Restu Wiraatmadja Profile picture
Oct 27, 2022 86 tweets 10 min read Read on X
(KEMATIAN BAGAIKAN BERNAFAS DALAM KEHIDUPAN NAMUN TERIKAT DALAM PENDERITAAN)
PELAKUNYA ADALAH ………..
Kematian dari Mertua Bi Darsih masih menyimpan luka bagi Bi Darsih dan juga anak-anaknya. Sampai-sampai, mereka bertiga tampak lesu dan tidak bergairah untuk menjalankan aktivitas kesehariannya.
Dika yang biasanya membantu Kakeknya untuk menuju dapur ketika ingin makan, namun, untuk hari itu juga, dika hanya bisa melihat daun pintu milih sang kakek yang sudah tertutup rapat.
Begitu pula dengan Nanda. Biasanya, setelah pulang dari pekerjaan, dirinya langsung menuju kamar kakeknya untuk menyalami kedua tangan kakeknya dan mengatakan,
‘’Simbah mpun dahar opo dereng?’’
(Kakek sudah makan apa belum?)
Kini, tidak ada lagi kalimat yang bisa diucapkan oleh Nanda kecuali,
‘’Mbah, sing tenang, yo.’’
(Kek, yang tenang, ya)
Bagi mereka berdua, kematian Kakeknya sama saja seperti kematian Ayahnya sendiri. Mereka kehilangan tiang dalam keluarga. Hancur dan tidak ada lagi sandaran untuk bisa berkeluh kesah.
Walaupun Bi Darsih hadir sebagai orang tuanya, namun, kedekatan Nanda dan juga Dika tidak sebanding dengan kedekatannya terhadap Ibunya.
Mereka berdua lebih dekat dengan sang kakek di kala senang atau pun sedih. Hanya saja, kehidupan akan terus berputar. Yang sekarang hidup, bisa jadi, beberapa hari, beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun lagi, mereka akan merasakan yang namanya kematian.
Berada di sebuah desa yang memiliki trust issue yang sangat mengerikan, desa ini memang sudah beberapa kali dikenal akan serangan-serangan ghaib yang berasal dari orang-orang tertentu.
Kehadiran Kang Rusdi di desa ini, memang sangat dibutuhkan. Pasalnya, banyak warga desa yang mengalami kejadian yang mengerikan di tiap tahunnya.
Terlepas dari itu semua, ternyata, ada banyak penyebab orang melakukan pengiriman dan penyerangan hal tersebut.
Salah satunya yaitu dengan timbulnya rasa benci dan iri terhadap korban. Pelaku biasanya akan menyewa dukun atau memang orang pintar untuk menjalankan perintahnya terhadap pengiriman santet semacam itu.
Kemudian, pelaku akan diminta oleh dukun tersebut untuk membawakan sesembahan dan ritual khusus yang nantinya akan menjadi syarat utama dalam melakukan pengiriman santet yang diyakini sebagai santet kijing miring.
Santet ini sangat mengerikan. Di dalam santet ini, korban akan mengalami hal yang tidak wajar sebelum kematiannya berlangsung.
Biasanya, para korban akan mengalami kerasukan, timbul penyakit dalam yang tidak diketahui penyebabnya dan tubuh menjadi mengering seperti dihisap oleh sesuatu hingga meninggal dunia.
Seminggu setelah kematian dari Mertua Bi Darsih, rumah menjadi tampak suram. Bi Darsih yang pergi menuju warung miliknya, nanda yang bekerja di tempat pekerjaannya dan si Dika yang memang sibuk dengan aktivitas masa mudanya, menjadikan rumah menjadi sangat sepi.
Namun ternyata, semuanya belum usai. Kiriman itu masih berjalan hingga merambah ke anggota keluarga yang lainnya.
Tepatnya ketika di malam hari pada selasa kliwon. Saat itu, bi darsih sedang merasa kelelahan. Dia tidak mengetahui jika malam itu akan menjadi penyebab hal yang mengerikan dan terulang untuk kedua kalinya.
Anak pertamanya yaitu Nanda tiba-tiba berteriak histeris di kamarnya. Hal ini membuat Bi Darsih dan juga Dika panik setengah mati.
Nanda berteriak sembari menggedor-gedorkan kepalanya di pintu. Bi Darsih segera meminta kepada Dika untuk memanggil Kang Rusdi malam itu juga.
Malam yang seharusnya menjadi waktu untuk istirahat, kini berubah menjadi sebuah teror yang sangat mengerikan bagi Bi Darsih dan juga Dika.
Tepatnya pada malam itu, kang rusdi segera menangani Nanda yang sedang kerasukan.
Kang Rusdi segera membantu mengeluarkan sosok yang masuk ke dalam tubuh Nanda.
Beberapakali, nanda memberontak dan mengatakan sesuatu yang bahasanya sangat tidak dimengerti.
Dia hanya menggigit-gigit lidahnya hingga berdarah dan memukul-mukuli kepalanya dengan tangan.
Hingga akhirnya, nanda pun berhasil ditenangkan oleh Kang Rusdi. Hanya saja, banyak luka yang berada di tubuh Nanda hingga dirinya harus beristirahat dan selalu dalam jangkauan.
Kang Rusdi menyatakan, jika serangan ini di dasarkan oleh seseorang yang memang tidak menyukai Bi Darsih dan juga anggota keluarga lainnya.
Entah mungkin orang terdekat atau orang yang memang memiliki hubungan terhadap keluarga Bi Darsih, namun, kang rusdi meminta kepada Bi Darsih untuk menjaga kedua anaknya.
Kiriman tersebut masih belum usai. Pelaku berniat untuk mengincar anak-anak dari Bi Darsih untuk dijadikan korban selanjutnya.
Karena itu, pada malam itu juga, kang rusdi menanamkan potongan pring kuning dan menanam beberapa jahe ke beberapa tempat yang ada di rumah Bi Darsih.
Cara ini sangat ampuh untuk menghindari serangan-serangan seperti santet dan kiriman lainnya yang berasal dari pelaku.

