Creepylogy Profile picture
Mar 27, 2023 80 tweets 9 min read Read on X
-RUQYAH-

Gangguan sihir biasanya datang secara bertahap.

(2)

RT biar rame
Izin tag
Terima kasih RT/likes 🙏

@IDN_Horor @bacahorror_id @P_C_HORROR @Penikmathorror @threadhororr @ceritaht
#bacahorror #penikmathorror Image
Koreksi. Ini bagian 3.

Update yang ini mungkin agak nyantai, kalau berhenti di tengah jalan nanti dilanjut lagi jam 9 setelah njengking.
(3)

Tidak seorang pun penghuni kos mengetahui keanehan yang menimpa Amara. Sebelumnya ia buru-buru membereskan kekacauan di depan kamar sebelum orang lain datang. Dia sendiri tidak ingin mengadukan hal itu kecuali kepada pemilik rumah agar diperbolehkan melihat rekaman.
Jam setengah sembilan malam Amara keluar kamar. Keluarga pemilik kos biasanya sudah ada yang tiba di rumah, kalau bukan semuanya. Dengan sopan ia ketuk pintu rumah yang sedikit terbuka. Ada seorang pria di dalam, namanya Ferly, putra pemilik rumah.
Ferly segera mendengarkan keluhan sekaligus permintaan Amara. Kemudian, meski dia bilang perkara semacam ini tidak pernah terjadi sebelumnya, ia memenuhi permintaan tersebut.
"Ayo masuk," kata pria itu. Dia melangkah lebih cepat untuk mempersiapkan rekaman video. Sebentar saja Amara telah berdiri di samping.

"Perkiraan jam berapa?"

"Jam tiga sampai jam lima."
"Oke, sebentar...., nah! Coba kamu periksa sendiri." Kursi lelaki itu segera digantikan Amara. "Kalau ada yang perlu ditanyakan, saya di depan," ujarnya sebelum meninggalkan Amara sendiri.
Pelacakan langsung dimulai. Agar mempersingkat waktu Amara memilih mode percepatan video. Rekaman menampilkan pergerakan di lantai dua silih berganti.
Dua penghuni keluar kamar, kemudian seorang masuk. Beberapa waktu kemudian seorang itu keluar lagi. Sesudahnya tidak tampak ada pergerakan, hingga pukul 16.07, Atun muncul di video. Dia langsung mengarah ke kamar Amara.
Sejalan cerita yang didengarnya tadi sore, agaknya Atun berniat meminjam sapu. Hanya tampak sebuah sapu di lantai itu, sebab Amara tidak pernah menyimpannya di dalam.
Rekaman dijeda tiba-tiba ketika Amara melihat Atun berhenti di pintu kamarnya. Video diputar lebih lambat, kecepatan setengah, sehingga ia mendapatkan fakta yang terang benderang.
Meski Amara meyakini pintu kamarnya dikunci, dan tidak kelihatan jelas juga kalau pintu itu terbuka atau sebaliknya, kenyataan Atun tampak melangkahkan kakinya sedikit ke dalam kamar Amara.
Tidak cukup di situ, ia menggerakkan tangan serta kepala seolah sedang bicara dengan seseorang di dalam.

"Sepertinya dia tidak berbohong," lirih Amara, "tapi bagaimana bisa..."
Rekaman dilanjutkan. Sesudah itu Atun menyapu koridor sehingga di situlah secara tidak sengaja ia mematahkannya ketika hampir selesai.

