Chocotea Profile picture
Apr 2 127 tweets 18 min read Twitter logo Read on Twitter
A HORROR THREAD - HAMPIR TENANG DALAM DEKAPAN GUNUNG MERBABU (PART 1)

Based on True Story

Apa niat sebenarnya yang mereka inginkan?
Menyelamatkan atau menyesatkan?
Kita selamat atau jadi mayat?

A Thread (1/127)

Tag : @bacahorror @IDN_Horor
(2/127)
Kisah Nyata Pendakian Gunung Merbabu 21-22 Februari 2020

Rombongan :
Aku (Penulis)
Wisnu (Nama Asli)
Kontet (Nama Samaran)
Haikal (Nama Samaran)
Fani (Nama Samaran)
Lisa (Nama Samaran)
(3/127)
Siapa sih yang tidak tahu Gunung Merbabu? Gunung tertinggi ke 8 di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.145 Mdpl ini, terletak di wilayah Semarang, Boyolali, Magelang, Jawa Tengah yang bersebelahan langsung dengan Gunung Merapi.
(4/127)
Merbabu sendiri merupakan salah satu Gunung terindah di Pulau Jawa dengan pemandangan sabana yang luas, serta tumbuh pohon edelweis disekelilingnya, layak sangat ramai dikunjungi para pendaki dan dikenal sebagai salah satu gunung dengan view pemandangan sabana terbaik.
(5/127)
Namun dibalik fakta keindahan Merbabu, terdapat beberapa pamali atau mitos ketika mendaki yang sebisa mungkin harus dipatuhi, beberapa pendaki konon merasakan kejadian janggal seperti merasakan aura mistis, halusinasi, berjumpa dengan penghuni dan kejadian aneh lainnya.
(6/127)
Apakah yang menyebabkan terjadinya kejadian tersebut dikarenakan mereka melanggar mitos atau pamali??? Baca selengkapnya.
(7/127)
Thread ini aku buat bukan bermaksud untuk menakut-nakuti pembaca yang ingin mendaki Gunung, melainkan penulis sekedar menceritakan pengalaman buruk rombongan ketika mendaki Gunung Merbabu ini.
(8/127)
Dalam tragedi ini hanya Aku dan Wisnu lah rombongan yang sadar dan paham betul akan misteri ini, sementara teman satu rombongan yang lain tidak sadarkan diri waktu tragedi ini.
(9/127)
Sebelum masuk ke cerita mari perkenalan dahulu. Kita merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi yang sama di Surakarta. Aku, Kontet, Wisnu merupakan mahasiswa prodi yang sama dari Kampus II, Aku dan Kontet itu satu angkatan sedangkan Wisnu adik tingkat.
(10/127)
Kita bertiga memang sering berpetualang di alam liar, sebelum pendakian ini kita juga sering mendaki ke beberapa gunung sebelumnya. Sementara itu Fani, Lisa, dan Haikal merupakan mahasiswa dari kampus V seangkatan denganku.
(11/127)
Awalnya rencana pendakian hanya 5 orang tanpa Aku, kemudian sewaktu istirahat di Kampus, Wisnu mengajak Aku untuk menemani pendakian dikarenakan Aku sering mendaki Gunung Merbabu sebelumnya.
(12/127)
W : Mas, gelem ndaki ora ning Merbabu?
A : Kapan?
W : Tanggal 21
A : Loh Jum'at?? Ngapa ora Sabtu wae? Jum'at kuwi ora apik, hari pendek
W : Lha Mas Kontet hari senine ana ujian ning Surabaya, dadine cah cah manut Kontet hari Jum'at, ben Sabtu sore wis balik Solo.
(13/127)
Singkat cerita awal mula mengajak Aku mendaki seperti itu, setelah itu dibuatlah grup WA oleh Fani dan mulai membahas masalah pendakian serta penyewaan barang.
(14/127)
Tiba H-7 pendakian, Kontet yang statusnya sebagai ketua rombongan melakukan registrasi online di Website pendakian Gunung Merbabu guna memilih tanggal sesuai rencana pendakian yaitu tanggal 21-22 Februari.
(15/127)
Memasuki H-2 pendakian tiba-tiba Kontet membatalkan diri untuk ikut mendaki dengan alasan sakit. (Faktanya Kontet tidak benar² sakit waktu itu, hanya sekedar ingin balik kampung)
(16/127)
W : Mas, iki Kontet malah ora sida melu, yen ketuane sampeyan piye, kan wis bola bali muncak Merbabu
A : Wis rasah kaget ro Kontet, labil bocahe, yawis daripada ora sida muncak, tak aku wae rapapa ketua rombongane, mesakne Fani ro Lisa sing pingin banget muncak.