Pagi harinya, nanda masih terbengong dan belum bisa mengatakan apa-apa. Pandangannya benar-benar kosong.
Hal ini membuat Bi Darsih khawatir. Ia takut, jika nanda akan mengalami hal yang sama seperti apa yang telah terjadi kepada mertua atau kakek dari Nanda yang baru saja meninggal dunia.
Bi Darsih pun akhirnya memutuskan untuk tidak berjualan terlebih dahulu. Ia kemudian meminta kepada Dika untuk menggantikannya menjaga warung.
Untungnya, dika menuruti apa yang diperintahkan oleh Bi Darsih. Dengan begitu, bi darsih bisa lebih leluasa untuk menjaga anak sulungnya itu.
Selama berada di rumah, bi darsih membereskan pekerjaan rumahnya yang belum selesai. Ia sendiri membersihkan baju-baju peninggalan mertuanya yang masih berada di dalam kamar untuk nantinya akan dibagi-bagikan ke tetangga atau warga sekitar.
Bi Darsih memasukkan barang-barang peninggalan mertuanya ke sebuah gudang. Sementara untuk pakaian dan hal lainnya, bi darsih menggabungkan menjadi satu di sebuah keranjang baju lalu ia bawa ke gudang
untuk nantinya dibagikan kepada tetangga dan warga sekitar yang memang membutuhkan dan menginginkan baju, celana ataupun sarung yang pernah dikenakan oleh almarhum selama masih hidup.
Setelah membereskan semua pekerjaan rumahnya, bi darsih menuju ke kamar anak sulungnya.
Masih sama seperti biasanya, nanda hanya terdiam. Tatapannya masih kosong. Ia juga sering menatap ke arah depan seperti ada sesuatu yang sudah berada di hadapannya.
Namun kali, ada sesuatu yang beda dan benar-benar sangat mengerikan hingga Bi Darsih sendiri merasakan sensasi merinding akan dibuatnya.
Saat dimana Bi Darsih sedang terduduk di dekat Nanda, tiba-tiba, nanda tersenyum lebar lalu tertawa ringan.
Ia kemudian menunjuk sesuatu yang ada di hadapannya sembari mengatakan,
‘’Simbah.’’
(Kakek)
Bi Darsih terkejut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Nanda.
‘’Eh. Ngomong opo kowe, nduk?’’
(Eh. Bicara apa kamu, nak?)
‘’Simbah ono nang arepku, mak.’’
(Kakek ada di depanku, mak)
Bi Darsih segera meminta kepada Nanda untuk mengucapkan istighfar. Dia sadar, apa yang dilihat oleh Nanda bukanlah hal yang wajar dan tidak secara kebetulan.
Akan tetapi, setelah Bi Darsih mengatakan hal tersebut, nanda langsung terdiam kembali. Tatapannya kembali ke seperti semula. Kosong, tidak berekspresi dan tidak mengatakan satu kalimat pun.
Bi Darsih pun segera memeluk anak sulungnya itu. Ia tidak mau, ada korban yang akan berjatuhan lagi dari keluarganya.
Sementara itu, dika yang berada di warung langsung mendapati beberapa pelanggan setia dari ibunya.
‘’Ibu mana, dek?’’ Tanya supir truk yang biasa menjadi pelanggan setia Bi Darsih
‘’Ibu di rumah, om. Soalnya, kakak sakit. Jadi, ibu yang jaga kakak. Nah karena itu, ibu menyuruhku untuk menjaga warung.’’
Supir truk itu hanya mengangguk. Biasanya, pelanggan yang sudah lama membeli kopi atau makanan di tempat Bi Darsih, ia akan membuat kopi sendiri.
Karena itulah, dika tidak terlalu repot jika ada banyak pembeli langganan ibunya yang mendatangi warungnya dan melayani sendiri.
Tepat di sore hari, setelah warung ingin tutup, dika melihat ada salah seorang yang melemparkan sesuatu tepat di belakang warung milik ibunya.
Saat itu, dika kira, benda yang dilemparkan oleh orang asing itu adalah sebuah batu ataupun benda padat lainnya.
Pasalnya, ketika benda itu dilemparkan, lemparannya tepat mengenai pintu belakang warungnya.
Dika pun segera mengecek bagian belakang rumahnya dan mencari benda yang dilemparkan oleh orang asing tersebut.
Tatkala Dika sedang meraba-raba rerumputan yang berada tepat di belakang warungnya (karena kebetulan warungnya berdekatan dengan sawah), dika menemukan sesuatu yang amat mengejutkan.
