OMAH MAMA adalah salah satu cerita horor yang akan aku tulis selanjutnya. Omah mama adalah salah satu cerita tentang sebuah rumah yang dijadikan sebagai tempat rumah “singgah” ratu pantai selatan.
Rumah ini terletak sedikit nylempit (terjepit) di antara rumah-rumah yang berada di Kabupaten Malang. Namun, rumah ini ada dan berlokasi di salah satu desa di Kabupaten Malang.
Rumah ini nampak terlihat berdiri kokoh dan juga sunyi. Tidak ada halaman yang lebar di terasnya. Akses untuk masuk ke dalam rumah ini hanya bisa dilewati dengan sepeda motor saja. Nampak, soni sedang santainya menghisap batang rokok yang berada di tangan kanannya.
Hanya terdengar suara piring dan juga gelas yang sangat ramai dari dalam dapur. Soni hanya bisa mendengus dan juga melempar tatapan yang sungguh kesal. Istrinya, dina hanyamarah terus dari tadi pagi.
Bahkan dari kemarahan dina dia tidak mendapatkan jatah menikmati secangkir kopi hangat dari istrinya. Dina sangat sebal sekali, lantaran sudah dua bulan ini dirinya tidak mendapat jatah uang belanja dari suaminya.
Soni hanya terus memancing saja tanpa memikirkan bahwa dirinya sudah berkeluarga dan juga memiliki tiga anak yang sudah bersekolah. Banyak tanggungan yang harus dibayar.
“dari kemarin hanya maunya saja yang dipikir. Kamu tahu gak ? kalau tanggungan kita itu banyak ? sekolah anak, belanja tiap hari, bayar air, listrik dan bayar-bayar cicilan-cicilan lainnya ? mikir kamu ?” ucap dina.
Soni hanya meneruskan menghisap batang rokok yang sudah tinggal sebatang di tangannya. Hanya bisa tertawa dan juga memperhatikan sang istri dari jauh. “ya aku coba nanti cari pekerjaan secepat mungkin.” Jawab soni santai.
Mendengar suara itu dina langsung melempar piring dari dalam rumah. *ctarrr* suara piring pecah. Tidak nampak raut wajah khawatir dari soni dengan jatuhnya piring itu.
Soni hanya menoleh dengan pelan dan kemudian berdiri dan mengambil sapu untuk menyapu piring yang sudah pecah itu. Istrinya kemudian mengeluarkan sepeda motor dan kemudian pergi begitu saja. Soni dengan santai duduk kembali dan terdiam entah apa yang dia pikirkan saat itu.
Kemudian terdengar suara sepeda motor yang mendekatinya dari jah. Ternyata itu adalah nanang. Salah satu teman mancingnya yang saat itu bermain ke rumahnya. “waduh bro, kenapa gak semangat sekali ? banyak pikiran kah ? hari ini kita jadi mancing bro ?” ucap nanang.
Soni hanya tersenyum kecil kearah nanang saat itu. mencoba memberi jawaban singkat lewat raut wajah tanpa harus banyak berkata. Nanang memahami maksud dari temannya itu. kemudian dia berdiri dan menapuk pundak soni dengan pelan. “oke deh bro, aku cabut dulu.
Tenangin pikiran elo ya bro.” ucap nanang. Kemudian sepeda motor menyala dan nanang beranjak meninggalkan soni seorang diri di rumahnya.
Selama itu soni hanya terdiam di teras rumah dan termenung dengan nasib malangnya selama ini. Menjadi pengangguran dan tidak bisa membahagiakan keluarganya sama sekali. Dalam hati kecil soni, dia berpikir berat soal hal itu.
Sudah berulang kali dina meminta berpisah namun hal itu tidak di hiraukan olehnya. Lelah sekali menjalani hal ini. Ingin rasanya soni mati namun Tuhan selalu menggagalkan upayanya selama ini untuk bunuh diri. Lelah yang selalu menyelimuti hatinya hanya bisa dia rasakan sendiri.
Entah, apa yang harus dia lakukan kedepannya untuk sang keluarga. Dia juga selama ini sudah mencoba berbagai macam cara untuk bekerja, namun tidak berhasil. Lamarannya selalu di tolak berkali-kali. Dia heran, mengapa di tolak.