"Apa yang dilakukannya?" batin Amara ingin tahu.
Yang dilakukan Atun ialah menyelesaikan pekerjaan dengan alat seadanya lalu kembali mendatangi kamar Amara. Dan ajaib! Sekali lagi perempuan itu memperlihatkan gerak-gerik sebagaimana yang sebelumnya, bahkan separuh badannya terlihat berada di dalam kamar itu.
"Dia sama sekali nggak bohong," tandas Amara. "Ada seseorang di kamarku."
Namun ia masih berusaha mengelak kalau itu adalah fenomena paranormal. Dengan kata lain boleh jadi memang ada orang lain yang memegang kunci duplikat lalu sengaja menjahatinya.
Karenanya ia melanjutkan rekaman tersebut. Selesai menyapu Atun berjalan mendekat ke arah kamera hingga ia menghilang dari rekaman.
Jam di video terdata pukul 16.30. Pemutaran kembali dipercepat.
Pada pukul 17.01 Amara menangkap gambar yang ditunggu-tunggu. Mendadak saja berhamburan segala macam dari dalam kamarnya. Sungguh barang-barang itu seperti dilempar oleh seseorang.
Amara ingat dirinya tiba di kos sekitar pukul 17.00, tertahan di bawah sekitar 10 menit sebelum ia naik menuju kamar. Dengan itu ia meneruskan pengamatannya.

12 menit setelah pemandangan misterius itu Amara menyaksikan sosoknya sendiri berjalan cepat ke arah kamar.
Tentu ia tidak mengharapkan rekaman videonya demikian. Alangkah lebih menenangkan bila seseorang menerobos kamar lalu berbuat jahat padanya. Karena dengan begitu ia dapat menetapkan tindakan apa yang perlu dibuat selanjutnya.
Sayangnya fakta seringkali berlawanan dengan kehendak manusia. Amara membenci kenyataan tersebut. Dan yang ia rasakan sungguh merupakan absurditas yang dapat menimpa siapa saja.
Padahal sedari awal ia menginginkan suatu bukti yang kuat, dan bukti adalah petunjuk paling relevan untuk mengetahui kebenaran. Namun secara picik dia malah mengangankan bukti yang sesuai dengan kecocokan hatinya.
Menduga ada orang lain membobol kamarnya memang lebih mudah, tetapi tanpa bukti dugaan itu sama sekali tiada artinya.
Pembuktian sudah selesai. Amara hendak kembali ke kamar dengan kepala berkecamuk. Namun langkahnya tertahan. Sebuah panggilan masuk, nomor asing.
"Selamat malam," Amara mengangkat telepon.

"Dengan Nak Amara?"

"Betul, Pak. Anda siapa dan ada perlu apa?"

"Ya. Saya Hamdan, ayahnya Amelia. Kalian berdua berteman, bukan?"
Amara cepat menangkap. Yang dimaksud Amelia ialah Teteh. Sepintas gadis itu menyangka penelepon mau membicarakan buku pesanannya.
Rupanya bukan itu. Hamdan bertanya, "Amelia masih bersama nak Amara?"

"Bersama saya?" ia terperanjat.

"Sebetulnya kami ada acara keluarga hari ini. Cuma makan malam karena ibunya ulang tahun."

"Ya?"
"Amelia tadi pamit pergi ke tempat kos nak Amara."

"Jam berapa, Pak?"

Jawab penelepon, "Setelah maghrib, kira-kira jam setengah tujuh." Namun pria itu lekas mendapati keganjilan dari pertanyaan Amara, sehingga ia tanya, "Bukankah kalian sedang bersama?"
Jawab Amara, "Oh, bukan, Pak. Kami hari ini bertemu di kampus sampai jam setengah lima."

"Begitu, ya? Apakah dia mengabari kamu setelah itu?"
"Belum, Pak. Tapi mungkin..., aaa, jangan-jangan dia sudah sampai di tempat saya dari tadi."

"Oo, Nak Amara sedang pergi?"

"Iya, Pak. Tapi ini baru saja sampai di rumah."
"Sebenarnya saya mau titip buku pesanan kamu, tapi dia tampak buru-buru."

"Maaf jadi merepotkan. Buku itu masih bisa lain kali, Pak."

