(KEMATIAN BAGAIKAN BERNAFAS DALAM KEHIDUPAN NAMUN TERIKAT DALAM PENDERITAAN)
PELAKUNYA ADALAH ………..
Kematian dari Mertua Bi Darsih masih menyimpan luka bagi Bi Darsih dan juga anak-anaknya. Sampai-sampai, mereka bertiga tampak lesu dan tidak bergairah untuk menjalankan aktivitas kesehariannya.
Dika yang biasanya membantu Kakeknya untuk menuju dapur ketika ingin makan, namun, untuk hari itu juga, dika hanya bisa melihat daun pintu milih sang kakek yang sudah tertutup rapat.
Begitu pula dengan Nanda. Biasanya, setelah pulang dari pekerjaan, dirinya langsung menuju kamar kakeknya untuk menyalami kedua tangan kakeknya dan mengatakan,
‘’Simbah mpun dahar opo dereng?’’
(Kakek sudah makan apa belum?)
Kini, tidak ada lagi kalimat yang bisa diucapkan oleh Nanda kecuali,
‘’Mbah, sing tenang, yo.’’
(Kek, yang tenang, ya)
Bagi mereka berdua, kematian Kakeknya sama saja seperti kematian Ayahnya sendiri. Mereka kehilangan tiang dalam keluarga. Hancur dan tidak ada lagi sandaran untuk bisa berkeluh kesah.
Walaupun Bi Darsih hadir sebagai orang tuanya, namun, kedekatan Nanda dan juga Dika tidak sebanding dengan kedekatannya terhadap Ibunya.
Mereka berdua lebih dekat dengan sang kakek di kala senang atau pun sedih. Hanya saja, kehidupan akan terus berputar. Yang sekarang hidup, bisa jadi, beberapa hari, beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun lagi, mereka akan merasakan yang namanya kematian.
Berada di sebuah desa yang memiliki trust issue yang sangat mengerikan, desa ini memang sudah beberapa kali dikenal akan serangan-serangan ghaib yang berasal dari orang-orang tertentu.
Kehadiran Kang Rusdi di desa ini, memang sangat dibutuhkan. Pasalnya, banyak warga desa yang mengalami kejadian yang mengerikan di tiap tahunnya.
Terlepas dari itu semua, ternyata, ada banyak penyebab orang melakukan pengiriman dan penyerangan hal tersebut.
Salah satunya yaitu dengan timbulnya rasa benci dan iri terhadap korban. Pelaku biasanya akan menyewa dukun atau memang orang pintar untuk menjalankan perintahnya terhadap pengiriman santet semacam itu.
Kemudian, pelaku akan diminta oleh dukun tersebut untuk membawakan sesembahan dan ritual khusus yang nantinya akan menjadi syarat utama dalam melakukan pengiriman santet yang diyakini sebagai santet kijing miring.
Santet ini sangat mengerikan. Di dalam santet ini, korban akan mengalami hal yang tidak wajar sebelum kematiannya berlangsung.
Biasanya, para korban akan mengalami kerasukan, timbul penyakit dalam yang tidak diketahui penyebabnya dan tubuh menjadi mengering seperti dihisap oleh sesuatu hingga meninggal dunia.
Seminggu setelah kematian dari Mertua Bi Darsih, rumah menjadi tampak suram. Bi Darsih yang pergi menuju warung miliknya, nanda yang bekerja di tempat pekerjaannya dan si Dika yang memang sibuk dengan aktivitas masa mudanya, menjadikan rumah menjadi sangat sepi.
Namun ternyata, semuanya belum usai. Kiriman itu masih berjalan hingga merambah ke anggota keluarga yang lainnya.
Tepatnya ketika di malam hari pada selasa kliwon. Saat itu, bi darsih sedang merasa kelelahan. Dia tidak mengetahui jika malam itu akan menjadi penyebab hal yang mengerikan dan terulang untuk kedua kalinya.
Anak pertamanya yaitu Nanda tiba-tiba berteriak histeris di kamarnya. Hal ini membuat Bi Darsih dan juga Dika panik setengah mati.