Benda tersebut seperti bungkusan kain kafan yang di dalamnya terdapat tulang belulang hewan yang sudah dipatahkan menjadi potongan kecil-kecil.
Namun anehnya, di dalam tulang belulang tersebut terdapat cairan hitam yang sangat busuk baunya.
Dika pun segera melemparkan benda tersebut ke tempat yang jauh. Ia tidak mau ada hal-hal aneh yang akan terjadi kepada dirinya.
Penemuan benda aneh ini pun akhirnya diberitakan kepada ibunya yaitu Bi Darsih.
Dika menyebutkan, jika benda tersebut ditemukannya di belakang warung milik Ibunya tatkala ada suara benturan hebat yang menabrak bagian belakang pintu warungnya.
Bi Darsih pun menanyakan bentukan dan isi yang ada di dalam benda yang terbalut kain kafan itu.
Dika pun langsung memberitahu terkait benda aneh yang ditemukannya,
‘’Ning jerone ono balung maring getih sing wernane ireng.’’
(Di dalamnya terdapat tulang dan darah yang berwarna hitam)
Semasa Bi Darsih berjualan di pinggiran jalanan pantura, ia sendiri belum menemuukan hal-hal aneh yang terjadi kepada dirinya.
Bahkan, teruntuk hal semacam itu, bi darsih sendiri merasa aneh.
Akan tetapi, merujuk dari penemuan yang ditemukan oleh Dika sewaktu dirinya menjaga warung, bi darsih meyakini bahwa ada seseorang yang memang tidak menyukainya.
Itu berarti, apa yang dikatakan oleh Kang Rusdi benar. Ada seseorang yang mungkin saja iri dan tidak terima dengan Bi Darsih selama dirinya berjualan di pinggiran pantura.
Karena itulah, banyak kejadian-kejadian aneh yang baru-baru dirasakan oleh Bi Darsih sampai-sampai sekarang kejadian itu menimpa kepada anaknya sendiri.
Karena Bi Darsih tidak tahu benda apa yang dimaksud, akhirnya, bi darsih pun meminta tolong kepada anaknya (Dika) untuk memanggil kembali Kang Rusdi guna menyelesaikan permasalahannya.
Alhasil, dika pun segera menuju ke rumah Kang Rusdi untuk menyampaikan keluhannya dan juga keluhan ibunya serta keadaan dari kakaknya yaitu Nanda.
Awalnya, kang rusdi menolak untuk mendatangi rumah Bi Darsih, kang Rusdi tidak ingin, jika pengiriman ini akan berlanjut secara terus menurus dan belum ada tindakan yang baik dari dirinya sendiri.
Namun, karena Dika benar-benar membutuhkan bantuannya, kang rusdi pun akhirnya mau menerima undangan yang diberikan oleh Dika kepadanya.
Malam itu juga, kang rusdi kembali mendatangi rumah Bi Darsih. Di sana, kang rusdi segera menjelaskan apa yang baru saja ditemukan oleh Dika kepadanya.
‘’Kuwi arane buhul. Buhul kuwi kerjane kanggo ngiket korban kang arep dijadiaken korban selanjute.’’
(Itu namanya buhul. Buhul itu kerjanya untuk mengikat korban yang akan dijadikan korban selanjutnya)
Mendengar penjelasan dari Kang Rusdi, bi darsih pun segera meminta kepada Kang Rusdi untuk segera membantunya.
Ia tidak mau, jika korban selanjutnya akan terus berjatuhan selama kiriman itu selalu menyerang dan menjadikan mimpi buruk baginya dan juga anak-anaknya
Kang Rusdi pun menjelaskan lagi bahwa, rumah yang sekarang dihuni oleh Bi Darsih dan kedua anaknya sudah diberikan pagar ghaib.
Dengan begitu, serangan-serangan ghaib lainnya tidak akan mungkin menyerang lagi.
Bi Darsih pun bernafas lega mendengar hal tersebut. Ia kemudian mengucapkan ucapan terima kasih kepada Kang Rusdi karena telah membantunya hingga sejauh ini.
Hari berikutnya, dika masih menjaga warung ibunya. Ia sekarang lebih berhati-hati dan ingin mengetahui secara jauh, siapa orang yang telah berbuat jahat kepada keluarganya.
Tepatnya saat itu warungnya sedang ramai, tiba-tiba, ada seseorang yang membakar menyan tepat di belakang warung.
Bebauan itu mulanya diketahui oleh salah seorang pembelinya yang kebetulan mencium aroma yang tidak asing dan sangat tidak sedap.
‘’Mas? Kok bau menyan, ya?’’
