( Sebelum kalian membaca cerita ini, pastikan kalian sudah membaca cerita kampung mati agar kalian tidak gagal paham dan mengerti dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi ).
"Buk, sepertinya mereka datang lagi...tuh denger gak suaranya, mereka nyanyi-nyanyi" ucapku dengan perasaanku yang sudah sangat ketakutan karena meski
semua pintu sudah kututup rapat, malam itu bayi kecilku terus saja menangis histeris yang membuatku khawatir, jika mereka sampai mendengar suara tangisan bayiku, tentu saja aku dan keluarga kecilku seketika berada dalam bahaya.
"Oekkk...oeekk....oeekk..".
Mendengar semua itu, istriku seketika terlihat menutup mulut bayiku dengan kain agar bayiku tidak terlalu mengeluarkan suara.
Bahkan, selain mulutnya ditutup dengan kain dan dibungkam, bayiku malam itu juga dimasukan kedalam kardus kecil
agar suara tangisannya benar-benar bisa sedikit diredam.
Hal itu, tentu saja terpaksa dilakukan karena akupun tau, jika malam itu aku sampai menarik perhatian mereka, bukan tidak mungkin akulah yang saat itu menjadi korban selanjutnya.
Semua itu tentu saja bukanlah tanpa alasan, karena akupun tau, kondisi kampungku waktu itu masih sangat mencekam dengan banyaknya orang yang berteriak PKI.PKI.PKI yang disertai dengan maraknya kasus pembunuhan disana dan sini.
Meski aku tidak kunjung mengetahui mereka simpatisan PKI atau bukan, namun yang jelas, semua orang saat itu benar-benar berubah menjadi brutal tidak karuan.
Bahkan, bisa dikatakan saat itu sudah tidak ada satupun orang asing yang bisa kupercaya.
Yang kupercaya hanyalah keluargaku, saudaraku, dan tetangga-tetangga terdekatku.
Tapi sayangnya, semua saudara dan tetanggaku saat itu juga sudah pergi meninggalkan kampungku.
Yang ada dikampungku sepertinya hanya tersisa keluargaku dan mungkin,
ada beberapa keluarga lainnya yang sepertinya mereka juga sama denganku, yaitu mengurung diri dirumahnya agar keluarganya tetap dalam keadan baik-baik saja.
Sebenarnya, waktu itu aku juga sempat mendengar jika ada sebuah tempat pengungsian yang disediakan oleh pemerintah desa.
Namun karena aku masih takut jika harus keluar rumah, akhirnya aku memutuskan untuk tetap bertahan dengan secuil harapan jika kekacauan tersebut benar-benar bisa segera kembali aman.
"Pak...aku takut.."rintih istriku dengan raut wajah yang terlihat sangat ketakutan karena asal kalian tau, suara nyanyian dari segerombolan orang tersebut memang terus saja terdengar.
"Sssstttt...diam bu...semuanya pasti baik baik saja..apapun yang terjadi,
aku akan tetap disini, melindungimu dan melindungi anak kita" ucapku menenangkan istriku dengan tanganku yang waktu itu seketika memeluk tubuhnya.
Mendengar hal itu, istrikupun perlahan mengangguk dengan sesekali melihat kearah bayiku yang saat itu masih berada didalam kardus.
Tapi sayangnya, bukannya mereda, keadaan semakin lama malah terasa semakin mencekam saja.
Bagaimana tidak..
Beberapa saat setelah itu, aku mendengar suara segerombolan orang tersebut tiba-tiba terdengar sedang berjalan mendekat dari arah kejauhan.
Suara segerombolan orang tersebut, terdengar jelas semakin mendekat dengan diiringi suara canda tawa, suara teriakan hingga suara ancaman yang terdengar sangatlah menakutkan.
"Gak gelem manut tak pateni....( Gak mau nurut Tak bunuh )." Suara tersebut terdengar jelas
dan cukup kencang.
Hingga akhirnya, beberapa saat kemudian, suara segerombolan orang tersebut benar-benar terdengar sangat dekat seperti sedang melintas didepan rumahku.
"Brek.brek.brek.brek.brek.brek"
Mendengar hal itu, tubuhkupun seketika bergetar hebat,
jantungku berdetak kencang dengan istriku yang juga terlihat sudah memejamkan matanya.
Meskipun begitu, dengan tetap memberanikan diri, aku mencoba mengintip dari dalam rumah agar aku tau, siapa yang saat itu sedang melintas.
Dan puncaknya, setelah mataku kuarahkan kesalah satu lubang yang ada didinding rumahku, malam itu aku melihat tepat didepan rumahku, ternyata ada sekitar 7 orang laki laki paruh baya dengan 3 perempuan muda dibelakangnya.
7 laki laki tersebut, terlihat telanjang dada dengan ada beberapa orang yang membawa celurit ditangannya.
Dan tidak hanya itu, 3 perempuan yang ada dirombongan tersebut, terlihat sedang diseret paksa dengan tidak mengenakan satupun pakaian yang melekat ditubuhnya.
Melihat semua itu, matakupun seketika tercengang, tubuhku kembali bergetar dengan perasaan yang sudah campur aduk tidak karuan.
"Ya allah, siapa mereka..mau dibawa kemana perempuan-perempuan itu" fikirku dalam hati dengan mataku yang terus saja
memperhatikan segerombolan orang tersebut tidak berhenti.