Sebentar setelah itu percakapan berakhir. Amara membuka pagar kos lalu mempercepat langkahnya ke kamar.
Namun demikian ia melihat yang lain lagi. Sejumlah penghuni kos tengah berkumpul berdekatan di ujung lorong. Kedatangan Amara membuat mereka menoleh. Hingga Amara mengerti bahwa semua orang itu berkerumun lantaran terjadi sesuatu pada kamarnya.
Barang-barang dan sampah yang tadi berserakan terlihat lagi di depan kamar itu. Amara bersorak panik seraya pontang-panting membereskan kekacauan itu.
Sialnya kekacauan tidak hanya terjadi di luar, bahkan yang lebih hebat lagi justru di dalam. Seisi kamar Amara ternyata telah diobrak-abrik sedemikian rupa.
Lemari pakaian roboh, kaca rias pecah berpuing-puing, kasurnya terkoyak-koyak sabetan benda tajam, bahkan buku-modul perkuliahannya tinggal berupa robek-robekan kertas.
Keluar mahasiswi itu dari kamarnya, menatap orang-orang tanpa berkata. Hingga seorang yang bernama Shizuka bersuara, "Kejadiannya sangat cepat. Ada seorang perempuan datang lalu mengamuk seperti kerasukan setan."
"Ciri-cirinya bagaimana?" desak Amara.

"Dia pernah ke sini beberapa kali," beber Atun yang ada di antara kerumunan. Lalu ia kibaskan telunjuk di samping rambutnya sambil menerangkan, "Rambutnya bob..., dengan layer warna biru pucat."
"Teteh?" batin Amara tak percaya.

Atun berujar, "Kamu pasti kenal dia. Ada rekaman yang bisa kamu lihat. Maaf, kami nggak bisa berbuat banyak. Shizuka tadi mencoba menghentikan dia tetapi badannya didorong hingga terpental jauh. Dia sangat kuat, Amara."
"Rasanya seperti bukan manusia," keluh Shizuka, "bahkan pria nggak punya tenaga sebesar itu."

"Kamu pasti lebih paham itu karena lama berlatih boxing," tukas Atun.
Amara berterima kasih pada mereka dan berjanji akan mengusut kejadian itu. Satu persatu penghuni kos mundur dari tempat itu hingga tinggal ia sendiri yang masih harus repot-repot merapikan tempat tinggalnya.
Lanjut jam 9
Namun itu bukan perkara gampang. Kekacauan lebih parah dari yang terlihat. Kaca jendela yang menghadap rel kereta ternyata tak luput jadi sasaran.
Karuan saja kaca itu pecah dan rontok. Amara sedikit pun tidak bersedih karena kejadian itu, melainkan marah. Akan tetapi pada siapa dia marah, Teteh?
"Mengapa dia lakukan ini, buat apa?" rahang wanita itu geretak-geretak. Sebenarnya pertanyaan di dalam hatinya itu adalah istilah lain untuk kata mustahil.
Amara segera menyangkal tuduhannya yang ia buat sendiri. "Mana mungkin Teteh berbuat segila ini. Walau belum lama berteman, kami nggak punya masalah apa pun."
Sekali lagi Amara membuat penyangkalan atas kebenaran yang sudah jelas. Masa bodoh semua orang mengatakan pelaku pengrusakan itu adalah teman dekatnya, ia selalu punya alasan untuk tidak percaya.

***
Malam demikian pekat, mengiringi lebat hujan yang sambung-menyambung dengan gemuruh. Tatap lurus Amara menandai lamunannya.
Di seberang matanya tembok gelap berderet. Agak jauh di sebelah kanan menyala lampu pada perlintasan kereta. Sementara lokomotif belum lagi lewat. Sunyi.
Tak ayal, rintik hujan membasahi Amara. Tidak peduli, ia terus tenggelam dalam lamunan yang tidak ada manfaatnya. Pikirannya kosong layaknya cangkang bekicot yang sudah mati.
Sesekali wujud Teteh membayang di kepala. Bukan saja tentang fakta ia disebut-sebut sebagai pelaku perusakan kamarnya, juga tentang ceritanya kemarin siang. Dan cerita Atun serta semua yang telah dijumpainya akhir-akhir ini.
"Kenapa paman dan kakek-nenek kerap datang di mimpi?