(17/127)
Dalam situasi seperti ini Aku sedikit overthinking mengenai pendakian hari Jum'at ditambah lagi personil rombongan yang berjumlah ganjil (5 orang), terkadang juga kepikiran pamali dalam pendakian.
(18/127)
Tibalah waktu hari H pendakian, semua peralatan sudah disiapkan, kemudian berkumpul di depan Kampus V Pabelan pukul 08.30 WIB, sebelum itu Aku menjemput Lisa terlebih dahulu di Kos, sedangkan Haikal bareng sama Fani.
(19/127)
Pada saat Aku menjemput Lisa di kos nya, Aku melihat Lisa dalam keadaan lemas, raut wajah tampak pucat dan tidak bersemangat seperti ada tekanan dalam dirinya.
(20/127)
Ketika semua sudah berkumpul, kita perkenalan satu sama lain, dikarenakan Aku tidak mengenal semua kecuali Wisnu. Di situ saya sedikit menghina Wisnu karena memakai motor lama Astre* dengan membawa tak carrier besar 80 L.
(21/127)
A : Teke apa kuat motormu ngko wkwk
W : Rapapa santai, kuat-kuat, jam terbang tinggi ki, ora sah ngece mas.
(22/127)
Pada pagi hari itu cuaca sangat cerah, akhirnya rombongan berangkat dengan formasi boncengan Aku sama Lisa, Haikal sama Fani sedangkan Wisnu sendiri dengan motor Astre* kesayangannya.
(23/127)
Karena tidak ada yang hafal rute jalan pendakian, salah satu menggunakan Maps dalam perjalanan, dan yang mengoperasikan Maps adalah Lisa yang berboncengan denganku, di tengah perjalanan aku memberhentikan rombongan karena merasa ada yang janggal sama rute jalan.
(24/127)
A : Cah, iki kayane rutene salah deh, aku biasane yen muncak Merbabu via Selo ora lewat kene ki, tapi iki tak sawang ning Maps rutene wis bener.
W : Lanjut sik wae mas rapapa manut maps.
(25/127)
Setelah itu rombongan melanjutkan perjalanan, dalam perjalanan di sini aku tambah yakin ini bukan jalan biasanya, dikarenakan melewati tengah kebun, serta tidak menjumpai warga sekitar yang lewat jalan ini.
(26/127)
Setelah 1,5 jam perjalanan yang medannya sangat terjal dan mengerikan, motor yang ditumpangi Haikal sama Fani tidak kuat di tengah jalan. Aku Lisa dan Wisnu memberhentikan motor di tempat yang sedikit landai sembari istirahat menunggu Haikal dan Fani.
(27/127)
Setelah ditunggu cukup lama, akhirnya datang, lanjut lagi perjalanan yang terjal, untuk kedua kalinya motornya Haikal merasa ada masalah, tidak kuat untuk boncengan, akhirnya Fani sendirian yang membawa motornya sedangkan Haikal jalan kaki.
(28/127)
Aku berniat menjemput Haikal guna tak boncengin, waktu Haikal sudah naik, tiba² motor saya menjadi bermasalah, terpaksa saya naik sendiri lagi, sedangkan Haikal tetap jalan kaki.
(29/127)
Syukurlah di Maps Basecamp 500 meter lagi, Aku merasa lega, sesudah melanjutkan perjalanan, akhirnya menemukan simpangan jalan dengan jalan utama, di sini aku teringat satu tanjakan lagi kita sudah sampai Basecamp. "Ayo cah bar iki tekan BC" Ujarku kepada rombongan.
(30/127)
Pada saat mulai menaiki tanjakan terakhir, motorku mengeluarkan asap putih tebal setiap ngegas, padahal motorku itu masih baru, karena ada bau terbakar di motorku, akhirnya Aku sama Haikal memutuskan mendorong motorku, sedangkan yang lain sudah sampai dipintu masuk BC.
(31/127)
Setelah semua sampai di BC pukul 11.00, rombongan beristirahat, pukul 11.30 Aku teringat hari ini hari Jum'at, Aku bertanya kepada pihak BC Masjid terdekat yang ada Jum'atan di mana begitu.
(32/127)
Selepas sholat Jum'at, ternyata cuaca berubah menjadi gelap dan gerimis, di sini Aku merenung, "Ana apa iki, perasaan wingi tak cek perkiraan cuaca cerah banget, tapi saiki kok gerimis, ahh sudahlah ini kan area gunung, wajar cuaca berubah-ubah" Ujarku dalam hati.