Tepat setelah pembeli itu mengatakan jika warungnya penuh dengan bebauan menyan, dika pun segera mengecek seluruh ruangan yang ada di warungnya.
Setelah dicari-cari, ternyata, bebauan tersebut berasal dari belakang warungnya. Dika pun segera mencari sumber menyan yang amat menyerbak baunya.
Setelah dicari-cari, ternyata, menyan itu berada di semak-semak yang tertutup oleh rumput-rumput yang tinggi.
Dika segera mengambil menyan yang sudah berada di sebuah wadah seperti nampah kecil.
Namun, saat dika mengangkat nampah kecil itu ke atas (alat untuk membersihkan beras dari kotoran dann sebagainya), ia kemudian menndapati sebuah foto yang sudah berada tepat di bawah bokor (wadah menyan) tersebut.
Ketika Dika mengambil foto itu, tiba-tiba, ia langsung berteriak kencang.
Kedua tangan Dika bergetar hebat. Pikirannya menjadi kacau karena sebuah kiriman yang saat ini dikirimkan kepadanya, bukanlah sejenis buhul lagi. Akan tetapi, kiriman saat ini sangat mengerikan yaitu sebuah menyan yang di bawah bokornya terdapat foto kakaknya, nanda.
Dika pun langsung buru-buru meminta kepada pembeli yang lain untuk segera melanjutkan aktivitasnya karena warung akan ditutup lebih cepat dari biasanya.
Setelah menyelesaikan urusan warung, dika pun segera pergi ke rumahnya dan memberitakan kembali kepada ibunya.
Saat Bi Darsih mendengar penuturan dari Dika terkait kejadian aneh lainnya yang berada di sekitaran warung.
‘’Bu! Nangburi warung ono menyan! Tapi, ngisore anggon menyan kuwi, ono fotone mbak nanda!’’
(Bu! Di belakang warung ada menyan! Tapi, di bawah tempat menyan itu, ada fotonya mbak nanda!)
Bi Darsih tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya melihat wajah anaknya yaitu nanda yang masih dalam tatapan kosong.
Dalam hari Bi Darsih, apakah nanda akan menjadi korban berikutnya?
Bi Darsih pun meneteskan air mata saat itu. Ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya meminta pertolongan kepada Tuhan untuk dijauhkan dari hal-hal semacam ini.
Menimpali dari penuturan Dika yang mengatakan jika dirinya mendapatkan kiriman aneh kembali, bi darsih pun segera meminta kepada Dika untuk memanggil Kang Rusdi untuk menyelesaikan masalah ini.
Malam harinya, kang rusdi kembali mendatangi rumah Bi Darsih untuk kesekian lainya.
Entah, apa yang akan diperbuat oleh Kang Rusdi untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Namun, bi darsih sangat sekali berharap kepada Kang Rusdi untuk menyelesaikan masalah yang amat mengerikan ini
Setelah mereka mengobrol-ngobrol panjang, kang rusdi pun akhirnya menemukan jawabannya.
Ia tahu, pelaku dari penyerangan tersebut adalah bukan orang jauh yang berada di sekitaran Bi Darsih.
Melainkan, pelakunya merupakan orang terdekat yang berada di sekitaran Bi Darsih. Hanya saja, bi darsih tidak mengetahui hal tersebut.
Karena itulah, kang rusdi pun segera memberitahu kepada Bi Darsih untuk mengawasi orang-orang yang berada di dekatnya.
‘’Aku weruh sopo pelakune.’’
(Aku tahu siapa pelakunya!)
‘’Sopo, kang?’’
(Siapa, kang?)
‘’Wong kuwi ono ing parek warungmu.’’
(Orang itu ada di dekat warungmu)
‘’Maksud Kang Rusdi?’’
‘’Dia adalah seorang pedagang yang sama berjualan di pinggiran jalanan pantai utara. Dia iri kepada warungmu karena selalu ramai.’’
‘’Sopo, kang?’’
(Siapa, kang?)
Kang Rusdi pun segera mengatakan sesuatu kepada Bi Darsih namun dengan suara yang sangat pelan.
‘’3 Warung dari tempatmu. Dia adalah pelakunya! Orang itu sedang mengincar keluargamu!’’
Part terakhir minggu depan, ya. bersamaan dengan itu, judul baru yang ditunggu-tunggu akan hadir. semoga ini akan menjadi bacaan bagus juga
Bagi yang mau baca duluan, part akhir sudah bisa di baca di karyakarsa. silahkan bagi yang mau ke karyakarsa, bisa klik link di bawah ini
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

