Profile picture
Diko Herditya @DikoHerditya
, 52 tweets, 7 min read Read on Twitter
#SemestaWayang
Penyerbuan pasukan Alengka ke Neraka. Rahwana menggugat Batara Yama, sang dewa kematian.

Sumber gambar:
Yama. karya: Iskandarsalim (deviantart)
Suatu senja di balairung emas kerajaan Alengka, terjadi suasana guruh gemuruh kisruh. Sayup-sayup terdengar suara teriakan, bentak makian dan pekik cercaan.

Ternyata Prabu Rahwana sedang gusar, 'Raseksaraja Dasamuka' itu memang bukanlah seorang penyabar.
Patih Prahasta, salah seorang 'gegedhuging' (sesepuh atau pembesar) raksasa bergegas ke 'Kedhaton'.

Ia memberitahu rajanya kalau persiapan Pushpaka Wimana, kendaraan perang kebanggaan Kerajaan Alengka itu sudah selesai. Kemarahan Prabu Rahwana pun mulai mereda.
Tanpa menunggu lama, Prabu Rahwana memasuki Pushpaka Wimana, disambut riuh oleh barisan seribu pasukan elit 'Widyabala'.

Diiringi sangkakala Alengka, Wimana 'mahawan gegana' (melayang).

Angin berderu kencang, rumput dan pepohonan terbakar oleh panas kobaran api ekor Wimana.
Pushpaka Wimana melesat melewati dirgantara menuju tujuannya, kahyangan Yamaloka.

(Tempat Batara Yama sang dewa kematian melakukan pembalasan terhadap perbuatan buruk penghuni Marcapada (alam dunia) setelah rohnya dicabut. Bisa disebut juga Neraka).
Dalam perjalanannya, Prabu Rahwana dihampiri oleh Batara Narada.
Dewa agung penasehat Sang Hyang Jagadnata itu berkata:

"... Putraningsun Sang Raseksaraja, mandhega dhisik pahlawan wisrawaputra..."

(Wahai raja para raksasa, anak Begawan Wisrawa, coba kamu berhenti sebentar)
"... Banget sukarenaningsung nguningani kaprawiran lan kasektanira.
Wruhanira, Kulup! salugune sudarmanira sang Wisrawa iku nunggal asal usul karo ingsun..."

(Aku paham betul kesaktianmu Rahwana! tapi ketahuilah! Bapakmu Begawan Wisrawa itu silsilahnya masih keturunanku.)
".... Awit saka iku kulup! kanthi rasa keduga ingsun nedya menggak tindak-tandukira, kang kurang prayoga. Lerena Kulup! anggonira gawe sangsaraning jagad…."

(makanya, aku selalu mengawasi tingkah lakumu, sudahlah Rahwana, jangan membuat kekacauan lagi di dunia dan kahyangan)
"Wruhanira kulup, jagad iki salugune wis ngalami panandhang warna-warna, ngalami panandhang ngelih, ngelak, tuwa lan wasanane sirna, rinusak dening dewaning antaka...."

(ketahuilah, alam ada aturannya; lapar, haus, tua, semua pada akhirnya akan dijemput sang dewa kematian)
"..Mulane kulup, sira aja agawe saya aboting panandhange jagad. Apa sira ora darbe rasa welas miyarsa tangis lan pisambate jagad kang ngalami panandhang maneka warna?!"

(Makanya, jangan berbuat yang mengacaukan alam! memangnya tidak kasihan misalnya semua alam jadi kacau balau?)
Prabu Rahwana melakukan sembah bakti kepada Batara Narada.

Ia sangat menghormati Narada, karena atas berkahnya lah permintaan Rahwana untuk memiliki usia sepanjang umur dunia dikabulkan Sang Hyang Jagadnata penguasa Tribuana. (penguasa tiga alam: mayapada, madyapada, marcapada)
"Oh... Pukulun, kawuningana! kawula boten badhe malih-malih, ngrubeda lan nangsaya jagad..."