Apakah karena hanya lulusan SMP hingga tidak ada pekerjaan yang layak yang bisa dia kerjakan di dunia ini ? mencoba terjun didunia kasar dengan mencoba menjadi kulinamun hanya bisa bertahan beberapa hari saja.
Entah, apa yang salah pada dirinya. Entah, apa yang kliru saat berkerja pada dirinya. Soni hanya bisa bertanya-tanya tanpa mendapat jawaban yang jelas sampai saat ini.
Tiba-tiba terdengar dering telepon dari salah seorang yang sangat dia kenal yaitu telepon dari mama. Soni yang menetahui telepon tersebut dari mama langsung mengangkatnya dan menjawab sapaan dari mama. “hallo ?” tanya mama. Soni dengan keras menjawab sapaan tersebut.
“hallo ma, apakabar ? lama tidak berkabar. Mama sehat ? ada yang bisa aku bantu ma ? kebetulan rumah mamam disini terawatt dengan baik. Tapi masih belum ada yang berani buat naik ke lantai atas.” Jawab soni. Mama yang mendengar hal itu kemudian menjawab dengan tenang.
“dina sibuk ? besok aka nada tamu. Seperti biasa ya, bikin tumpeng sebanyak 50.” Jelas mama. Soni yang mendengar penjelasan mama langsung dengan semangat menghubungi dina dan menyampaikan pesan dari mama terkait orderan tumpeng tersebut kepada dina.
Suara motor terdengar di depan rumah. Dina rupanya sudah pulang. Soni yang melihat sang istri pulang dengan membawa barang yang banyak segera menghampirinya. “sini aku bantu.” Ucap soni ramah.
Namun, hal itu bukan sesuatu yang akan merubah suasana hati dina saat itu. Dina hanya membalas denga raut wajah yang dingin dan tatapannya masih sungguh sangat sebal kepada soni.
Hal itu hanya dianggap angina berlalu oleh soni. Hal yang terpenting baginya saat itu adalah ada orderan tumpeng dari si pemilik rumah yang mereka tempati. “kamu siapin bumbu aja mas buat tumpeng ini.
Nanti aku tinggal nerusin. Nanti kamu yang nata, gentian. Aku capek !” ucap dina. Soni hanya mengangguk dan kemudian mengambil bumbu dapur yang sudah ada di dalam lemari kayu.
Mereka mengerjakan pesan itu sampei larut malam. Tiba-tiba, tercium bau haru dan manis sekali dari lantai dua. Soni dan dina hanya saling pandang. Tangan mereka tetap bekerja keras menyelesaikan orderan 50 tumpeng itu agar besok selesai.
Entah mengapa, ada yang aneh saja dengan rumah yang mereka tinggali ini. Dulu, mama adalah juragan soni saat dirinya merantau di Jakarta. Mama adalah salah satu orang yang sangat kaya raya dan memiliki tempat tinggal dimana-mana termasuk di Malang.
Namun, anehnya rumah-rumah yang dia beli itu tidak berpenghuni alias dibiarkan kosong. Semua rumahnya pasti berlantai dua dan siapapun yang ditugaskan untuk “ngopeni” (menjaga) rumah itu tidak boleh satupun ada yang masuk ke lantai dua.
Hingga mama menyuruh soni untuk merawat rumah yang berada di Malang ini. Bagi soni, hal itu sungguh keberuntungan lantaran saat itu memang soni dan dina sedang bingung lantaran tuntutan dina yang ingin punya rumah sendiri.
Mama adalah jalan keluar bagi soni saat itu ketika dirinya berada dalam dilema memenuhi keinginan istrinya tersebut.
Rumah mama yang ditinggali oleh soni dan dina ini sungguh mewah sekali tapi termasuk singup (sepi dan seram) seperti ada hawa lain di rumah itu. diujung tangga atas, rumah itu ditutup oleh pagar besi yang di kunci oleh rantai.
Namun, hal itu tidak dipikir berat oleh mereka. Saat itu, memiliki rumah untuk bisa tidur sudah bersyukur sekali. Tidak ada hal lain yang mereka pikirkan lagi.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari atas. Dina yang saat itu sedang menggoreng kemudian berhenti dan mendengarkan sekali lagi suara itu. Terdengar suara gamelan yang berbunyi samar dari atas.
