Carita ini datang dari salah satu followers Bahasa Arwah
-----
Namaku Alif, cerita ini kualami saat aku bekerja di sebuah warung makan bersama beberapa temanku.
Kujelaskan dulu kondisi kami saat itu.
Sebelumnya kami semua bekerja di sebuah warung makan juga yang jauh dari tempat kami kerja sekarang, sebut saja Warung Makan A, tapi karena ada masalah akhirnya kami memutuskan berhenti bekerja. Lalu kami pulang kampung.
Di warung makan A ada salah seorang pelanggan yang bisa dikatakan sangat setia, namanya Riki.
Setiap hari dia selalu datang ke warung makan A karena memang berdekatan dengan kampus tempat dia berkuliah, jadi setiap pulang kuliah selalu mampir, bahkan saat libur pun dia kesini.
Setelah kami pulang kampung, kami masih berkomunikasi dengan Riki. Dan singkat cerita Riki menawari pekerjaan kepada kami, bekerja di warung makan dekat rumahnya, dia juga terbilang sering kesana karena dekat rumahnya.
Sebut saja warung makan ini Warung Makan B. Warung makan ini sebelumnya sempat tutup karena omset yang terus menurun dan akhirnya pegawai semua resign.
Lalu kami memutuskan untuk bekerja disana.
Kami bekerja di warung makan itu dibagi dengan 2 shift karena warung makan ini buka 24 jam. Aku bersama Bayu, shift selanjutnya adalah Ahmad dan Abdul.
Singkat cerita kami sudah bekerja beberapa bulan disana, sejauh ini kami tak mengalami kejadian apapun yang menakutkan, sampai akhirnya satu persatu kejadian mengerikan aku alami.
Memang sejak Warung Makan B buka kembali, omsetnya berangsur angsur naik, bahkan mendapat predikat favorit di sebuah aplikasi pesan antar makanan.
Tak bisa dipungkiri bahwa setiap bisnis memiliki pesaing, ada pula yang menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan bisnisnya.
Kejadian ini dimulai malam itu. Pada pukul 1 dini hari, saat aku sedang membersihkan meja kasir, tiba tiba aku terjatuh seperti ada yang menarik celanaku. Teman shiftku saat itu adalah Bayu, dia juga melihat aku tiba tiba jatuh, tapi ada yang aneh.
Dia melihat celanaku seperti ditarik oleh sesuatu.
Kami tak begitu memikirkannya, kami masih berfikir positif dan melanjutkan bekerja.
Jujur aku berpikir kalau ada yang iseng padaku, wajar saja karena ini pukul 1 dini hari.
Kupikir cukup sampai situ saja, ternyata aku salah besar
Pukul 3 pagi saat aku sedang menggoreng gorengan untuk pagi nanti, aku mengalami hal yang lebih ekstrem.
Aku menggoreng menggunakan wajan yang besar dan minyak yang banyak memang. Tiba tiba kepalaku didorong perlahan ke arah penggorengan penuh minyak yang panas itu.
Kepalaku didorong perlahan dan aku tak bisa melawannya entah kenapa.
"Yu... Bayu.. Tolong Yu tolongg" aku berteriak meminta bantuan Bayu.
Bayu berlari dan dia cepat cepat membantuku. Tak kubayangkan jika saja dia tak mendengarku, mungkin kepalaku sudah masuk ke penggorengan itu.
Bayu mematikan kompor dan kami duduk sejenak, dia mengambilkanku minum. "Tadi ngapain kaya gitu bang, bahaya bang, ngapain abang ini."
Bayu malah memarahiku, aku pun bingung mendengar perkataannya.
"Ngapain apanya, tadi kepalaku didorong ke penggorengan, aku tadi teriak teriak minta bantuan kamu yu, untung kamu datang".
Bayu malah bingung juga mendengar jawabanku, "teriak apa bang? Aku ga denger bang Alif teriak, aku tadi lari soalnya liat abang mau masukin kepala ke situ"
Dia ternyata tak mendengar aku berteriak, dia berlari karena melihatku seolah olah mau menggoreng kepalaku sendiri.
Aneh, padahal jelas tadi aku berteriak keras memanggilnya. Dia juga bersikeras tak mendengarku.
Ya sudahlah, untunglah aku masih selamat dan tak luka sedikitpun, walaupun saat itu wajahku sudah panas sekali karena terlalu dekat dengan minyak panas. Menggoreng secara biasa saja sudah panas wajahku apalagi didekatkan seperti itu.
Aku kemudian duduk sejenak menenangkan diri.
Bayu lalu menggantikan pekerjaanku sebentar.
Keadaan sudah kembali normal lagi sampai pukul 8 pagi akan ganti shift.
Saat sekitar pukul 9 pagi, aku sudah selesai shift dan sudah mandi juga, aku lalu mengecek motorku karena ada yang tidak nyaman saat dikendarai.