(oh Pukulun (pukulun adalah sebutan kepada dewa, dapat diartikan sebagai yang mengajarkan sesuatu), hamba sebenarnya bukan mau mengacau, tidak ada niat sama sekali untuk merusak alam.)
"... namung samodra saha patala ingkang badhe kawula lurugi. Dewaning antaka, inggih Bathara Yama. he he he"

(Tapi sebenernya tujuan hamba itu cuma ingin menantang dan mengajak perang, adu tanding dewa penguasa kematian. Ya tentu saja itu adalah Batara Yama)

Rahwana terkekeh.
Batara Narada mencoba menghentikan niat Rahwana, tapi nasihatnya seperti 'mlebu ing kuping tengen metu ing kuping kiwa'.
(masuk kuping kanan, keluar kuping kiri).

Prabu Rahwana sudah tidak bisa dihentikan niatnya.
Batara Narada bergumam

".. whe, hla kojur!
sisipsembire, ingsun mandar diarani kang njalari Rahwana ngrabasa Yamaloka.

Prayogane ingsung ndhisiki teka ning Yamaloka, asung warta marang Bathara Yama yen raseksaraja Dasamuka bakal prapta ngurungi panjenengane..."
(waduh waduh, memang buang-buang waktu saja menasihati Rahwana, buruknya lagi dia malah jadi bersemangat ke Yamaloka.

Yasudah mungkin sebaiknya aku segera pergi untuk memberitahu Batara Yama di Yamaloka, supaya ada persiapan, karena Rahwana akan datang untuk mengajak berperang.)
Batara Narada 'banjur mak blas! ndhisiki Rahwana tindak menyang Yamaloka'

Narada menghilang menuju Yamaloka dalam hitungan kedipan mata, jauh meninggalkan Pushpaka Wimana milik rahwana yang merupakan kendaraan perang tercepat di Marcapada.
Pushpaka Wimana melanglang buana menembus perjalanan waktu alam Marcapada dan Mayapada, akhirnya tiba di Yamaloka, Kahyangan tempat pembalasan makhluk Marcapada.

Prabu Rahwana berdiri diatas kepala Pushpaka Wimana, melihat pasukan Alengka berusaha meruntuhkan gerbang Yamaloka.
Akhirnya Gerbang Yamaloka berhasil ditaklukan Widyabala, pasukan elit Alengka itu menghujaninya dengan batu berapi yang melayang dari angkasa.

Barisan Alengka bergerak maju hingga tiba di Assipatrawana, wilayah hamparan samudra pasir yang panasnya melebihi terik padang gurun.
Pasukan Alengka dihadang oleh barisan penjaga Yamaloka, yang disebut Yamakingkara.

Berbeda dengan pasukan Alengka yang berwujud raksasa gempal, kekar dan besar, Yamakingkara terlihat tinggi namun kurus seperti kerangka, dengan raut muka gelap tertutup jubah hitam.
Yamakingkara membawa klewang (pedang pendek) dan tongkat dengan kobaran api hitam.

Mereka berlindung dibalik pohon dengan dedaunan panjang dan setajam pedang. Daun-daunnya dapat berguguran untuk menyayat, mengiris, memotong siapapun yang ingin pengganggu ketentraman Yamaloka.
Pasukan Alengka tak gentar, sambil mengibarkan panji tiga gunung (Trikuta) mereka merangsek menyerbu barisan Yamakingkara.

Widyabala dari Alengka bukan sembarang pasukan, mereka adalah raksasa pilihan, tubuh mereka lebih besar, tubuh sekeras batu dan diberkahi umur panjang.
Setelah mengalami pertempuran sengit, barisan Yamakingkara berhasil dipukul mundur oleh Pasukan Widyabala dari Alengka.

Samudra pasir Assipatrawana penuh dengan darah dan mayat bergelimpangan. 'Wit-witan godhong pedang' (pohon berdaun pedang) banyak yang rusak dan ditebang.
Prabu Rahwana dan pasukannya terus bergerak sampai tiba di lembah penyiksaan.

Rahwana melihat bagaimana para roh-roh penghuni Marcapada mengalami pembalasan atas perbuatan buruk mereka selama di dunia.
'Sing nalike uripe seneng laku ala, samengko disiksa dening Yamakingkara, padha asesambat ngaruhara utawa nangis kelara-lara'

(Yang berlaku sesuka hati, berbuat dosa di Marcapa, maka akan disiksa oleh Yamakingkara, mereka berteriak kesakitan, dan menangis penuh penyesalan)
'Akeh manungsa dosa kang padha keblebek ing kali-getih kang diarani Waitarani. Pirang-pirang manungsa kang pineksa dening Yamakingkara kudu dumununing ing grojogan kang panase kagila-gila'
(Banyak makhluk (manusia/raksasa dalam bentuk roh) yang dibenamkan di sungai penuh darah yang disebut Waitarani.