Nanda berteriak sembari menggedor-gedorkan kepalanya di pintu. Bi Darsih segera meminta kepada Dika untuk memanggil Kang Rusdi malam itu juga.
Malam yang seharusnya menjadi waktu untuk istirahat, kini berubah menjadi sebuah teror yang sangat mengerikan bagi Bi Darsih dan juga Dika.
Tepatnya pada malam itu, kang rusdi segera menangani Nanda yang sedang kerasukan.
Kang Rusdi segera membantu mengeluarkan sosok yang masuk ke dalam tubuh Nanda.
Beberapakali, nanda memberontak dan mengatakan sesuatu yang bahasanya sangat tidak dimengerti.
Dia hanya menggigit-gigit lidahnya hingga berdarah dan memukul-mukuli kepalanya dengan tangan.
Hingga akhirnya, nanda pun berhasil ditenangkan oleh Kang Rusdi. Hanya saja, banyak luka yang berada di tubuh Nanda hingga dirinya harus beristirahat dan selalu dalam jangkauan.
Kang Rusdi menyatakan, jika serangan ini di dasarkan oleh seseorang yang memang tidak menyukai Bi Darsih dan juga anggota keluarga lainnya.
Entah mungkin orang terdekat atau orang yang memang memiliki hubungan terhadap keluarga Bi Darsih, namun, kang rusdi meminta kepada Bi Darsih untuk menjaga kedua anaknya.
Kiriman tersebut masih belum usai. Pelaku berniat untuk mengincar anak-anak dari Bi Darsih untuk dijadikan korban selanjutnya.
Karena itu, pada malam itu juga, kang rusdi menanamkan potongan pring kuning dan menanam beberapa jahe ke beberapa tempat yang ada di rumah Bi Darsih.
Cara ini sangat ampuh untuk menghindari serangan-serangan seperti santet dan kiriman lainnya yang berasal dari pelaku.
Pagi harinya, nanda masih terbengong dan belum bisa mengatakan apa-apa. Pandangannya benar-benar kosong.
Hal ini membuat Bi Darsih khawatir. Ia takut, jika nanda akan mengalami hal yang sama seperti apa yang telah terjadi kepada mertua atau kakek dari Nanda yang baru saja meninggal dunia.
Bi Darsih pun akhirnya memutuskan untuk tidak berjualan terlebih dahulu. Ia kemudian meminta kepada Dika untuk menggantikannya menjaga warung.
Untungnya, dika menuruti apa yang diperintahkan oleh Bi Darsih. Dengan begitu, bi darsih bisa lebih leluasa untuk menjaga anak sulungnya itu.
Selama berada di rumah, bi darsih membereskan pekerjaan rumahnya yang belum selesai. Ia sendiri membersihkan baju-baju peninggalan mertuanya yang masih berada di dalam kamar untuk nantinya akan dibagi-bagikan ke tetangga atau warga sekitar.
Bi Darsih memasukkan barang-barang peninggalan mertuanya ke sebuah gudang. Sementara untuk pakaian dan hal lainnya, bi darsih menggabungkan menjadi satu di sebuah keranjang baju lalu ia bawa ke gudang
untuk nantinya dibagikan kepada tetangga dan warga sekitar yang memang membutuhkan dan menginginkan baju, celana ataupun sarung yang pernah dikenakan oleh almarhum selama masih hidup.
Setelah membereskan semua pekerjaan rumahnya, bi darsih menuju ke kamar anak sulungnya.
Masih sama seperti biasanya, nanda hanya terdiam. Tatapannya masih kosong. Ia juga sering menatap ke arah depan seperti ada sesuatu yang sudah berada di hadapannya.
Namun kali, ada sesuatu yang beda dan benar-benar sangat mengerikan hingga Bi Darsih sendiri merasakan sensasi merinding akan dibuatnya.
Saat dimana Bi Darsih sedang terduduk di dekat Nanda, tiba-tiba, nanda tersenyum lebar lalu tertawa ringan.
Ia kemudian menunjuk sesuatu yang ada di hadapannya sembari mengatakan,
‘’Simbah.’’
(Kakek)
Bi Darsih terkejut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Nanda.
‘’Eh. Ngomong opo kowe, nduk?’’