Saat aku mulai mengotak atik motorku, tiba tiba kepalaku didorong sangat keras dan menghantam body motor, Tak ada yang mendorongnya, tapi kencang sekali, mana mungkin aku yang membenturkan kepalaku sendiri, orang bodoh mana yang membenturkan kepalanya sekeras itu ke body motor.
"Dakkkk!"
Yahh, kepalaku tentunya memar setelah itu, Ahmad yang mendengar sesuatu pun mendekatiku. "Kenapa a? Ada yang jatuh?"
Tanya Ahmad sambil menghampiriku.
"Jatuh apanya Mad, kepala saya didorong nih sampe ngebentur body". Jawabku sambil penunjuk dahiku.
"Siapa atuh yang dorong? Gaada orang a. Aa ngantuk kali a kan abis shift belum tidur".
"Iya mungkin ya Mad, yaudah ini aa benerin dulu baru tidur deh, sana Mad kerja lagi."
Aku sengaja berkata begitu agar Ahmad tidak takut, lagipula kalau ngantuk pun tidak akan sekeras itu kan?.
Kejadian sejak semalam membuatku terus kepikiran sebenarnya apa yang terjadi, aneh sekali apa yang terjadi sejak tadi.
Kupaksakan untuk tidur dan untungnya aku bisa tidur, mungkin karena kelelahan juga.
Tapi ditengah tidurku aku terbangun, bukan karena hal aneh, tapi badanku merasa tidak enak, aku demam, aku segera minum obat lalu kuusahakan tidur lagi.
Pukul 6 sore aku bangun, dan aku belum membaik juga, sepertinya aku tak bisa masuk shift malam nanti.
Teteh intan adalah kakakku, dia dulu bekerja bersamaku di Warung Makan A, tapi setelah dia menikah dengan orang daerah sana, dia sudah tak bekerja lagi.
Teteh intan akhirnya aku ceritakan tentang kejadian demi kejadian yang aku alami.
Akhirnya Teteh intan ingin membantuku, dia ingin mencari tau apa yang terjadi.
Esok harinya teteh intan mengunjungiku ke Warung Makan B.
Teteh mencari ke semua sudut Warung Makan itu, apakah ada yang aneh atau tidak, karena kejadian yang aku alami jelas bukan ulah manusia langsung.
Dan benar saja, hal yang kualami sepertinya berasal dari benda ini.
"ASTAGHFIRULLAH" teriak teteh dari arah gudang. Aku, Bayu, Ahmad dan Abdul berlari ke arah gudang dan kami pun terkejut melihat apa yang kami lihat.
"Astaghfirullah teh! Ini apa teh? Siapa yang masukin ke sini?!" Teriak Ahmad.
"Teteh gatau Mad, kayanya ini yang bikin Alif dari kemarin diganggu" kata teteh sambil panik.
Pagi itu teteh intan menemukan sebuah boneka berbentuk pocong di gudang warung makan itu, tidak terlalu besar, sekitar 30cm, entah apa isinya namun dia dibalut kain kafan.
Boneka itu diikat seperti pocong.
Jelas kami tak berani membuka isinya.
Kami memutuskan untuk mengambil dan membakarnya saja, siapa tau sudah tidak ada gangguan lagi setelah itu.
Kami terkejut kembali setelah itu.
Boneka itu tidak mau terbakar.
Boneka itu hanya terbakar sedikit dan terlihat menghitam, namun tidak benar benar terbakar sampai dalamnya.
Dalamnya pun sepertinya masih utuh, malah terlihat semakin ngeri karen kain kafannya sebagian besar menghitam.
"Aduh gimana ini? Apa kita buang aja ya? Takut makin menjadi kalau gini, takut dia marah". Kata Teteh Intan.
"Jangan teh, kalo kaya gini biasanya dibuang pun pasti balik teh kalau incarannya belum dapet". Sahut Abdul.
Saat itu mereka semua menyimpulkan kalau itu adalah kiriman dari pesaing bisnis.
Kejadian kejadian yang menimpa Alif juga karena benda itu. Walaupun mereka tak melihat sosok apapun yang ada disana namun benda itu cukup untuk meyakinkan bahwa semua ini adalah karena ilmu hitam.
Karena tak kunjung terbakar juga walaupun sudah dibakar. Akhirnya mereka memutuskan memasukkan benda itu ke lemari kayu di bagian belakang warung dan menguncinya. Berharap dia tak akan mengganggu lagi, walaupun kami tau itu akan sia sia.
Setelah itu teteh intan pamit pulang, Bayu dan Alif pun beristirahat karena nanti malam mereka bekerja lagi.
Sore harinya sekitar pukul 3 sore, Ahmad dan Abdul mendengar suara dari belakang warung.
"*Gludak gludak gludak".
"Eh apaan tuh Mad?.
"*Duk duk duk duk"
"Eh eh eh, denger gak si, jangan jangan....." Kata Abdul.