Suara ketuka itu terdengar lagi. Namun, dina tidak menghiraukan hal itu. dia hanya berfikir bagaimana caranya pesanan mama ini besok selesai.
Tiba-tiba tercium bau melati sangat pekat sekali. Hingga bau melati itu mengalahkan bau bumbu yang sedang penuh di ruangan dapur. Dina yang saat itu mulai tidak konsentrasi kemudian memanggil suaminya.
“mas, kamu pakek parfum apa kok sampek nyegrak (pekat) begini ?” ucap dina penasaran. Soni yang berada didepan rumah dan rebahan itu langsung berdiri dan masuk ke dalam. “enggak makek apa-apa aku, emang ada bau apa selain bumbu tumpeng ini ?” tanya soni penasaran.
Dina yang melihat soni kemudian mendekat dan mencium bau badannya. Aneh, tidak tercium apa-apa selain keringat dari tubuh soni. Dina merasa ada yang janggal. Tiba-tiba terdngar suara ketukan dari pagar besi dari atas. Untuk ini soni mendengar juga suara itu.
tiba-tiba soni dengan berani menoleh ke arah atas yang sungguh gelap gulita itu. Sampai dia melihat seorang yang sedang berjalan diantara gelapnya ruang lantai atas itu.
Soni yang melihat sosok itu kemudian heran, dia menyangka diatas selama ini ada orang yang menetap disana. Tiba-tiba terdengar suara telepon berdering masuk. Rupanya telepon itu dari mama. “Soni, mama minta tolong naik ke lantai atas ya.
Tolong kamu siapkan bunga tujuh rupa dan juga sepiring tumpeng. Kamu taruh di meja lantai atas ya. Kamu kirim nomor rekening kamu, aku kirim uang sedikit dulu untuk dipakai keperluan bahan-bahan yang dibutuhkan disana.” Ucap mama singkat.
Soni hanya menjawab “iya” tanpa berkata apapun. Rupanya dia dan dina sudah sangat lelah sekali dan berniat untuk beristirahat sebentar.
Karena dirasa permintaan mama saat itu sangat penting. Akhirnya, soni bergerak sendiri untuk menata apa yang sudah dikatakan oleh mama tadi. Bunga memang sudah ada saat itu,
lantaran dua kali mama menyuruhnya untuk menyiapkan tumpeng selalu dibarengi dengan menyediakan bunga tujuh rupa. Jadi, dina saat pulang tadi seklian beli.
Dengan cepat soni menata bunga itu di atas sebuah cowek. Piring yang terbuat dari tanah liat. Setelah itu dia menata sedikit tumpeng yang ditaruh diatas piring. Tak lupa minuman seperti kopi the dan air putih, ia sandingkan juga.
Namun, pesan mama. Untuk air putihnya diberi bunga kenanga dan juga melati didalamnya. Soni benar-benar bingung. Ini pertama kalinya dia disuruh oleh mama untuk melakukan hal seperti ini.
Setelah selesai. Dengan berani soni membawa semua itu ke lantai atas. Memang, selama tinggal di rumah itu, soni dan dina tidak sama sekali pergi ke atas dan penasaran denga tempat itu. bagi mereka, punya tempat tinggal saja sudah sangat bersyukur.
Dengan pelan, sono membawa tumpeng itu ditangannya. Dina mengikuti jalannya di belakang. Dina ikut lantaran soni kewalahan untuk membuka rantai pintu pagar dari rumah itu sendiri.
Akhirnya, dina dengan pelan membuka rantai pagar besi itu dan kemudian dengan cepat menyalakan saklar lampu lantai atas. Setelah itu dina langsung berlari kebawah. Soni hanya memandangi istrinya dengan wajah yang datar.
Soni kemudian melihat sekeliling ruangan yang berada disana. Nampak mistis sekali. Ada sebuah kursi dan meja yang di tutup oleh kain putih yang panjang sekali. Tidak banyak barang yang berada disana saat itu. hanya kursi dan meja di ruang depan.