(33/127)
Setelah itu Aku melihat sekitar pedesaan yang sangat sepi penduduk serta ke arah puncak Gunung Merbabu sambil berdoa supaya tidak hujan pas naik nanti.
(34/127)
Tiba² ada kilap asap hitam lewat depan wajahku, tak lama setelah itu Aku merasa sangat berat dan terasa pusing, akhirnya aku memaksakan mengajak Wisnu dan Haikal cepat² kembali ke BC dengan kondisi sedikit gerimis. "Cah, wis ayo ndang balik BC selak deres udane" Ujarku.
(35/127)
Setelah sampai kembali di BC, Aku melihat situasi BC sangat sepi, tidak seperti Merbabu pada biasanya yang ramai pendaki. Pukul 13.30 sebagai ketua rombongan Aku melakukan registrasi ulang di Pos Pendakian terlebih dahulu.
(36/127)
Setelah registrasi, rombongan langsung ke tempat cek kelengkapan barang, setelah selesai pengecekan, aku kembali lagi ke registrasi dan diberilah sebuah gelang warna oren oleh pihak petugas yang katanya digunakan untuk mendeteksi pendaki, ketika sampai di Sabana 1.
(37/127)
Di sini aku bergumam dalam hati "perasaan kemarin-kemarin setiap naik gunung Merbabu tidak diberi gelang, yaudah mungkin aturan baru" Ujarku.
(38/127)
Setelah selesai proses registrasi, Aku balik badan untuk kembali ke rombongan, akan tetapi selepas balik badan, tiba² petugas tersebut memberikan bisikan pelan kepadaku "Mas, yen sampeyan ning dalan mengko ora yakin, mending balik wae, aja mbuk terusne" Ujar petugas.
(39/127)
Sepintas aku kaget melihat bapaknya tiba² dibelakang aku dengan senyuman tipisnya, lagi dan lagi aku bergumam dalam hati dan berpikir aneh "ada apa sih sebenarnya"?.
(40/127)
W : Weh mas apa kuwi?
A : Anjir aku dikek i gelang, jare iki ngko isa deteksi awakdhewe pas perjalanan.
W : Weh elokmen saiki
A : Oh ya cah iki mau aku entuk welingan saka bapake, yen ana apa² ngomong aku ya cah, aja meneng. Yawis ayo do'a sik sedurung munggah.
(41/127)
Selepas berdoa rombongan mulai pendakian pukul 14.30 dengan kondisi cerah. Pada saat perjalanan kami berlima saling ketawa bahas sana bahas sini, si Haikal dengan kamera GoPro kecilnya juga tak luput mendokumentasikan momen perjalanan mendaki pertama kalinya.
(42/127)
Akan tetapi perasaan aku masih tidak nyaman, masih memikirkan omongan petugasnya tadi sambil melirik kanan kiri. Jadi sebisa mungkin saat perjalanan dan sambil mengobrol aku berusaha untuk memasang raut wajah gembira, tidak gelisah supaya rombongan tidak curiga padaku.
(43/127)
Setelah perjalanan sekitar 1,5 Jam, sampailah kita di post 1, kita istirahat minum dan makan cemilan. Sementara aku masih melihat area pepohonan sekitar. Karena cuaca mendung lagi, aku mengajak rombongan melanjutkan perjalanan "Ayo cah lanjut, selak udan neh" Ujarku.
(44/127)
Saat perjalanan menuju pos 2, aku merasakan ada yang mengintai rombongan kami, padahal waktu perjalanan ini benar² sangat sepi, tidak ada pendaki lain. Yasudah aku awalnya tidak memikirkannya dengan berat.
(45/127)
W : Mas, kae pos 2 wis ketok, leren sik dilit ya mas.
A : Kuwi dudu pos 2, tapi pos bayangan, pos 2 ki bar iki tekan dilit ngkas, yawis leren sik wae rapapa, tapi aja suwe², selak maghrib, mengko sholate ning pos 2 sisan.
W : Oke mas.
(46/127)
Waktu menunjukkan pukul 17.00, setelah 20 menit dari pos bayangan sampailah di pos 2, saat yang lain sedang istirahat dan mempersiapkan untuk sholat ashar dan maghrib, tiba-tiba ada sesosok hitam berdiri dipepohonan, aku yang tidak sengaja melihatnya langsung istighfar.
(47/127)
W : Ana apa mas?
A : Ora papa nu, wis ayo ndang sholat sik gek lanjut, wis peteng iki, mengko ngecamp ning post 3 wae ya cah, ra candhak kayane yen meh ngecamp ning sabana 1.