Mengapa mama tidak pernah lagi datang menjenguk?"
Banyak soal yang dapat ia tanyakan, tetapi timbul pemahaman bahwa ia mesti mendeteksi masalah utamanya dari akar. Kemudian ia jadi percaya,
Kemudian ia jadi percaya, untuk mengungkap persoalan itu haruslah melihat dari pelbagai sisi. Oleh karena itu Amara tiba-tiba terdesak ingin melihat rekaman situasi di lantai 2 yang berkisar pukul 20.00 sampai 20.40.
Walau sudah terlalu malam Amara tidak ambil pusing. Bergegas ia turun untuk kembali mendatangi tuan pemilik rumah. Untung saja pintunya masih dibuka.
Ia pun tak sungkan nyelonong pagar kemudian mengetuk. Sekian detik kemudian ada sahutan dari dalam. Lantas Ferly menyongsongnya dalam pakaian yang masih sama.
"Oh, kamu lagi. Ayo masuk. Kami sengaja menunggumu dari tadi." Tanggapan tuan tanah tentu saja menimbulkan tanya.
Tetapi pria itu segera menjelaskan, "Ada yang datang mengadukan kejadian itu. Aku sudah memeriksa rekamannya. Tadi sore juga kamu mengalami kejadian aneh, bukan?"
"Ya...," Amara gugup terhadap sikap Ferly yang begitu terbuka. Dan ia tidaklah sendirian, melainkan bersama ayah dan ibunya yang tengah duduk menonton televisi.
Tidak lama sesudah itu Amara diperlihatkan rekaman CCTV. Ferly sengaja menemaninya untuk memberi keterangan lebih jelas.
"Kamu lihat, ini kamera di bawah. Wanita ini tiba pukul 20.24. Dia langsung menuju lantai dua."

Amara mengamati sosok dalam rekaman video. Sepintas saja ia dapat memastikan kalau dia adalah Teteh.
Karena sudah terlalu malam Ferly mempercepat pemutaran hingga ia berkata, "Sekarang perhatikan ini..." Pria itu menggeleng tidak karuan.
"Dia seperti orang gila. Mengamuk sejadinya. Astaga! Kudengar dia temanmu satu kampus!? Bagaimana mungkin?"

"Benar. Dia temanku. Teman akrab."
Rekaman tersebut konsisten dengan kesaksian para penghuni kos. Termasuk insiden yang menimpa Shizuka, yang mana tubuhnya terperojok hampir lima meter akibat berusaha mengadang amukan Teteh.
Setelah menyaksikan itu Amara kehilangan kata-kata. Ada beberapa hal yang mengganjal tetapi ia tidak berminat membahasnya dengan Ferly.
Bagaimana pun kerusakan juga turut menjadi kerugian pihak pemilik kos. Oleh itu Amara merasa tidak ada yang lebih pantas kecuali meminta maaf atas kelalaiannya.
"Bagaimana kerusakannya," tanya Ferly.

Amara menerangkan keadaan semuanya dengan jujur, "Kaca jendela di belakang pecah. Selebihnya ia hanya merusak barang-barangku."
Ferly menundukkan kepalanya seraya mengatakan, "Terus terang saja, Amara, itu perbuatan kriminal. Kami sebagai pemilik bangunan berhak mengambil tindakan yang diperlukan."

"Saya mengerti."
"Baiklah. Mohon kerjasamanya."

"Maaf, tetapi...," dalam hati Amara tidak setuju dengan sebagian sudut pandang pria itu.

"Apa pendapatmu?"
Ujar Amara, "Bagaimana jika saya yang mengganti kerusakan?"

"Kamu nggak berhak, dong. Di sini kan jelas, pemilik bangunan itu kami. Jadi kami yang berhak menuntut," tandas Ferly.
"Maaf, menurut saya justru sebaliknya. Ada peralihan hak untuk sementara waktu akibat perjanjian sewa kamar antara pihak pemilik rumah dan saya."