Kemudian ada lemari kaca kayu yang sangat besar sekali berada di ruang sebelah. Namun di situ, soni terkejut. Lantaran saat dia menoleh kepada dinding yang berada didepan lemari itu, terlihat lukisan sangat besar sekali dan sungguh wangi.
Lukisan perempuan jaman dahulu yang memakai kebaya hijau dan bermahkota emas nan cantic sekali menghadap kedepan.
Tidak banyak pikiran yang keluar dari otak soni. Dia hanya terheran-heran. Sebenarnya ruangan apa ini. Dengan pelan, soni mendekati meja bundar yang berada di depan lukisan itu.
Dia mulai menaruh tumpeng dan lain sebagainya diatas meja tersebut. Saat itu kemudian tercium aropa sangat wangi sekali. Entah dari mana asal bau itu.
Tiba-tiba rasa penasaran dari soni muncul. Kenapa ruangan ini harus redup dan remang-remang begini ? mungkin besok saat sudah pagi dia akan naik keatas lagi dan membuka tirai jendelan yang berada diruangan itu agak cahaya bisa masuk kedalam.
Namun, dari pojok ruangan terlihat sebuah asap yang mengepul dari sana. Soni keheranan dan mulai panic. Jangan-jangan ada yang terbakar disana. Namun, saat berlari dan kemudian mendekati pojok ruang itu.
Soni sungguh kaget dan pikirannya mulai terasa pecah. Di pojok itu sudah ada tiga dupa yang sudah hidup dan terlihat baru dibakar ujungnya.
Soni sudah mulai panic dan takut bukan main, lantaran di ruangan itu hanya ada dia sendiri tanpa orang lain. Trus siapa yang menyalakan dupa itu ? sedangkan mama tidak menyuruhnya untuk membakar dupa.
Soni mulai ketakutan dan kemudian segera berlari ke bawah. Dina yang melihat sni lari cepat dari atas sangat khawatir dan melihat suaminya dengan wajah yang sudah setengah pucat.
“ada apa mas ? kok kayak ngelihat hantu ?” tanya dina. Soni dengan nafas yang sedikit terengah-engah meminta segelas air putih kepada dina dan dia langsung mengambilnya. Soni dengan cepat meminum segelas air putih tersebut.
Setelah selesai dia memandangi wajah sang istri. “kayaknya di atas itu tempatnya setan deh dik. Aku gak paham sama hal-hal yang ada di atas sana. Masak tadi ada dupa gak tau dari mana udah nyala sendiri.
Aku kan diatas sendiri dik.” Ucap soni menjelaskan kepada dina yang wajahnya sudah setengah ketakutan.
Dina yang mendengar perkataan dari soni langsung kaget dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan sang suami. Dina terdiam cukup lama sekali. Soni yang melihat wajah sang istri seketika berubah itu langsung ikut khawatir.
“ada apa dek ?” tanya soni pelan. Dina sulit ingin menjelaskan kepada soni. Namun, bagaimanapun dirinya harus cerita kejadian yang barusan terjadi kepadanya. Kejadian setengah jam yang lalu.
“mas, samean yakin gak mudun ? (mas, kamu yakin tidak turun ?)” tanya dina serius. Soni mengangguk. Dia sudah kelelahan untuk berbicara. Saat itu, wajah serius soni sudah muncul dengan tatapan ke arah wajah dina yang tak berkedip sedikitpun.
Soni sedang menunggu penjelasan selanjutnya dari dina saat itu. “tadi ada yang turun, tapi aku saat itu sedang masak. Goreng bumbu. Jadi aku yakin aja itu kamu yang turun.” Ucap dina. Soni kemudian melotot dan secara serius mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya itu.
“aku gak mudun blas dek !! (aku tidak turun sama sekali dek)” ucap soni sambil menggelengkan kepalanya. Tatapan dina hanya datar kepada soni. “rungokne sek (dengerin dulu), tadi itu ada yang turun. Tapi sambil lari dari atas. Karena aku rasa itu kamu jadi aku gak noleh mas.
Aku percaya aja tadi itu kamu. Kemudian aku sepintas melihat kamu itu masuk kamar dan membuka laci dan ngambil dupa sisa yang dulu pernah dibelikan mama. Habis itu kamu lari lagi ke atas tanpa ngomong apa-apa.