(Eh. Bicara apa kamu, nak?)
‘’Simbah ono nang arepku, mak.’’
(Kakek ada di depanku, mak)
Bi Darsih segera meminta kepada Nanda untuk mengucapkan istighfar. Dia sadar, apa yang dilihat oleh Nanda bukanlah hal yang wajar dan tidak secara kebetulan.
Akan tetapi, setelah Bi Darsih mengatakan hal tersebut, nanda langsung terdiam kembali. Tatapannya kembali ke seperti semula. Kosong, tidak berekspresi dan tidak mengatakan satu kalimat pun.
Bi Darsih pun segera memeluk anak sulungnya itu. Ia tidak mau, ada korban yang akan berjatuhan lagi dari keluarganya.
Sementara itu, dika yang berada di warung langsung mendapati beberapa pelanggan setia dari ibunya.
‘’Ibu mana, dek?’’ Tanya supir truk yang biasa menjadi pelanggan setia Bi Darsih
‘’Ibu di rumah, om. Soalnya, kakak sakit. Jadi, ibu yang jaga kakak. Nah karena itu, ibu menyuruhku untuk menjaga warung.’’
Supir truk itu hanya mengangguk. Biasanya, pelanggan yang sudah lama membeli kopi atau makanan di tempat Bi Darsih, ia akan membuat kopi sendiri.
Karena itulah, dika tidak terlalu repot jika ada banyak pembeli langganan ibunya yang mendatangi warungnya dan melayani sendiri.
Tepat di sore hari, setelah warung ingin tutup, dika melihat ada salah seorang yang melemparkan sesuatu tepat di belakang warung milik ibunya.
Saat itu, dika kira, benda yang dilemparkan oleh orang asing itu adalah sebuah batu ataupun benda padat lainnya.
Pasalnya, ketika benda itu dilemparkan, lemparannya tepat mengenai pintu belakang warungnya.
Dika pun segera mengecek bagian belakang rumahnya dan mencari benda yang dilemparkan oleh orang asing tersebut.
Tatkala Dika sedang meraba-raba rerumputan yang berada tepat di belakang warungnya (karena kebetulan warungnya berdekatan dengan sawah), dika menemukan sesuatu yang amat mengejutkan.
Benda tersebut seperti bungkusan kain kafan yang di dalamnya terdapat tulang belulang hewan yang sudah dipatahkan menjadi potongan kecil-kecil.
Namun anehnya, di dalam tulang belulang tersebut terdapat cairan hitam yang sangat busuk baunya.
Dika pun segera melemparkan benda tersebut ke tempat yang jauh. Ia tidak mau ada hal-hal aneh yang akan terjadi kepada dirinya.
Penemuan benda aneh ini pun akhirnya diberitakan kepada ibunya yaitu Bi Darsih.
Dika menyebutkan, jika benda tersebut ditemukannya di belakang warung milik Ibunya tatkala ada suara benturan hebat yang menabrak bagian belakang pintu warungnya.
Bi Darsih pun menanyakan bentukan dan isi yang ada di dalam benda yang terbalut kain kafan itu.
Dika pun langsung memberitahu terkait benda aneh yang ditemukannya,
‘’Ning jerone ono balung maring getih sing wernane ireng.’’
(Di dalamnya terdapat tulang dan darah yang berwarna hitam)
Semasa Bi Darsih berjualan di pinggiran jalanan pantura, ia sendiri belum menemuukan hal-hal aneh yang terjadi kepada dirinya.
Bahkan, teruntuk hal semacam itu, bi darsih sendiri merasa aneh.
Akan tetapi, merujuk dari penemuan yang ditemukan oleh Dika sewaktu dirinya menjaga warung, bi darsih meyakini bahwa ada seseorang yang memang tidak menyukainya.
Itu berarti, apa yang dikatakan oleh Kang Rusdi benar. Ada seseorang yang mungkin saja iri dan tidak terima dengan Bi Darsih selama dirinya berjualan di pinggiran pantura.
Karena itulah, banyak kejadian-kejadian aneh yang baru-baru dirasakan oleh Bi Darsih sampai-sampai sekarang kejadian itu menimpa kepada anaknya sendiri.