W : Oke mas siap.
(48/127)
Selang beberapa saat, kita yang belum sempat sholat langsung dikejutkan dengan gerimis, seketika semua memasukkan kembali barangnya ke tas dan menggunakan mantol.
(49/127)
Dengan cuaca yang semakin tambah deras, setelah berunding cukup lama kita akhirnya memutuskan untuk lanjut perjalanan terlebih dahulu menuju pos 3, karena tidak memungkinkan juga membangun tenda di pos 2 dalam kondisi hujan.
(50/127)
Dalam perjalanan malam ini rombongan mengeluarkan senternya masing² sedangkan aku menggunakan flash HP karena senterku tiba² tidak menyala, formasi perjalanan Aku di depan sedangkan aku menyuruh Wisnu paling belakang.
(51/127)
Setelah 15 menit perjalanan, lagi-lagi aku melihat sesosok itu ada di belakang Wisnu, "Nu, tulung kowe ning mburi terus, aja nyalip pokoke" Ujarku dari depan.
(52/127)
Tiba-tiba hujan semakin deras dan kabut tebal turun sangat cepat, jarak pandang hanya 5 meter saja, bahkan senter rombongan kami tidak ada yang menembus kabut yang sangat tebal.
(53/127)
Dalam kondisi badai ini kami kebingungan menentukan jalan, karena tidak ada peta dan tidak ditemukan plakat yang menunjukkan arah pos 3. Suasana semakin mencekam setelah kedua cewek terdiam. Aku mencoba tidak panik dan mengatur suasana supaya tenang dan stabil.
(54/127)
W : Mas, pie iki lewate ngendi, ora ketok blas dalane ki, watu watu tok kene.
A : Sik sik tenang sik cah, sak elingku ki post 3 bar dalan aliran air, dadi yen wis munggah lewat dalan aliran air ki wis tekan pos 3.
(55/127)
W : Mas mas deloken sisih tengen dhuwur, ana sorot senter mas, pendaki mesthi kae mas, ngerimen sentere isa tembus kabut nyorot kene.
A : Wahh iyaa bener, berarti belok kanan, wis cah wis nemu petunjuk ki, ayo alon² ngetutke cahaya senter e kae.
(56/127)
Rombongan melanjutkan perjalanan dengan formasi sama dan diikuti sosok hitam. Aku tidak mempedulikan sosok itu, aku selalu bilang ke Wisnu supaya menjaga area belakang. Baru 5 menit melanjutkan perjalanan hujan mulai reda dan kabut secara cepat naik ke atas.
(57/127)
W : Loh mas pendakine mau ning ndi sing ning ngarep, kok tiba² ilang
A : Wehhh iya i ilang, padahal mau ning cedhake awakdhewe kan?
W : Cepetmen munggah e masak, lagi 5 menit lho nututi wonge, masak wis adhoh, dalane ya nanjak padahal iki.
(58/127)
A : Wis rapapa rasah ngurusi sing aneh², ayo ngetutke dalane iki, iki lho wis dalan air, berarti bener jalure lewat kene, cah coba deloken gon lemah, ana bekas tapak kaki ora?
W : Iki enek mas ning kene, berarti emang kene dalane, yawis ayo mas lanjut sik wae.
(59/127)
Tiba-tiba setelah bayangan cahaya menghilang, hujan badai muncul kembali, setelah 1,5 Jam perjalanan berlalu dengan kondisi hujan ditambah kondisi track perjalanan yang semakin menanjak dengan kemiringan 60°-80°.
(60/127)
Aku melihat kedua cewek benar² sudah tidak kuat lagi, tidak berdaya, diam, tatapan kosong menuju kedepan.
(61/127)
Aku bilang kepada rombongan. "Cah kayane iki dudu dalane, aku yakin, jalur air e iki beda, iki ora masuk akal track e, awakdhewe tersesat, Ayo cah bareng-bareng bengok minta tolong karo senter e diarahke ndhuwur ro diobah obahke" Ujarku.
(62/127)
Seketika itu rombongan yang laki langsung teriak sekencang-kencangnya "Tolong...... Tolonggggg", " Pos 3 sebelah manaaaaa", "Kami tersesatttttt" Sampai 15 menit kami teriak kencang tidak ada satupun teriakan balasan ataupun kode senter dari pendaki lain.
(63/127)
A : Wis cah awakdhewe kudu midun ning pos 2, iki wis ngga masuk akal, wis ning pos 3 ne pikir keri.
W : Tapi yen awakdhewe mudun ki suwe lho mas, sedangkan sing cewek deloken, wis ambruk kabeh gaisa mlaku neh wis an.