Lelaki itu memicingkan mata, mengira-ngira maksud wanita itu sebenarnya.
"Biarkan saya yang mengganti kerugian itu. Semoga tidak ada kerusakan lain."

Ferly terheran-heran, lalu bertanya, "Apa tujuanmu melakukan ini? Kamu bukan pelakunya, kamu pun dirugikan."
"Bukan apa-apa. Hanya menurut saya lebih mudah menyelesaikan masalah ini dengan cara yang sederhana dan cepat."

"Aaa, logikamu cukup menarik. Tanggal berapa pembayaran sewa bulananmu?"

"Maksudnya?"
"Yang aku tahu, kamu masuk mulai tanggal awal Juli. Sekitar tanggal..."

"9 Juli," sahut Amara.

"Ah, begitu, tanggal 9 Juli. Artinya masih ada satu hari untuk kamu membereskan masalah ini."
Guna mempersingkat semuanya Amara berterus terang, "Saya paham. Maksudnya saya harus menyelesaikan masalah ini sebelum tanggal pembayaran uang sewa bulanan."
"Ya. Kamu bilang sesuai perjanjian, maka perjanjiannya akan berakhir satu hari lagi."

"Sebaiknya Anda melihat catatan yang lain, sepetinya ada yang terlewatkan."
"Maaf?"

"Saya sudah membayar sewa untuk 12 bulan."

Ferly tidak mampu lagi melawan argumen gadis itu.
Bersambung

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Creepylogy

Creepylogy Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @creepylogy_

Jul 12
–Kisah pembunuh heroik–

Sutikno Miji (59) mengepruk anaknya, Guntur Surono (22) dengan kayu dan hebel hingga terkapar tewas. Ia mengaku terpaksa melakukan itu demi menyelamatkan istri dan anaknya yang lain. Meski begitu Sutikno terancam 15 tahun penjara.
Image
Image
Peristiwa ini terjadi pada Senin (1/1/2024) pukul 15.00. Waktu itu, Sutikno sedang asyik ngulek sambal bawang di dapur rumahnya di Mijen, Kota Semarang. Bersamaan itu, Guntur pulang dan segera membuat keributan dengan adiknya, Jario. Pada awalnya Sutikno tidak menyadari hal itu.
Lalu Sutikno dengar istrinya, Darsih tiba-tiba melengking, "Pak, iki lho piye, anakmu pada tukaran. Adike arep dipateni."

Diberitahu begitu, Sutikno buru-buru meninggalkan cobeknya. Dan ternyata istrinya benar. Ia lihat sendiri Guntur sedang menantang Jario dengan pentungan.
Read 17 tweets
Jul 5
–Jerit mayat dalam kardus–

Pada tahun 2001, terjadi pembunuhan sadis disertai mutilasi di Jakarta yang menewaskan tiga orang, yakni Abdullah (36), Julian (7), dan Farida (4). Kuat dugaan, pelakunya tidak lain Novinda (32), istri Abdullah sekaligus ibu dari anak korban Julian dan Farida.Image
Pembunuhan itu diketahui pada hari Senin sore bulan November. Bermula dari seorang wanita datang ke rumah korban hendak mengantarkan pesanan kue ulang tahun. Hari itu Farida berulang tahun yang ke-5.
Lantaran panggilannya tidak ditanggapi, pengantar kue mencari tahu ke rumah tetangga sebelah lalu bertemu Lumban, pemilik rumah tersebut. Lumban mengira Abdullah sekeluarga sepertinya sedang pergi. Ia terakhir kali berjumpa dengan mereka pada hari Jumat atau tiga hari yang lalu.
Read 137 tweets
Jun 29
–Fenomena bunbun diri di Air Panas Semurup, Kerinci–