Karena Bi Darsih tidak tahu benda apa yang dimaksud, akhirnya, bi darsih pun meminta tolong kepada anaknya (Dika) untuk memanggil kembali Kang Rusdi guna menyelesaikan permasalahannya.
Alhasil, dika pun segera menuju ke rumah Kang Rusdi untuk menyampaikan keluhannya dan juga keluhan ibunya serta keadaan dari kakaknya yaitu Nanda.
Awalnya, kang rusdi menolak untuk mendatangi rumah Bi Darsih, kang Rusdi tidak ingin, jika pengiriman ini akan berlanjut secara terus menurus dan belum ada tindakan yang baik dari dirinya sendiri.
Namun, karena Dika benar-benar membutuhkan bantuannya, kang rusdi pun akhirnya mau menerima undangan yang diberikan oleh Dika kepadanya.
Malam itu juga, kang rusdi kembali mendatangi rumah Bi Darsih. Di sana, kang rusdi segera menjelaskan apa yang baru saja ditemukan oleh Dika kepadanya.
‘’Kuwi arane buhul. Buhul kuwi kerjane kanggo ngiket korban kang arep dijadiaken korban selanjute.’’
(Itu namanya buhul. Buhul itu kerjanya untuk mengikat korban yang akan dijadikan korban selanjutnya)
Mendengar penjelasan dari Kang Rusdi, bi darsih pun segera meminta kepada Kang Rusdi untuk segera membantunya.
Ia tidak mau, jika korban selanjutnya akan terus berjatuhan selama kiriman itu selalu menyerang dan menjadikan mimpi buruk baginya dan juga anak-anaknya
Kang Rusdi pun menjelaskan lagi bahwa, rumah yang sekarang dihuni oleh Bi Darsih dan kedua anaknya sudah diberikan pagar ghaib.
Dengan begitu, serangan-serangan ghaib lainnya tidak akan mungkin menyerang lagi.
Bi Darsih pun bernafas lega mendengar hal tersebut. Ia kemudian mengucapkan ucapan terima kasih kepada Kang Rusdi karena telah membantunya hingga sejauh ini.
Hari berikutnya, dika masih menjaga warung ibunya. Ia sekarang lebih berhati-hati dan ingin mengetahui secara jauh, siapa orang yang telah berbuat jahat kepada keluarganya.
Tepatnya saat itu warungnya sedang ramai, tiba-tiba, ada seseorang yang membakar menyan tepat di belakang warung.
Bebauan itu mulanya diketahui oleh salah seorang pembelinya yang kebetulan mencium aroma yang tidak asing dan sangat tidak sedap.
‘’Mas? Kok bau menyan, ya?’’
Tepat setelah pembeli itu mengatakan jika warungnya penuh dengan bebauan menyan, dika pun segera mengecek seluruh ruangan yang ada di warungnya.
Setelah dicari-cari, ternyata, bebauan tersebut berasal dari belakang warungnya. Dika pun segera mencari sumber menyan yang amat menyerbak baunya.
Setelah dicari-cari, ternyata, menyan itu berada di semak-semak yang tertutup oleh rumput-rumput yang tinggi.
Dika segera mengambil menyan yang sudah berada di sebuah wadah seperti nampah kecil.
Namun, saat dika mengangkat nampah kecil itu ke atas (alat untuk membersihkan beras dari kotoran dann sebagainya), ia kemudian menndapati sebuah foto yang sudah berada tepat di bawah bokor (wadah menyan) tersebut.
Ketika Dika mengambil foto itu, tiba-tiba, ia langsung berteriak kencang.
Kedua tangan Dika bergetar hebat. Pikirannya menjadi kacau karena sebuah kiriman yang saat ini dikirimkan kepadanya, bukanlah sejenis buhul lagi. Akan tetapi, kiriman saat ini sangat mengerikan yaitu sebuah menyan yang di bawah bokornya terdapat foto kakaknya, nanda.
Dika pun langsung buru-buru meminta kepada pembeli yang lain untuk segera melanjutkan aktivitasnya karena warung akan ditutup lebih cepat dari biasanya.