(64/127)
A : Lha iki lho yen awakdhewe lanjut genah cetha² dalane ora ngotak kaya ngene, masak meh ditekati, yen awakdhewe dirikke tenda ning kene, genah ora mungkin isa, lahan miringe kaya ngene kok meh gawe tenda. Gampang longsor, lunyu yonan medane.
(65/127)
Suasana semakin memanas, sedangkan Haikal, Fani dan Lisa hanya terdiam kecapekan. Dalam perdebatan ini hujan semakin deras dan kabut tebal mulai muncul kembali, di sini aku melihat sesosok hitam yang mengikuti dari pos 2 sudah menghilang.
(66/127)
Jujur aku posisi ini sangat takut kalau terjadi apa-apa sama rombongan, aku tidak peduli terhadap HP saya yang sejak pos 2 kena air, yang aku peduliin hanya keselamatan rombongan, pikiran kacau tetapi juga harus bersikap tenang, tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.
(67/127)
"Wis apa ngene wae, awakdhewe mlaku sithikk ngkas ngasi nemu lahan sing sekirane isa nggo dirikke tenda 1 wae, mengko awakdhewe bareng² turu kabeh ning kunu, iki tenda sing tak gawa untunge gedhe kapasitas 5 orang cukup" Ujarku menenangkan rombongan.
(68/127)
Berhubung sesosok makhluk hitam tadi sudah hilang tidak terlihat keberadaannya, Aku menyuruh Wisnu untuk di depan mencari lahan yang sekiranya datar untuk mendirikan tenda.
(69/127)
Syukur cuaca sedikit reda tapi masih hujan angin. Setelah 30 menit mendaki sambil merangkak, akhirnya ada pohon kecil di tengah track, Haikal sama Fani aku suruh istirahat dekat pohon sambil berpegangan, sedangkan aku sama Lisa 5 meter lebih jauh.
(70/127)
Petaka muncul, Lisa yang mencoba untuk berdiri, tiba-tiba langsung tersungkur dikaki aku, aku langsung duduk dan menahan tangan lisa supaya tidak jatuh ke bawah, rasa takutku semakin menggila ketika Lisa menangis sambil tertawa menyeramkan.
(71/127)
Aku peluk kepalanya dari belakang sambil aku ajak ngobrol. "Lis ana apa lis, ngomongo lis, aja meneng ro nangis tok" Bisikan ku sambil menangis dan memohon Lisa segera sadar.
(72/127)
Tetapi Lisa hanya membalas dengan suara ketawa saja, aku tidak bilang kondisi Lisa seperti ini ke rombongan karena takut yang lain tambah ketakutan, aku hanya bilang kepada Wisnu sambil berteriak karena panik keburu terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap Lisa.
(73/127)
A : Nuuu!!! Cepet munggahe dhewe sik, golek lahan 2/3 meter sing landai, sekirane isa nggo dirikke tenda, cepettttt
W : Sik mas sabarrr, tak munggah iki.
(74/127)
Sembari menunggu Wisnu, Haikal sama Fani berpegangan pohon sambil berlutut karena sudah tidak kuat lagi sedangkan aku terus meyakinkan Lisa, mengajak ngobrol terus, akan tetapi nihil jawaban.
(75/127)
Aku peluk semakin erat kepalanya berharap suhu tubuhnya mulai naik karena cuaca memang ekstrim, hujan tanpa henti, setelah itu kakiku dipegang Lisa sangat erat, aku bahagia Lisa sadar kembali.
(76/127)
A : Nuuu!! Pie uwis durungggg, suwe mennn!!
W : Iki mas ana lumayan, isa kayane nggo gawe tenda"
A : Tenan ora!!!
W : Ha a mas deloken rene.
(77/127)
Alhamdulillah kita mendapatkan berita baik dari Wisnu, Aku mencoba membujuk Lisa untuk melanjutkan perjalanan yang masih 50m nanjak lagi, Aku menyuruh Haikal untuk membawa Fani naik duluan.
(78/127)
A : Kal, Fani tuntunen sik, karo digoceki tangane, munggah sik, mengko tulungi aku seret Lisa genti.
H : Oke mas, tak munggah dhisik naknu ro Fani.
(79/127)
Haikal menuntun Fani yang gemetar hebat sambil menggigil menahan kedinginan untuk naik terlebih dahulu, sedangkan aku masih berurusan dengan Lisa yang juga masih gemetar hebat sambil menangis.
(80/127)
Setelah sampai Haikal langsung turun membantu Aku dengan menarik tangan Lisa, sedangkan aku mendorong pantatnya dari bawah sambil Lisa mencoba merangkak, akhirnya semua sampai di tempat yang Wisnu katakan bisa untuk mendirikan tenda.