Tapi sayangnya, bukannya menjauh, segerombolan laki-laki dan wanita tersebut malah terlihat masuk kedalam rumah yang berada tepat disamping rumahku.
Rumah yang ada disamping rumahku tersebut, adalah rumah salah satu
tetanggaku yang bernama pak Wiryo.
Meskipun rumahnya cukup besar, waktu itu rumah tersebut memang kosong karena ditinggalkan oleh pak Wiryo sudah dari beberapa minggu yang lalu
Disitu, segerombolan laki-laki tersebut terlihat mendobrak pintu rumah Pak Wiryo
dan seketika masuk kedalamnya.
Dan dari dalam rumahku, akupun akhirnya mendengar semua kegiatan segerombolan laki-laki tersebut didalam rumah pak Wiryo yang sepertinya, Mereka sedang memperkosa 3 perempuan yang sebelumnya kulihat tidak berpakaian tersebut.
Mendengar hal itu, aku dan istriku mencoba menguatkan diri sembari terus berdoa agar keberadaanku didalam rumahku tidak sampai diketahui oleh mereka.
Bahkan, agar merasa lebih aman, malam itu aku dan istriku seketika masuk kedalam kolong tempat tidur untuk berjaga-jaga
jika mereka tiba-tiba masuk kedalam rumahku begitu saja, mengingat posisi rumahku dan posisi rumah pak Wiryo sangatlah berdekatan.
Namun naasnya, bukannya tenang, malam itu aku malah mendengar obrolan segerombolan laki-laki tersebut malah terdengar ingin masuk kedalam rumahku.
" Wes wegah aku lek sak omah..mending arek wedok siji iki tak gowone nang omah sebelah, omah e rupane penak..kasur e paling empuk, hahaha (Ah, males aku kalau kita mainnya satu rumah, mending 1 perempuan ini kubawa saja kerumah yang ada disebelah. Sepertinya rumahnya nyaman,
kasurnya pasti empuk. Hahahaha)." Ucap salah satu laki-laki yang ada dirombongan tersebut terdengar lirih.
Mendengar hal itu, jantungkupun seketika berdetak kencang karena aku menduga, jika rumah sebelah yang dimaksud laki-laki tersebut adalah rumahku.
Disitu, fikiranku sudah semakin tidak karuan, tubuhku bergetar dengan tanganku yang terus meremas tangan istriku yang sudah sedari tadi ketakutan.
Hingga akhirnya, beberapa saat kemudian, akupun mendengar suara langkah kaki yang terdengar berjalan mendekat
kearah rumahku dari arah samping.
"Plek.plek.plek.plek.plek."
Dan tidak hanya 1, malam itu aku mendengar suara langkah kaki tersebut sepertinya berasal dari 3 orang.
Hal itu dikuatkan dengan suara obrolan yang terdengar mendekat adalah obrolan 2 orang laki-laki
dengan 1 wanita yang terdengar merintih menangis pelan.
" Aku seng disik, awakmu jogo ndek njobo, ngkuk gantian. (aku duluan, kamu jaga diluar, nanti kita gantian )." Ucap salah satu laki-laki yang terdengar semakin lama sudah semakin mendekat kearah pintu utama rumahku.
Mendengar hal itu, akupun seketika pasrah, air mataku mulai keluar perlahan dengan tanganku yang mulai meraih linggis dan pisau yang memang sudah kusiapkan.
Disitu, akupun menyempatkan diri untuk mencium kening istriku sembari menguatkan diri jika ada hal
yang tidak diinginkan memang harus terpaksa terjadi.
"Nanti kalau mereka berhasil masuk, kamu lari keluar rumah lewat pintu belakang ya..bawa anak kita..biar aku hadang mereka didepan" ucapku dengan air mataku yang sudah mulai keluar perlahan.
Bersambung...
(Cerita ini sampai tamat sudah bisa kalian baca di aplikasi karyakarsa dalam bentuk full story..link baca sudah tersedia di bawah ini ya...)
Gara gara lupa lepas tali pocong, 2 daerah di kabupaten malang ini di terror pocong keliling.
Ngeri !
Cong culi den
A Thread
Cong culi den, cong culi den,
Pocong uculi moden.
(Lepaskan tali pocong ku pak Mudin )
Bagi warga kota Batu, kota Malang hingga kabupaten Malang,mungkin kalian sudah tidak asing dengan terror pocong yang saat itu pernah menggemparkan warga desa
Tidak sekedar mengganggu, sosok pocong tersebut benar-benar mendatangi rumah warga satu persatu dengan cara mengetuk pintunya sembari berkata
"Cong culi den" yang jika diartikan, (saya pocong dan tolong lepaskan tali pocong saya wahai pak mudin ).
Minimal baca ini biar tau kalau suku osing memang terkenal sakti sudah dari dulu
Sebuah utas
#lakonstory
Ya kalau ngomongin banyuwangi, pasti seketika fikiran kita akan mengarah ke sebuah kota yang ada di ujung pulau jawa.
Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Banyuwangi juga dijuluki sebagai kota santet loh, kok bisa sih,
Ini penjelasannya.
Sejak dulu, Banyuwangi ini memang kental dengan budaya Mistisnya, bahkan disana, juga ada perkumpulan dukun, perkumpulan ahli spiritual ataupun semacamnya.