Setelah menyelesaikan urusan warung, dika pun segera pergi ke rumahnya dan memberitakan kembali kepada ibunya.
Saat Bi Darsih mendengar penuturan dari Dika terkait kejadian aneh lainnya yang berada di sekitaran warung.
‘’Bu! Nangburi warung ono menyan! Tapi, ngisore anggon menyan kuwi, ono fotone mbak nanda!’’
(Bu! Di belakang warung ada menyan! Tapi, di bawah tempat menyan itu, ada fotonya mbak nanda!)
Bi Darsih tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya melihat wajah anaknya yaitu nanda yang masih dalam tatapan kosong.
Dalam hari Bi Darsih, apakah nanda akan menjadi korban berikutnya?
Bi Darsih pun meneteskan air mata saat itu. Ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya meminta pertolongan kepada Tuhan untuk dijauhkan dari hal-hal semacam ini.
Menimpali dari penuturan Dika yang mengatakan jika dirinya mendapatkan kiriman aneh kembali, bi darsih pun segera meminta kepada Dika untuk memanggil Kang Rusdi untuk menyelesaikan masalah ini.
Malam harinya, kang rusdi kembali mendatangi rumah Bi Darsih untuk kesekian lainya.
Entah, apa yang akan diperbuat oleh Kang Rusdi untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Namun, bi darsih sangat sekali berharap kepada Kang Rusdi untuk menyelesaikan masalah yang amat mengerikan ini
Setelah mereka mengobrol-ngobrol panjang, kang rusdi pun akhirnya menemukan jawabannya.
Ia tahu, pelaku dari penyerangan tersebut adalah bukan orang jauh yang berada di sekitaran Bi Darsih.
Melainkan, pelakunya merupakan orang terdekat yang berada di sekitaran Bi Darsih. Hanya saja, bi darsih tidak mengetahui hal tersebut.
Karena itulah, kang rusdi pun segera memberitahu kepada Bi Darsih untuk mengawasi orang-orang yang berada di dekatnya.
‘’Aku weruh sopo pelakune.’’
(Aku tahu siapa pelakunya!)
‘’Sopo, kang?’’
(Siapa, kang?)
‘’Wong kuwi ono ing parek warungmu.’’
(Orang itu ada di dekat warungmu)
‘’Maksud Kang Rusdi?’’
‘’Dia adalah seorang pedagang yang sama berjualan di pinggiran jalanan pantai utara. Dia iri kepada warungmu karena selalu ramai.’’
‘’Sopo, kang?’’
(Siapa, kang?)
Kang Rusdi pun segera mengatakan sesuatu kepada Bi Darsih namun dengan suara yang sangat pelan.
‘’3 Warung dari tempatmu. Dia adalah pelakunya! Orang itu sedang mengincar keluargamu!’’
Part terakhir minggu depan, ya. bersamaan dengan itu, judul baru yang ditunggu-tunggu akan hadir. semoga ini akan menjadi bacaan bagus juga
Bagi yang mau baca duluan, part akhir sudah bisa di baca di karyakarsa. silahkan bagi yang mau ke karyakarsa, bisa klik link di bawah ini karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
‘’Sajennya pegawai. Tiap kliwonnya, ada saja pekerja yang meninggal dunia biar produksinya lancar.’’
#ceritaserem @bacahorror
Simbah Ayung namanya. Dia biasa duduk di depan rumah, menyapa para warga dan punya ramah tamah yang disukai banyak orang. Dia bercerita tentang memori kelamnya saat bekerja di sebuah pabrik yang menelan banyak sekali korban.
'’Pemiliknya itu londo (Belanda)’’ Begitu kira-kira ucapnya
‘’Dibangun ing nduwure lemah wingit.’’ Tambahnya
Beliau adalah satu-satunya saksi hidup di saat teman-temannya menjadi korban dari sesuatu hal yang tidak diketahuinya di sebuah pabrik yang konon katanya dibangun di atas tanah wingit atau angker.
“Sungai ini meminta wadal (tumbal). Mereka yang tenggelam dan hanyut terbawa arus hingga tak bisa ditemukan adalah bagian dari misteri serta kengerian yang terjadi jika air sudah mulai hangat.”