Waktu aku toleh, aku sudah tidak melihatmu di tangga. Aku cuma batin dalem hati kok cepet banget jalannya.” Jelas dina.
Soni terkejut mendengar perkataan dina. Seakan tidak percaya dengan cerita istrinya yang dialami tadi. Soni hanya menghela nafas panjang dan mencoba minum air putih lagi agar tenang. Namun, kejadian diluar akal itu membuat soni menjadi
bertanya-tanya apa sebenarnya yang ada di ruang atas. Mengapa banyak sekali sesajen dan juga kejadian dupa yang hidup sendiri padahal soni tidak turun dan menghiudpkan dupa saat itu. masih menjadi misteri dalam hati soni.
Tidak terasa, sudah hampir subuh mereka mengerjakan tumpeng itu. nampak wajah ngantuk dari raut wajah dina sangat jelas sekali.
Namun, wajah tegang dari soni masih terlihat. Dia nampak terdiam dan memikirkan kejadian yang terjadi tadi.
Kok bisa dupa menyala ? dan siapa sosok yang diceritakan oleh dina yang turun dari atas dan masuk kedalam kamar dan mengambil dupa. Jelas kejadian itu membuatnya sungguh sangat takut.
Dina dengan lunglai berjalan mendekati sofa yang dekat dengan pintu dapur. Dia ingin merebahkan badannya dan istirahat sebentar. Soni melihat dina dan kemudian memberi isyarat mengangguk.
Pertanda bahwa soni menyuruh dina untuk istirahat. Akhirnya, dengan cepat dina merebahkan badannya dan tidak menunggu lama dia langsung tertidur.
Melihat istrinya tertidur, soni kemudian melanjutkan menata tumpeng itu. memang semua dikerjakan kebut lantaran besok jam setengah 9 tumpeng harus segera dibawa untuk nglarung
(tradisi memberi sesembahan ke pantai selatan) dan kebetulan mama selalu membawa tamu dan dibawanya ke pantai ngliyep. Salah satu pantai yang berada di selatan kabupaten Malang.
Tiba-tiba terdengar suara gamelan yang sungguh keras sekali. Soni menyakini bahwa suara gamelan itu berada di lantai atas. Sungguh saat itu terdengar sangat jelas sekali. Soni mulai membangunkan dina, namun dina tidak merespon soni sama sekali. Dina terlelap dalam tidurnya.
Soni dengan berani berjalan ke lantai atas. Mencoba sekuat tenaga untuk melihat apa yang sedang terjadi. Semoga saat itu dia hanya salah dengar. Siapa yang dini hari begini memainkan gamelan dan riuh sekali suaranya.
Dengan hati yang sedikit ragu dan takut, soni berjalan menaiki lantai tersebut. Tiba-tiba saat soni melihat dengan pelan diruangan yang tadi ditaruh tumpeng. Terlihat lima perempuan memakai baju kebaya sedang menari dengan pelan dan teratur disana.
Soni hanya tercengang. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat itu. mereka dari mana ? dan siapa ? kapan datangnya ? mengapa sudah banyak orang di lantai atas dengan pakaian adat begitu.
Soni tidak berani melangkah lagi. Dia hanya tetap berdiri diatas tangga dan melihat dari cela saat itu yang secara langsung bisa melihat ruangan yang dia hampiri tadi.
Soni memperhatikan dengan jelas. Terlihat beberapa lelaki duduk dengan memainkan gamelan. Lima perempuan itu menari dengan asik dan nampak didepan penari tersebut terdapat seorang wanita yang soni sendiri hanya melihat mahkotanya saja.
Karena tarian dari lima penari tersebut, soni tidak bisa melihat siapa yang duduk didepan mereka. Tiba-tiba, disaat soni sedang serius melihat apa yang terjadi pada ruangan itu.
Terasa sebuah hembusan angin dingin di dekat kuping dan kemudian pundaknya sungguh berat sekali.
Soni masih belum sadar. Namun, ketika dia mendengar suara geraman yang sangat berat sekali saat itu kemudian dia menoleh dengan cepat.
Ternyata, disampingnya sudah terdapat sosok gendruwo yang sungguh besar dan tinggi sekali.