"Tikus kali a, di belakang mah biasa banyak tikus" sahut Ahmad santai.
Suara itu seperti sesuatu yang berusaha untuk mengeluarkan diri dari kotak.
Abdul spontan mengajak Ahmad untuk mengeceknya. Kalau tikus pun akan mereka tangkap agar tak memakan makanan lagi.
"Mad, ayo temenin ngecek kebelakang." Kata Abdul.
"Ih ngapain atuh, gausah a serem, ya kalo beneran tikus, kalo bukan?." Jawab Ahmad karena ketakutan.
"Ayo ah Mad, ga akan kenapa kenapa, udah percaya sama saya." Abdul meyakinkan Ahmad untuk mengecek kebelakang.
Mereka kemudian berjalan beriringan menuju belakang, suaranya sudah tidak ada, namun Abdul yakin bahwa suara itu dari lemari tadi. Pikiran kalau itu tikus pun sirna.
Saat mereka akan membukanya, mereka ketakutan sekali, takut ada sesuatu yang muncul dari lemari itu.
Yah.... Boneka itu hilang, lenyap bagai ditalan bumi. Tak ada jejak apapun disana, mereka mencari boneka itu ke seluruh warung namun tak ada.
Ahmad dan Abdul menceritakan kepada Alif, Bayu dan Teteh Intan mengenai hilangnya boneka itu. Mereka juga tak tau kenapa itu bisa terjadi dan merek semua hanya bisa berdoa agar tak terjadi hal hal yang aneh bahkan membahayakan bagi mereka.
Tapi untungnya, sejak saat itu mereka tak pernah mendapat gangguan apapun lagi, belum jelas itu adalah ulah pesaing bisnis atau siapa, dan apakah benar itu mengincar warung atau hanya mengincar Alif.
Sampai saat ini belum ada jawaban atas semua itu.
- s e l e s a i -
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Cerita ini adalah cerita dari salah satu followers Bahasa Arwah.
-----
Ini cerita beberapa tahun lalu saat malam tahun baru. Saat itu masih duduk di Bangku SMA.
Aku dan temanku yang bernama Aceng memutuskan untuk menginap dirumah Satrio karena orang tuanya sedang keluar kota.
Malam itu aku berangkat dari rumah pukul 19.30 untuk mengampiri Aceng agar bisa berangkat bersama, kami pun tiba di Rumah Satrio pukul 20.00 WIB, memang jarak rumahku dan Satrio terbilang cukup jauh, apalagi aku mengendarai motor dengan kecepatan pelan.
Cerita ini kudengar dari ayahku sendiri, ayahku memiliki burung perkutut yang usianya bahkan lebih jauh dariku (aku 23).
Jika kalian belum tau, sebagian besar burung perkutut apalagi yang tangkapan dari alam, dia biasanya memiliki "penunggu"
Sehingga membuat burung yang berpenunggu itu terkadang bisa mempengaruhi kehidupan kita.
Kuhargai bagi kalian yang tidak percaya akan hal ini. Tetapi karena aku mengalaminya dan aku hidup dikelilingi dengan hal semacam itu, jadi aku percaya.
Cerita ini dialami oleh seorang followers Bahasa Arwah yang bernama Wawan.
Cerita ini selanjutnya aku ceritakan dari sudut pandangnya wawan.
Saat itu aku kelas 2 SD, pukul 4 Sore seperti biasa aku menunggu papah pulang kerja, biasanya pukul 3 sore sudah pulang tetapi hari ini belum.
Lalu ada mobil panther berwarna hijau tua datang kerumah. Aku kira itu papah sudah pulang, tapi kuingat bahwa mobil papah berwarna biru.
Kali ini aku akan menceritakan hal yang kualami bersama temanku. Dimana kami dikejar oleh sosok misterius itu. Jauh sebelum kejadian kemarin, saat aku masih berkuliah semester awal dan itu belum adanya Covid-19 tentunya. Aku berniat untuk liburan sebentar bersama temanku.
Masih ingat dengan teman yang kusebutkan di thread yang kemarin? Nah pengalaman kali ini juga kualami bersama dia. Sebut saja namanya Riski.
Saat itu kami berniat untuk pergi ke suatu pantai di Yogyakarta, karena dikota dimana kami berkuliah tidak ada pantai.
- 14 Juni 2020 -
Tahun 2020 adalah tahun menyebarnya virus Covid-19 di Indonesia. Sekolah dan Kampus akhirnya dilakukan secara online saat itu, akupun tidak lagi tinggal di kost ku melainkan kembali kerumah bersama orang tua.
Saat itu seperti rutinitas biasa hari senin pagi mengikuti perkuliahan online kira kira jam 9, dan selesai kira kira jam 11, karena perkuliahan selanjutnya dimulai pukul 3 sore jadi aku beristirahat dulu sambil memainkan ponsel di tempat tidur sambil berbaring.