(81/127)
Tak disangka tempat yang aku harapkan sangat tidak mungkin untuk mendirikan tenda, karena bagian landai hanya satu meter saja, dan setelah itu terjal seperti yang dibawah tadi dengan kondisi tanah yang tidak rata dan licin.
(82/127)
A : Yen ngene carane ya tetep ora isa dirikke tenda lah nuuu
W : Lha pie neh anane mung iki sing ana landaine, setidake ora marai kepleset, isa dinggo penahan sikil.
(83/127)
A : Apa ngene wae, awakdhewe rasah dirikke tenda, tapi gelar tenda wae, soale iki wis medeni banget, kudu cepet²
W : Ya ngunu rapapa mas, yawis ayo digelar.
(84/127)
Akhirnya setelah tidak ditemukan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda, Aku mempunyai ide dengan menggelar tenda, setelah tenda digelar, kedua cewek langsung dimasukkan kedalam tenda tanpa melepas mantolnya karena memang tidak ada waktu lagi untuk melepas mantol.
(85/127)
Kemudian yang cowok tidur diluar dengan kondisi kehujanan, tidak lupa juga membentangkan flysheet untuk menutupi tenda yang sudah digelar tadi, Haikal berada disebelah kiri tenda, Aku disebelah kanan tenda, sedangkan Wisnu disamping kanan aku.
(86/127)
A : Kal, iki ujung flysheet e tindihen ro awakmu, ngko sing kene tak gocekane ro Wisnu
H : Oke mas, tak turu dhisik ya mas
A : Ya turua rapapa, penting aja ngasi ucul flysheet e.
(87/127)
Setelah semua beres, aku sedikit tenang karena kedua cewek sudah di dalam tenda, tidak kehujanan lagi, si Haikal juga sudah tertidur pulas dibawah rintik hujan yang cukup deras, sedangkan Aku dan Wisnu berjanji untuk tidak tidur sampai keesokan harinya.
(88/127)
A : Nuuu, tulung kancani aku ora turu tekan esuk ya, tulung banget soale kudu ngawasi terus sing cewek, kudu tak pantau terus perkembangan e
W : Santai mas, aku paham kok, aku ya ora ngantuk.
(89/127)
Pada posisi ini Aku selalu mengecek suhu kedua cewek dengan memegang kepala dari luar tenda, sambil berdoa supaya diberi kehangatan di dalam, karena kedua cewek benar² dalam kondisi parah, tidak sadarkan diri, tetapi masih bersuara layaknya orang menggigil kedinginan.
(90/127)
Ketika ingin memasukkan HP ke dalam saku, sontak kaget melihat jam yang menunjukkan pukul 23.30, Aku kepikiran belum sholat dari tadi, lantas aku mengajak Wisnu untuk sholat Ashar, Maghrib, Isya terlebih dahulu.
(91/127)
A : Teke jebul wis jam setengah rolas, awakdhewe rung sholat lho nu kat mau, yen awakdhewe sholat sik ngunu pie nu karo turu?
W : Ha a mas, yawis sholat sik ora papa dhewe², seadane rapapa, penting wis niat sholat.
(92/127)
Setelah selesai sholat, dikagetkan lagi dengan cuaca yang seketika langsung cerah, tidak hujan dan berkabut lagi, "Alhamdulillah ya Allah telah menolong kami" Ujar dalam hati.
(93/127)
Aku dan Wisnu pun tidak mempercayai hal ini, yang tadinya badai hujan berkabut disertai angin kencang, berubah seketika menjadi terang bulan dan banyak bintang, kami berduapun bersyukur atas fenomena ini.
(94/127)
Setelah kagum melihat pemandangan yang indah, Aku mengecek kondisi kedua cewek juga tambah hangat, meskipun masih menggigil kedinginan, tetapi suaranya sudah berkurang, tidak sekencang sebelumnya.
(95/127)
Tidak disangka Aku dan Wisnu sempat ketiduran karena suasana yang cerah, dan nyaman. Tak berselang lama Wisnu terbangun ketika Flysheet yang dipegang terbang terbawa angin yang kencang, untungnya Haikal menahan flysheet sebelah kiri menggunakan tubuhnya sejak awal.
(96/127)
Wisnu pun membangunkan Aku dikarenakan cuaca kembali buruk, angin berhembus kencang kembali disertai hujan dan kabut tebal. Kondisi cewek pun tambah menggigil lagi, sampai suara yang keluar sangat kencang dan menakutkan.
