu, di dalam terlihat ada seseorang yang sedang duduk tegap bersila dan samar-samar terlihat pria itu mengenakan pakaian khas kerajaan (Mahabusana Rajakaputran) persis dengan kejadian yang ada dalam mimpi Restu sebelumnya.
Restu duduk bersila di depan pria itu kemudian beliau berkata,

“Aku wes suwe ngenteni tekamu ning kene, enek sing arep dakpasrahke”.
(Aku sudah lama menunggumu disini, ada yang ingin aku titipkan)
“Ngapunten, kulu nembe saget tindak mriki”, jawab Restu.
(Maaf, saya baru bisa datang kesini)

Orang itu memberi Restu sesuatu yang di bungkus kain putih dan untuk isinya dia belum tau, kemudian pria itu lanjut berucap,
“Pendem barang iki ing sawijining panggonan sing jerone limang kilan”.
(Kubur benda ini di sebuah tempat dengan kedalaman 5 jengkal).
“Ten pundi kulo bade mendem barang niki?”, tanya Restu.
(Dimana saya akan mengubur benda ini?)
Bahasa jawa khas kerajaan, itulah yang digunakan pria itu berkomunikasi dengan Restu.

Pria itu memberitahukan sebuah tempat yang tidak bisa di sebutkan disini tapi yang jelas tempatnya itu tidak jauh dari tempat tinggal Restu dan Restu tau persis tempat itu.
“Sak marine di pendem mengko kowe bakal nemoni barang sing iso dijupuk lan iso digawe urip kanggo anak piturunmu”, lanjut pria itu berucap.
(Setelah di kubur nanti kamu akan menemukan benda yang bisa diambil dan bisa digunakan untuk kebutuhan hidup hingga anak cucumu)
Restu hanya mengangguk memahami dan mendengarkan pria itu berbicara, lalu pria itu mengucapkan kata terakhir,

“Sadurunge bali saka kene, nggawa banyu saka sumber kanggo lelungan mulih”,
(Sebelum pulang dari sini bawalah air dari sumber buat bekal perjalanan pulang)
Pria bertubuh kekar itu mengucap permisi dan perlahan menyusut hingga akhirnya hilang dari hadapan Restu.
Benda pemberian pria itu dia simpan di dalam kaosnya dan ketika dia akan berdiri untuk keluar dari goa tiba-tiba dia terbangun dan posisinya dia berada di warung yang sebelumnya dia gunakan untuk istirahat.

Kaget, “Loh mimpi toh, tapi kok rasanya kayak beneran ya?”. Batinnya.
Masih dalam posisi rebahan tiba-tiba terasa ada yang mengganjal di tengkuknya, setelah dilihat ternyata di atas ransel yang sebelumnya dia gunakan sebagai bantal terdapat bungkusan kain putih yang tidak lain adalah pemberian pria tadi.
“Wah berarti itu tadi bukan mimpi, buktinya benda ini beneran ada disini”, pikir Restu.

Dia memasukkan benda itu kedalam tas dan telihat waktu itu sudah menunjukan pukul 3 dini hari.
Setelah dimasukkan dia sudah tidak bisa tidur lagi kemudian dia pesan segelas kopi sekalian menunggu subuh. Sambil menunggu subuh itu dia berbincang-bincang dengan pendaki gunung yang juga sedang istirahat di warung itu.
Singkat cerita hari sudah pagi dan dia berencana untuk kembali turun, sebelum turun dia mengambil air di Sendang derajat 1 botol untuk dibawa pulang sesuai perkataan pria bertubuh kekar semalam.
Perjalanan turun masih terasa sama seperti naik kemarin, dia tidak merasa lelah sama sekali bahkan haus pun tidak hingga dia sampai kembali di pos pendakian sekitar jam 9 pagi.
Sesampai di pos pendakian dia makan di warung yang kemarin setelah itu dia ambil motor di tempat parkir dan berkendara pulang. Di perjalanan pulang tidak ada kendala apapun seperti kemarin hingga sampai kembali di rumah sekitar pukul 2 siang.
Sesampai dirumah istrinya bertanya pada Restu,

“Kok udah pulang mas? Gak jadi ya ke gunung Lawu?”,
“Udah dek, setelah turun aku langsung pulang. Oh iya ini ada air dari gunung Lawu”. Jawabnya sambil memberikan air yang dia bawa dari Sendang derajat.
Istirnya sempat kaget, kok secepet ke gunung Lawu?

“Tadi pagi Afnan kesini nanyain kamu mas dan aku bilang kamu belum pulang, kayaknya penting banget”, lanjut sang istri.
“Yaudah nanti aku kerumahnya Afnan”. Jawab Restu.
Restu berfikir, “Sepertinya kedatanyan Afnan itu cukup penting karena kan dia tau kalau aku ke gunung Lawu, ngapain dia malah dicariin?”.

