#BangEn Profile picture
Jan 9 β€’ 36 tweets β€’ 7 min read
Assalamualaikum. Selamat malam.

Terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita Desa Setan sejauh ini. Jujur saya sangat tak menyangka responnya akan seperti ini, dari akun Twitter saya yang sepi dan hanya punya 49 follower selama 2 tahun, akhirnya hampir mencapai 700 follower.
Setelah ini saya akan fokus melanjutkan cerita TUJU hingga selesai, dan akan saya TAMATKAN DI SINI sebagai ungkapan terima kasih kepada kalian.

Bab ini jadi bab terakhir yang boleh saya bagikan, jika kalian penasaran dengan nasib Retno & Wawan, tunggu presalenya bulan depan. 😁
Baru saja rasanya Retno berlarian di dalam hutan penuh pepohonan demi hidupnya, kini harus terulang lagi, tetapi demi hidup sahabatnya dan juga warga desa.
Gelap dan hujan, perpaduan yang sebenarnya sangat dibenci oleh mata minus Retno, hal yang sangat dia hindari jika bisa, dan saat ini matanya terfokus ke sosok mereka yang berlari di hadapan sebagai petunjuk arah, terlihat seperti hanya sekelebat bayangan.
Apa sejauh ini? Bukankah kata Santi ini jalan pintas? Pikir Retno saat ini.

Retno berhenti, dia baru menyadari keanehan yang terjadi. "Tunggu! Berhenti sebentar!"

"Ada apa?"
Retno mengeluarkan ponsel yang baterainya sudah sekarat, menyalakan lampu senter dan menyorot ke arah yang membuatnya curiga.
"Lihat! Kita sudah melewatinya sebelumnya, kan?" tanya Retno sambil menunjuk ke arah papan yang berada di tepi jalan, tetapi tak mendapat respon. "Kenapa kalian diam saja?"

Retno terlihat gusar saat menyorot kembali ke arah rombongan yang ada di depannya.
"A-ada apa ini? Ke mana mereka?" gumamnya mendapati tak ada siapa pun di hadapannya.

Retno lantas menyorot ke sekeliling dengan saksama, tak ada satu pun dari mereka yang terlihat.
Hujan semakin lebat, tubuhnya mulai menggigil, tetapi dia masih tak bergerak, tak tahu harus bergerak ke mana sesungguhnya.

"Retno ...."

"Wawan?" Retno mengenali suara tersebut. "Kau di mana, Wan?" Retno bergerak menyorot ke arah pepohonan.

"Retno ...."
Retno berlari menghampiri arah suara Wawan, tapi tak dia temukan juga.

"KAU DI MANA, WAN? BERI PETUNJUK!" Retno terbatuk-batuk karena berteriak sekuat tenaga.

"Aku di belakangmu!" seru suara Wawan.
Retno membalik badan, dan langsung terjungkal ke belakang melihat sosok yang disorot cahaya senter dari ponselnya.

"Retno ...," panggil sosok berwajah bonyok dibalut kain kafan yang sudah terlihat kumal.
"S-siapa, kau? Ke mana Wawan?" Retno menyeret badannya ke belakang, dengan senter tetap menyorot ke arah sosok tersebut.

Pupil sosok di hadapannya berwarna merah, mengarah tepat ke arah Retno.

"Retno ...," panggilnya lagi, masih dengan suara Wawan.
"SIAPA KAU? KENAPA MENIRU SUARA SAHABATKU?"

Sosok tersebut melayang semakin mendekat ke arahnya.

Aroma busuk bercampur bau kemenyan menyusup ke rongga hidung Retno, membuatnya menutup hidung dengan lengan kiri.
Retno terus bergerak ke belakang, dan tanpa sadar membentur pohon sawit di belakangnya, dia terpojok.

Retno mencoba berdiri dengan bertopang ke pohon sawit.

"Retno ...," panggilnya lagi sambil tertawa, kini dia sudah berada tepat di hadapan Retno.
"S-siapa ... kau? Dan di mana sahabatku yang kau tiru suaranya?"