(97/127)
Setelah membenarkan posisi flysheet yang terbang ke tempat semula, Aku dan Wisnu melihat satu orang seperti pendaki, kami berdua pun langsung berteriak kencang "Tolongggg.... Tolonggg" "Mas.. Selamatkan kamiii" "Kami butuh bantuan".
(98/127)
Pendaki itu pun tetap melanjutkan perjalanannya. Cuaca kembali berubah menjadi cerah seperti setelah sholat tadi. Kami berdua ketiduran kembali.
(99/127)
W : Masss... Mas..... Ana cahaya akeh mass, tangi...tangi...tangi Mas
A : Wehhh apa kae Nuu, Tim SAR???? Tim SAR???
W : Ora reti Mas, reti² akeh rombongan ngunu pas aku tangi
(100/127)
Setelah melihat rombongan yang berjumlah sekitar 17 orang, kita pun berteriak kembali minta pertolongan sama seperti yang dilakukan yang pertama tadi, lagi-lagi rombongan tersebut terus melanjutkan perjalanannya.
(101/127)
Setelah untuk kedua kalinya ketiduran, rasa ngantuk pun hilang, Wisnu pamit untuk naik ke atas buang air kecil. Waktu menunjukkan pukul 02.45, cuaca sudah benar-benar cerah, dan ketiga rombongan yang tertidur juga sudah tenang tanpa suara, rasa bahagia pun muncul.
(102/127)
Pada saat Aku merasa Wisnu lama dalam buang air, Aku dikagetkan dengan sosok hitam berbadan besar gondrong persis berdiri di belakang Wisnu, sontak langsung kaget dan teriak istighfar sambil memalingkan muka ke kiri.
(103/127)
Baru beberapa detik memalingkan muka ke kiri, tiba-tiba langsung dipegang pundakku, "Aku wis rampung" Suara wisnu disampingku. Jantungku berdebar kencang, sambil ngomong dalam hati "Perasaan Wisnu isih ning dhuwur, kok cepetmen wis balik rene neh" Ujarku dalam hati.
(104/127)
Aku mencoba nengok ke kanan, dan benar dugaanku, yang saya lihat bukan Wisnu, melainkan sosok berwajah besar hitam, beelumuran darah, melototi saya dengan jarak beberapa CM saja dari mukaku, aku langsung memalingkan muka dan berteriak sangat kencang "Hehhhh Ya Allahhh".
(105/127)
W : Heh ana apa mas, kok bengak bengok?
A : Bajingan astaghfirullah, wis ora kuat aku Nu, tak kira iki mau kowe, jebul udu, pingin tak pisuhi iki mau, sesek banget dadaku
W : Wehhh lhaa terus sapa mas? Aku kan wis pamit kan mau?
(106/127)
Aku tidak berani melanjutkan pembicaraan karena nafasku sempit banget, mengunjal nafas berkali-kali sambil ditenangi oleh Wisnu. Setelah kondisiku cukup stabil, Aku mencoba menceritakan semuanya kepada Wisnu karena dia juga paham akan situasi seperti ini.
(107/127)
A : Nuu, aku meh ngomong tenanan karo kowe, ngerasa aneh ora sih ro pendakian iki? Sumpah aku kat awal ki ngrasa aneh, ana pendaki liya sing ngetutke awakdhewe, tapi ireng nunduk terus.
W : Iya mas, aku ya reti kok, tapi aku ora gagas terus, penting mlaku ngunu wae.
(108/127)
A : Tenan kat pos 2 tekan ning kene, wis 3 wujud sing tak ngerteni, terus pas kowe nguyoh ning dhuwur mau, ana makhluk gedhe lemu ireng, terus sing lagi wae ki mau rai ireng gedhe getihen mlototi, mula aku reflek kaget mau.
W : Wahh aku ga reti mas kuwi, ga nyawang ki.
(109/127)
Akhirnya mengobrol dengan Wisnu sampai matahari terbit. Waktu menunjukkan 06.00 Haikal pun terbangun dan inisiatif untuk memasak, setelah memasak selesai, dua cewek pun akhirnya terbangun dan langsung diberikan makanan yang telah di masak tadi.
(110/127)
Alhamdulillah kedua cewek tersebut bisa tersenyum kembali seperti waktu berangkat. Setelah selesai menghangatkan tubuh sampai 07.30, rombongan kami berkemas kembali.
(111/127)
Aku melihat track benar² sangat terjal, bahkan kalau tidak hati² bisa langsung terjun kebawah, dan kaget juga ketika melihat rerumputan berwarna hitam seperti bekas terbakar. Dalam hati berkata "Apa makhluk ndek bengi ki ana kaitane ro bekas kebakaran iki ya?"