Bulu lebat dan mata merah yang melotot membuat soni ketakutan kemudian berlari kebawah dan membangunkan paksa dina.
Karena hal itu, soni tidak berani sama sekali untuk masuk rumah. Dina terbangun dan melihat soni dengan wajah yang sebal. Tidurnya hanya sebentar sekali.
Soni masih dengan ketakutannya. Namun, dina tidak memikirkan tingkah lakku soni yang dirasa sungguh berlebihan sekali.
Batin dina, mungkin rasa malas sang suami muncul hingga dia membangunkannya dan beralasan yang tidak masuk akal.
Kemudian, dina melanjutkan untuk menyelesaikan pesanan tumpeng tersebut sampai pagi hari.
Cerita berlanjut pada judul cerita “NGLIYEP”
Bersambung.....
***
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sembilan bangkai ayam yang dibalut dengan kain kafan berbentuk pocong sempat menggegerkan warga desa Bakalan Krapyak, Kudus, Jawa Tengah.
Benarkah semua itu adalah syarat ritual santet ??
#santet
#bacahorror
-Utas-
Pada Kamis, 18 Juni 2020. Seorang peziarah mencium bau menyengat di sekitar salah satu makam. Melihat ada yang aneh dengan gundukan tanah di makam itu, peziarah tersebut langsung mengambil cangkul dan mulai menggali.
Peziarah tersebut menduga bahwa bungkusan itu berisi jasad bayi. Bau yang sangat menyengat dan juga bercampur hangus itu sangat mengganggu.
Setelah di cangkul di kedalaman 30 sentimeter. Saat dilihat, bungkusan itu sangat mencurigakan.
Melati adalah sosok teman tak kasat mata Kenanga. Selama ini Kenanga selalu ditemani oleh Melati kemanapun dia berada. Entah, dari mana sosok Melati ini muncul. Namun, Melati akan menjadi sosok yang akan menyeramkan jika semerbak bunga Melati hilang di sekitarnya.
#bacahorror @bacahorror
Hidup seorang anak perempuan bernama Kenanga. Dia memiliki kebiasaan aneh yakni sering sekali mencium bunga melati. Suatu ketika dia duduk di taman kota menikmati udara dingin dan sunyinya malam saat itu.
Tiba-tiba tercium aroma melati yang sangat pekat sekali. Kenanga sudah menyadari jika datang aroma melati maka temannya telah datang menemuinya. Tiba-tiba sosok perempuan berbaju putih merangkulnya dari belakang.
KISAH NYATA ! KEJADIAN HOROR DI SEBUAH APARTEMEN DI JAKARTA PUSAT.
- UTAS -
Aku kalau jadi beliau langsung segera pindah sih, gak pakek lama. Ternyata di kamar atas nggak ada penghuninya ! Lah ? tiap malam siapa yang selalu rIbut ? #bacahorror
Pernah gak sih kalian mengalami kejadian aneh di sekitar tempat kalian tinggal ? Kejadian horror sih lebih tepatnya. Pasti sebagian dari kalian ada ya yang mengalaminya.
Kalau ngomongin tentang tempat tinggal. Aku ingat dengan cerita dari seseorang yang pernah bercerita tentang pengalamannya saat tinggal di salah satu apartemen di daerah Jakarta Pusat.
Ceritanya serem sih, sampek bulu kuduk berdiri semua.
"Banyak warga yang takut ketika melewati jembatan itu. Jembatan itu dikenal angker dan sering meminta tumbal manusia. Pasti tiap rabu pahing di bulan suro, ada yang mati bunuh diri di jembatan serta sosok kebo abang pasti muncul"
#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor
Terus dukung aku yaaa~
Aku lanjut belanja dan beres² rumah dulu. Setelah selesai langsung aku up cerita lengkapnya... saweria.co/siskanoviw10
Baik~
Selamat siang, semangat menjalani aktifitas yg sangat melelahkan. Kalau sudah istirahat, bisa baca thread horor ini.
Jadi cerita ini berasal dari narasumber aku yaitu ibu dan bapak D. Beliau menceritakan tentang sebuah jembatan yg di sebut dengan "gladak mayit"