"Sahabatmu? Dia ... akan mati segera!"

"TIDAK! TIDAK MUNGKIN!"

"Percuma kau mencarinya, dia akan mati!" ejeknya lagi.
Tanpa sadar Retno melayangkan pukulan ke arah si sosok dengan tangan kiri, tetapi sosok tersebut lenyap dari pandangannya seketika.

"KE MANA KAU? KELUARLAH!" tantang Retno.

"Pria bodoh bernama Wawan akan mati, dan kau pun akan bernasib sama sepertinya."
Retno memutar badan, mengitari sekitarnya mencari sosok tersebut, tetapi tetap tak dia temukan.

Kini dia terengah-engah, napasnya terasa semakin berat, dan sialnya, ponselnya pun meredup, pertanda baterainya segera habis.
Retno jatuh berlutut, memorinya kembali memutar kenangan tentang Wawan, tentang sahabat yang selalu ada saat dia susah dan senang, tentang tingkah lakunya yang mengganggu tapi menyenangkan, dan tentang kenyataan bahwa, hanya Wawan orang yang mau menjadi sahabatnya,
sahabat untuk seorang introver penggemar novel sepertinya.

"Maaf ... maafkan aku, Wan! Jika aku tak keras hati untuk terus melanjutkan, mungkin kau akan baik-baik saja."
Petir menyambar beberapa kali, kilatannya membuat langit menjadi terang untuk beberapa saat, dan menampakkan dengan jelas raut keputusasaan yang Retno alami.

Sementara itu, di halaman belakang pondok tempat Abyad melakukan ritual pemanggilan Sang Iblis.
"Bagaimana?" Abyad bertanya kepada sosok yang muncul di hadapannya, sosok yang menggangu Retno sebelumnya.

"Aku berhasil! Dia putus asa sekarang!"
Abyad tersenyum. "Bagus! Kita selesaikan dulu upacara pemanggilannya, baru mengurus anak setengah manusia itu!" seru Abyad, lantas tertawa.

"Siap, Tuan!" seru si sosok dan Baluth yang berada di dekatnya.
"Sekarang pergilah, dan urus antrian 'mereka' yang ingin mendapatkan tubuh!"

Mereka mengangguk lantas menghilang usai mendengar perintah Abyad.

"Putra Kelana, anakmuβ€”Retno, akhirnya akan mati juga!" Abyad tertawa terbahak-bahak.
Sejak mendengar kabar dari para setan penghuni hutan di Padang 12, akhirnya Abyad tahu bahwa Retno adalah anak dari Putera Kelana, rival abadinya.

"Retno, sadarlah!" seru seorang lelaki, lantas menepuk bahunya.

Retno mendongak, melihat sosok tersebut di tengah derasnya hujan.
"B-Bapak?"

Sosok tersebut mengangguk. "Bangun, bukankah kau sudah berjanji kepada bapak?"

"Apa ini ... cuma di dalam alam pikiran Retno lagi, Pak?"

Putra Kelana menggeleng. "Kali ini tidak! Kita akan berjuang bersama!"
Retno dengan perlahan menyambut tangan bapaknya, kemudian menggenggam dengan erat. Sekali tarik tubuh Retno berdiri tegap kembali.

"Bapak ...?"

Kelana tersenyum. "Ya!"

Tanpa aba-aba, Retno memeluk erat sosok yang sangat dia rindukan, sosok yang sangat dia idolakan.
"Kenapa lama sekali, Pak? Kenapa harus menunggu saat seperti ini?" keluh Retno merengek seperti anak kecil.

"Ada sebabnya, tetapi sebab itu sekarang tak bisa Bapak tahan lagi."

Retno melepas pelukannya. "Maksudnya?"
"Sebab yang membuat Bapak dengan berat hati meninggalkanmu yang masih kecil dan Ibu," jelasnya.

"Apa itu?"