Restu meletakan tasnya di dalam kamar dan menyimpan bungkusan kain putih itu di dalam lemari setelah itu dia istirahat.
Malam harinya ambil bungkusan kain itu dan karena penasaran dia coba melihat apa yang ada di dalam bungkusan tersebut, setelah dibuka ternyata itu adalah sebuah besi baja tua yang mirip keris,
tapi setelah diperhatikan lebih jelas lagi sepertinya ini bukan keris tapi lebih mirip ujung tombak.

Setelah isya’ dia pamit pada istrinya untuk pergi ke rumah Afnan,
dia pergi dengan membawa besi tua itu, sesampainya disana dia memberi tahu Afnan kalau dia diberi benda ini dan disuruh mengubur di sebuah tempat.

Afnan membuka bungkusan itu dan diamati dengan teliti,
“Kamu dapat benda ini dari mana pak?”, tanya Afnan.
“Ada pria bertubuh kekar yang memberikan”, jawab Restu.
“Pria yang sering muncuk dalam mimpimu?”, tanya Afnan lagi.
“Betul pak, menurut sampeyan ini benda apa ya pak?”, tanya Restu.
“Ini adalah besi yang amat tua, kemungkinan ini adalah ujung tombak”, jawab Afnan.

Yang di pikirkan Restu ternyata sama dengan apa yang dipikirkan Afnan,
lalu Restu minta tolong ke Afnan untuk menemaninya mengubur benda ini karena kalau harus menguburnya sendiri dia tidak berani takutnya nanti dilihat orang sedang melakukan kriminal dan segala macam.
Tanpa keberatan Afnan mau membantu, lalu dia bercerita bahwasanya semalam Afnan bermimpi tentang Restu.

Di dalam mimpinya itu dia sedang berkendara motor dengan Restu dan ketika sedang asyik berkendara tiba-tiba ada segumpal asap hitam yang menutupi perjalanan mereka hingga
mereka tidak bisa melihat jalan yang di laluinya. beruntungnya di dalam asap hitam itu tiba-tiba muncul cahaya terang dan membantu penglihatan mereka.
Mendengar itu spontan Restu teringat dengan kejadian yang hampir membuat dia celaka di perjalanan menuju ke gunung Lawu dan dia menceritakan tentang kejadian di hutan itu pada Afnan.
“Subhanallah, perjalananmu itu memang ada yang sengaja menghalai pak, tapi dia kalah sama niatmu. Sepulang dari lawu itu sebenarnya ada juga yang mau nyelakain tapi benda ini secara tidak langsung membuat mereka takut”. Ucap Afnan memberi kesimpulan.
Besok sore Restu dan Afnan pergi ke sebuah tempat dimana mereka akan mengubur benda itu. Sebuah tempat yang cukup jauh dari pemukiman warga yang terdapat gundukan tanah besar. Sementara Restu menggali di dekat gundukan tanah itu Afnan menunggunya dengan jarak sekitar 10 meter.
Setelah menggali tanah sedalam 5 jengkal terasa cangkulnya Restu seperti mengenai sesuatu. Restu melihatnya dan ternyata di tanah yang dia gali itu ada semacam kotak hitam yang di setiap sisinya berwarna kuning emas.
Restu membersihkannya dengan tangan dan benar itu adalah sebuah kotak dengan emas di setiap sisinya.
Restu gemetar memegang kotak itu dan dia beranggapan kalau di dalam kotak ini adalah emas atau uang tapi dia tidak berani mengambil kotak itu, lantaran kalau memang di dalam kotak ini adalah emas atau uang apa kata tetangga kalau tau tiba-tiba dia punya semua itu.
Dia meletakkan besi tua beserta bungkusnya itu di atas kotak kemudian di kubur, dia juga tidak mengatakan tentang kotak itu pada Afnan karena menurutnya itu privasi, setelah mengubur itu mereka kembali pulang dan Restu memberitahu tentang kotak itu pada istrinya.
Istrinya yang tidak tahu banyak tentang hal itu hanya mengikuti apa yang sudah menjadi keputusan Restu lagi pula tanpa semua itu juga mereka masih bisa mencukupi kebutuhan hidup, biarlah dia mencari uang dengan caranya sendiri.
Hari berganti hari hingga tiba suatu ketika Restu butuh biaya untuk anaknya masuk sekolah baru dan untuk istrinya yang akan melahirkan anak kedua lalu terlintas di pikiran tentang kotak itu, karena memang sedang butuh dana untuk semua ini dia
berniat mengambil beberapa saja isi kotak itu yang penting cukup, tidak lupa dia minta persetujuan istrinya dan istrinya menurut saja.