Salah satu kisah paling tragis terjadi 13 tahun silam; Seorang perempuan menceburkan diri ke kolam air panas bersama putrinya yang berumur 8 tahun. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak orang yang mengakhiri hidupnya di tempat ini. Sebagian dapat diselamatkan, yang lain tewas mengenaskan.Image
Air Panas atau Gao Semurup merupakan sebuah tempat wisata. Terletak di Kecamatan Air Hangat, Kabupaten Kerinci, Jambi. Dari Kota Sungai Penuh jaraknya tidak lebih 15 km. Namun, di samping sebagai tujuan pelesiran, ia menyimpan sisi lain, yaitu sebagai lokasi orang-orang putus asa yang hendak mengeksekusi dirinya sendiri.Image
Situs ini terbagi menjadi dua kawasan, yang dikelola pemerintah dan yang masih berstatus milik warga. Yang milik pemerintah sudah dipasangi pagar di sekelilingnya, yang dikelola warga masih dibiarkan seadanya. Apa pun statusnya, kedua kawasan itu sama-sama menyimpan cerita yang menyeramkan.
Read 24 tweets
Jun 24
–Sadisnya kasus mutilasi Sleman–

Redho (20) disembelih hidup-hidup oleh dua pria penyuka sesajen, Waliyin (29) dan Ridduan (38), dalam sebuah scene BDSM yang jauh lebih mengerikan dari film Gerald's Game. Dalam persidangan jaksa menyebut para pelaku terangsang gairahnya dengan adegan sadis tersebut.Image
Pada 9 Juli 2023, Ridduan menerima chat Facebook dari satu akun berinisial GP yang menanyakan tentang kesediaannya menjadi master dalam permainan (scene) BDSM. Orang di balik akun GP tersebut adalah Redho, mahasiswa semester 4 Fakultas Hukum UMY. Keduanya tergabung di sebuah grup BDSM.
Ridduan menyatakan bersedia. Masalahnya, ia tinggal di Cipulir, Jakarta, sedangkan Redho berdomisili di Yogyakarta. Bukan cuma soal jarak, namun juga tempat dan ongkos. Ridduan kerja tak menentu. Keuangannya seperti (maaf) tahi yang kadang keluar tiap hari, kadang seminggu sekali.
Read 26 tweets
Jun 2
–Mimpi keadilan Pegi Setiawan–

Mimpi Pegi tidak neko-neko. Ia ingin keluarganya bisa makan, adik-adiknya bisa terdidik. Karenanya ia memilih berhenti sekolah lalu bekerja. 10 tahun kemudian angan sederhana itu terancam musnah. Ia tiba-tiba dijadikan tersangka pelaku pembunuhan berencana di TKP yang tidak ia hadiri.

UtasImage
Mulanya saya menganggap ini semacam novel fiksi. Namun ketika gaungnya terdengar makin keras, saya merasa terpanggil untuk untuk menelusuri kasus ini lebih dekat. Kenyataan kemudian, ini lebih mirip sebuah tragedi yang menyesakkan. Karenanya saya ingin menulis sebuah catatan untuk Pegi Setiawan.
Beberapa waktu lalu saya bersama seorang rekan berangkat dari Jakarta dan tiba di tujuan, Kavling Simaja, Desa Kepongpongan, Cirebon pukul 15.30.
Read 72 tweets
May 27
Lanjutan Bank Pocong saya bikin utas baru aja lah. Susah amat nggak bisa keupload. Tandain dulu.
Tadinya aku berharap hadirnya Dewi bisa melipur penat pikiran, meski aku tahu ia juga hendak membaca surat yang dikirim untuk pamannya. Kenyataannya jauh betul dari keinginanku. Dewi sejak awal sudah menunjukkan ketegangan.
Ketika aku berjumpa dengannya di stasiun, ia langsung menagih surat yang kusinggung waktu itu. Tentu saja aku tidak membawa surat itu. Lalu ia minta diantar ke rumah secepat-cepatnya ketimbang mampir ke mana dulu kek,
Read 137 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(