Ada pula yang disiksa oleh Yamakingkara dengan diguyur air terjun mendidih dengan panas yang amat sangat luar biasa)
Prabu Rahwana berpikir sejenak apa yang akan dilakukannya.

Melihat pemandangan penuh siksaan tersebut akhirnya Prabu Rahwana memutuskan untuk memerintahkan seluruh pasukannya untuk mengobrak-abrik lembah penyiksaan, dan menolong roh-roh yang sedang disiksa.
Pasukan Alengka menyerang lembah penyiksaan, mereka mengusir Yamakingkara. Pasukan Widyabala membebaskan belenggu pada roh, mengangkat roh yang ditenggelamkan di 'kali-getih' Waitarani.

Roh-roh yang sengsara itu senang dan berterima kasih serta "ngaji-aji' (memuja) Prabu Rahwana
Tiba-tiba sebuah suara sangkakala berbunyi, datang Pasukan Yamakingkara dari berbagai arah, mereka mengepung pasukan Alengka.

Pertempuran sengit pun terjadi. Yamakingkara menyerang dengan senjata beraneka rupa, pedang, panah, ledakan api hitam dan mayat hewan buas bertaring
Pasukan Alengka kalah jumlah, Yamakingkara tak habis-habis berdatangan dari berbagai penjuru. Banyak pasukan elit Widyabala yang tumbang, Barisan perang Alengka kini tinggal setengahnya.

Situasi itu membuat Rahwana mengamuk, ia pun ber-Triwikrama (berubah wujud menjadi besar)
Rahwana yang ber-triwikrama melontar ke Udara, ia menghujani Yamakingkara dengan ajian Warastra, panah petir yang menusuk dari angkasa

Serangan Rahwana tak berhenti disitu, ia juga membubarkan ribuan Yamakingkara dengan ajian Topengwaja, berupa sengatan sinar api dari matanya.
Pasukan Alengka bersorak gembira, inilah kesaktian junjungan mereka Prabu Rahwana sang raseksaraja dasamuka.

Wujud 'Triwikrama' Rahwana adalah raksasa besar dengan 10 wajah. Maka serangan Rahwana datang dari 10 arah. Barisan Yamakingkara kocar-kacir dan bersembunyi.
'Priksa mawuting Widyabala - Kingkara, Bathara Yama jajabang mawinga-winga, sigra mangsah yuda awahana rata, tumuli ngelepasake aji Pretajaya'

(Batara Yama akhirnya memasuki medan perang, ditengah peraduan antara Widyabala dan Yamakingkara, dia menggunakan ajian Pretajaya)
Batara Yama bersedekap sambil merapal aji Pretajaya.

Lalu membentangkan kedua tangannya, keluar gelombang hitam bergerak cepat menyapu seluruh medan perang, roh-roh milik seluruh pasukan Alengka tiba-tiba tersedot, semuanya mati, tak ada satupun pasukan Alengka yang hidup.
Aji Pretajaya adalah anugerah milik Batara Yama 'sang dewaning antaka' penguasa kematian. Batara Yama dapat menarik roh seluruh pasukan Alengka.

'Mung Rahwana dhewe kang panggah ngaglah mbegagah ora obah'

(Namun Rahwana masih hidup, dia tetap berdiri tegak dan terdiam)
Rahwana tidak bisa mati, Ia direstui dan memiliki berkah usia seumur 'jagad' dari Sang Hyang Jagadnata, memiliki aji Rawarontek dari saudara tirinya Danaraja dan aji Pancasonya dari resi Subali.

Kematian yang menjadi kuasa Batara Yama tak berlaku dihadapannya.
Batara Yama menyemburkan api raksasa dari mulutnya dan membakar tubuh Rahwana, Prabu Rahwana terguling kesakitan, dia tegeletak seperti akan mati, namun karena memiliki aji Pancasonya, ia hidup kembali.