Dia datang ke rumah Afnan dan baru menceritakan tentang kotak itu. Menurut Afnan kotak itu pastinya sudah tidak ada karena itu sifatnya gaib.
Jadi itu hanya bisa didapatkan saat itu juga, tapi tidak ada salahnya kan kalau di coba, pikir Restu.

Pergilah dia ke tempat di mana dia mengubur bungkusan kain putih, sesampai di sana dia sudah sedikit lupa dengan titik galiannya,
tapi ada sesuatu yang membuatnya ingat yaitu di dekat gundukan tanah.

Dia menggali tanah di titik yang dia ingat tapi di situ Restu tidak menemukan apapun, karena mungkin tempatnya ini berbeda dia menggali lagi di tempat lain dan hasilnya tetap saja tidak ada,
sampai 5 kali dia menggali di tempat yang berbeda dan hasilnya nihil.

Afnan memberi tahu Restu kalau kotak itu memang sudah tidak ada, itu sifatnya gaib dan benda gaib itu letaknya bisa berpindah-pindah, berhubung waktu itu Restu tidak mengambilnya jadi benda itu sekarang sudah
berpindah ke tempat lain yang tidak tahu keberadaannya.

Restu kembali pulang dengan lemas dan menganggap mungkin ini bukan rejekinya.
Mengetahui kalau Restu sedang butuh dana Afnan meminjamkan tabungannya untuk Restu dan memintanya untuk melupakan tentang kotak itu yang terpenting Restu sudah menjalankan amanah dari gunung Lawu dengan baik.
Dan satu lagi, jika sudah ada Restu harus mengembalikan uang yang dia pinjam dari Afnan.

Selesai.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penuturan kata 🙏

Semoga selalu di beri kesehatan untuk kita semua.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with FIDI MUHAMMAD

FIDI MUHAMMAD Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @fidimuhammad_

Dec 14, 2022
Kisah ini dialami oleh seorang warga desa yang pernah di asingkan ke tengah hutan, pertanyaannya kenapa bisa dia diasingkan?
Karena orang ini menderita penyakit berbahaya yaitu budug dan penyakit itu bisa menular dengan cepat dan orang yang terkena penyakit budug kemungkinan bisa bertahan hidupnya tipis banget.
Read 103 tweets
Oct 5, 2022
Kali ini gw mau nyeritain pengalaman horor yang dialami oleh Jimmy ketika melakukan pendakian ke gunung Semeru bersama 5 orang temannya.
Jadi di pendakiannya itu mendakinya via jalur ilegal yaitu jalur ayek-ayek dan itu membuat mereka menemukan beberapa kejadian aneh dalam pendakiannya. Jalur itu sebenernya legal tapi saat itu jalur ayek-ayek sudah dututup oleh pihak TNBTS karena terlalu bahaya buat pendaki.
Read 109 tweets
Aug 16, 2022
Pada kesempatan kali ini gw ada cerita mistis dari seorang santri, sebut saja dia adalah Soliqudin.
Jadi waktu Soliq ini mondok di pesantren yang ada di daerah Jombang Jawa Timur dan selama tinggal di pondok itu dia ini kenal sama orang yang menurutnya dia ini baik banget tapi aneh, hingga akhirnya temannya itu minta pada Soliqudin untuk menyampaikan sesuatu ke Romo kyai.
Read 87 tweets
Jul 8, 2022
Kisah ini dialami oleh 4 orang, 2 cowok dan 2 cewek. Sebut saja mereka adalah Nino, Dimas, Felly dan Yuni.

Kisah horor ini mereka alami ketika melakukan perjalanan pulang dari Jakarta menuju ke Semarang.
Dimana waktu itu mereka berempat ini disesatkan google maps ke sebuah hutan. Dan parahnya lagi didalam hutan itu mobil yang mereka kemudikan ini mogok pas tengah malem pula.
Read 152 tweets
Apr 7, 2022
Kisah ini dialami Dharma ketika dia sedang mendaki ke gunung Lawu bersama saudara kandungnya.

Gak tau ini adalah sukma yang lepas dari tubuh atau mati suri, yang jelas itu terasa sangat nyata.
Sebelum mulai ke cerita saya ucapkan terima kasih bagi yang sudah follow akun ini.
Read 95 tweets
Apr 5, 2022
Waktu itu, kami berenam berniat pergi ke kota Batu, Malang untuk mengisi waktu libur akhir pekan setelah beberapa hari sebelumnya di sibukan oleh pekerjaan, disana kami menyewa sebuah vila yang terletak di kaki gunung Arjuno,
tapi vila yang kami tempati itu ternyata dihuni oleh makhluk lain yang menyerupai salah satu teman kami.
Read 141 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(