May 8
KUTUKAN ANAK SETAN

A Thread

“Tiap malam hari, para orang tua melarang anak-anaknya untuk keluar rumah. Jika tidak… Mereka akan menghilang!”

@bacahorror #ceritaserem Image
Bagi yang mau baca selengkapnya, silahkan mampir ke sini

SUMALA menjadi momok menakutkan bagi salah satu desa terpencil di daerah Semarang, Jawa Tengah, semenjak tersebarnya banyak berita akan anak-anak yang menghilang secara misterius.
Read 26 tweets
Feb 24
Ganendra Ratri Part 2

“Kutukan 12 Ningrat”

@bacahorror #bacahorror Image
Read 151 tweets
Feb 16
MAQBAROH

“Tiap kali tangan menengadah ke atas, tetesan darah segar atau bahkan kepala pocong sudah berada di atas sela-sela jari.”

@bacahorror #ceritaserem #kuburan Image
“Wan! Jangan cepet-cepet jalannya!” Ujar Afif saat meminta kepada Ridwan, temannya, untuk tidak buru-buru dalam menjejaki tiap petak tanah kuburan yang di lewatinya
Malam itu, mereka berdua menyelinap ke sebuah pemakaman yang disebut-sebut sebagai makam terangker. Kabarnya, makam itu dijaga belasan pocong dan sosok-sosok lainnya.
Read 86 tweets
Dec 19, 2023
“Seorang wanita dengan rambut kusut dan kering ditemukan hampir
menggantung diri setelah
kedua orang tuanya menganggapnya gila. Padahal, wanita itu terkena… BUHUL RIKMO!”

Apa itu Buhul Rikmo?

@bacahorror #rambutpembawamaut Image
Kasusnya sama seperti yang ini, ya. Mari kita bahas… Image
Upload jam sabaraha nih gaes?
Read 76 tweets
Nov 29, 2023
GANENDRA RATRI (1)
(Babad Keluarga Ningrat)

''Perjalanan baru dimulai''
@bacahorror #bacahorror Image
Rules: PULAU INI MEMILIKI CIRI SIGNIFIKAN SEBAGAI PULAU TERPENCIL YANG DIHUNI BANYAK TAWANAN YANG BERHARGA.
Read 190 tweets
Nov 9, 2023
TUMBAL PERSEMBAHAN

Sebuah kisah tentang seorang anak yang menjadi tumbal persembahan
@bacahorror #bacahorror #malamjum’at
#sengkolo #malamsatusuro #satusuro #pemandimayat Image
Sengkolo diyakini merupakan sebuah energi negatif yang menyelimuti manusia, dan membuat manusia berada dalam kesialan. Orang-orang yang terlahir di weton Sengkolo sering terlibat dengan hal-hal yang tak masuk akal.
Kisah ini merupakan sebuah pengadaptasian sosial terkait dengan salah satu keluarga yang terkena tulah (musibah) akibat melanggar sebuah ketetapan yang sudah turun temurun dilakukan oleh leluhurnya.
Read 96 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(