Kelana tersenyum, dia paham dengan rasa penasaran anaknya, dan memang dia pantas untuk tahu.
"Semuanya terjadi saat riset yang Bapak lakukan terakhir kali. Jika kamu membaca novel-novel Bapak sebelumnya, Bapak yakin kamu sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan apa yang sedang Bapak cegah agar tak terjadi," jelas Kelana.
Retno mengerutkan dahi dan mencoba mengingat-ingat kembali novel bapaknya yang sudah dicetak.
"Rencana Tersembunyi Setan, Pemanggilan Iblis, Desa Setan? Semuanya agar peristiwa di desa ini tidak terjadi? Mencegah setan-setan menguasai desa ini?" tebak Retno setelah mencoba mengaitkan setiap judul novel yang sudah bapaknya buat.
Kelana tersenyum. "Kamu memang anak Bapak!"

"Lantas apa hubungannya dengan kematian Bapak untuk mencegahnya? Apa ... Bapak sungguh-sungguh sudah mati saat ini?"
"Ada dua hal yang perlu kamu ketahui. Pertama, Bapak belum meninggal, Bapak hanya memalsukan kematian agar ibumu tak menunggu dan mencari-cari Bapak! Kedua, Bapak adalah 'orang limun', yang juga berarti kamu adalah setengah manusia, dan setengah jin!"
Mulut Retno menganga mendengarnya. "Retno ...?"

Kelana menangguk. "Begitulah."

Bersambung.
Sebuah fakta tentang Retno akhirnya terkuak. Hal yang membuatnya cukup peka dengan keberadaan "mereka", hal yang membuatnya menjadi incaran mereka juga.

Apa yang akan terjadi ke depannya? Bisakah Retno menghentikan rencana Abyad untuk menciptakan Desa Setan?

Nantikan bukunya!

β€’ β€’ β€’

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
γ€€

Keep Current with #BangEn

#BangEn Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Enrickohendaya1

Dec 25, 2022
"Assalamualaikum ...," ucap seorang wanita yang baru saja turun dari motornya.

"Wa'alaikumsalam," balas Andi.

"Maaf agak lama, tadi saya siapin obat-obat dulu, persiapan jika Bu Sri membutuhkannya," jelasnya sambil menunjukkan kotak obat.
Read 42 tweets
Dec 24, 2022
Sudah hampir dua jam, tetapi Bi Nur, orang yang Andi tunggu tak kunjung datang. Kegelisahan pun kian bertambah karena telepon darinya tidak diangkat juga oleh si bibi.
Read 33 tweets
Dec 23, 2022
Hari kedua....

Suara ketukan pintu rumah Pak Ujang di siang bolong membuat Ustad terbangun. Entah berapa lama lagi dia tertawan di sana, keputusannya untuk pergi sendiri dan tanpa persiapan adalah sebuah kesalahan.
Read 33 tweets
Dec 22, 2022
Tatapan jin tersebut membuat Andi kelu, jangankan bergerak atau bicara, bernapas pun seakan sulit. Saat kaki yang hitam dan besar itu melangkah mendekat, saat itu juga tubuh Andi bergetar dengan hebat. Keringat? Tubuhnya seakan-akan tertimpa hujan deras.
Read 34 tweets
Dec 17, 2022
"Pak Ustad! Pak Ustad!" panggil Andi berulangkali sambil menepuk pundak Ustad yang tertidur di kursi ruang tunggu, karena saking paniknya.

"Andi?" ucap Ustad saat membuka mata. "A-a-apa yang terjadi? Di mana Bi Nur?" tanyanya lagi setelah menyadari Bi Nur tak ada di dekatnya.
Read 36 tweets
Dec 16, 2022
"Kamu sudah sadar, Andi?"

Andi mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak, menyesuaikan penglihatan yang terkena sinar matahari dari luar jendela kamar.

"Bik Nur?" ucapnya setelah menyadari orang yang berada di sampingnya. "Ibu ...? Di mana Ibu?"
Read 33 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(