@bacahorror #ceritaserem
Sungai Banyukala/Banyukolo
Sore itu, banyak para warga yang datang berduyun-duyun untuk mandi di sungai Banyukala. Tak hanya mandi dan Kumkum di sana, Sebagian dari mereka juga ada yang gemar memancing ikan atau mencari pasir di sungai ini untuk nantinya dijual. tebusan
Dikenal sebagai BANYUKALA karena dulunya sungai ini menjadi pusat bagi tempat bersemayamnya para ‘’KOLO/KALA’’ atau Siluman Para Siluman di sana benar-benar memberikan tebusan dosa akan kesalahan yang manusia perbuat.
“Kakinya digerogoti sampai memunculkan bau tak sedap.”
Sore itu, sepulang dari bekerja, Mamat diajak oleh Om-nya yang sudah setahun belakangan ini isterinya terkena penyakit aneh. Mas Sultan namanya. Isteri Mas Sultan bernama Mbak Dea. Dia sudah setahun ini sakit dan belum sembuh walaupun sudah berikhtiar mencari pengobatan di mana pun.
Mbak Dea tidak bisa berjalan. Dia hanya bisa terbaring di atas kasur. Penyakitnya ini disebut-sebut telah menguras banyak harta milik Mas Sultan. Karenanya, dia mencari banyak informasi terkait penyembuhan yang bisa dia dapatkan untuk menyembuhkan sang isteri.
YA'JUJ DAN MA'JUJ SALAH SATU PERTANDA AKAN TERJADINYA KIAMAT KUBRO.
Rasulullah SAW juga bersabda: ‘”Hari ini, dinding Ya’juj dan Ma’juj telah dibuka seperti ini.” Lalu ia melingkarkan ibu jari dengan jari telunjuk.’ Kemudian dengan terbukanya dinding tersebut akan selalu bertambah, hingga akhirnya lenyap dan hancur pada hari kiamat nanti.
Yajuj majuj adalah sebutan untuk kaum keturunan Nabi Adam AS yang kemudian menjadi salah satu pertanda datangnya hari kiamat.
Pada umumnya, mereka digambarkan sebagai kaum yang gemar membuat kerusakan di muka bumi. Tak ada yang dapat menghalangi kedatangannya, kecuali hanya Allah SWT.
Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa yajuj majuj ialah keturunan Yafits putra Nuh, mereka kemudian tidak tinggal di alam ghaib seperti pada malaikat dan jin. Sosok yajuj majuj tak digambarkan secara gamblang di dalam Al-Quran.
Sebagian ahli tafsir kemudian menggambarkan yajuj majuj sebagai simbol dari perangai-perangai manusia yang buruk. Meski demikian, kedatangan yajuj majuj adalah sesuatu yang pasti karena sosoknya sudah dijelaskan dalam Al-Quran.
Akan tetapi, tak ada jawaban dari Sherly. Sekilas, Ina melihat kembali tangan yang ia pegang.
Betapa terkejutnya Ina saat melihat tangan yang ia pegang ternyata bukan tangan milik Sherly!
Melainkan….. Tangan yang Ina pegang adalah tangan milik ….
@bacahorror #ceritaserem #malamjumat
Sore itu tepat di malam jum'at Kliwon, Wahyu bersama dengan ketiga orang temannya Aep, Sherly dan Ina melakukan pendakian ke Gunung Slamet via Bambangan.
Saat itu kondisi cuaca sangat bagus. Sangat memungkinkan mereka mendapatkan view yang bagus di puncak.
wahyu memimpin do'a untuk mengawali pendakian. Ia juga tidak lupa untuk mengingatkan kepada teman-temannya agar tetap waspada di saat pendakian dimulai.
Wahyu sengaja mengatakan hal seperti itu karena Gunung Slamet sendiri memiliki atmosfer mistis yang berbeda dari gunung-gunung lainnya.
Merinding!
Itu perasaan yang dirasakan Ustaz Jenal sewaktu dirinya mendapati satu kasus yang cukup langka di desanya. Sebuah penyakit hati yang mampu membuat orang yang dibencinya menjadi korban dari keganasan penyakit ‘Ain.