(112/127)
Setelah selesai berkemas, kami mulai berfikir cara untuk turun, akhirnya Wisnu berinisiatif untuk melempar tas carrier yang dibawa seluruh rombongan, supaya kami pas turun tidak keberatan dan beresiko terjatuh.
(113/127)
Setelah sampai bawah, kami semua kaget melihat ke arah kami tersesat, "kok bisa kita tersesat sampai sana dengan kondisi track seperti ini" ujar rombongan. Setelah energi terkumpul kembali, rombongan memutuskan untuk lanjut ke pos 3 melewati jalur Air sebelah kiri.
(114/127)
Setelah sampai di pos 3 pukul 10.00, seketika disambut dengan hangat oleh para pendaki yang berada di pos 3. "Wahhh sudah datang, mari kak saya bikinin nasi goreng, nugget, sosis, atau mau apa? " Ujar salah satu rombongan yang mendekati rombongan kami.
(115/127)
Tanpa basi basi Aku langsung menolaknya tanpa beralasan apapun, aku tidak mau kejadian yang lain terulang. Ketika rombongan kami duduk disebuah batu, kedua cewek itu langsung tertidur pulas menghadap arah matahari tanpa penutup apa².
(116/127)
Pikirku biarin saja beristirahat, aku bersama Wisnu jalan² mengelilingi pos 3 sambil melihat kembali arah tersesat semalam, sedangkan Haikal sibuk dengan kamera GoPronya.
(117/127)
Setelah 2 Jam beristirahat di pos 3, seketika awan mulai mendung kembali dan rombongan lain yang berada di pos 3 pun sudah pergi meninggalkan kami. Haikal dengan semangatnya berkata padaku "Ayo ndang lanjut munggah, ning Sabana viewne apik" Ujar Haikal.
(118/127)
Melihat awan yang semakin gelap, aku kepikiran dengan perkataan petugas BC kemarin, lantas aku bilang ke rombonganku. "Cah ayo balik wae, awane peteng, aku kelingan kata² petugas wingi, wis ayo ndang dikemasi, ndang balik nyang BC".
(119/127)
Mendengar apa yang aku omongkan, Haikal pun merasa kecewa dengan keputusan ku karena memilih mundur daripada lanjut sampai puncak Merbabu. Pada saat kami turun dari pos 3 sampai BC, kita kehujanan, akan tetapi Alhamdulillah kita semua selamat sampai BC.
(120/127)
Usut punya usut, setelah sampai BC, Lisa menceritakan semuanya kalau dirinya itu sebenarnya belum minta restu kepada orang tuanya untuk mendaki, dan pada hari itu juga Lisa sedang berhalangan atau Menstruasi.
(121/127)
Sontak Aku dan Wisnu kaget dengan Lisa. "Uwis ora papa, sing penting awakdhewe kabeh selamat, dikek i perlindungan karo Allah ndek bengi. Nyoba yen mau awakdhewe kekeh pingin tekan puncak? Mbuh aku ora bakal kepiye, wis gek leren ro masak² sik kene" Ujarku kepada semua.
(122/127)
Setelah selesai beristirahat di BC, kami memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing, Alhamdulillah dalam perjalanan pulang selamat sampai tujuan tidak ada satupun halangan.
(123/127)
Setelah sampai rumah Aku cek memang betul Merbabu pernah terbakar, dan ternyata yang kita lalui kemarin memang bekas kebakaran, entah apa tujuan mereka mengantarkan ketempat itu, atau memang ingin menjadi penyelamat dikala kita tersesat? Atau ingin kita jadi mayat?
(124/127)
Mungkin sekian thread singkat dari Aku hehe, terimakasih yang sudah membacanya, sebenarnya bisa lebih panjang, cuma capek ngetiknya hehe. Menurut teman-teman apa yang menyebabkan kejadian tersebut bisa terjadi? Silahkan berkomentar.
(125/127)
Jika suka dengan thread ini silahkan like dan retweet supaya orang lain juga membacanya, dan lebih berhati-hati ketika mendaki gunung. Masih banyak lagi thread² dari Aku seputar kejadian mistis di Gunung, baik itu Gunung Slamet, Sumbing, Lawu, Merbabu lagi, dan lainnya.
(126/127)
~TAMAT~
(127/127)
A HORROR THREAD - HAMPIR TENANG DALAM DEKAPAN GUNUNG MERBABU

#bacahorror #threadhorror #horrorthread #gunungmerbabu

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Chocotea

Chocotea Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(