Rahwana terbahak menantang Batara Yama mengeluarkan kesaktian lainnya.
Bersamaan saat Batara Yama menepuk kedua tangannya, seketika tubuh Rahwana terhantam dari dua arah berlawanan, tulangnya remuk, tubuhnya terpotong kaki dan kepalanya, mayatnya tergeletak.

Namun tubuh Rahwana menyatu lagi karena aji Rawarontek, Ia hidup kembali sambil mengejek.
'Sawise lancaran aji lan kasakten sawatara suwine Bathara Yama banjur ngasta sanjata Kaladhandha. Karo ngunda sanjata Kaladhanda nedya dipupuhake marang Rahwana.'

(Karena peperangan sudah terlalu lama, Batara Yama mengeluarkan dan membidik senjata pamungkasnya, Kaladhandha)
'Bathara Yama ngetokake dhahana saka ing tutuke, mubal mulad-mulad prasasat agawe kobaring jagad.'

(Batara Yama mengeluarkan pusaka Kaladhandha dari mulutnya, hal itu membuat keadaaan di sekitarnya bergetar, bergemuruh beserta keluarnya pusaka sakti Kaladhandha)
'Bareng priksa Bathara Yama nedya namakake sanjata pamungkas, Bathara Brahma ngendika saka antariksa'

(Bersamaaan saat Batara Yama hendak melepaskan senjata pamungkasnya Kaladhandha, tiba-tiba dari angkasa datang Batara Brahma putra Batara Guru / Sang Hyang jagadnata)
Batara Brahma berteriak kearah Batara Yama:

"Heh! Batara Yama putraning Hyang Ismaya, aja nganti kebanjur anggonira nglantur duka, biraten krodhanira. Sira ora ingsun parengake ngelepasake Kaladhandha, senjata si Amogha kang ingsun paringake marang sira"
(Heh! Batara Yama putra Sang Hyang Ismaya. Jangan sampai dirimu terbawa oleh hawa nafsu dan amarah. Redakanlah marah dan sedihmu, jangan sampai senjata Kaladhandha yang aku berikan kepadamu itu sampai kau lepaskan)

Batara Brahma berusaha menenangkan Batara Yama
Kemudian Batara Brahma membujuk Batara Yama untuk menyimpan kembali senjata pamungkasnya.

"Manawa senjata iku nganti lumepas saka astanira, jagad mesti banjur lebur tumpur tanpa sisa, mulane, welasa marang Tribuana, tumuli racuten dukanira, simpenen Kaladhandha!"
(Jika sampai senjata itu digunakan, akibatnya seluruh alam di Tribuana bisa hancur lebur. yang hidup didalamnya mungkin saja bisa ikut mati, welas asihlah kepada Tribuana. Kendalikan amarahmu dan sebaiknya simpan kembali senjata pamungkas Kaladhandha itu!)
Batara Yama menyadari perasaan khilafnya, senjata Kaladhandha tidak jadi dia lepaskan.

Batara Yama menjelaskan kepada Batara Brahma, apa sebabnya ia hendak menggunakan Kaladhandha adalah karena ulah Rahwana yang mengacau di Yamaloka.
Batara Brahma menyampaikan pesan Sang Hyang Jagadnata, perihal Rahwana yang memang direstui dan sudah dikabulkan permohonannya untuk mendapatkan usia seumur dunia, sehingga Batara Yama tidak dapat mengambil nyawanya.

Mendengar hal itu Batara Yama 'tumuli musna' (menghilang)
Melihat Batara Yama menghilang, Prabu Rahwana 'banget suka amarwata suta, amarga rumangsa jaya ing yuda, bisa ngasorake dewaning antaka'

(bersuka cita, merasa diri sakti, jaya tanpa tandingan, tidak ada yang bisa membunuhnya, bahkan termasuk dewa kematian)
Tantjep Kajon.

Lakon #SemestaWayang Rahwana Gugat Yamaloka

Selesai.
Credits
Ilustrasi gambar:
Yama.
karya: Iskandarsalim

iskandarsalim(dot)deviantart(dot)com
Dialog bahasa jawa dikutip dari lakon "Dasamuka lumawan Bathara Yama", Buku Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita II, oleh S. Padmosoekotjo. tahun 1979

Dengan beberapa tambahan dialog dan perubahan pada cerita.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Diko Herditya
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!